Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH DASAR ILMU GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

“Protein”

Nama Dosen Pembimbing :


Abdullah Syafei S.KM, M.Kes

Kelompok 2

Karnadi 02190100012

Oktresna Haryati Lucky 02180200104

Rahmi Yusandi 02190200043

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan makalah dengan judul
“Protein”. Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai pemenuhan tugas pada Mata Kuliah Dasar
Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mengalami hambatan, namun berkat
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun laporan
ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini dan dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Jakarta, Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1

B. TUJUAN.................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. PENGERTIAN PROTEIN......................................................................................................3

C. KLASIFIKASI PROTEIN......................................................................................................9

D. SUMBER PROTEIN..........................................................................................................12

E. FUNGSI PROTEIN............................................................................................................14

F. KEBUTUHAN SEHARI-HARI PROTEIN.......................................................................16

G. PENCERNAAN PROTEIN................................................................................................17

H. ABSORPSI PROTEIN.......................................................................................................20

I. METABOLISME PROTEIN..............................................................................................21

J. AKIBAT KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PROTEIN.............................................27

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................32

A. KESIMPULAN.....................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sebagai zat
pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Protein merupakan molekul besar dengan berat
molekul 5000 sampai puluhan juta. Protein dibentuk oleh berbagai asam amino yaitu asam amino
esensial dan asam amino non esensial, yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H),
oksigen (O) melalui ikatan peptida. Semua protein bersifat larut dalam air, protein dapat
mengendap dalam asam mineral pekat (HCl, H2SO4, dan HNO3), Protein memiliki muatan
polaritas yang tinggi (tetapi pada pH netral protein tidak bermuatan), selain itu protein dapat
mengalami denaturasi pada suhu (50 – 60 o C dan 10 – 15 o C), proses denaturasi tidak merusak
ikatan peptida pada struktur primer, tetapi mengubah bentuk lipatannya.[ CITATION Abi14 \l
2057 ].

Dalam protein terdapat sumber energi dan zat pengatur jaringan tubuh . Protein juga
berguna sebagai biokatalisator enzim dalam proses kimia. Protein biasanya didapat dari makanan
yang kita konsumsi, baik dari hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut
dengan protein hewani misalnya telur, daging, susu dan ikan. Protein yang berasal dari tumbuhan
disebut protein nabati meliputi kacang, kedelai, jagung, gandum, jamur, dan buah-buahan.
Sumber makanan yang berasal dari hewan memiliki kadar kalori lebih tinggi dibanding sumber
makanan dari tumbuhan. Kalori yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan kolesterol dalam
tubuh. Oleh sebab itu banyak masyarakat yang lebih memilih sumber makanan dari tumbuhan,
selain rendah kolesterol, makanan nabati mempunyai harga yang relatif lebih terjangkau. Sumber
makanan nabati dengan kandungan protein tinggi yang dikenal oleh masyarakat umumnya
adalah kedelai yang diolah menjadi tempe maupun tahu [ CITATION Sid14 \l 2057 ]

Protein merupakan komponen nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang
besar. Menurut perhitungan angka kecukupan protein Daftar Komposisi Bahan Makanan (2011),
protein yang dibutuhkan oleh remaja 20 tahun adalah sebesar 65 g protein senilai telur (PST)/

1
hari. Protein dalam tubuh dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi protein hewani dan protein
nabati. Orang Indonesia sering memenuhi kebutuhan protein tiap harinya dengan mengkonsumsi
produk olahan yang mengandung protein nabati seperti tempe dan tahu. Menurut Sudaryanto
(2016), sumber protein nabati yang paling sering dikonsumsi masyarakat Indonesia berasal dari
kedelai kuning (Glycine max), sehingga menempatkan kedelai kuning menjadi komoditas paling
penting ketiga setelah padi dan jagung. Direktorat Jenderal Pangan Indonesia mendata pada
tahun 2004, konsumsi kedelai kuning mencapai 1,8 juta ton per tahun sedangkan produksi dalam
negeri hanya 0,72 juta ton per tahun [ CITATION Sum18 \l 2057 ].

B. TUJUAN

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia, klasifikasi, sumber,


fungsi, kebutuhan sehari-hari, pencernaan, absopsi, metabolisme, akibat kelebihan dan
kekurangan protein.

2
BAB II
PEMBAHASAN

3
A. PENGERTIAN PROTEIN
Kata protein berasal dari bahasa Yunani proteios yang berarti "barisan pertama".
Kata yang diciptakan oleh Jons J. Barzelius pada tahun 1938 untuk menekankan
pentingnya golongan ini. Struktur protein merupakan sebuah struktur biomolekuler dari
suatu molekul protein. Setiap protein, khususnya polipeptida merupakan suatu polimer
yang merupakan urutan yang terbentuk dari berbagai asam L-α-amino (urutan ini juga
disebut sebagai residu). Perjanjiannya, suatu rantai yang panjangnya kurang dari 40
residu disebut sebagai sebagai polipeptida, bukan sebagai protein. Protein memegang
peranan penting dalam hampir semua proses biologi. Protein merupakan komponen
penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan
pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat
utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Untuk dapat melakukan fungsi
biologis, protein melipat ke dalam satu atau lebih konformasi spasial yang spesifik,
didorong oleh sejumlah interaksi non-kovalen seperti ikatan hidrogen, interaksi ionik,
gaya van der Waals, dan sistem kemasan hidrofobik. Struktur tiga dimensi perotein
sangat diperlukan untuk memahami fungsi protein pada tingkat molekul.

Struktur protein bervariasi dalam hal ukuran, dari puluhan hingga ribuan residu.
Protein diklasifikasikan berdasarkan ukuran fisik mereka sebagai nanopartikel (1-100
nm). Sebuah protein dapat mengalami perubahan struktural reversibel dalam menjalankan
fungsi biologisnya. Struktur alternatif protein yang sama disebut sebagai
konformasi[ CITATION Dad18 \l 2057 ].

B. KOMPOSISI KIMIA PROTEIN

Pada pembahasan arsitektur protein digunakan pembagian empat tingkatan


struktur. Struktur primer adalah urutan asam amino. Struktur sekunder berhubungan
dengan pengaturan kedudukan ruang residu asam amino yang berdekatan dalam urutan
linier. Pengaturan sterik ini memberi struktur periodik. Heliks- α dan untai- 
menunjukkan struktur sekunder. Struktur tersier menggambarkan pengaturan ruang

4
residu asam amino yang berjauhan dalam urutan linier dan pola ikatan-ikatan sulfida.
Perbedaan antara struktur sekunder dan struktur tersier tidaklah terlalu jelas. Di samping
itu dikenal juga adanya struktur kuarterner dan struktur supersekunder yang akan dibahas
sekilas di bagian ini [ CITATION Dad18 \l 2057 ]:

1. Struktur Primer
Pada tahun 1953, Frederick Sanger menentukan urutan asam amino insulin, suatu
hormon protein. Hal ini merupakan peristiwa penting karena pertama kali
memperlihatkan dengan tegas bahwa protein mempunyai urutan asam amino yang
tertentu yang tepat. Urutan asam amino inilah yang kemudian dikenal sebagai
struktur primer. Selain itu juga diperlihatkan bahwa insulin terdiri dari hanya
asam amino L yang saling berhubungan melalui ikatan peptida antara gugus
amino- α dan gugus karboksil- α prestasi ini merangsang peneliti lain untuk
mempelajari urutan asam amino berbagai protein. Saat ini telah diketahui urutan
asam amino yang lengkap lebih dari 10.000 protein. Fakta yang menyolok
menyatakan bahwa tiap protein mempunyai urutan asam amino yang khas dengan
urutan yang sangat tepat. Pada protein, gugus karboksil- α asam amino terikat
pada gugus aminoα asam amino lain dengan ikatan peptida (disebut juga ikatan
amida). Pada pembentukan suatu dipeptida dari dua asam amino terjadi
pengeluaran satu molekul air. Keseimbangan reaksi ini adalah ke arah hidrolisis
tidak pada sintesis. Oleh sebab itu, biosintesis ikatan peptida memerlukan energi
bebas, sebaliknya hidrolisis ikatan peptida secara termodinamika bersifat
eksergonik.

5
Banyak asam amino yang berikatan melalui ikatan peptida membentuk rantai
polipeptida yang tidak bercabang. Satu unit asam amino dalam rantai polipeptida
disebut residu. Rantai polipeptida mempunyai arah sebab unit penyusun
mempunyai ujung yang berbeda, yaitu gugus amino- α dan gugus karboksil- α .
Berdasarkan kesepakatan, ujung amino diletakkan pada awal rantai polipeptida;
berarti urutan asam amino dalam rantai polipeptida ditulis dengan diawali oleh
residu aminoterminal. Pada suatu tripeptida Ala-Gly-Trp (AGW), alanin
merupakan residu aminoterminal dan Triptofan merupakan residu karboksil-
terminal. Harus diperhatikan bahwa Trp-Gly-Ala (WGA) merupakan tripeptida
yang berbeda.

Rantai polipeptida terdiri dari bagian yang berulang secara beraturan yang disebut
rantai utama, dan bagian yang bervariabel yang membentuk rantai samping ().
Rantai utama kadang-kadang disebut tulang punggung. Kebanyakan rantai
polipeptida di alam mengandung antara 50 sampai 2000 residu asam amino. Berat
molekul rata-rata residu asam amino adalah 110, berarti berat molekul rantai
polipeptida adalah antara 5.500 dan 220.000. Massa protein dapat juga dinyatakan
dalam dalton; satu dalton sama dengan satu unit massa atom. Suatu protein
dengan berat molekul 50.000 mempunyai massa 50 kd (kilodalton).

Sejumlah protein mempunyai ikatan disulfida. Ikatan disulfida antarrantai


maupun di dalam rantai terbentuk oleh oksidasi residu sistein. Disulfida yang

6
dihasilkan adalah sistein. Protein intra sel umumnya tidak mempunyai ikatan
disulfida, sedangkan protein ekstrasel sering mempunyai beberapa. Ikatan lintas
non-belerang yang berasal dari rantai samping lisin ditemukan pada beberapa
protein. Misalnya, serat kolagen dalam jaringan ikat diperkuat dengan cara ini,
sama seperti fibrin pada pengumpulan darah.
2. Struktur Sekunder
Dapatkah suatu rantai polipeptida berlipat membentuk struktur reguler yang
berulang? Untuk menjawab pertanyaan ini, Pauling dan Corey mempelajari
berbagai kemungkinan konformasi polipeptida dengan membuat model-model
molekul. Mereka sangat mentaati hasil pengamatan sudut ikatan dan jarak pada
asam amino dan peptida kecil. Pada tahun 1951, mereka mengemukakan dua
struktur polipeptida yang disebut heliks α dan lembar berlipat β . Struktur ini
berhubungan dengan pengaturan kedudukan ruang residu asam amino dalam
urutan linier. Heliks α merupakan struktur berbentuk batang. Rantai polipeptida
utama yang bergelung membentuk bagian dalam batang dan rantai samping
mengarah ke luar dari heliks. Bentuk heliks α dimantapkan oleh ikatan hidrogen
antara gugus NH dan gugus CO pada rantai utama. Gugus CO setiap asam amino
membentuk ikatan hidrogen dengan gugus NH asam amino terletak pada empat
residu di depannya pada urutan linier. Berarti semua gugus CO dan gugus NH
pada rantai utama membentuk ikatan hidrogen. Tiap residu asam dengan residu
berikutnya sepanjang aksis heliks Gambar 2.10. Heliks α mempunyai jarak 1,5 o
A dengan rotasi 100°, sehingga terdapat 3,6 residu asam amino tiap putaran
heliks. Pada heliks α asam amino yang berjarak tiga dan empat pada urutan linier
akan terletak berseberangan dalam heliks sehingga tidak saling berhubungan.
Jarak antara dua putaran heliks α adalah perkalian jarak translasi (1,5 o A ) dan
jumlah residu pada setiap putaran 3,6 yang sama dengan 5,4 o A . Arah putaran
heliks seperti pada skrup dapat bersifat putar kanan (searah jarum jam) dan putar
kiri (berlawanan arah jarum jam) Heliks protein α bersifat putar kanan.
Kandungan heliks α dalam protein bervariasi luas mulai dari hampir tidak ada
sampai 100%. Misalnya, enzim kimotripsin tidak mengandung heliks α .
Kebalikannya, 75% protein mioglobin dan hemoglobin berbentuk heliks α .

7
Panjang untai tunggal heliks α biasanya kurang dari 45 o A . Tetapi dua atau lebih
heliks α dapat saling berpilin membentuk struktur yang stabil, dengan panjang
dapat mencapai 1000 o A (100 nm atau 0,1  m ) atau lebih. Heliks α yang saling
berpilin ditemukan pada miosin dan tropomiosin otot, pada fibrin gumpalan darah
dan pada keratin rambut. Bentuk heliks pada protein ini mempunyai peran
mekanis dalam pembentukan berkas serat yang kaku seperti duri landak.
Sitoskeleton (penyangga bagian dalam) suatu sel mengandung banyak filamen
yang merupakan dua untai heliks α yang saling berpilin. Struktur heliks α telah
disimpulkan oleh Pauling dan Corey enam tahun sebelum struktur ini terbukti
pada mioglobin dengan pemeriksaan menggunakan sinar X. Uraian tentang
struktur heliks α ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah biologi molekuler
sebab memperlihatkan bahwa konformasi rantai polipeptida dapat diperkirakan
bila sifat komponennya diketahui dengan teliti dan tepat.

Pauling dan Corey menemukan corak struktur periodik yang lain yang dinamakan
lembar berlipat β (disebut β sebab merupakan struktur kedua yang mereka
temukan sedangkan heliks α sebagai struktur pertama). Lembar berlipat 0 berbeda
dengan heliks a yang berbentuk batang. Rantai polipeptida lembar berlipat β
disebut untai β , berbentuk lurus terentang tidak bergelung tegang seperti heliks
α.
Jarak aksis antara asam amino yang bersebelahan adalah 3,5A sedangkan pada
heliks α adalah 1,5 A. Perbedaan lain ialah pada lembar berlipat β distabilkan oleh
ikatan hidrogen antara gugus NH dan CO pada rantai polipeptida berlainan,
sedangkan pada heliks α ikatan hidrogen terdapat antara gugus NH dan CO pada
rantai yang sama.

8
Rantai polipeptida yang bersebelahan pada lembar berlipat β dapat searah (lembar
β paralel) atau berlawanan arah (lembar β antiparalel). Misalnya, fibroin sutra
hampir seluruhnya terdiri dari tumpukan lembar β antiparalel. Bagian lembar β
seperti ini merupakan struktur yang berulang pada banyak protein. Sering
dijumpai unit struktur yang terdiri dari dua sampai lima untai lembar β paralel
atau antiparalel.
3. Struktur Tersier
Struktur tersier menggambarkan pengaturan ruang residu asam amino yang
berjauhan dalam urutan linier dan pola ikatan-ikatan disulfida. Perbedaan antara
struktur sekunder dan tersier tidaklah terlalu jelas. Kolagen memperlihatkan tipe
khusus suatu heliks dan merupakan protein yang paling banyak ditemukan pada
mamalia. Kolagen merupakan komponen serat utama dalam kulit, tulang, tendon,
tulang rawan dan gigi. Protein ekstrasel ini mengandung tiga rantai polipeptida
berbentuk heliks, yang masing-masing sepanjang hampir 1000 residu. Urutan
asam amino dalam kolagen sangat beraturan: tiap residu ketiga hampir selalu
glisin.
Dibanding dengan protein lain kandungan prolin dalam kolagen juga tinggi.
Selanjutnya, kolagen mengandung 4-hidroksiprolin yang jarang ditemukan dalam
protein lain. Urutan glisin-prolin-hidroksiprolin (Gly-ProHyp) sering kali
dijumpai. 3000 o A dengan diameter hanya 15 o A . Corak heliks dari gabungan
ketiga rantai polipeptida, sama sekali berbeda dengan heliks α dalam satu untai
tidak ditemukan ikatan hidrogen. Tetapi, masing-masing untai heliks kolagen
distabilkan oleh daya tolak menolak cincin pirolidin residu prolin dan
hidroksiprolin. Dalam bentuk heliks ini yang lebih terbuka daripada heliks yang
terpilin tegang, cincin-cincin pirolidon berjauhan letaknya. Ketiga untai
polipeptida saling berbelit membentuk superheliks. Jarak aksis tiap residu dalam
9
superheliks adalah 2,9 o A dengan hampir tiga residu pada tiap putaran. Ketiga
untai heliks ini saling berikatan melalui ikatan hidrogen. Sebagai donor hidrogen
adalah gugus NH residu glisin dan gugus CO residu pada rantai yang berlainan
bertindak sebagai akseptor hidrogen. Gugus hidroksil residu hidroksiprolin juga
berperan pada pembentukan ikatan hidrogen. Dengan ini dapat dimengerti
mengapa glisin menempatkan diri pada tiap posisi ketiga pada rentangan seribu
residu yang membentuk heliks kolagen. Bagian dalam heliks tiga untai ini sangat
padat. Ternyata glisin merupakan satu-satunya residu yang cocok pada bagian
dalam. Karena ada tiga residu pada tiap putaran heliks, maka tiap residu ketiga
pada setiap untai tersebut haruslah glisin. Residu asam amino bersebelahan
dengan glisin terletak pada bagian luar untai dan ruang ini cukup untuk residu
prolin dan hidroksiprolin yang besar.
Protein yang terdiri atas lebih dari satu rantai polipeptida mempunyai tingkat
organisasi struktural tambahan. Masing-masing rantai polipeptida disebut sub
unit. Struktur kuarterner menggambarkan pengaturan sub unit protein dalam
ruang. Misalnya hemoglobin, terdiri atas dua rantai α dan dua rantai β. Susunan
sub unit hemoglobin pada tetramer ini berperan pada komunikasi antartempat
pengikatan O2, C O2, dan H+ yang berjauhan. Virus sangat memanfaatkan
informasi genetik yang terbatas dengan membentuk selubung yang terdiri dari sub
unit-sub unit yang sama secara berulang di dalam susunan yang simetris.

C. KLASIFIKASI PROTEIN

Klasifikasi protein berdasarkan [ CITATION Lai16 \l 2057 ]:

1. Fungsi Biologisnya
a. Protein Enzim
Golongan protein ini berperan pada biokatalisator dan pada umumnya
mempunyai bentuk globular. Protein enzim ini mempunyai sifat yang
khas, karena hanya bekerja pada substrat tertentu.
Yang termasuk golongan ini antara lain:

10
(1) Peroksidase yang mengkatalase peruraian hidrogen peroksida.
(2) Pepsin yang mengkatalisa pemutusan ikatan peptida.
(3) Polinukleotidase yang mengkatalisa hidrolisa polinukleotida.
b. Protein Pengangkut
Protein pengangkut mempunyai kemampuan membawa ion atau molekul
tertentu dari satu organ ke organ lain melalui aliran darah. Yang termasuk
golongan ini antara lain:
(1) Hemoglobin pengangkut oksigen.
(2) Lipoprotein pengangkut lipid.
c. Protein Struktural
Peranan protein struktural adalah sebagai pembentuk struktural sel
jaringan dan memberi kekuatan pada jaringan. Yang termasuk golongan
ini adalah elastin, fibrin, dan keratin.
d. Protein Hormon
Adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin membantu
mengatur aktifitas metabolisme didalam tubuh.
e. Protein Pelindung
Protein pada umumnya terdapat pada darah, melindungi organisme dengan
cara melawan serangan zat asing yang masuk dalam tubuh.
f. Protein Kontraktil
Golongan ini berperan dalam proses gerak, memberi kemampuan pada sel
untuk berkontraksi atau mengubah bentuk. Yang termasuk golongan ini
adalah miosin dan aktin.
g. Protein Cadangan
Protein cadangan atau protein simpanan adalah protein yang disimpan dan
dicadangan untuk beberapa proses metabolisme.
2. Struktur Susunan Molekul
a. Protein Fibriler/Skleroprotein
Protein ini berbentuk serabut, tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik
larutan garam, asam, basa, ataupun alkohol. Berat molekulnya yang besar
belum dapat ditentukan dengan pasti dan sukar dimurnikan. Susunan

11
molekulnya terdiri dari rantai molekul yang panjang sejajar dengan rantai
utama, tidak membentuk kristal dan bila rantai ditarik memanjang, dapat
kembali pada keadaan semula. Kegunaan protein ini terutama hanya untuk
membentuk struktur bahan dan jaringan. Contoh protein fibriler adalah
kolagen yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot, keratin pada
rambut, dan fibrin pada gumpalan darah.
b. Protein Globuler/Sferoprotein
Protein ini berbentuk bola, banyak terdapat pada bahan pangan seperti
susu, telur, dan daging. Protein ini larut dalam larutan garam dan asam
encer, juga lebih mudah berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi
garam, pelarut asam, dan basa jika dibandingkan dengan protein fibriler.
Protein ini mudah terdenaurasi, yaitu susunan molekulnya berubah yang
diikuti dengan perubahan sifat fisik dan fisiologiknya seperti yang dialami
oleh enzim dan hormon.
3. Komponen Penyusunan
a. Protein Sederhana
Protein sederhana tersusun oleh asam amino saja, oleh karena itu pada
hidrolisisnya hanya diperoleh asam-asam amino penyusunnya saja.
Contoh protein ini antara lain, albumin, globulin, histon, dan prolamin.
b. Protein Majemuk
Protein ini tersusun oleh protein sederhana dan zat lain yang bukan
protein. Zat lain yang bukan protein disebut radikal protestik. Yang
termasuk dalam protein ini adalah:
(1) Phosprotein dengan radikal prostetik asam phostat.
(2) Nukleoprotein dengan radikal prostetik asam nukleat.
(3) Mukoprotein dengan radikal prostetik karbohidrat
4. Asam Amino Penyusunnya
a. Protein yang tersusun oleh asam amino esensial
Asam amino esensial adalah asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh,
tetapi tubuh tidak dapat mensintesanya sendiri sehingga harus didapat atau
diperoleh dari protein makanan. Ada 10 jenis asam esensial yaitu isoleusin

12
(ile), leusin (leu), lisin (lys), metionin (met), sistein (cys), valin (val),
triptifan (tryp), tirosina (tyr), fenilalanina (phe), dan treonina (tre).
b. Protein yang tersusun oleh asam amino non esensial
Asam amino non esensial adalah asam amino yang bibutuhkan oleh tubuh
dan tubuh dapat mensintesa sendiri melalui reaksi aminasi reduktif asam
keton atau melaui transaminasi. Yang termasuk dalam protein ini adalah
alanin, aspartat, glutamat, glutamine.
5. Berdasarkan Sumbernya
a. Protein Hewani
Yaitu protein dalam bahan makanan yang berasal dari hewan, seperti
protein daging, ikan, ayam, telur, dan susu.
b. Protein Nabati Yaitu protein yang berasal dari bahan makanan tumbuhan,
seperti protein jagung, kacang panjang, gandum, kedelai, dan sayuran.
6. Berdasarkan Tingkat Degradasi
a. Protein alami adalah protein dalam keadaan seperti protein dalam sel.
b. Turunan protein yang merupakan hasil degradasi protein pada tingkat
permulaan denaturasi. Dapat dibedakan sebagai protein turunan primer
(protean, metaprotein) dan protein turunan sekunder (proteosa, pepton,
dan pepti.

D. SUMBER PROTEIN

Dengan peran pentingnya protein bagi tubuh, maka kebutuhan tubuh akan
protein perlu tercukupi. Ada berbagai bahan makanan yang mengandung protein.
Berdasarkan asalnya, protein terdiri dari 2 macam, yaitu protein hewani dan protein nabati.
Protein hewani yaitu protein yang bersumber dari hewan, sedangkan protein nabati yaitu
protein yang bersumber dari tumbuhan.

1. Bahan Makanan Yang Mengandung Protein Hewani


a. Telur

13
Telur merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung protein
tinggi, terutama bagian putih telurnya. Bagian kuning telur mengandung
mineral, vitamin, dan lemak. Cara penyajian telur biasanya dengan
digoreng atau direbus. Jika ingin lebih sehat, maka pilih telur rebus.
b. Ikan
Selain telur, sumber protein hewani lainnya yaitu ikan. Ada banyak ikan
yang mengandung protein tinggi, seperti ikan salmon, ikan teri, ikan cue,
ikan bawal, ikan tongkol, ikan kembung, dan sebagainya. Kandungan
protein yang terdapat pada ikan merupakan protein yang mudah dicerna
oleh tubuh sehingga baik untuk anak-anak.
c. Dada ayam
Dada ayam termasuk white meat atau daging putih. Bagian ini merupakan
sumber protein. Dibanding dengan bagian lainnya, seperti kulit, dada
ayam lebih rendah lemak. Oleh karena itu, bagi yang ingin menambah
asupan protein dengan tidak menambah banyak asupan lemak, pilih dada
ayam ketimbang paha ayam yang seringkali terdapat kulit.
d. Udang
Udang juga merupakan sumber protein. Kandungan protein pada udang
tergolong tinggi karena kadar asam amino yang lengkap dan
berprofil tinggi. Selain itu, udang juga mengandung asam lemak
omega-3 dan omega-6.
e. Susu
Sumber protein berikutnya yaitu susu.

2. Bahan Makanan Yang Mengandung Protein Nabati


a. Kedelai
Kedelai termasuk tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar
pembuatan tahu, dan tempe. Kedelai mengandung kadar protein yang
tinggi. Untuk mendapatkan asupan protein nabati dari kedelai, bisa dengan
mengonsumsi produk olahannya, seperti tahu, tempe, dan susu kedelai.
b. Gandum

14
Gandum atau yang juga dikenal dengan terigu juga termasuk sumber
protein nabati. Protein yang terdapat pada gandum terdiri dari asam amino
esensial (protein yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh) dan asam amino
nonesensial. Gandum biasa digunakan sebagai bahan baku roti.
c. Kacang-kacangan
Bahan makanan berikutnya yang mengandung protein tinggi yaitu
kacang-kacangan. Berbagai jenis kacang-kacangan seperti kacang hijau,
kacang tunggak, dan kacang merah bisa dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan asupan protein.
d. Brokoli
Sumber protein nabati berikutnya yaitu brokoli. Dengan mengonsumsi 100
kalori brokoli, maka tubuh akan mendapatkan asupan 7 gram protein dan
10 gram serat.
e. Bayam
Selain brokoli, sayuran yang juga mengandung protein adalah bayam.
Bayam memang mengandung protein, namun tidak begitu banyak. Tetapi,
bayam mengandung nutrisi lainnya yang penting untuk tubuh

B. FUNGSI PROTEIN

Protein mempunyai fungsi bermacam-macam bagi tubuh, yaitu sebagai enzim, zat
pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, dan alat pengangkut. Sebagai zat-zat pengatur, protein
mengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon. Proses metabolik
(reaksi biokimiawi) diatur dan dilangsungkan atas pengaturan enzim, sedangkan aktivitas
enzim diatur lagi oleh hormon, agar terjadi hubungan yang harmonis antara proses
metabolisme yang satu dengan yang lain (Sediaoetama, 2008).

Menurut Aminah (2005) yang mengutip dari Marsetyo dan Kartasapoetra fungsi
protein di dalam tubuh yaitu :

1. Protein sebagai Zat Pembangun

15
Maksud zat pembangun di sini adalah bahwa protein itu merupakan bahan
pembentuk berbagai jaringan tubuh baru, dimana proses pembentukan jaringan
baru selalu terjadi di dalam tubuh, antara lain:
a. Pada masa pertumbuhan : Proses ini terjadi mulai dari lahir sampai
menjadi dewasa muda. Dalam masa ini proses pembentukan jaringan
terjadi secara besar-besaran. Dalam masa hamil Di dalam tubuh wanita
yang sedang hamil terjadi pembentukan jaringan–jaringan baru dari janin
yang sedang dikandungnya. Pembentukan jaringan baru pada waktu hamil
terjadi lebih cepat di pertengahan kehamilan.
b. Penggantian jaringan–jaringan yang rusak dan dirombak. Pada waktu
orang sakit keras atau pada berbagai penyakit menahun terlihat orang
menjadi kurus disebabkan banyak jaringannya yang rusak.
c. Waktu Latihan, latihan dan olah raga terjadi pula pembentukan jaringan
baru, terutama jaringan otot.
2. Protein sebagai Zat Pengatur
Protein termasuk pula kedalam golongan zat pengatur, karena protein ikut pula
mengatur berbagai proses tubuh, baik secara langsung maupun tidak
langsung sebagai bahan pembentuk zat – zat yang mengatur berbagai proses
tubuh.Protein sebagai Pemberi Tenaga Para peneliti telah menemukan bahwa
komposisi protein mengandung unsur karbon, dengan demikian maka jelas
protein dapat berfungsi sebagai sumber energi pula. Dalam keadaan
tersedianya karbohidrat tidak mencukupi, maka untuk menyediakan energi
sejumlah karbon yang terkandung dalam protein akan dimanfaatkan
seperlunya sehingga berlangsung pembakaran dan sejumlah protein.
3. Protein sebagai Pemberi Tenaga
Para peneliti telah menemukan bahwa komposisi protein mengandung unsur
karbon, dengan demikian maka jelas protein dapat berfungsi sebagai sumber
energi pula. Dalam keadaan tersedianya karbohidrat tidak mencukupi, maka
untuk menyediakan energi sejumlah karbon yang terkandung dalam protein
akan dimanfaatkan seperlunya sehingga berlangsung pembakaran dan

16
sejumlah protein. lainnya digunakan memenuhi fungsi yang sebenarnya yaitu
untuk pembentukan jaringan.

Selain itu,manfaat protein bagi tubuh kita sangatlah banyak. Protein sangat
mempengaruhi proses pertumbuhan tubuh kita. Diantara manfaat protein tersebut
adalah sebagai berikut:

a. Sebagai enzim. Protein memiliki peranan yang besar untuk mempercepat


reaksi biologis.
b. Sebagai alat pengangkut dan penyimpan. Protein yang terkandung dalam
hemoglobin dapat mengangkut oksigen dalam eritrosit. Protein yang
terkandung dalam mioglobin dapat mengangkut oksigen dalam otot.
c. Untuk penunjang mekanis. Salah satu protein berbentuk serabut yang
disebut kolagen memiliki fungsi untuk menjaga kekuatan dan daya tahan
tulang dan kulit.Sebagai pertahanan tubuh atau imunisasi
Pertahanantubuh. Protein ini biasa digunakan dalam bentuk antibodi.
d. Sebagai media perambatan impuls syaraf.
e. Sebagai Pengendalian pertumbuhan

C. KEBUTUHAN SEHARI-HARI PROTEIN

Berdasarkan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kemenkes RI, standar angka
kecukupan protein bagi masyarakat Indonesia adalah sekitar 56-59 gram per hari untuk
perempuan dan 62-66 gram per hari untuk laki-laki. Namun secara khusus, berikut adalah
AKG Protein yang dibutuhkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 75 Thaun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia :

1. AKG Protein bayi kurang dari 6 bulan : 12 g


2. AKG Balita : 18 – 35 g

17
3. AKG laki-laki 
a. Anak-anak (5-11 tahun) : 49 – 56 g
b. Remaja (12 s.d 25 tahun) : 62 – 72 g
c. Dewasa (26 s.d 45 tahun) : 62 – 65 g
d. Lansia (41 s.d 65 tahun) : 65 g
e. Manula (>65 tahun) : 62 g
3. AKG perempuan 
a. Anak-anak (5-11 tahun) : 49 – 60 g
b. Remaja (12 s.d 25 tahun) : 56 – 69 g
c. Dewasa (26 s.d 45 tahun) : 56 g
d. Lansia (41 s.d 65 tahun) : 56 g
e. Manula (>65 tahun) : 56 g
f. Masa kehamilan dan menyusui : ditambah 20 g dari kebutuhan
berdasarkan usia

18
D. PENCERNAAN PROTEIN
Protein dicerna atau dihidrolisis di dalam tubuh, untuk membedakan asam
amino agar dapat diserap dan didistribusikan oleh darah keseluruh organ dan
jaringan tubuh. Asam amino merupakan produk akhir dari perombakan protein.
Proses perubahan protein menjadi asam amino berlangsung didalam saluran
pencernaan, terutama usus halus, akan dihasilkan 20 jenis asam amino yang
berbeda (Afrianto dan Liviawaty, 2007).
Protein yang berbentuk polipeptida (polimer dari asam amino) akan diubah
menjadi peptida yang lebih sederhana oleh enzim pepsin dan tripsin. Selanjutnya,
dengan bantuan amino peptidase, peptida ini akan diubah lagi menjadi asam
amino. Asam amino akan diserap oleh darah dan diangkut keseluruh bagian
tubuh. Didalam jaringan tubuh, asam amino akan diubah kembali menjadi
protein dan selanjutnya disimpan sebagai cadangan dalam bentuk protein tubuh
(Afrianto dan Liviawaty, 2007).

Mekanisme Pencernaan Protein Sama seperti proses pencernaan lemak dan


karbohidrat, protein juga hanya dapat diserap tubuh manusia jika sudah diurai

19
dalam bentuk yang sederhana. Penguraian protein dalam sistem
pencernaanmanusia melibatkan seluruh organ pencernaan dan kerja dari enzim -
enzim protease melalui serangkaian proses. Rangkaian dari proses
pencernaan protein dalam tubuh manusia tersebut dimulai dari rongga mulut.

1. Rongga Mulut dan Kerongkongan

Di rongga mulut, proses pencernaan protein melibatkan kerja gigi dan


ludah. Gigi dalam hal ini berfungsi untuk memperkecil ukuran makanan
sedangkan ludah berguna dalam mempermudah lewatnya makanan yang
dikunyah untuk melewati kerongkongan. Baik di rongga mulut, maupun
dalam kerongkongan, protein secara khusus belum mengalami proses
pencernaan yang sebenarnya

2. Lambung

Di lambung, protein yang tertampung akan bereaksi dengan enzim


pepsin yang berasal dari getah lambung. Enzim pepsin sendiri hanya akan
terbentuk jika asam lambung (HCl) menemukan protein dan melakukan
penguraian rangkaiannya. Penguraian rangkaian protein dalam lambung
secara biokimia akan menstimulasi peps in pasif menjadi pepsin aktif. Enzim
pepsin memecah ikatan protein menjadi gugus yang lebih sederhana, yaitu
pepton dan proteosa. Kedua gugus ini merupakan polipeptida pendek yang
masih belum dapat diabsorpsi oleh jonjot usus

3. Usus Halus : Polipeptida pendek yang dihasilkan dari reaksi enzim pepsin
dan protein kemudian akan bercampur dengan enzim protease (erepsin)
di dalam usus halus. Protease berasal dari pankreas yang disalurkan ke
usus halus melalui dinding membran. Protease mengandung, beberapa
precursor yang antara lain prokarboksipeptidase, kimotripsinogen,
tripsinogen, proelastase, dan collagenase. Masing - masing prekursor
protease ini akan menghidrolisis polipeptida menjadi jenis asam amino yang
berbeda – beda sebagai berikut :

20
a. Prokarboksipeptidase menguraikan asam amino dari ujung karboksil
polipeptida.
b. Kimotripsinogen menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino
methionine, tryptophan, tyrosine, asparagine, phenylalanine, dan histidine
c. Tripsinogen menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino arginine
dan lysine
d. Proelastase dan collagenase menguraikan polipeptida menjadi tripeptida
dan polipeptida yang lebih kecil

Setelah protein berhasil diurai menjadi asam amino, selanjutnya jonjot usus
yang terdapat pada dinding usus penyerapan (ileum) akan menyerap asam
amino yang dihasilkan dari proses pencernaan protein untuk dikirimkan
melalui aliran darah ke seluruh sel - sel di tubuh kita.

4. Usus Besar dan Anus


Jika asam amino yang dihasilkan dari proses pencernaan protein memiliki
jumlah yang berlebih, asam amino tersebut kemudian akan dirombak
menjadi senyawa - senyawa seperti amoniak (NH3) dan amonium (NH4OH).
Pada tahap selanjutnya, semua senyawa ini kemudian dibuang melalui
saluran kencing atau bersama dengan feses.

E. ABSORPSI PROTEIN

Agar tubuh mendapatkan manfaat dari makanan maka akan dilakukan proses
pencernaan di dalam tubuh. Proses pencernaan meliputi proses mengunyah dan menelan di
mulut, pergerakan dari esophagus ke lambung, pencernaan mekanis dan kimia, penyerapan
atau absorbsi, dan pembuangan. Pencernaan mekanis adalah proses pemecahan atau
penghancuran makanan secara fisik, seperti mengunyah, menyobek/memotong dan lain-lain.
Pencernaan kimia adalah proses pemecahan makanan dari molekul kompleks menjadi
molekul-molekul yang sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh kelenjar
pencernaan. Organ-organ pencernaan dalam tubuh meliputi; mulut, esopagus, lambung, usus
21
halus, usus besar, rectum dan anus. Selain itu ada liver, pankreas yang juga berperan penting
dalam proses pencernaan.

Sebagian besar (90%) proses penyerapan zat gizi makanan dilakukan di usus halus.
Usus halus menyerap 80% air, vitamin, mineral, karbohidrat, protein, dan lemak. Dinding
usus halus memiliki vili yang ditutupi mikrovili yang berfungsi untuk membuat permukaan
usus halus yang lembut dan licin. Bila dilihat di mikroskop terllihat seperti ribuan lipatan
yang dilengkapi oleh rambut-rambut halus.

Antara vili-vili usus halus terdapat celah yang disebut kripta berupa kelenjer-kelenjer
yang berfungsi mensekresikan getah pencernaan (enzim-enzim pencernaan) yang disalurkan
ke usus halus. Setiap vili dilengkapi dengan pembuluh darah dan saluran limfa. Sedangkan
mikrovili dilengkapi dengan enzim-enzim yang membantu menuntaskan proses pencernaan
yang belum sempurna. Setiap mikrovili mampu menangkap molekul-molekul zat gizi dan
menyerapnya dan menyalurkan ke pembuluh darah atau saluran limfa. Selain itu disetiap
permukaan mikrovili terdapat ratusan pompa-pompa alat angkut zat gizi yang berbeda yang
dapat mengenali dan menyerap zat gizi yang sesuai. Berikut gambaran vili dan mikrovili usus
halus.

Absorpsi merupakan proses yang sangat kompleks dan menggunakan tiga cara: aktif,
pasif, dan fasilitatif. Absorpsi aktif menggunakan alat angkut protein dan energi. Glukosa,
galaktosa, asam amino, kalium, magnesium, fosfat, iodine, kalsium, dan zat besi diabsorpsi
secara aktif. Absorpsi pasif terjadi tanpa menggunakan alat angkut dan energi. Hal ini terjadi
jika konsentrasi zat gizi di saluran cerna lebih tinggi dari pada sel yang mengabsorpsi. Hanya
sebagian kecil zat gizi yang diabsorpsi secara pasif, yaitu: air dan beberapa mineral. Absorpsi
fasilitatif tidak membutuhkan energi, hanya membutuhkan alat angkut protein untuk
memindahkan zat gizi dari saluran cerna ke sel yang mengabsorpsi. Hal ini terjadi karena
perbedaan kosentrasi dan ini dilakukan pada absorpsi fruktosa. Beberapa zat gizi mungkin
menggunakan alat angkut yang sama, sehingga berkompetisi untuk diabsorpsi. Zat-zat gizi
yang larut air (protein, karbohidrat, vitamin larut air, mineral), termasuk hasil pencernaan
lemak berupa emulsi, diabsorpsi langsung oleh vili usus halus ke pembuluh darah melalui

22
pembuluh kapiler dan diteruskan menuju pembuluh vena organ hati. Di dalam hati makanan
di sortir, yang berbahaya dimusnahkan, kemudian dibawa kembali ke pembuluh vena dan
diedarkan ke seluruh tubuh atau sel-sel tubuh dan siap dimanfaatkan tubuh dan
dimetabolisme menjadi energi.

F. METABOLISME PROTEIN

Zat-zat gizi yang sudah diabsorpsi dan sampai di sel seluruh tubuh siap dimanfaatkan dan
dimetabolisme menjadi energi. Zat-zat gizi yang akan dimetabolisme menjadi energi adalah
karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan vitamin dan mineral akan berperan sebagai koenzim
dan kofaktor dalam proses metabolisme. Sisa-sisa metabolisme yang tidak dibutuhkan tubuh
akan dikeluarkan melalui sistem ekskresi dan sistem pernafasan. Sisa-sisa ini dapat berupa: urea,
air, CO2.

Metabolisme adalah proses pemecahan zat-zat gizi di dalam tubuh untuk menghasilkan
energi atau untuk pembentukan struktur tubuh. Proses metabolisme ini terjadi di dalam
mitokondria masing-masing sel tubuh, terutama sel hati. Proses metabolisme terdiri dari
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah reaksi menggabungkan molekul-molekul kecil
menjadi makromolekul yang lebih kompleks, contoh: glukosa diubah menjadi glikogen, asam
lemak dan gliserol menjadi trigliserida, atau asam amino menjadi protein. Katabolisme adalah
reaksi memecah molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana, contoh: pemecahan
glukosa menjadi asam piruvat yang melepaskan atau menghasilkan energi. Selama proses
pencernaan, zat gizi penghasil energi (karbohidrat, protein, lemak) dipecah menjadi glukosa (dan
monosakarida lainnya), asam-asam amino, gliserol dan asam lemak. Dengan penambahan enzim
dan koenzim, sel akan menggunakan hasil-hasil pencernaan makanan tersebut untuk membangun
komponen yang lebih kompleks (anabolisme) untuk membentuk struktur tubuh atau
memecahnya lebih lanjut untuk memperoleh energi (katabolisme) sesuai kebutuhan. ATP
(adenosine triphosphate) merupakan bentuk senyawa energi tinggi yang dihasilkan selama proses
katabolisme.

23
Tubuh lebih menggunakan karbohidrat dan lemak untuk kebutuhan energi. Sedangkan
asam amino lebih diprioritaskan untuk membentuk protein struktur tubuh, akan tetapi protein
juga melewati jalur metabolisme dan berkontribusi sekitar 10-15% energi yang digunakan per
hari. Glukosa, asam lemak, gliserol, dan asam amino hasil pencernaan makanan yang diabsorpsi
tubuh akan dimetabolisme menjadi energi dan kelebihannya yang tidak dimanfaatkan sebagai
energi akan disimpan dalam bentuk glikogen dan trigliserida (lemak tubuh).

Pencernaan protein menghasilkan asam amino. Sebagian besar asam amino digunakan
untuk pembangunan protein tubuh. Bila ada kelebihan asam amino atau karbohidrat dan lemak
tidak mencukupi untuk energi, sebagian dari asam amino dipecah melalui jalur yang sama
dengan glukosa untuk menghasilkan energi. Beberapa jenis asam amino bisa langsung memasuki
siklus TCA untuk menghasilkan energi.

Asetil KoA memegang peranan sentral dalam metabolism energi. Semua metabolism
energi melalui asetil KoA. Walaupun karbohidrat, lemak, protein memasuki siklus TCA melalui
jalur yang berbeda, cara menghasilkan energi setelah itu adalah sama. Penjelasan lebih lanjut
tentang katabolisme (pemecahan molekul menjadi energi) ketiga zat gizi ini yang menghasilkan
produk antara yang sama berupa Asetil KoA.

Protein dalam sel hidup terus menerus diperbaharui melalui proses pertukaran protein,
yaitu suatu proses berkesinambungan yang terdiri atas penguraian protein yang sudah ada
menjadi asam amino bebas dan resintesis selanjutnya dari asam-asam amino bebas menjadi
protein. Dalam tubuh sekitar 1-2 % protein mengalami peruraian setiap hari. Sekitar 75- 80 %
dari asam amino yang dibebaskan akan digunakan kembali untuk sintesis protein yang baru.
Nitrogen sisanya akan dikatabolisasi menjadi urea (pada mamalia) dan kerangka karbon bagi
senyawa-senyawa amfi bolik. Untuk mempertahankan kesehatan, manusia memerlukan 30- 60 g
protein setiap hari atau ekivalen dalam bentuk asam amino bebas. Asam-asam amino yang
berlebih tidak akan disimpan, tetapi diuraikan dengan cepat. Di dalam sel, protein akan diuraikan
menjadi asam-asam amino oleh protease dan peptidase. Protease intrasel akan memutus ikatan
peptida internal protein sehingga terbentuk senyawa peptida. Selanjutnya, oleh peptidase, peptida
tersebut akan diuraikan menjadi asam-asam amino bebas. Endopeptidase akan memutus ikatan

24
peptida internal sehingga terbentuk peptida-peptida yang lebih pendek, selanjutnya
ammopeptidase dan karboksipeptidase akan membebaskan asam-asam amino masing-masing
dalam gugus terminal-N dan -C pada peptida-peptida tersebut. Penguraian protein seperti yang
disebutkan di atas adalah untuk protein ekstrasel dan intrasel yang mana penguraiannya tidak
memerlukan ATP. Untuk protein yang berusia pendek dan yang abnormal penguraiannya terjadi
pada sitosol dan memerlukan ATP atau ubikuitin. Asam amino yang terbentuk dari katabolisme
protein ini akan dimetabolisasi menjadi ammonia dan kerangka karbon. Selanjutnya kerangka
karbon akan ikut dalam siklus asam sitrat (TCA) dan glukoneogenesis. Sedangkan ammonia
akan mengalami sintesis membentuk urea atau membentuk asam amino baru.

1. Katabolisme Nitrogen Asam Animo


Hanya sedikit organisme yang dapat mengubah nitrogen bebas (N2) menjadi
senyawa biologis yang berguna seperti NH3, oleh karenanya organisme umumnya
menggunakan nitrogen dari asam amino. Pada umumnya, asam amino
dimetabolisasi di hepar. Ammonia yang dihasilkan didaur ulang dan digunakan
untuk bermacam-macam proses biosintesis, kelebihannya akan dibuang sebagai
urea. Kelebihan ammonia yang dihasilkan oleh jaringan ekstrahepatik akan
diangkut ke hepar (dalam bentuk gugus amino) untuk diubah menjadi senyawa
yang bisa diekskresi. Di dalam katabolisme ini, asam amino glutamat dan
glutamin berperan penting, Gugus amino dari asam amino akan dialihkan ke Į-
keto glutamat membentuk glutamat (terjadi disitosol). Selanjutnya, glutamat akan
diangkut ke mitokondria dan gugus amino dilepaskan berupa NH4. Kelebihan
ammonia jaringan lain akan diubah menjadi glutamin lalu diangkut ke
mitokondria hepar. Kelebihan gugus amino di jaringan otot dialihkan ke piruvat,
karenanya piruvat berubah menjadi alanin yang selanjutnya akan dibawa ke
mitokondria hepatosit untuk dilepas gugus NH4 nya. Manusia merupakan
makhluk ureotelik artinya dapat mengubah nitrogen asam amino menjadi urea
yang tidak toksik dan mudah larut dalam air. Biosintesis urea dibagi menjadi 4
tahap: (1), Transminasi, (2), Deaminasi oksidatif, 3) Pengangkutan amonia dan
(4) Reaksi siklus urea. Asam-asam amino yang telah kehilangan gugus amino,
kerangka karbonnya akan mengikuti siklus glukoneogenesis. Asam-asam amino

25
yang demikian ini disebut sebagai asam amino glukogenik (ala, ser, cys, gly, thre,
glu, arg, pro, his, val, meth, dan asp).
2. Transaminasi
Transamini adalah pemindahan gugus asam Į-amino pada glutamat, proses ini
merupakan reaksi pertama dari proses katabolisme. Reaksi ini diawali oleh enzim
transaminase. Enzim ini mempunyai gugus prostetik piridoksal phospat (bentuk
aktif B6). Umumnya, piridoksal fosfat berikatan kovalen dengan situs aktif enzim
melalui ikatan imin (basa schift), yaitu pada gugus amina E dari residu lisin
transaminase. Reaksi-reaksi yang dikatalisis transaminase mempunyai konstanta
kesetimbangan 1,0 karenanya reaksinya adalah bolak-balik. Gugus prostetik
piridoksal fosfat berfungsi sebagai pengangkut sementara (intermediate carrier)
bagi gugus amino pada situs aktif transaminase (Yeum,K.J.,et. al. 2002). Senyawa
ini mengalami transformasi antara bentuk aldehid (piridoksal fosfat) yang dapat
menerima gugus amino dengan bentuk transaminasinya, yaitu piridoksamin fosfat
yang dapat memberikan gugusaminonya kepada suatu asam keto-Į. Piridoksal
fosfat terikat pada transaminase pada situs aktifnya melalui ikatan kovalen dalam
bentuk kimina (basa schiff) dengan gugus amino E dari residu lisin. Pada reaksi
transaminasi ini gugus amino-Į dari asam amino akan dialihkan ke asam keto-Į
glutarat. Hasilnya adalah asam keto-Į glutarat akan mendapat gugus amino
menjadi L-glutamat, sedang asam amino yang kehilangan gugus aminonya
menjadi suatu asam keto-Į yang bersesuaian. Keadaan yang sama juga terjadi
pada transaminasi gugus amino dari alanin ke Į-keto glutarat, reaksi ini
menghasilkan L-glutamat dan pruvat. Jadi, setiap enzim transaminase bersifat
spesifik untuk satu pasangan asam Į-amino dan asam Į -keto. Reaksi transaminasi
itu terbukti terjadi hampir pada semua asam amino kecuali lisin, treonin, prolin
dan hidroksi prolin. Tujuan utama dari reaksi transaminase itu adalah untuk
mengumpulkan semua nitrogen dari asam amino dalam bentuk satu-satunya
senyawa, yaitu glutamat. Hal ini sangat penting karena L-glutamat merupakan
satu-satunya asam amino dalam jaringan mamalia yang menyalami deaminasi
oksidatif dengan kecepatan cukup tinggi. Jadi, pembentukan ammonia dari gugus
Į-amino terutama terjadi lewat konversi menjadi nitrogen Į - amino pada Į

26
-glutamat. Dari glutamat dapat dihasilkan ammonia Seperti diketahui reaksi
transaminasi asam Į-amino menghasilkan glutamat, reaksi ini terjadi di sitosol.
Selanjutnya, L-glutamat tersebut akan diangkut menuju mitokondria dan di sini
akan mengalami deaminasi oksidatif menghasilkan asam Į-keto dan ammonia.
Reaksinya dikatalisis oleh enzim L-glutamat dehidrogenase. Enzim ini hanya
terdapat di matrik mitokondria dan tidak pernah di tempat lain. Untuk bekerjanya
enzim ini memerlukan NAD atau NADP sebagai penerima ekivalen reduksi.
Kerja kombinasi antara amino transferase dan glutamat dehidrogenase disebut
sebagai transdeaminase. Glutamat dehidrogenase adalah eizim alosterik yang
kompleks. Enzim ini terdiri atas 6 subunit yang identik. Kerjanya dipengaruhi
oleh modulator positif ADP dan modulator negatif GTP, yaitu ADP dan GTP
yang dihasilkan oleh reaksi yang dikatalisis oleh suksinil-KoA sintetase di dalam
siklus asam sitrat. Bila sel hepatosit membutuhkan bahan baku bagi siklus asam
sitrat aktivitas glutamat dehidrogenase meningkat, sehingga terbentuk Į-keto
glutarat yang diperlukan oleh siklus asam sitrat dan melepaskan NH4 untuk
diekskresi. Sebaliknya, jika GTP jumlahnya berlebihan di dalam mitokondria
sebagai akibat meningkatnya aktivitas siklus asam sitrat maka proses deaminasi
oksidatif glutamat dihambat.
Ammonia diangkut ke Hepar oleh Glutamin Ammonia jumlah senyawa yang
toksik bagi jaringan tubuh. Kelebihan ammonia akan diubah menjadi senyawa
yang tidak toksisk oleh hepar sebelum akhirnya dibuang melalui ginjal. Sumber
ammonianya misalnya usus. Jaringan lain juga memproduksi ammonia tetapi
dalam jumlah sangat sedikit dan ini dengan cepat diangkut ke hepar. Ammonia
dari jaringan melalui venaporta akan diangkut ke hepar dan diubah menjadi
senyawa nontoksisk urea. Sehingga darah yang meninggalkan hepar pada
hakikatnya bersih dari ammonia. Ginjal juga memproduksi ammonia, ini tampak
dari kadar ammonia vena renalis yang lebih tinggi dari arteria renalis. Ekskresi
ammonia ke dalam urin oleh sel tubulus ginjal lebih merupakan suatu yang
berhubungan dengan pengaturan keseimbangan asam-basa dan penghematan
kation. Eksresi ini akan meningkat nyata pada keadaan asidosis metabolik dan
menurun pada keadsaan alkalosis. Ammonia ini berasal dari asam amino intrasel,

27
khususnya glutamin. Pelepasan ammonia dikatalisis oleh glutaminase renal.
Ammonia dari jaringan ekstrahepatik akan diangkut ke hepar dalam bentuk
glutamin. Ammonia akan bereaksi dengan glutamat membentuk glutamin. Reaksi
ini dikatalisis oleh enzim glutamin sintetase dan memerlukan ATP (Gb.2.6).
Reaksinya berlangsung dalam 2 tahap. Tahap (1) glutamat bereaksi dengan ATP
menghasilkan ADP dan senyawa antara Ȗ-glutamilfosfat. Dilanjutkan dengan
tahap (2), senyawa antara bereaksi dengan ammonia membentuk glutamin dan
fosfat anorganik. Glutamin senyawa nontoksik bersifat netral yang dapat melewati
membran sel. Bandingkan dengan glutamat yang bersifat negatif tidak dapat
melalui membran sel. Ekskresi Nitrogen dan Siklus Urea Manusia setiap harinya
harus mensekresikan nitrogen. Sekitar 95% ekskresi nitrogen itu dilakukan oleh
ginjal dan 5% sisanya melalui feses. Lintasan utama ekskresi nitrogen pada
manusia adalah urea. Urea disintesis dalam hati, dilepas dalam darah dan
dihersihkan oleh ginjal. Siklus urea dimulai di mitokondria sel hepatosit.
Pembentukkan urea dari ammonia terdiri atas 5 tahap, 3 di antaranya berlangsung
disitosol Gugus amino yang pertama kali memasuki siklus urea berasal dari
ammonia yang terdapat dalam mitokondria, yaitu yang berasal dari bermacam
alur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagian berasal dari usus (melalui vena
porta) yang merupakan hasil oksidasi bakteri. Tidak memperhatikan dari mana
asalnya ion NH4 yang berada di dalam mitokondria akan bereaksi dengan HCO3 -
(hasil respirasi mitokondria) membentuk karbamoilfosfat. Reaksi ini memerlukan
ATP dan dikatalisis oleh enzim karbamoil fosfatasintetase 1. Sclanjutnya,
karbamoilfosfat akan masuk ke siklus urea dan akan mengalami 4 reaksi
enzimatik. Senyawa ini memberikan gugus karbamoilnya ke ornitin sehingga
terbentuk sitrulin dan melepaskan fosfor anorganik Pi. Reaksi ini dikatalisis
ornitin transkarbamilase. Kemudian sitrulin akan dilepas ke sitosol.

Selanjutnya, setelah sampai di mitokondria hepar, glutamin akan diurai menjadi glutamat
dan ammonia oleh enzim glutaminase. Glutamin selain berfungsi sebagai alat transport ammonia
juga berfungsi sebagai sumber gugus amino bagi bermacam-macam reaksi biosintesis.

28
Gugus amino kedua berasal dari aspartat (dihasilkan di mitokondria) oleh proses
transammase dan diangkut ke sitosol). Gugus amino dari aspartat akan berkondensasi dengan
gugus ureido (karbonil) dari sitrulin membentuk arginosuksinat Reaksi ini dikatalisis oleh
arginosuksinat liase (bolak-balik) membentuk arginin bebas dan fumarat yang nantinya akan
menjadi bahan antara dari siklus asam sitrat. Reaksi yang terakhir dan siklus urea adalah
terurainya arginin menjadi urea dan ornitin. Reaksinya dikatalis oleh enzim arginase suatu enzim
sitosol. Jadi, ornitin akan terbentuk kembali dan akan diangkut ke mitokondria untuk kemudian
dipakai lagi.

G. AKIBAT KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PROTEIN


1. Kekurangan Protein
Protein merupakan zat gizi penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Keberadaannya mutlak dipenuhi. Apabila kekurangan protein akan berakibat
buruk bagi tubuh. Dalam dunia Kesehatan masalah kekurangan protein dikenal
dengan istilah kurang energi protein disingkat KEP. Kurang energi protein (KEP)
merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting. Kurang energi protein
(KEP) akan terjadi disaat kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya
tidak tercukupi oleh diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan
beririsan, meskipun salalh satu lebih dominan daripada yang lain. Atau dengan
kata lain kurang energi protein (KEP) adalah merupakan keadaan kurang gizi
yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari sehingga tidak memenuhi kecukupan yang dianjurkan.
KEP diklasifikasi pada ndeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan indeks
masa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Kategori dan ambang batas status gizi
anak adalah sebagaimana yang terdapat pada tabel di bawah ini :

Tabel Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (z-score)

29
Berat Badan menurut Umur Gizi Buruk < - 3 SD
(BB/U) Anak Umur 0 – 60
bulan Gizi Kurang -3 SD s/d < -2 SD

Gizi Baik -2 SD s/d 2 SD

Gizi Lebih > 2 SD

Panjang Badan menurut Sangat Pendek < -3 SD


Umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U) Pendek < -3 SD s/d -2 SD
Anak Umur 0 – 60 bulan
Normal -2 SD s/d 2 SD

Tinggi > 2 SD

Berat Badan menurut Panjang Sangat Kurus < -3 SD


Badan (BB/PB) atau Berat
Badan menurut Tinggi Badan Kurus < -3 SD s/d -2 SD
(BB/TB) Anak Umur 0 – 60
Normal -2 SD s/d 2 SD
bulan

Gemuk > 2 SD

Indeks Massa Tubuh menurut Sangat Kurus < -3 SD


Umur (IMT/U) Anak Umur 0
– 60 bulan Kurus < -3 SD s/d -2 SD

Normal -2 SD s/d 2 SD

Gemuk > 2 SD

30
Berdasarkan gejalanya, KEP dibagi menjadi dua jenis, yaitu KEP ringan dan KEP
berat. Kejadian KEP ringan lebih banyak terjadi di masyarakat, KEP ringan sering
terjadi pada anak-anak pada masa pertumbuhan. Gejala klinis yang muncul
diantaranya adalah pertumbuhan linier terganggu atau terhenti, kenaikan berat
badan berkurang atau terhenti, ukuran lingkar lengan atas (LILA) menurun, dan
maturasi tulang terhambat. Nilai z-skor indeks berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) juga menunjukkan nilai yang normal atau menurun, tebal lipatan kulit
normal atau berkurang, dan biasanya disertai anemia ringan. Selain itu, aktivitas
dan konsentrasi berkurang serta kadang disertai dengan kelainan kulit dan rambut.

Keadaan patologi dapat menujukkan perubahan nyata pada komposisi tubuh


seperti akan muncul edema karena penderita memiliki lebih banyak cairan
ekstraselular. Konsentrasi kalium tubuh menurun sehingga menimbulkan
gangguan metabolik tubuh. Kelainan yang ditunjukkan pada organ tubuh
penderita KEP diantaranya permukaan organ pencernaan menjadi atrofis sehingga
pencernaan makanan menjadi terganggu dan dapat timbul gangguan absorbsi
makanan dan sering mengalami diare. Pada jaringan hati terdapat timbunan lemak
sehingga hati terlihat membesar. Pankreas tampak mengecil, akibatnya produksi
enzim pankreas mengalami gangguan. Pada ginjal terjadi atrofis sehingga terjadi
perubahan fungsi ginjal seperti berkurangnya filtrasi. Pada sistem endokrin,
biasanya sekresi insulin rendah hormon pertumbuhan meningkat, TSH meningkat,
tetapi fungsi tiroid menurun.

KEP berat terdiri dari tiga tipe, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-
kwashiorkor. Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan
makanan sumber protein. Tipe ini banyak dijumpai pada anak usia 1 sampai 3
tahun. Gejala utama kwashiorkor adalah pertumbuhan terhalang dan badan
bengkak, tangan, kaki, serta ajah tambak sembab dan ototnya kendur. Wajah
tampak bengong dan pandangan kosong, tidak aktif dan sering menangis. Rambut
menjadi berwarna lebih terang atau coklat tembaga. Perut buncit, serta kaki kurus

31
dan bengkok. Karena adanya pembengkakan, maka tidak terjadi penurunan berat
badan, tetapi pertambahan tinggi terhambat. Lingkar kepala mengalami
penurunan. Serum albumin selalu rendah, bila turun sampai 2,5 ml atau lebih
rendah, mulai terjadi pembengkakan.
a. Gejala klinis kwashiorkor adalah penampilan anak seperti anak gemuk
(sugar baby), tetapi pada bagian tubuh lain terutama pantat terlihat atrofi.
Pertumbuhan tubuh mengalami gangguan yang ditunjukkan dengan nilai
z- skor indeks BB/U berada di bawah -2 SD, pada tinggi badan anak juga
mengalami keterlambatan. Mental anak mengalami perubahan mencakup
banyak menangis dan pada stadium yang lanjut anak sangat apatis.
Penderita kwashiorkor diikuti dengan munculnya edema dan terkadang
menjadi asites. Selain itu juga terjadi atrofi otot sehingga penderita terlihat
lemah.

Pada penderita kwashiorkor mengalami gangguan sistem gastrointestinal,


seperti penderita menolak semua makanan sehingga kadang makanan
harus melalui sonde lambung. Penderita kwashiorkor mudah mengalami
kelainan kulit yang khas (crazy pavement dermatosis), yaitu munculnya
kelainan dimulai dari bintik-bintik merah bercampur bercak, lama-
kelamaan menghitam kemudian mengelupas. Kejadian ini umumnya
terjadi di punggung, pantat, dan sekitar vulva yang selalu membasah
karena keringat atau urin. Pada hati terjadi pembesaran, terkadang batas
pembesaran sampai ke pusar, hal ini disebabkan karena sel-sel hati terisi
lemak. Penderita kwashiorkor juga menderita anemia. Albumin dan
globulin serum sedikit menurun di bawah 2, terkadag sampai 0. Kadar
kolesterol serum rendah, hal ini mungkin disebabkan karena asupan gizi
yang rendah atau terganggunya pembetukan kolesterol tubuh.

b. Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat karena makanan yang


dikonsumsi tidak menyediakan energi yang cukup untuk mempertahankan
hidupnya sehingga badan menjadi sangat kecil dan tinggal kulit pembalut

32
tulang. Marasmus biasanya terjadi pada bayi berusia setahun pertama. Hal
ini terjadi apabila ibu tidak dapat menyusui karena produksi ASI sangat
rendah atau ibu memutuskan untuk tidak menyusui bayinya. Tanda-tanda
marasmus yaitu:
a) Berat badan sangat rendah,
b) Kemunduran pertumbuhan otot (atrophi),
c) Wajah anak seperti orang tua (old face),
d) Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh,
e) Cengeng dan apatis (kesadaran menurun),
f) Mudah terkena penyakit infeksi
g) Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di
bawah kulit,
h) Sering diare,
i) Rambut tipis dan mudah rontok.

c. Marasmik-kwashiorkor disebabkan karena makanan sehari-hari


kekurangan energi dan juga protein. Berat badan anak sampai di bawah -3
SD sehingga telihat kurus, tetapi ada gejala edema, kelainan rambut, kulit
mengering dan kusam, otot menjadi lemah, menurunnya kadar protein
(albumin) dalam darah.
2. Kelebihan Protein
Sesuatu yang berlebihan meskipun itu merupakan hal yang penting akan berakibat
buruk. Demikian juga dengan keberadaan protein di dalam tubuh. Salah satu
akibat buruk dari kelebihan protein adalah obesitas. Obesitas merupakan masalah
kesehatan kompleks. Remaja yang mengalami obesitas dapat memiliki
peningkatan risiko kematian saat dewasa. Kelebihan asupan makan merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas. Protein merupakan jenis
makronutrien yang berkaitan dengan kejadian obesitas. Jenis protein juga
berhubungan dengan obesitas. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa terdapat
hubungan asupan protein hewani dan asupan protein nabati dengan obesitas.

33
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya obesitas, salah satunya adalah
asupan makanan melebihi kebutuhan. Protein merupakan jenis makronutrien yang
berkaitan dengan kejadian obesitas. Kebutuhan protein bagi remaja usia 9-13
tahun adalah 0.95 g/kgBB/hari dan 0,85 g/kgBB/hari untuk remaja laki-laki dan
perempuan usia 14-18 tahun.11 Proporsi asupan protein nabati adalah 60-80%
kebutuhan protein dan protein hewani sebesar 20-40% kebutuhan protein.12
Tubuh manusia tidak dapat menyimpan protein secara berlebih sehingga jika
asupan protein berlebih maka akan disimpan tubuh dalam bentuk trigliserida dan
hal inilah yang menyebabkan kenaikan jaringan lemak yang akhirnya
menyebabkan status gizi lebih. Jenis protein juga berhubungan dengan obesitas.

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa protein hewani menjadi jenis protein


yang paling banyak dikonsumsi remaja.Konsumsi protein dari sumber hewani
dapat berisiko terhadap resistensi insulin. Kandungan asam amino arginin,
histidin dan leusin yang terdapat dalam protein hewani dapat meningkatkan
sekresi insulin dan berkaitan dengan metabolisme lemak. Penelitian oleh Yi Lin et
al tahun 2015 menjelaskan terdapat korelasi positif antara asupan protein hewani
dengan BMI z score dan persen lemak tubuh. Berdasarkan hal tersebut peneliti
tertarik untuk melihat hubungan asupan protein dengan obesitas pada remaja.
Asupan protein total, protein hewani dan protein nabati memiliki hubungan yang
signifikan dengan obesitas pada remaja.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Kata protein berasal dari bahasa Yunani proteios yang berarti "barisan pertama". Protein
memegang peranan penting dalam hampir semua proses biologi. Protein merupakan

34
komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel itu
merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi
sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.
2. Komposisi kimia protein digunakan pembagian empat tingkatan struktur. Struktur primer
adalah urutan asam amino. Struktur sekunder berhubungan dengan pengaturan kedudukan
ruang residu asam amino yang berdekatan dalam urutan linier. Pengaturan sterik ini
memberi struktur periodik. Heliks- α dan untai-  menunjukkan struktur sekunder.
Struktur tersier menggambarkan pengaturan ruang residu asam amino yang berjauhan
dalam urutan linier dan pola ikatan-ikatan sulfida.
3. Klasifikasi Protein dapat dibagi berdasarkan : Fungsi Biologisnya, Struktur Susunan
Molekul, Komponen Penyusunan, Sumber, dan Tingkat Degradasi.
4. Berdasarkan sumbernya, protein terdiri dari 2 macam, yaitu protein hewani dan protein
nabati. Protein hewani yaitu protein yang bersumber dari hewan, sedangkan protein
nabati yaitu protein yang bersumber dari tumbuhan.
5. Protein mempunyai fungsi bermacam-macam bagi tubuh, yaitu sebagai enzim, zat
pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, dan alat pengangkut. Sebagai zat-zat pengatur,
protein mengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon.
6. Berdasarkan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kemenkes RI, standar angka
kecukupan protein bagi masyarakat Indonesia adalah sekitar 56-59 gram per hari untuk
perempuan dan 62-66 gram per hari untuk laki-laki. Namun secara khusus, berikut adalah
AKG Protein yang dibutuhkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 75 Thaun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi
Bangsa Indonesia
7. Protein dicerna atau dihidrolisis di dalam tubuh, untuk membedakan asam amino agar
dapat diserap dan didistribusikan oleh darah keseluruh organ dan jaringan tubuh. Asam
amino merupakan produk akhir dari perombakan protein. Proses perubahan protein
menjadi asam amino berlangsung didalam saluran pencernaan, terutama usus halus, akan
dihasilkan 20 jenis asam amino yang berbeda
8. Agar tubuh mendapatkan manfaat dari makanan maka akan dilakukan proses pencernaan
di dalam tubuh. Proses pencernaan meliputi proses mengunyah dan menelan di mulut,

35
pergerakan dari esophagus ke lambung, pencernaan mekanis dan kimia, penyerapan atau
absorbsi, dan pembuangan.
9. Zat-zat gizi yang sudah diabsorpsi dan sampai di sel seluruh tubuh siap dimanfaatkan dan
dimetabolisme menjadi energi. Zat-zat gizi yang akan dimetabolisme menjadi energi
adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan vitamin dan mineral akan berperan
sebagai koenzim dan kofaktor dalam proses metabolisme. Sisa-sisa metabolisme yang
tidak dibutuhkan tubuh akan dikeluarkan melalui sistem ekskresi dan sistem pernafasan.
Sisa-sisa ini dapat berupa: urea, air, CO2.
10. Apabila kekurangan protein akan berakibat buruk bagi tubuh. Dalam dunia Kesehatan
masalah kekurangan protein dikenal dengan istilah kurang energi protein disingkat KEP.
Kurang energi protein (KEP) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting.
Kurang energi protein (KEP) akan terjadi disaat kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Salah satu akibat buruk dari kelebihan protein
adalah obesitas. Obesitas merupakan masalah kesehatan kompleks. Berbagai faktor dapat
menjadi penyebab terjadinya obesitas, salah satunya adalah asupan makanan melebihi
kebutuhan. Protein merupakan jenis makronutrien yang berkaitan dengan kejadian
obesitas.

DAFTAR PUSTAKA

Abiddiyah, Lailil. (2014). Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Ayam Kampung Terhadap Kadar
Protein. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Ayam Kampung Terhadap Kadar Protein.

36
Asrimaidaliza, Dr. SKM, MKM dkk, Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat,
Universitas Andalas, 2020
Beti Dwi Suryandari, Nurmasari Widyastuti, Hubungan Asupan Protein dengan Obesitas pada
Remaja, Journal Of Nutrition, 2015

Dadan Rosana. (2018). Struktur dan Fungsi Protein.

Laili Ratna Widiawati. (2016). Penetapan Kadar Protein Pada Daun Katuk
(Sauropusandrogynus) Segar Yang Disimpan Pada Suhu Ruang (25oC) Dan Suhu Dingin
(13oC). Penetapan Kadar Protein Pada Daun Katuk (Sauropus androgynus) Segar Yang
Disimpan Pada Suhu Ruang (25oC) Dan Suhu Dingin (13oC).

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Kekurangan Energi Protein (KEP), Naskah Skripsi.


Sidiq, Ahmad. (2014). Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Pada Telur Ayam Leghorn Setelah
Disuntik Dengan Ekstrak Black Garlic. Uji Kadar Protein Dan Organoleptik Pada Telur
Ayam Leghorn Setelah Disuntik Dengan Ekstrak Black Garlic.

Sri Wahjuni, Dr, Ir., M.Kes, Metabolisme Biokimia, Udayana University Press, 2013
Sumanto, Andi Nathanael. (2018). Pengaruh penambahan sari kacang hijau (Vigna radiata (L.)
R. Wilczek) terhadap karakteristik fisikokimia dan organoleptik silken tofu Edamame
(Glycine max (L.) Merrill). Pengaruh penambahan sari kacang hijau (Vigna radiata (L.)
R. Wilczek) terhadap karakteristik fisikokimia dan organoleptik silken tofu Edamame
(Glycine max (L.) Merrill).

37

Anda mungkin juga menyukai