Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan yang masuk ke dalam mulut biasanya masih berbentuk potongan
atau keratan yang mempunyai ukuran relatif besar dan tidak dapat diserap
langsung oleh dinding usus. Oleh karena itu sebelum siap diserap oleh dinding
usus makanan tersebut harus melewati sistem pencernaan makanan yang terdiri
atas beberapa organ tubuh, yaitu mulut, lambung, dan usus dengan bantuan
pankreas dan empedu. Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh
gigi dengan jalan dikunyah. Selama penghancuran secara mekanis ini
berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut
saliva atau ludah. Tiga kelenjar saliva yaitu kelenjar sublingual, kelenjar
submaandibula, dan kelenjar parotid. Kelenjar sublingual adalah kelenjar saliva
yang paling kecil, terletak di bawah lidah bagian depan. Kelenjar submandibula
terletak di belakang kelenjar sublingual dan lebih dalam. Kelenjar parotid ialah
kelenjar saliva paling besar dan terletak di bagian atau mulut di depan telinga.
Musin dalam saliva adalah suatu zat yang kental dan licin yang berfungsi
membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlacar
proses menelan makanan. Cairan air liur mengandung α-amilase yang
menghidrolisa ikatan α(1→4) pada cabang sebelah luar glikogen dan amilopektin
menjadi glukosa, sejumlah kecil maltosa, dan suatu inti tahan hidrolisa yang
disebut dekstrin. Hanya sebagian kecil amilum yang dapat dicema di dalam mulut,
oleh karena itu sebaiknya makanan dikunyah lebih lama untuk memberi
kesempatan lebih banyak pemecahan amilum di rongga mulut.
1.2 Tujuan
Untuk mengidentifikasi air liur secara kualitatif.
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi air liur secara kualitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air liur atau ludah bukan sekedar cairan di mulut yang dianggap
menjijikkan dan kotor. Ada banyak hal yang dapat diketahui dari air liur.
Beberapa orang mungkin menganggap air liur steril atau desinfektan, sehingga
percaya bahwa air liur akan lebih cepat menyembuhkan luka. Padahal, mulut
adalah sarang kuman dan bakteri. Ada lebih dari 600 jenis bakteri di dalam mulut
dan air liur yang dapat menyebabkan infeksi. (Fessenden, 2015)
Sebagian besar air liur adalah air, tetapi juga mengandung elektrolit, bakteri,
virus, jamur, sekresi dari hidung dan paru-paru, sel-sel dari lapisan mulut dan
sekitar 500 protein. Tentu saja, isi dari air liur juga tergantung pada apa yang
dimasukkan ke dalam mulut, seperti puing-puing makanan. Komponen pasta gigi
juga umum ditemukan dalam air liur. Kandungan air liur setiap orang pun
berbeda. (Ganda, 2014)
Dari air liur, bisa didapatkan sampel dari DNA. Bahkan, meskipun air liur
tidak mengandung sel DNA, tetapi sel-sel dari lapisan mulut dapat ditemukan di
sampel air liur. Air liur juga merupakan petunjuk lain untuk menungkapkan
identitas seseorang. Air liur dapat mengungkapkan apa yang sudah dimakan dan
obat-obatan yang mungkin dikonsumsi, seperti kokain, ganja dan barbiturat. Para
ilmuwan juga dapat menggunakan sampel air liur untuk menunjukkan berapa
banyak obat tertentu dalam tubuh. Para ilmuwan juga ingin dapat menggunakan
air liur sebagai alat untuk mendeteksi penyakit, karena jauh lebih mudah, dan
dalam banyak kasus lebih aman. Tes HIV merupakan salah satu tes yang mana air
liur digunakan sebagai sampel, meskipun tes darah masih merupakan cara standar
untuk tes HIV. (Sugiharto, 2015)
Sebagian orang tidak menyadari betapa pentingnya fungsi air liur, yaitu:
1. Memecah makanan dalam mulut, sehingga dapat dirasakan oleh lidah
dan lebih mudah dicerna oleh perut.
2. Membersihkan makanan dan sel-sel mati dari lapisan mulut
3. Mengikat makanan menjadi bola sehingga dapat ditelan
4. Membersihkan makanan dan bakteri dari gigi
5. Mencegah lapisan mulut kering
6. Menghancurkan atau mencegah pertumbuhan jamur tertentu
7. Menetralisir asam dari makanan dan minuman
8. Membantu menumbuhkan enamel gigi yang rusak, karena kalsium
dan kadar fosfor
Menurut (Poedjiati, 2015) memperkirakan rata-rata seseorang memproduksi
kurang lebih setengah liter air liur dalam satu hari. Tapi tentu saja jumlah ini juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Gen
2. Waktu (produksi air liur melambat secara drastis di malam hari)
3. Banyak air yang diminum
4. Sedang mengunyah permen karet atau menghisap permen keras
(keduanya meningkatkan produksi air liur)
5. Mencium sesuatu yang menarik (juga meningkatkan produksi air liur,
itu sebabnya ada istilah ‘lezat’)
6. Lebih dari 400 obat menyebabkan penurunan produksi air liur
7. Umur produksi (air liur menurun seiring dengan usia)
8. Memiliki kondisi atau penyakit yang mempengaruhi produksi air liur,
seperti sindrom Sjorgen, atau sedang menjalani terapi radiasi.
Air liur atau saliva sebagian besar diproduksi oleh tiga kelenjar utama
yakni kelenjar parotis, kelenjar sublingual dan kelenjar submandibula. Volume air
liur yang diproduksi bervariasi yaitu 0,5 – 1,5 liter setiap hari tergantung pada
tingkat perangsangannya. Mengutip Guyton & Hall dalam Textbook of Medical
Physiology, air liur atau saliva mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi
cairan yang utama yakni sekresi serus yang mengandung ptyalin (suatu alfa
amylase) yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat dan sekresi
mucus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan atau perlindungan
permukaan yang sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar parotis. Cairan tipe
mucus itu disekresikan atau dikeluarkan setiap detik sepanjang waktu kecuali saat
tidur yang produksinya lebih sedikit. (Fessenden, 2015)
Dalam hal pencernaan, air liur berperan dalam membantu pencernaan
karbohidrat. Karbohidrat atau tepung sudah mulai dipecah sebaagian kecil dalam
mulut oleh enzim ptyalin. Enzim dalam air liur itu memecah tepung (amylum)
menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya. Misalnya, saat
Anda mengunyah nasi yang terasa tawar lama-kelamaan akan terasa manis akibat
pecahnya zat tepung menjadi maltosa yang rasanya manis.
Selain dalam pencernaan air liur juga berperan dalam kebersihan mulut.
Sekresi saliva terutama tipe mucus penting dalam mempertahankan kesehatan
jaringan rongga mulut. Rongga mulut berisi bakteri atau kuman patogen
(merugikan) yang dengan mudah merusak jaringan dan menimbulkan karies gigi
(gigi berlubang). Air liur juga mencegah kerusakan dengan beberapa cara.
Pertama, aliran air liur itu sendiri membantu membuang bakteri atau kuman
patogen juga pertikel makanan yang memberi dukungan nutrisi metabolik bagi
bakteri itu sendiri. Kedua, air liur mengandung beberapa faktor yang
menghancurkan bakteri salah satunya adalah ion tiosianat dan beberapa cairan
proteolitik terutama lisosim yang menghancurkan bakteri,membantu ion tiosianat
membunuh bakteri,mencerna partikel makanan dan air liur mengandung antibody
protein yang menghancurkan bakteri.
Selain berfungsi untuk kesehatan dalam tubuh, air liur juga diyakini dapat
memberikan manfaat bagi luar tubuh. Sejak zaman dahalu, secara naluri ketika
ada jari-jari Anda yang terluka akibat tergores pisau,Anda akan mengisap luka
tersebut dengan mulut. Hewan pun demikian. Misalnya kucing, monyet, dan
anjing, biasa membasuh tubuh dengan air liurnya ketika luka.
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di Jepang pada
tahun 2001 seperti yang dikutip dari cbn.com, air ludah mengandung 40 sampai
50 protein. Tiap protein punya fungsi yang berbeda-beda. Satu protein untuk
menangkal debu, sinar, dan bahan kimia. Dari 50 protein itu di dalamnya ada 3
protein yang khusus untuk mikroorganisme. Atas khasiat itulah, diyakini air
liurnya bisa bermanfaat bagi gangguan mata, seperti katarak, rabun jauh dan
dekat, atau gangguan mata karena cedera seperti terbentur, terkena benda tumpul
maupun benda tajam. (Poedjiati, 2015
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum dilaksanakan pada:
hari/tanggal : Sabtu, 8 Juli 2017
pukul : 13:00 WITA s.d 14:20 WITA
tempat : Laboratorium Terpadu I Fakultas Kedokteran
Unizar Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
ALAT
- Pipet tetes - Penangas air - Rak tabung
- Tabung reaksi - Plat tetes reaksi
- Gelas beker - Indikator - Cawan poselen
- Gelas ukur universal - Piring reaksi
- Penjepit kayu - Kertas lakmus - Waterbath
- Termometer - Pengaduk kaca - Stopwatch
BAHAN
- Air liur - Aquades
- Reagen biuret - Reagen benedict
- Reagen molisch - Larutan
- Larutan Na2CO3 1%
CH3COOH pH=9
- Larutan HCl - Larutan H2SO4
- Larutan BaCl2 - Larutan urea
- Reagen - Larutan iodin
molibdat
- Larutan FeSO4
- Kertas saring
- Larutan pati 1%
- Larutan HCl
0,4% pH=1
3.3 Cara Kerja
a. AIR LIUR YANG TIDAK DISARING
 Tes dengan lakmus
- Ambil 3 tetes air liur, lalu tambahkan 1 tetes indicator pada masing-masing air liur
yang berlainan
- Cocokan warna yang terjadi dengan daftar perubahan warna masing-masing
indicator
- Hitung pH air liur
 Tes untuk musin
- Kedalam 3 mL air liur tambahkan 2 tetes asam asetat 0,1 M
- Pakailah air sebagai kontrol
- Terbentuknya presipitat menunjukan adanya musin
 Tes biuret
- Campurkan 2 ml air liur dengan 2 ml NaOh 10%
- Kemudian tambahkan 1 tetes CuSO4 0,01M
- Campurkan dengan baik
- Tes (+) kalau terjadi warna ungu pada campuran tadi
- Kalau belum terjadi warna ungu tambahkan CuSO4 tetes demi tetes maksimum 10
tetes
 Tes Molisch
- Masukan 2 mL air liter ke dalam tabung raksi
- Tambahkan 2 tetes reagent Molisch, campur dengan baik
- Miringkan tabung raksi, kemudian tambahkan dengan hati-hati melalui dinding
tabung 5mL asam sulfat pekat sehingga tidak tercampur
- Rekasi (+) bila terbentuk cincin merah keungu-unguan pada batas antara kedua
lapisan cairan
b. AIR LIUR YANG DISARING
 Pemeriksaan adanya aklorida (CL-)
- Campurkan 1 mL air liur dan 2 tetes HNO3 encer
- Tambahkan AgNO3 sampai terbentuk endapan
- Endapan putih (AgCl) menunjukkan adanya klorida (Cl-)
 Pereriksaan ada sulfat
- Campurkan 1 ml air liur dengan 2 tetes HCl encer
- Kemudian tambahkan BaCl2 sampai terbentuk endapan
- Endapan putih (BaSO4) menunjukan adanya sulfat
c. HIDROLISA PATI (STARCH) OLEH AIR LIUR
- Masukan 10 ml larutan pati 1% ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan 5
tetes air liur
- Sesegera mungkin tabung raksi ini di masukan ke dalam waterbath suhu 37o
- Secara bersamaan siapkan pula piring reaksi yang diisi dengan larutan iodium 0,01M
masing-masing 2 tetes
- Setelah 1 menit, ambil 1 tetes larutan dalam tabung reaksi yang dimasukkan dalam
waterbath, lalu masukkan ke dalam larutan iodium 0,01M dalam piring reaksi, catat
warna yang terjadi
- Ulangi percobaan tiap 1 menit sampai larutan iodium tidak berwarna (berwarna
kuning muda) dengan larutan dala tabung reaksi (titik akromatik)
- Catat waktunya
- Setelah tercapai titik akromatik, larutan dalam tabung reaksi di test dengan tes
benedict
- Catatlah apakah reduksi telah terjadi
d. Tes benedict
- Masukkan 2,5 mL larutan benedict ke dalam tabung raksi
- Tambahkan 4 tetes larutan yang akan diperiksa campur dengan baik
- Didihkab selama 3 menit, kemudian dinginkan
- Catat warna endapan yang terjadi
e. Pengaruh temperatur terhadap kerja ptyalin
- Siapkan 4 buah tabung reaksi, kemudian masing-masing tabung reaksi diisi dengan
5mL larutan pati 1% dan 2 tetes air liur, campur dengan baik
- Sesegera mungkin:
Tabung I dimasukkan ke dalam air es
Tabung II dibiarkan pada temperatur kamar
Tabung III dimasukkan ke dalam penangas air 37oC
Tabung IV dimasukkan ke dalam air mendidih
- Tunggu selama 5 menit
- Kemudian tiap tiap tabung ditetesi dengan iodium 0.01M
- Catat warna yang terjadi
f. Pengaruh pH terhadap kerja enzim
- Isilah 4 buah tabung reaksi masing-masing dengan
2 mL larutan HCl 0,4% mempunyai pH 1
2 mL larutan asam laktat 0.1% mempunyai pH 5
2 mL larutan aquadest mempunyai pH 7
2 mL larutan Na2CO3 1% mempunyai pH 9
- Kedalam setiap tabung reaksi tambahkan 2 mL larutan pati 1% dan 8 tetes air lir,
campur dengan baik sesegera mungkin
- Masukkan ke dalam penangas air 37oC selama 15 menit
- Angkat dan bagila setiap isi tabung reaksi menjadi 2 bagian
- Pada bagian pertama tambahkan 2 tetes larutan iodium 0,01M
- Catat warnanya
- Pada bagian kedua lakukan tes benedict, catat apakah terjadi endapan dan bagaimana
warnanya. Terangkan hasilnya
g. Pencernaan dalam mulut (daya amilolitis saliva)
- Kumur dengan air bersih
- Kumur lagi dengan 20 mL NaCl 0,2%, tampung cairan hasil kumuran dalam gelas
beker, gijig kemudian saring
- Siapkan 3 tabung reaksi dan isi masing-masing ketiga tabung tersebut dengan 5 mL
cairan hasil kumuran (cairan saliva encer)
- Panaskan tabung I hingga mendidih lali dinginkan. Setelah dingin, tambahkan 5 mL
amilum 1%
- Tabung II di isi dengan 5 mL HCl encer. Kemudian tambahkan 5 mL amilum 1%
- Tabung ditambahkan 5 mL amilum 1%
- Masukkan ketiga tabung tersebut ke dalam penangan air dengan suhu 37oC
- Siapkan cawan porselen untuk uji Yod
- Setiap 3-5 menit, ambil sedikit cairan tabung III dengan pipet tetes kemudian
masukkan ke dalam cawan porselen. Setelah itu lakukan uji Yod hingga
menunjukkan uji Yod negatif (yaitu warna biru tepat hilang). Kemudian lakukan uji
benedict. Catat hasilnya
- Lakukan juga uji Yod untuk cairat tabung I dan II. Catat hasilnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Pengamatan
1 50 ml air liur tidak disaring
a. Uji dengan lakmus/ indikator pH = 8
universal
b.
b. -Tes Molisch Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas
orange dan lapisan bawah keruh

- Tes biuret Larutan Ungu

- Tes Musin Larutan keruh, ada endapan,


terbentuknya presipitat yang
menunjukkan adanya musin
2 Uji air liur yang disaring.
a. 1 ml air liur + 2 tetes asam sulfat. Putih keruh
b. Tes Sulfat
- Air liur + HCl Larutan jernih
- + BaCl2 Larutan agak keruh
c.
]
tetes klorida Adanya endapan
1 mL air liur+ 2 tetes HNO3 encer
+AgNO3
3 Hidrolisis pati oleh air liur
- 2 ml air liur + 10 ml larutan pati Sedikit mengental
1% (diaduk dan dipanaskan)
- Setelah 1 menit dipanaskan Larutan coklat lebih mengental
kemudian + iodin
- Setiap 1 menit air liur diteteskan 6 tetes pada menit ke 3 warna iodin
pada iodin sampai coklat hilang hilang
4 Pengaruh pH
a. - 2 ml HCl pH 1 + pati + air liur Larutan jernih dan endapan putih
- Dipanaskan diatas.
- Tes iodin Tetap
Larutan kuning jernih dan endapan
- Tes benedict masih.
Larutan biru.
b. - 2 ml asam laktat + pati + air liur
- Dipanaskan Larutan putih keruh
- Tes iodin Tetap
- Tes benedict Warna kuning jernih, endapan
kuning
c. – 2 ml air aquadst + pati + air liur Larutan biru dan endapan sedikit
larut
- Dipanaskan
- Tes iodin Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas air
- Tes benedict dan lapisan bawah air liur.
Tetap
Larutan jernih dan endapan larut
Terbentuk 2 lapisan , larutan atas
d. – 2 ml Na2CO3 + pati+air liur berwarna biru muda dan lapisan
bawah biru tua.
- Dipanaskan
- Tes iodin Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas
- Tes Benedict kekuningan dan lapisan bawah
keruh.
Tetap
Larutan biru jernih dan endapan
hilang
Larutan berwarna biru jernih.

4.2 Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat / mengidentifikasi air liur
secara kualitatif. Dalam percobaan ini akan diketahui sifat dan susunan air liur serta
mengetahui hasil hidrolisis pati oleh air liur. Identifikasi yang dilakukan adalah :
a. AIR LIUR YANG TIDAK DISARING
 Tes dengan lakmus
Langkah pertama yang dilakukan adalah menguji pH air liur dengan indikator universal
dan ternyata air liur pada percobaan ini mempunyai pH 8. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa air liur seharusnya memiliki pH lebih dari 7 karena bersifat basa. Hal ini
karena air liur merupakan protein. Dalam air liur terkandung enzim amilase yang berfungsi
untuk memecah amilum menjadi maltosa dalam proses hidrolisis dengan pH optimum 6,6.
 Tes untuk musin
Untuk Uji presipitasi adalah uji pengendapan yang tak terbentuk. Uji presipitasi Adalah
proses pengendapan, dimana proses pengendapan sendiri adalah cara untuk mempermudah
proses pemisahan. Pada temperatur tertentu, kelarutan zat pada pelarut tertentu didefinisikan
sebagai jumlahnya jika dilarutkan pada pelarut yang diketahui beratnya dan zat tersebut
mencapai kesetimbangan dengan pelarut itu. Sedangkan yang disebut sebagai preipitasi
amorf adalah pengendapan pelarut dalam bentuk yang amorphous atau tidak berbentuk. Uji
sulfat, air liur berwarna bening di tmbah HCl, tidak terjadi perubahan. Kemudian di tambah +
BaCl2, terbentuk 2 lapisan yaitu bening (bawah), dan keruh (atas). Terdapat adanya endapan
putih.
 Tes biuret
Uji biuret yang berfungsi untuk menyelidiki ada tidaknya protein dalam air liur (ikatan
peptida). Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna ungu. Dalam percobaan ini
terbentuk larutan ungu (positif) karena memang air liur terdiri atas musin yang merupakan
suatu glikoprotein yaitu protein yang mengandung karbohidrat yang terikat secara kovalen.
 Tes Molisch
Uji mollisch yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya karbohidrat (uji
pendahuluan). Dari hasil percobaan ternyata terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna
orange dan lapisan bawah keruh (reaksi positif). Hal ini berarti air liur terdapat karbohidrat.
b. AIR LIUR YANG DISARING
 Pemeriksaan adanya aklorida (CL-)
Terlihat adanya endapan putih yang menunjukkan adanya klorida.
 Pereriksaan ada sulfat
Tes sulfat dilakukan dengan menambahkan HCL dan BaCl2. Setelah ditambah HCL
dan BaCl2 air liur menjadi keruh dan ada endapan putih. Adanya endapan putih tersebut
menunjukkan uji positif terhadap air liur dan membuktikan kalau air liur mengandung
sulfat.
c. HIDROLISA PATI (STARCH) OLEH AIR LIUR
Pada percobaan hidrolisis pati ini dilkukan dengan menambahkan 10 ml larutan pati 1%
ke dalam air liur yang sudah disaring dari perlakuan ini didapat larutan yang sedikit kental,
kemudian memanaskannya dalam penangas air dengan suhu 37⁰C. Hal tersebut dilakukan
karena hampir semua enzim mempunyai aktivasi optimal pada suhu 30⁰C - 40⁰C dan akan
mengalami denaturasi pada suhu 45⁰C. Pada umumnya semakin tinggi suhu maka laju reaksi
semakin cepat karena energi semakin besar dan melampaui energi aktivasinya. Akan tetapi
enzim merupakan suatu protein sehingga semakin tinggi suhu proses aktivasi enzim ini juga
meningkat. Pengaruh suhu yang terlalu tinggi dapat mempercepat pemecahan atau kerusakan
enzim, demikian juga sebaliknya.
Dalam percobaan, air liur ditambahkan pati dan diletakkan pada penangas kemudian
tiap menit larutan tersebut diteteskan pada piring spot test yang telah ditetesi iodin, awalnya
larutan berwarna ungu kehitaman kemudian pada menit ke-22 warna ungu yang terbentuk
menjadi hilang. Viskositas

d. Uji benedict
Tabung Hasil pengamatan
Air liur 2 ml
Larutan HCI 1 – ml
Dipanaskan selama 10 menit
Hasil yang tebentuk
Larutan NaOH 1 – 2 ml
Larutan benedict 10 ml
Dipanaskan beberapa menit
Hasil yang terbentuk Warna biru pekat

e. Untuk mengetahui pengaruh suhu pada aktivitas amylase air liur


Suhu Uji Iod UJi Benedict
10 C Mengendap dan sedikit Mengendap dan sedikit
berbusa berbusa
Suhu kamar Mengendap dan sedikit Tidak terjadi perubahan
berbusa
37 C Mengendap dan sedikit Tidak terjadi perubahan
berbusa
80 C pengendapan berwarna Terjadi pengendapan
putih
Ket : + : Positif
- : Negatif

g. Pengaruh pH terhadap kerja enzim


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pH terhadap aktivitas
enzim amylase dalam hidrolisis pati. pH maksimum enzim amylase adalah 6,9 dan dapat
bekerja pada pH 6,7 – 7,2dan sebagai pengaktif diperlukan ion Cl-
Langkah percobaan ini adalah dengan menambahkan 2 ml larutan pati 1% dan 2 ml
air liur pada tiap tabung reaksi dan tiap tabung reaksi diisi dengan :
· 2 ml HCl pH 1
· 2 ml asam laktat pH 5
· 2 ml air suling pH 7
· 2 ml Na2CO3 pH 9
Kemudian memasukkan ke dalam penangas selama 15 menit dan setelah itu larutan
disaring dan dibagi menjadi 2 bagian untuk dilakukan uji iodin dan uji benedict. Uji iodin
bertujuan untuk mengetahui adanya glukosa yang ditandai dengan berwarna kuning.
Sedangkan uji benedict bertujuan untuk menunjukkan adanya fruktosa yang ditandai dengan
berwarna biru.

Hasil yang diperoleh adalah :


Larutan Uji iodin Uji Benedict
HCl pH 1 Berwarna kuning (+) Berwarna biru (+)
Asam laktat pH 5 Berwarna kuning(+) Berwarna biru (+)
Air saquadest pH 7 Berwarna kuning(+) Berwarna biru(+)
Na2CO3 pH 9 Biru jernih (-) Biru jernih (+)

Dari hasil percobaan diatas hampir semua larutan dengan pH yang berbeda – beda
menunjukkan hasil positif terhadap uji benedict maupun uji iodin. Hal ini menunjukkan
bahwa pH tidak begitu berpengaruh terhadap kerja enzim. Hal ini tidak sesuai dengan teori
bahwa pH sangat mempengaruhi kerja enzim. Dimana :
Pada kondisi asam : kerja enzim amylase terhenti
Pada kondisi netral : kerja enzim amylase berfungsi dengan baik
Pada kondisi basa : kerja enzim amylase cukup aktif.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Air liur bersifat basa, mengandung protein, karbohidrat, tripsin dan ion phospat
dengan pH 8
2. . Senyawa anorganik pada saliva yaitu
i. Ion PO43- ditandai dengan endapan putih dari H2MoO4
ii. Ion SO42- ditandai dengan endapan putih dari BaSO4
iii. Ion Ca2+ ditandai dengan endapan putih dari CaC2O4
3. Suhu optimum untuk kerja enzim ptyalin yaitu 38° C karena kecepatan
pemecahan pati pada suhu ini yang paling cepat ditandai dengan hilangnya
warna biru pada larutan
4. pH yang cocok untuk kerja saliva adalah 7 karena pada pH ini kecepatan
pemecahan pati cepat ditandai dengan hilangnya warna biru pada larutan
5. Perubahan pH mengakibatkan air liur terhidrolisis, sehingga menghasilkan endapan
kuning dan pada tes benedict dihasilkan warna biru.
6. Air liur mengandung protein (asam amino) yang mengandung ikatan peptida (uji
positif biuret) dan mengandung gugus fenol (uji positif dengan millon)
7. Berdasarkan uji molisch, air liur mengandung karbohidrat.
8. Pati terhidrolisis oleh enzim amilase dalam air liur.
9. Berdasarkan uji positif H2SO4 encer, air liur mengandung ion organik seperti Ca2+,
K+, dan Mg2+
10. Air liur mengandung phospat, tetapi tidak mengandung sulfat.
11. Air liur mengandung enzim ptyalin yang dapat menghidrolisis pati menjadi gula
sederhana, yang optimum pada kondisi netral/ sedikit asam.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden. 2015. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga


Poedjiati, Anna. 2015. Dasar – dasar Biokimia. Jakarta : UI Press
Subrata, Ganda. 2014. Penuntun Laboratorium Klinis. Jakarta : PT. Dian Rakyat
Sugiharto. 2015. Biokimia. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai