Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ESSAY

BLOK DIGESTIF 1

“Fisiologi Kelenjar Saliva”

Oleh:

NAMA : I Gede Ngurah Putra Nata Sudana


NIM : 021.06.0033
KELAS :A

DOSEN : drg. Dwi Arianto, Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

2021/2022
Fisiologi Kelenjar Saliva drg. Dwi Arianto, Sp.KGA

LATAR BELAKANG

Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup, dimana pintu masuk makanan
agar dapat dicerna adalah melalui mulut atau rongga oral. Pada mulut makanan akan dicerna
secara mekanik oleh gigi dan secara kimiawi oleh cairan saliva. saliva merupakan salah satu
cairan fisiologi yang terdapat pada tubuh dan memiliki beberapa fungsi seperti sebagai
lubrikasi pada mulut, membantu mencerna makanan secara kimiawi dan sebagai proteksi.
Saliva disekresikan oleh tiga pasang kelenjar saliva yaitu parotis, submandibula dan sublingual.
Sekresi saliva dipengaruhi oleh dua refleks yaitu refleks sederhana dan refleks terkondisi.
penting bagi kita untuk mengetahui apa yang menyebabkan sekresi saliva terjadi dan mengapa
saliva dapat menjalankan fungsinya dalam membantu mencerna makanan, menjadi proteksi
dan sebagai lubrikasi. Maka pada essay kali ini akan dibahas mengenai fisiologi kelenjar saliva.

ISI

Kelenjar saliva merupakan suatu organ tambahan eksokrin pada sistem pencernaan
karena kelenjar saliva bertugas untuk mensekresikan saliva atau liur. Saliva disekresikan oleh
glandula salivarius mayor sebesar 93% dan sebanyak 7% disekresikan oleh glandula salivarius
minor. Dalam mulut terdapat beberapa macam kelenjar saliva yang mensekresi saliva, yaitu:

• Kelenjar Parotis

Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva yang terdapat di kedua sisi pipi bagian bawah
dan menjadi kelenjar saliva terbesar pada manusia. Kelenjar parotis berjumlah dua buah yang
mensekresikan air liur melalui saluran yang disebut duktus Stensen menuju rongga mulut.
Kelenjar parotis ini menghasilkan ludah atau liur berbentuk cair. Dari seluruh air liur yang ada
pada mulut manusia sebanyak 25% berasal dari kelenjar parotis. (RAHAYU, 2018)

• Kelenjar Submandibula

Kelenjar submandibula adalah sepasang kelenjar saliva yang terletak di bagian bawah
lekuk rahang. Produksi dari kelenjar submandibula merupakan campuran dari serosa dan
mukosa yang masuk ke rongga mulut melalui saluran yang disebut duktus Wharton. 70% dari
air liur di rongga mulut diproduksi oleh kelenjar ini. (RAHAYU, 2018)
• Kelenjar Sublingua

Kelenjar sublingua terletak di bawah lidah dengan jumlah sepasang. Kelenjar sublingua
merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar ludah. Sekitar 5 % dari seluruh air liur yang masuk
ke rongga mulut berasal dari kelenjar ini. (RAHAYU, 2018)

Gambar 1 letak masing masing kelenjar saliva (Arianto, 2022)

Saliva terbagi menjadi dua berdasarkan komponen dan sifatnya, yaitu:

• Sekresi Serus, saliva yang memiliki sifat lebih cair dan kaya akan non-enzimatik dan
protein enzimatik mengandung beberapa polisakarida. Serus mengandung ptyalin (α-
amilase) untuk mencerna makanan dan disekresikan oleh seluruh kelenjar saliva seperti
kelenjar parotis, kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual (RAHAYU, 2018).
• Sekresi Mukus, memiliki sifat lebih kental dan kaya akan polisakarida dan
mengandung beberapa protein non enzimatik. Mukus juga mengandung musin yang
berguna dalam melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa mulut.
Mukus disekresikan di kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual (Guyton & Hall,
2019).
Gambar 2 struktur histologi kelenjar submandibularis (Victor P. Eroschenko, 2010)

Kelenjar saliva sebagian besar tersusun oleh jaringan epitel dan jaringan ikat. Sel epitel
yang memproduksi saliva atau air liur disebut dengan sel sekretori, dimana sel sekretori yang
ditemukan berkelompok disebut dengan sel asinus. Ada dua jenis yaitu sel mukus dan sel
serous. Sel mukus berfungsi menghasilkan cairan mukus dan sel serous berfungsi
menghasilkan cairan serosa. Berikut adalah sel-sel yang menyusun asinus glandula saliva.
(Victor P. Eroschenko, 2010)

• Acinous Serous

Terdiri dari sel-sel epitel berbentuk piramidal. Terdapat butir-butir yang akan
disekresikan ke lumen asini menjadi enzim yaitu pro-enzim eosinofilik. Hasil sekresi asini
serous berisi enzim ptialin dan bersifat jernih dan encer seperti air seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Untuk membantu memeras keluar dari secret yang dihasilkan, maka terdapat sel
basket atau basal yang menyerupai dengan mycoepithelial sel atau kelenjar keringat. Sel-sel ini
terdapat juga pada intercalated ducts dan striated duct (RAHAYU, 2018; Victor P. Eroschenko,
2010).

• Acinous Mucous
Tersusun dari sel-sel berbentuk kuboid sampai kolumner. Hasil sekresi asini mukous
berupa musin yang sangat kental. Musin merupakan jenis glycoprotein yang berguna dalam
melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa mulut. Ada dua tipe mucin pada
saliva yaitu MG1 dan MG 2. MG1 adalah mucin dengan berat molekul tinggi, MG2 memiliki
berat molekul yang rendah (RAHAYU, 2018; Victor P. Eroschenko, 2010).

• Acinous Campuran

Mempunyai struktur serupa dengan asini serous maupun asinus mukous sebagai
parenkimnya. Dalam asinus serosa-mukosa campuran, asinus serosa membentuk demilune
serosa di sekitar asinus mukosa yang berbentuk bulan sabit, sehingga sering disebut serous
demilunes of Gianuzzi (RAHAYU, 2018; Victor P. Eroschenko, 2010).

Gambar 3 mekanisme kelenjar air liur dan kontrol sekresi liur (Sherwood, 2014)

Mekanisme sekresi liur atau saliva terdapat dua jalur, yaitu refleks sederhana dan
refleks terkondisi. Refleks sederhana berlangsung ketika reseptor dan kemoreseptor yang
terdapat pada mulut mendapatkan rangsangan yang disebabkan adanya makanan pada rongga
mulut. Reseptor ini akan mengirimkan informasi berupa impuls ke pusat liur di medula batang
otak. Informasi yang diterima akan diolah oleh pusat liur dan nantinya akan dikirimkan kelenjar
liur melalui saraf saraf otonom untuk meningkatkan sekresi liur. Pada refleks terkondisi
dimulai ketika seseorang memikirkan makanan, melihat makanan maupun menghirup aroma
makanan. Hal tersebut akan merangsang korteks serebrum dan menyalurkan impuls ke pusat
liur di medulla. Proses yang selanjutnya terjadi akan sama dengan refleks sederhana diatas.
(Sherwood, 2014)
Gambar 4 pengaturan sekresi saliva melalui saraf parasimpatis (Guyton & Hall, 2019)

Secara umum kelenjar saliva dikontrol sebagian besar oleh sinyal saraf parasimpatis
dari nucleus salivatoris superior dan inferior pada batang otak atau lebih tepatnya pada
pertemuan antara medulla dan pons. Bagian ini akan mengirim sinyal untuk mensekresi saliva
jika ada rangsangan pengecapan terutama rasa asam dan bila terdapat rangsangan taktil seperti
adanya benda halus pada mulut. Selain itu, rangsangan ketika memikirkan makanan, melihat
makanan maupun menghirup aroma makanan. Sekresi saliva juga diperlukan jika terdapat
makanan yang sangat mengiritasi tractus gastrointestinal. Hal ini dikarenakan saliva ketika
ditelan akan membantu menghilangkan faktor iritasi pada saluran pencernaan seperti lambung
dan usus, dengan cara mengencerkan atau menetralkan zat iritan. (Guyton & Hall, 2019)

Rata rata volume saliva yang disekresi yaitu 1,0 dan 1,5 liter. Pada keadaan istirahat
(unstimulated) saliva yang disekresi sebanyak 20 ml dan dalam waktu 15 jam akan sebanyak
300 ml. Pada saat makan produksi saliva akan meningkat sebanyak 150 mL/ jam. Sedangkan
selama tidur produksi saliva sekitar 20 –50 mL (RAHAYU, 2018, Kusuma, 2015).

Komposisi terbesar saliva yaitu air mencapai 90%, sementara sisanya berupa bahan
organic, anorganik, garam-garam dan molekul-molekul makro lainnya. Komposisi ini akan
berbeda pada setiap individu, bergantung pada umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas
dan lamanya rangsangan, kondisi biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Komponen
organik yang terdapat pada saliva terdiri dari urea, glukosa bebas, asam amino bebas, asam
lemak dan laktat. Selain itu terkandung pula enzim yaitu amilase yang mengubah pati dan
glikogen menjadi molekul yang lebih kecil agar mudah dicerna dan diserap oleh tubuh.
Terdapat komponen antibacterial seperti lysozyme yang berfungsi mengikat dan mendegradasi
membran bakteri, lactoperoxidase merupakan enzim yang memanfaatkan H2O2 untuk
menghasilkan oksidasi untuk merusak sistem enzim bakteri, kallikrein berguna pada proses
pembekuan darah dan berperan sebagai vasodilator, dan musin yang membuat ludah tampak
pekat dan melumasi makanan sebagai lubrikasi, mengikat bakteri, dan melindungi mukosa
mulut (RAHAYU, 2018, Kusuma, 2015).

Komponen anorganik pada saliva terdiri dari sejumlah besar kalsium (Ca2+), klorida
(CI-), bikarbonat (HCO3-), natrium (Na+), kalium (K+), ammonium (NH4+), dan asam fosfat
(H2PO4- dan HPO42-); serta sedikit magnesium (Mg2+), sulfat, iodida, dan fluoride (F-). Na+
dan K+ bersama-sama berperan dalam proses biolistrik. Ca+ dan Fosfat berfungsi dalam
remineralisasi email pada gigi, pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Cl- berperan dalam
aktivitas ptyalin (enzim α-amilase). Bikarbonat penting dalam ion buffer dan merupakan ion
dapar terpenting pada saliva dimana akan menentukan sebagian besar kapasitas dapar dan
derajat asam saliva, dimana ketika bersama fosfat dapat meningkatkan pH pada saliva. Selain
itu, konsentrasi konsentrasi berbagai komponen dalam saliva juga dapat dipengaruhi oleh
kecepatan aliran saliva. Konsentrasi amilase, Na⁺, Cl-, dan HCO3- berbanding lurus dengan
kecepatan dari aliran saliva, sedangkan konsentrasi K+ dan Fosfor berbanding terbalik dengan
kecepatan aliran saliva (RAHAYU, 2018, Kusuma, 2015).

Ketika sekresi saliva menurun dapat menyebabkan kekeringan pada mulut atau dry
mouth disebut pula Xerostomia. Xerostomia merupakan kondisi dimana terjadi karena
berkurangnya laju aliran saliva (hyposalivation) atau dapat terjadi karena perubahan komposisi
saliva. Penurunan laju aliran sampai 0,5-0,7 mL/menit dalam keadaan distimulasi dan 0,1
mL/menit dalam keadaan tidak distimulasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
(Kusuma, 2015; Kasuma, 2019)

• Obat-obatan seperti antikoagulan, antidepresan, antihipertensi, antiretroviral,


hipoglikemik, levothyroxine, multivitamin dan suplemen, obat antiinflamasi
nonsteroid, dan inhaler steroid.
• Penyakit sistemik seperti sindrom Sjögren diabetes, penyakit Alzheimer, dan
dehidrasi.
• Terapi radiasi pada kepala dan leher, dan sindrom Sjögren. Namun perlu juga
memperhatikan jumlah dosis radiasi.
• Tingkat stress yang disebabkan oleh adanya gangguan emosional seperti putus asa dan
rasa takut juga dapat menjadi faktor terjadinya Xerostomia.

KESIMPULAN

Kelenjar saliva merupakan organ tambahan pada sistem pencernaan yang bertugas
mensekresikan saliva. kelenjar saliva terdiri dari tiga jenis kelenjar yaitu parotis, submandibula
dan sublingual. Ketiga kelenjar ini memiliki letak yang berbeda dan ukuran yang berbeda.
kelenjar parotis berada di kedua sisi pipi bagian bawah, kelenjar submandibula terletak di
bagian bawah lekuk rahang, dan kelenjar sublingua berada di bawah lidah. Saliva dibagi
menjadi dua berdasarkan komponen dan sifatnya yaitu, sekresi serus dan sekresi mukus. serus
memiliki sifat cair dan mengandung ptyalin (α-amilase) untuk mencerna makanan, sedangkan
mukus memiliki sifat kental dan mengandung musin sebagai proteksi mukosa mulut. Pada
kelenjar saliva terdapat sel khusus yang penting dalam menghasilkan saliva yang disebut sel
asinus. Ada dua jenis yaitu sel mukus dan sel serous. Sekresi saliva dibagi menjadi dua yaitu
refleks sederhana dan refleks terkondisi. refleks sederhana berkaitan dengan reseptor dan
kemoreseptor pada mulut, sedangkan refleks terkondisi diawali dengan adanya rangsangan
berupa aroma makanan, rasa makanan, dan memikirkan makanan. Secara umum kelenjar saliva
dikontrol sebagian besar oleh sinyal saraf parasimpatis dari nucleus salivatoris superior dan
inferior pada batang otak atau lebih tepatnya pada pertemuan antara medulla dan pons. saliva
akan disekresi sebanyak 1,0-1,5 liter. Namun angka ini akan berubah tergantung pada keadaan
yang sedang dialami masing masing individu. Sebanyak 90% saliva terdiri dari air dan sisanya
meripakan bahan organic, anorganik, garam-garam dan molekul-molekul makro lainnya. Salah
satu bahan organik adalah enzim yaitu amilase yang mengubah pati dan glikogen menjadi
molekul yang lebih kecil agar mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Sedangkan bahan
anorganik adalah Bikarbonat yang penting dalam ion buffer dan merupakan ion dapar
terpenting pada saliva dimana akan menentukan sebagian besar kapasitas dapar dan derajat
asam saliva. Konsentrasi bikarbonat akan berbanding lurus dengan kecepatan aliran saliva.
Salah satu gangguan ketika produksi saliva yang tidak mencukupi adalah Xerostomia. Terdapat
beberapa faktor penyebab Xerostomia yaitu obat-obatan, penyakit sistemik, terapi radiasi, dan
tingkat stress
REFERENSI
Amalia, S. R., 2018. PENGARUH BERKUMUR LARUTAN MADU 15% TERHADAP
PERUBAHAN PH SALIVA PADA ANAK USIA 11-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR
LABSCHOOL UNNES SEMARANG (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Semarang).

Arianto, D., 2022. Materi Kuliah Fisiologi Kelenjar Saliva. Mataram: Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Al-Azhar Mataram.

Guyton, A. C. & Hall, J. E., 2019. Guyton Dan Hall: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. s.l.:s.n.

Kasuma, N., 2019. PENYAKIT RONGGA MULUT DAN FARMASI KEDOKTERAN GIGI.
s.l.:FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS.

Kusuma, N., 2015. Fisiologi dan Patologis Saliva. Padang: Andalas University Press.

Sherwood, L., 2014. Sherwood Introduction to Human Physiology 8th. s.l.:brooks/cole.

Victor P. Eroschenko, P., 2010. Atlas Histologi diFiore DENGAN KORELASI FUNGSIONAL
edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Villa, A., Connell, C. L., & Abati, S., 2015. Diagnosis and management of xerostomia and
hyposalivation. Therapeutics and clinical risk management, 11, 45.

Anda mungkin juga menyukai