OLEH :
1. AYU WANDIRA (A1L1 16 077)
2. JULIATI RAABI (A1L1 16 090)
3. EDY PURNOMO (A1L1 16 067)
4. LISTIANINGSIH (A1L1 16 022)
5. DIKY (A1L1 16 006)
6. YUSMAN (A1L1 16 056)
7. PUTRI RATU SALSA DILLAH (A1L1 16 102)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT sang pencipta alam semesta
manusia dan kehidupan karena atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga
penulisan makalah yang berjudul ‘’Analisis Kadar Protein Dalam Bahan Makanan
dengan Metode Spektrofotometri dan Metode Kjaldhal’’, dapat terselesaikan demi
proses kelancaran belajar dan pembelajaran.
Salawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW yang telah memperjuangkan agama Islam dari zaman kebodohan
kezaman ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Tujuan utama dalam penulisan tugas ini ialah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kimia Analisis Bahan Makanan. Apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan tugas ini baik sistematis atau pun isi kami sangat harapkan kritikan yang
membangun dari dosen pengajar dan pembaca.
Penyusun:
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Protein.................................................................................... 3
B. Struktur Protein........................................................................................ 4
C. Klasifikasi Protein.................................................................................... 7
D. Fungsi Protein………...………………………………………………. 9
E. Metode yang Digunakan dalam Analisis Kandungan Protein dalam Bahan
Pangan......................................................................................................10
F. Cara Kerja Metode Spektorfotometri dan Metode Kjaldhal dalam Analisis
Kadar Protein pada Bahan Makanan........................................................13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena
zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai
zat pembangun dan pengatur. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan
komponen terbesar setelah air. Diperkirakan separuh atau 50% dari berat kering sel
dalam jaringan seperti misalnya hati dan daging terdiri dari protein. Protein adalah
sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak
dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein dapat mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga.
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat
bervariasi. Disamping berat molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat
yang berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetapi ada juga
yang sukar larut dalam air. Sebagai contoh, rambut dan kuku adalah suatu protein
yang tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang terdapat
dalam bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi.
Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-
jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses
pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran, pada masa kehamilan protein
yang membentuk jaringan janin dan pertumbuhan embrio. Protein juga mengganti
jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh
ialah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada.
Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi
tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ikut pula mengatur
berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan membentuk zat
pengatur proses dalam tubuh. Protein mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan
dan pembuluh darah, yaitu dengan menimbulkan tekanan osmotik koloid yang dapat
menarik cairan dari jaringan ke dalam pembuluh darah. Sifat amfoter protein yang
dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam-basa
dalam tubuh.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan protein ?
2. Bagaimana struktur protein ?
3. Bagamana klasifikasi protein ?
4. Bagaimana fungsi protein ?
5. Apa saja Metode yang digunakan dalam analisis Kandungan Protein Dalam Bahan
Pangan ?
6. Bagaimana cara kerja metode spektorfotometri dan metode kjaldhal dalam analisis
kadar protein pada bahan makanan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian protein.
2. Untuk mengetahui struktur protein.
3. Untuk mengetahui klasifikasi protein.
4. Untuk mengetahui fungsi protein.
5. Untuk mengetahui Metode yang digunakan dalam analisis Kandungan Protein
Dalam Bahan Pangan.
6. Untuk mengetahui cara kerja metode spektorfotometri dan metode kjaldhal dalam
analisis kadar protein pada bahan makanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Protein
Istilah protein diperkenalkan pada tahun 1830-an oleh pakar kimia Belanda
bernama Gerardus Mulder, yang merupakan salah satu dari orang-orang pertama
yang mempelajari kimia dalam protein secara sistematik. Ia secara tepat
menyimpulkan peranan inti dari protein dalam sistem hidup dengan menurunkan
nama dari bahasa Yunani proteios, yang berarti “pertama”. Protein merupakan
makromolekul yang menyusun lebih dari separuh bagian dari sel. Protein
menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama dari sistem komunikasi antar
sel serta sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di dalam sel. Karena itulah sebagian
besar aktivitas penelitian biokimia tertuju pada protein khususnya hormon, antibodi
dan enzim.
Protein merupakan suatu senyawa organik yang susunannya sangat kompleks
serta tersusun dari rangkaian asam amino. Protein merupakan sumber asam amino
yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N dalam ikatan kimianya. Unsur
nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam semua protein akan
tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lemak. Fungsi utama protein dalam
mahluk hidup adalah sebagai zat pembentuk zat pembentuk sel atau jaringan baru
dan mempertahankan sel atau jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak.
Makhluk hidup membutuhkan protein dari bahan pangan yang bisa diperoleh dari
biji-bijian, daging, ikan maupun sayuran.Kandungan protein dalam bahan pangan
tersebut pada umumnya diwakili olehdan atau dinyatakan sebagai unsur nitrogennya.
Semakin besar kandungan nitrogennya, menunjukkan semakin banyak kandungan
protein dalam bahan.
Gambar 1: Struktur Asam Amino
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat
bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Di samping berat molekul yang
berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda pula. Ada protein yang mudah
larut dalam air, tetapi ada juga yang sukar larut dalam air. Rambut dan kuku adalah
suatu protein yang tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein
yang terdapat dalam bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi.
Ditinjau dari strukturnya protein dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu
golongan protein sederhana dan protein gabungan. Yang dimaksud dengan protein
sederhana adalah protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino,
sedangkan protein gabungan ialah protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan
protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid atau
asam nukleat.
Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk
molekulnya, yaitu protein fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai bentuk
molekul panjang seperti serat atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk
bulat.
B. Struktur Protein
Secara teoritik dari 20 jenis asam amino yang ada di alam dapat dibentuk
protein dengan jenis yang tidak terbatas. Struktur protein terbagi menjadi beberapa
bentuk yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener.
1. Struktur Primer
Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam
molekul protein. Oleh karena ikatan antar asam amino ialah ikatan peptida, maka
struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui.
Salah satu contoh struktur primer protein yaitu struktur primer enzim ribonuklease
yang berasal dari cairan pankreas.
Gambar 2. Struktur primer ribonuklease
2. Struktur Sekunder
Bila hanya struktur primer yang ada dalam protein, maka molekul protein
tersebut akan merupakan bentuk yang sangat panjang dan tipis. Bentuk tersebut
memungkinkan terjadinya banyak sekali reaksi dengan senyawa yang lain, yang
kenyataannya hal tersebut tidak terjadi di alam. Dalam kenyataannya struktur protein
biasanya merupakan polipeptida yang terlipat-lipat; merupakan bentuk tiga dimensi
dengan cabang-cabang rantai polipeptidanya tersusun saling berdekatan. Pada rantai
polipeptida terdapat banyak gugus karboksil dan gugus amino. Kedua gugus ini dapat
berikatan satu dengan yang lain karena terbentuknya ikatan hidrogen antara atom
oksigen dari gugus karboksil dengan atom hidrogen dari gugus amino. Apabila ikatan
hidrogen ini terbentuk antara gugus-gugus yang terdapat dalam satu rantai
polipeptida, akan terbentuk struktur heliks seperti tampak pada Gambar 2.
b. Analisa Kuantitatif
Analisis protein umumnya bertujuan untuk mengukur kadar protein dalam
bahan makanan. Analisis protein dapat dilakukan antara lain dengan metode
Kjeldahl, Lowry, Biuret, Bradford, turbidimetri dan titrasi formol.
1. Metode Titrasi Formol
Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan formalin
akan membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol ini berarti gugus
aminonya sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam dengan
basa NaOH sehingga akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Indikator yang
digunakan adalah p.p., akhir titrasi bila tepat terjadi perubahan warna menjadi merah
muda yang tidak hilang dalam 30 detik.
2. Metode Biuret
Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan
CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang
mengandung gugus amida asam (-CONH2) yang berada bersama gugus amida asam
yang lain atau gugus yang lain seperti – CSNH 2; – C(NH)NH2; – CH2NH2; –
CRHNH2; – CHOHCH2NH2 – CHOHCH2NH2 – CHNH2CH2OH; – CHNH2CHOH.
Dengan demikian uji biuret tidak hanya untuk protein tetapi zat lain seperti biuret
atau malonamida juga memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya
warna merah-violet atau biru-violet.
3. Metode Bradford
Metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi protein dalam larutan. Prinsip
metode ini berdasarkan pembentukan komplek antara Coomassie Brillant Blue
(CBB) dengan larutan protein yang diukur pada panjang gelombang 595 nm.
Pembentukan komplek disebabkan adanya ikatan antara pewarna CBB dengan
protein melalui interaksi ionik antara gugus asam sulfonat dengan muatan positif
protein yaitu pada gugus amina.
4. Metode Kjeldahl
Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total
pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel
didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai
sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali dengan
kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan
penyerap dan ditetapkan secara titrasi.
5. Metode lowry
Reaksi antara Cu2+ dengan ikatan peptida dan reduksi asam fosfomolibdat dan
asam fosfotungstat oleh tirosin dan triptofan ( merupakan residu protein) akan
menghasilkan warna biru. Warna yang terbentuk terutama dari hasil reduksi
fosfomolibdat dan fosfotungstat, oleh karena itu warna yang terbentuk
tergantungpada kadar tirosin dan triptofan dalam protein. Metode lowry memiliki
keuntungan karena 100 kali lebih sensitif dari metode biuret. Senyawa fenol juga
dapat mengganggu hasil penetapan. Gangguan ini dapat dihilangkan dengan cara
mengendapkan potein dengan TCA, hilangkan supernatannya lalu melarutkannya
kembali endapan protein yang diendapkan oleh TCA tadi, kemudian dianalisis
selanjutnya.
Jubaidah, S., Henny. N & Heri. W. 2016. Penetapan Kadar Protein Tempe Jagung
(Zea mays L.) dengan Kombinasi Kedelai (Glycine max (L.) Merill) Secara
Spektrofotometri Sinar Tampak. Jurnal Ilmiah Manuntung.2(1).
Marcó, A., Rubio, R., Compañó, R & Casals, I. (2002). Comparison of the Kjeldahl
method and a combustion method for total nitrogen determination in animal
feed. Talanta, 57(5).
Salim, R., Eka. T.Z & Tuty. T. 2017. Analisis Jenis Kemasan Terhadap Kadar
Protein dan Kadar Air pada Tempe. Jurnal Katalisator. 2(2).
Winarno. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.