Anda di halaman 1dari 20

Laporan Akhir Hari : Senin

Mk. Biokimia Gizi Tanggal : 19 Agustus 2019

UJI AIR LIUR

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Kelas 2A

1. Adelina Dwi Maharani P031813411001


2. Inneke Sitompul P031813411014
3. Muthia Trisdeaty P031813411021
4. Nisaini Mardiah P031813411023

Dosen Pembimbing:

1. Lidya Novita, S.Si, M.Si


2. Yuliana Arsil, M. Farm, Apt
3. Lily Restusari, M. Farm, Apt

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

PROGRAM STUDI DII GIZI

TAHUN 2019
BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air ludah atau saliva bukan hanya sekedar cairan di mulut yang dianggap
menjijikkan dan kotor. Ada banyak hal yang dapat diketahui dari air ludah. Beberapa
orang mungkin menganggap air ludah steril atau desinfektan, sehingga percaya
bahwa air ludah akan lebih cepat menyembuhkan luka. Padahal mulut adalah sarang
kuman dan bakteri. Ada lebih dari 600 jenis bakteri di dalam mulut dan air ludah
dapat menyebabkan infeksi.

Dari air ludah para ilmuan dapat mengungkap apa yang sudah dimakan dan
obat-obatan yang mungkin dikonsumsi oleh tubuh dengan cara mengambil sampel air
ludah, ilmuan juga menggunakan air ludah sebagai alat untuk mendeteksi penyakit.
Tes HIV merupakan salah satu tes yang menggunakan air ludah sebagai sampel.

Sebagian besar air ludah adalah air, tetapi juga mengndung elektrolit, bakteri,
virus, Kandungan air ludah tergantung apa yang dimasukkan ke dalam mulut, seperti
makanan yang dikonsumsi. Kandungan air ludah setiap orang pun berbeda.

Makanan di dalam mulut dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan
dikunyah. Makanan yang dimakan dalam bentuk besar diubah menjadi ukuran yang
lebih kecil. Semakin lama mengunyah semakin baik, sebab proses penghancuran
lebih efektif. Apabila makanan menjadi semakin kecil ukurannya, maka luas
permukaan akan bertambah. Selama penghancuran makanan secara mekanis ini
berlangsung, kelenjar yang yang ada disektar mulut mengeluarkan sairan yang
disebut saliva atau air ludah. Ada 3 kelenjar yang yang mengeluarkan saliva yaitu
kelenjar tiroid, kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual. Kelenjar sublingual
adalah kelenjar saliva yang paling kecil, terletakdibawah lidah bagian depan. Kelenjar
submandibular atau disebut juga kelenjar submaksilar terletak di belakang kelenjar
sublingual dan lebih dalam. Kelenjar paroid ialah kelenjar saliva yang paling besar da
terletak dibagian atas mulut di depan telinga.
Saliva adalah cariran yang lebih kental dari pada air biasa. Tiap hari sekitar 1-
1,5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri atas 99,24% air dan
0,58% adalah ion-ion Ca, Mg, Na, K, PO4, Cl, HCO3, SO4,dan zat-zat organic seperti
musin dan enzim amylase atau ptyalin. Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh
kelenjar sublingual dan kelenjar submandibular, sedangkan ptyalin dikeluarkan oleh
kelenjar tiroid. Saliva mempunyai Ph antara 5,75 sampai 7,05. Umumnya ph saliva
sedikit dibawah 7. Enzim ptyalin (amylase) berfungsi untuk memecah molekul
amilum menjadi maltose dengan proses hidrolisis. Proses ini berjalan baik apabila
makanan dikunyah lebih halus.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengidentifikasi sifat dan susunan air liur melalui uji-uji kualitatif seperti
uji Ph, uji klorida, uji sulfat dan uji fosfat.

2. Untuk mengidentifikasi sifat dan susunan air liur melalui uji-uji kealitatif seperti
uji biuret, uji millon, molisch, dan uji musin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Saliva merupakan hasil secret kelenjar yang penting bagi tubuh. Saliva sendiri
terdiri dari 99,5% H2O serta 0,5% protein, glikoprotein dan elektrolit. Protein yang
terpenting daari saliva yaitu amylase, mucus, dan lisozim yang berperan penting
dalam fungsi saliva. Air liur atau saliva mempermudah proses penelanan dengan
membasahi partikel-partikel makanan, sehingga mereka saling menyatu serta dapat
menghasilkan pelumas karena adanya mucus yang kental dan licin. Selain itu, saliva
juga berfungsi untuk menjaga hygiene mulut karena mampu membersihkan residu-
residu makanan dalam mulut karena berfungsi sebagai penyangga bikarbonat yang
berfungsi untuk menetralkan asam dalam makanan serta asam yang dihasilkan oleh
bakteri di mulut sehingga membantu mencegah kanker. (Sherwood,2001)

Saliva terdiri dari tiga kelenjar utama (mayor) yang terdiri dari kelenjar
parotis, kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual serta kelenjar-kelenjar
tambahan (minor) yang terdiri dari kelenjar palatinal, kelenjar bukal, kelenjar labialis,
kelenjar lingualis dan kelenjar glossopalatinal. Setiap kelenjar memiliki hasil secret
yang berbeda-beda. Kelenjar parotis dan submandibular menghasilkan sekresi yang
bersifat serous (encer), kelenjar linguas menghasilkan secret yang mucus, serta
kelenjar-kelenjar minor sebagian besar menghasilkan secret yang mucus. Hal ini
berkaitan dengan vskositas tau kekentalan saliva. Viskositas ini sangat dipengaruhi
oleh faktor pengunyahan dan jenis makanan. Selain viskositas, Ph juga sangat
dipengaruhi oleh pengunyahan dan jenis makanan. (Sherwood,2001)

Derajat keasaman ph dan kapasitas buffer saliva ditentukan oeh susunan


kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva terutama ditentukan oleh susunan
bikarbonat. Derajat keasaman saliva dalam keadaan normal antara 5,6-7,0 dengan
rata-rata ph 6,7. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada ph
saliva antar lain rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut dan
kapasitas buffer saliva. (repository.usu.ac.id)
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan.
Viskositas sangat dipengaruhi oleh suhu, viskositas akan turun dengan naiknya
suhu,konsentrasi daari suatu larutan juga mempengaruhi viskositas, semakin tinggi
konsentrasi larutan maka viskositas semakin tinggi. Nilai viskositas normal saliva
manusia 2,75-15,1 centipoise. Aksi saliva sebagai pelumas sangat penting untuk
kesehatan ronga mulut yang memfasilitasi pergerakan lidah dan bibir selama proses
menelan dan makan, dan juga penting untuk memperjelas bicara. Peran saliva sabagai
pelumas yang melapisi mukosa dan membantu melindungi jaringan mulut terhadap
gesekan mekanis, dan iritasi kimia. (repository.usu.ac.id)

Salah satu fungsi saliva adalah sebagai buffer. Buffer adalah suatu sistem
kimiawi yang mencegah perubahan konsentrasi zat kimia lain. Buffer saliva berfungsi
untukmempertahankan ph di dalam rongga mulut agar tetap stabil jikaditambahkan
sejumlah asam atau basa. (Dorland, 2002)

Enzim memegang peran penting alam berbagai reaksi di dalam sel, sebagai
protein enzim di produksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi
seperti onversi energy dan metabolism pertahanan sel. (Hart,2002)

Salah satu enzim yang terdapat dalam saliva adalah enzim amylase. Saliva
yang di sekresikan oleh kelenjar air liur selain mengandung enzim amylase juga
mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan musin yang bekerja sebagai pelumas pada
waktu mengunyah dan menelan makanan. (Dorland,2002)

Amilase adalah suatu enzim dari golongan hydrolase yang mengkatalis


peristiwa hidrolisis ikatan alfa 1,4-glucosidic dalam polisakarida, secara sederhana
memecah ikatan pati menjadi bentuk yang lebih sederhana disakarida maupun
monosakarida. (Dorland,2002)
BAB III

METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Hari : Selasa

Tanggal : 13 Agustus 2019

Waktu : 10:30 s/d selesai

Tempat : Laboratorium Kimia Poltekkes Kemenkes Riau

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat :
1. Indikator universal
2. Tabung reaksi
3. Glasswool (kertas whattman)
4. Lampu spiritus
5. Gelas Arloji
b. Bahan :
1. Belimbing wuluh
2. Air liur
3. NaOH 10%
4. CuSO4 0,1%
5. Pereaksi Millon
6. Pereaksi Molisch
7. HNO3 10%
8. AgNO3 2%
9. HCl 10%
10. BaCl2
11. Asam asetat encer
12. Akuades

3.3 Prosedur

a) 2 ml air liur

Ukur ph air liur

Kunyah belimbing wuluh

Tampung air liur 25 ml kedalam gelas


piala

Air liur ditampung dengan glasswool

b) Uji PH

Air liur

Diteteskan pada gelas arloji

Uji dengan indicator universal

Ph diketahui

c) Uji Klorida

1 ml air liur

Diasamkan dengann 1 ml HNO3 10%

Ditambahkan 1 ml AgNO3 2%

Endapan putih menunjukkan adanya


klor
d) Uji Sulfat

1 ml air liur

Diasamkan dengan HCl 10%

Ditambahkan 1 ml BaCl2

Endapan putih menunjukkan adanya sulfat

e) Uji Biuret

1 ml air liur

Tambahkan 1 ml NaOH 10%, kocok

Ditambahkan larutan CuSO4 0,1%

Terbentuk perubahan warna ungu

f) Uji Millon

1 ml air liur

3 tetes pereaksi millon ditambahkan

Campuran dipanaskan baik-baik

Hasil positif menunjukkan warna merah/kuning

g) Uji Molisch

1 ml air liur

Tambahkan 2 tetes pereaksi molisch dan kocok

Tambahkan H2SO4 melalu dinding tabung reaksi tetes demi


tetes

Warna ungu kemerahan (positif), warna hijau (negative)


h) Uji Musin

2 ml air liur

Tambahkan asam asetat


encer

Endapan putih yang amorfous


BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Pengamatan

Uji Uji Uji Uji Uji Uji


Kelompok Uji Ph
Klorida Sulfat Biuret Millon Molisch Musin
1 8 + + + + + +
2 7 + - + - + -
3 7 + - + + + -
4 7 + - + - + -
5 8 + - + - + +
6 7 + - + + + -
7 7 + + + + + -
8 7 + - + + + -
9 7 + - + + + -
10 6 + - + + + +

4.2 Dokumentasi

a. Uji Ph

No Gambar Keterangan
1 2 ml air liur dikumpulkan untuk mengukur ph
2 Menyelupkan kertas indicator kedalam air liur

3. Lihat perubahan warna yang terjadi

4 Lihat perubahan warna pada kotak indicator, hasil


menunjukkan ph = 7

b. Uji Klorida

No Gambar Keterangan
1 1 ml air liur diasamkan dengan 1 ml HNO3 10%
2 Ditambahkan 1 ml AgNO3 2%

3 Terdapat endapan putih (positif)

C. Uji Sulfat
No Gambar Keterangan
1 1 ml air liur diasamkan dengan HCl 10%

2 Ditambahkan 1 ml BaCl2
3 Tidak menunjukkan adanya endapan putih (negative)

d. Uji Biuret
No Gambar Keterangan
1 1 ml air liur ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kocok

2 Ditambahkan larutan CuSO4 0,1%

3 Terbentuk perubahan berwarna ungu (positif)


e. Uji Millon

NO Gambar Keterangan
1 1 ml air liur ditambahkan 3 tetes pereaksi millon
kemudian campuran dipanaskan baik-baik

2 Hasil negative karena tidak menunjukkan warna


merah/kuning

f. Uji Molisch

No Gambar Keterangan
1 1 ml air liur ditambahkan 2 tetes pereaksi molisch
dan kocok

2 Tambahkan H2SO4 melalui dinding tabung reaksi


tetes demi tetes
3 Warna ungu kemerahan (positif), warna hijau
(negative)

g. Uji Musin

No Gambar Keterangan
1 2 ml air liur ditambahkan asam asetat

2 Hasil negative tidak terdapat endapan putih yang


amorfous
BAB V

PEMBAHASAN

Sifat dan susunan air liur, bobot jenis saliva merupakan cairan yang lebih
kental dibandingkan dengan air. Penentuan bobot jenis dilakukan untuk menentukan
bobot jenis saliva lebih besar dibandingkan air yang memiliki bobot jenis 1gr/Ml
dengan menggunakan alat densitometer. (Poedjiadi, 1994), namun hasil yang di
dapatkan justru lebih kecil dari pada bobot jenis air. Hal ini mungkin terjadi karena
probandus menggunakan cairan asam (dari buah) untuk membantu sekresi saliva
yang menyebabkan memperkecil bobot jenisnya.
Uji Ph air liur dengan menggunakan kertas indicator universal, dengan
mrncelupkan kertas indikaor kedalam air liur maka didapatkan ph = 7 (normal/netral).
Sedangkan kisaran ph air liur antara 5,6 hingga 7,0 dengan rata-rata ph =6,7.
Uji Klorida pada larutan menunjkkan hasil positive apabila menghasilkan
endapan putih. Pereaksi asam nitrat yang digunakan dalam uji klorida berfungsi untuk
membuat suasana menjadi asam dan mencegah endapan perak fosfat. Walaupun putih
keruh disebabkan karena Cl- berikatan dengan Ag+ membentuk AgCl (endapan
putih), dan AgNO3 akan bereaksi dengan klorida membentuk AgCl membentuk
endapan putih, maka dari itu adanya endapan putih yang dibentuk membuktikan
adanya klorida (Girindra, 1988). Hasil yang didapat dari uji klorida terbentuk
endapan putih dari AgCl pada saliva, sehingga hasil percobaan bersifat positif. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam saliva mengandung klorida.
AgNO3 + Cl- AgCl + NO3-

Uji sulfat menunjukkan hasil negative yang ditunjukkan dengan tidak


terbentukknya endapan putih, keberadaan sulfat di dalam air liur tidak mutlak adanya.
Hal tersebut tergantung pada makanan yang dikonsumsi.(Metjesh, 1996)

BaCl2 + SO4-2 BaSO4 + 2Cl-


Uji biuret dilakukan untuk mengetahui keberadaan gugus amida pada air liur
yang diuji. Menurut Suryadinata (2010), reaksi biuret menggunakan beberapa macam
reagent yaitu CuSO4, dan NaOH. CuSO4 berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+ yang
nantinya akan membentuk kompleks dengan protein. Sementara penambahan NaOH
berfungsi untuk menyediakan basa. Suasana basa akan membantu membentuk
Cu(OH)2 yang nantinya akan menjadi Cu2+ dan 2OH.
Uji biuret terhadap enzim amylase menunjukkan hasil positif dengan
perubahan warna larutan menjadi warna ungu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
saliva positif menghasilkan warna ungu, dalam artian didalam saliva mengandung
ikatan peptide. (Poedjiadi, 1994)

2CO(NH2)2 CONH2 - NH -- CONH2 (biuret) + NH3


CuSO4 + 2H2O Cu(OH)2 + H2SO4
Cu(OH)2 + NH3 Warna ungu

Uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi.
Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya,
berisi merkuri dan ionmerkuro dalam asam nitrat dan asam nitrit. Warna yang
mengalami perubahan kekuningan Uji Millon menunjukkan hasil positif. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa saliva negative tidak menunjukkan perubahan warna
menjadi kekuningan, maka didalam saliva tidak mengandung tirosin.
Uji milisch merupakan uji yang paling umum digunakan untuk menghasikan
ada atau tidaknya karbohidrat karena memberikan uji positif (cincin ungu) kepada
semua karbohidrat yang lebih besar dari pada tetrosa. Uji molisch terhadap saliva
menunjukkan reaksi yang negative, karena saliva tidak mengandung karbohidrat, hal
ini dapat disebabkan oleh air liur yang dihasilkan probandus masih mengandung sisa-
sisa makanan. (Lehringer, 1988)
Hasil yang didapat pada percobaan bahwa pada uji molisch terbentuk cincin
ungu yang berarti hasilnya positif, hal ini disebabkan karena saliva yang digunakan
masih mengandung sisa-sisa makanan.
Uji musin bertujuan untuk membuktikan adanya musin dalam air liur. Pada
saat air liur ditambahkan asam asetat diperoleh endapan putih, yang membuktikan
didalam air liur terkandung musin. Asam asetat berfungsi untuk mengendapkan
musin, penambahan asam asetat akan mendenaturasi protein dalam musin sehingga
strukturnya menjadi tidak larut dan mengendap, sedangkan filtratnya merupakan zat
lain dalam air liur yang tergolong nonprotein. Untuk membuktikan endapan itu
adalah musin, maka endapan dipisahkan dengan filtratnya, kemudian diuji dengan
pereaksimillon, benedict, dan molisch.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pengujian terhadap ph air liur, mada di dapatkan ph air liur
adalah 7 (netral)
2. Uji Klorida pada air liur menunjukkan hasil positif karena adanya endapan
putih. Warna putih keruh disebabkan karena Cl- berkaitan dengan Ag+
membentuk AgCl (endapan putih)
3. Uji Sulfat, air liur diasamkan dengan laarutan HCl 10% untuk memisahkan
mineral dari filtrate. Uji sulfat menunjukkan hasil negative yang ditujukkan
tidak terjadinya endapan putih.
4. Uji Biuret menunjukkan hasil positif karena enzim amylase menunjukkan hasil
positif dengan berubahnya warna laruta menjadi warna ungu, berarti didalam
air liur mengandung ikatan peptide.
5. Uji millon pembentukan garam merkuri dari tirosin yang bernitrasi, hasil
negative tidak ada perubahan warna setelah dipanaskan.
6. 6.Uji molisch menunjukkan hasil positif yaitu terbentuk cincin ungu hal ini
disebabkan karena air liur yang digunakan masih mengandung sisa-sisa
makanan.
7. Uji musin tidak terjadi endapan putih maka hasilnya adalah negative.

6.2 Saran
Praktikum berjalan dengan lancar dan diharapkan alat-alat dan bahan
ditambah kualitas dan kuantitasnya. Sehingga setiap praktikum memiliki ketepatan
yang sama untuk melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Suryadinata A. 2010. Kadar Bikarbonat Saliva Penderita Karies dan Bebas


Karies. Jurnal Saintis. Pasca Sarjana Unniversitas Erlangga
2. Hart,H.Craine, L.E and Hart D.J. 2003. Kimia Organik Edisi ke sebelas.
Jakarta: Erlangga
3. Dorland, WA. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
4. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta:
EGC
5. Matjesh S. 1996. Kimia Organik II. Jakarta: Depdikbud
6. Poedjiadi A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Unniversitas Indonesia
Perss
7. Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawijaya
penerjemah. Jakarta: Erlangga
8. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12346789/20097/3/Chapter%2011. Pdf
(Diakses tanggal 9 Agustus 2019)

Anda mungkin juga menyukai