PENDAHULUAN
Dalam rongga mulut terdapat dua jenis kelenjar saliva yaitu kelenjar saliva
mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar submandibula,
sublingual dan kelenjar parotis. Kelenjar saliva minor terdapat pada daerah labial,
bukal, palatum, tonsil, retromolar dan lingual, dilapisi oleh membran mukosa
mulut berjumlah 800 sampai 1000 kelenjar yang tersebar dalam rongga mulut
(Miloro M, 2003).
saliva per hari, dengan aliran yang tertinggi terjadi sewaktu makan. Kontribusi
sublingual 3-4% dan kelenjar minor sisanya. Komposisi elektrolit saliva juga
berbeda tiap kelenjar. Kelenjar parotis konsentrasi elektrolitnya lebih tinggi dari
kelenjar submandibula, kecuali konsentrasi kalsiumnya yang dua kali lebih tinggi
saliva. Sialolitiasis terjadi oleh karena akumulasi deposit kalsium atau kalkulus
yang terbentuk pada duktus kelenjar saliva atau di dalam kelenjar saliva sehingga
1
garam. Kemudian diikuti dengan pelapisan bahan organik dan anorganik sehingga
Insidensi pada orang dewasa lebih sering terjadi dibandingkan anak-anak dan
laki-laki lebih banyak dua kali lipat dibandingkan perempuan. Kelainan ini dapat
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu
sialolitiasis.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mempertahankan kesehatan rongga mulut. Saliva sebagian besar terdiri dari air
yakni sekitar 99% dari total volume. 1% komponen sisanya terdiri atas elemen
lain yang memiliki peranan penting seperti agen bakteriosid dan faktor
kelenjar saliva mayor dan minor. Berdasarkan tipe saliva yang dihasilkan
dan 3,4 cm di bagian ventro dorsal dengan berat 14,28 gram. Kelenjar parotis
3
prosessus mastoid dan liang telinga luar. Sisi depan, kelenjar ini terletak di
lateral dari ramus mandibula dan otot maseter. Di bagian bawah, kelenjar ini
Duktus parotis atau stensen duct yang keluar dari batas anterior
duktus ini antara 4-6 cm berjalan melewati anterior dari otot maseter dan
submukosa mulut memasuki rongga mulut dan berhadapan dengan gigi molar
dari bagin anterior dan posterior M. digastrikus dan tepi inferior mandibula.
Beratnya adalah sekitar 50% berat kelenjar parotis dengan berat antara 7-15
terletak di dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingual. Duktus warthon
4
bagian inferior menuju N. lingualis. kelenjar submandibula memiliki 3-6
dengan berat antara 2-4 gram. Kelenjar sublingual terletak di dalam dasar
memiliki kapsula fascial yang jelas dan duktus yang dominan, namun
5
Gambar 3. Kelenjar sublinguali.
1) Komposisi Saliva
Saliva terdiri dari 99% air dan1% bahan padat yang didominasi
taktil dan fungsi saliva berkurang pada saat tidur (Kasuma, 2015).
2) Fungsi Saliva
6
a. Mempermudah proses menelan dan membasahi partikel-partikel
dan lidah.
2.2 Sialolitiasis
kelenjar liur dengan terbentuknya batu. Penyakit disertai dengan rasa nyeri dan
pembengkakan pada kelenjar, terutama setelah makan jika obstruksi yang terjadi
belum seutuhnya dan biasanya bersifat unilateral. Kasus ini sering dijumpai pada
pada usia dekade 3 sampai dekade 6, meskipun bisa terjadi pada usia remaja
dengan pasti, akan tetapi diduga karena beberapa faktor yang berperan serta dalam
terbentuknya batu, diantaraya inflamasi, iritasi lokal dan iregularitas pada saluran
liur. Faktor ini yng diduga mempengaruhi terjadinya kalsifikasi pada material
7
organik yang terdapat pada saliva, sehingga terbentuk sialolith (Lim HK dkk,
2012).
jumlah kasus dan bersifat unilateral tanpa ada perbedaan sisi kiri dan kanan. Pada
7,3 mm. Sekitar 5-10% dari jumlah kasus sialolitiasis terjadi pada kelenjar parotis
kalsium fosfat dengan bahan organik yang ditemukan antara lain glikoprotein,
dan fosfat hanya sekitar 20-25% apabila didapati proses infeksi. Ukuran rata-
permukaan kasar atau halus. Dilihat dari bentuk yang sering ditemukan
adalah bulat atau lonjong, ukurannya mulai dari milimeter hingga centimeter.
Sedangkan warna bervariasi dari putih hingga coklat tua. Batu kelenjar
submandibula untuk komposisi bahan anorganik 81% dan bahan organik 19%
(Yeh S, 2002).
kelenjar submandibula. Pertama, karena sifat dari liur yang dihasilkan banyak
duct yang panjang dan berkelok dengan posisi orifisum lebih tinggi dari
duktus dan ukuran duktus yang lebih kecil dari lumennya (Yeh S, 2002).
8
Kurang lebih 90% kasus sialolitiasis kelenjar liur ditemukan dalam
duktus submandibula (warthon’s duct). Ada 10% kasus dari kelenjar parotis
kelenjar liur. Kedua faktor ini saling mendukung terjadinya proses kalsifikasi
Dugaan adanya substansi dari bakteri di rongga mulut yang migrasi ke dalam
duktus kelenjar liur dan menjadi sialolith (Junqueira dan Carneiro, 2007).
karena infeksi atau sumbatan. Kedua hipotesa ini diduga sebagai etiologi
9
Proses terbentuknya sialolith terdiri dari 2 fase yaitu, fase
terbentuknya inti dan fase terbentuknya lapisan luar. Pada fase awal inti
terbentuk oleh endapan garam yang berkaitan dengan substansi organik yang
kemudian akan melapisi fase berikutnya oleh bahan organik dan anorganik
ini terjadi karena pembusukkan membran sel akibat proses penuaan (Yeh S,
2002).
klinis, pemeriksaan fisik dan bila perlu dilakukan pemeriksaan radiologi dan
endoskopi.
1. Gejala Klinis
makan. Nyeri tergantung dari obstruksi yang ditimbulkan dari batu yang
yang tidak disertai infeksi pada kelenjar liur, akan terjadi atrofi dan
10
Gambar 5. Gambaran klinis sialolith pada kelnjar liur.
2. Pemeriksaan Fisik
anterior sering didapatkan batu pada saluran liur ( Witt dan Edkins, 2013).
3. Pemeriksaan Penunjang
11
panoramik, sialografi, ultrasonografi, xeroradiografi, scintigrafi dan
2005).
2005).
12
memperlihatkan gambaran anomali duktus kelenjar liur (Andretta dkk,
2005).
c) Sialografi
kontras yang larut dalam air. Metode ini merupakan pemeriksaan baku
d) Sialoendoskopi
13
dapat menghindari komplikasi yang mungkin terjadi seperti perforasi
Dulguernov, 2003).
1960an dan terus berkembang sampai saat ini. Beberapa penatalaksanaan pada
1) Tanpa Pembedahan
NSAID (ibuprofen 600 mg setiap 8 jam selama 7 hari) dan infeksi bakteria
amoxicillin dan asam klavulanat 125 mg setiap 8 jam untuk jangka waktu
satu minggu) atau augmentin, cefzil, nafcillin, diet kaya protein dan cairan
atau masase pada kelenjar. Sering kali batu masih tersisa terutama bila
2) Pembedahan
14
Pada beberapa kasus batu yang berada di warthon’s duct dapat
besar atau lokasi yang sulit. Bila lokasi batu di belakang ostium duktus
Lingualis. Hal ini bisa dilakukan dengan anastesi lokal atau pun general
15
memerlukan tindakan ligasi terhadap pembuluh darah arteri dan vena
3) Minimal Invasif
saat ini. Tujual ESWL adalah untuk mengurangi ukuran batu menjadi
fragmen yang kecil sehingga tidak mengganggu aliran air liur dan
spontan mengikuti aliran air liur (Baek dan Jeong, 2006). Akan tetapi
dengan teknik ini adalah 40% untu btu di kelenjar submandibula dan
baik dalam kelenjar maupun dalam duktus, kecuali jika posisi batu
16
b. Interventional Sialoendoscopy
pada operasi ginjal dan saluran empedu, maka teknik ini juga
2006).
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Kasus
dan Maksilofasial Rumah Sakit Hasan Sadikin dengan keluhan rasa sakit dan
bengkal yang hilang timbul sejak 4 sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik umum
didapatkan status umum baik, dengan tanda vital: frekuensi pernafasan 18x/menit,
frekuensi nadi 80x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg. Pemeriksaan fisik lokal
didapatkan pada intraoral yaitu vestibulum lingual kiri posterior molar kedua
radiologi (panoramik) (Gambar 8), sialografi (Gambar 9A dan 9B) dan CT-Scan
(Gambar 10A dan 10B), ditegakkan diagnosis sialolitiasis disertai ruptur muara
18
Gambar 9A. Sialogram, lateral.
19
Gambar 10B. CT Scan pasien
3.2 Penatalaksanaan
asisten, pamasangan infus di tangan kiri, tindakan anastesi umum dengan O2 dan
N2O, injeksi obat-obatan anastesi, tindakan intubasi, pemberian salep mata dan
dengan alkohol 70% dan povidone iodine solution 10%, aseptik intraoral dengan
povidone iodine solution. Lalu dilakukan penutupan tubuh pasien dengan kain
steril, kecuali daerah operasi. Untuk mencagah tertariknya selang intubasi selama
operasi, dilakukan fiksasi tube nasal dengan benang silk 2,0. Lalu untuk
penjahitan lidah untuk meretraksi lidah ke arah lateral dan pemasangan mouth
20
Gambar 11. Intraoral pre op.
pada vestibulum yang sudah ruptur dengan blade no. 15. Kemudian dilakukan
dengan pengambilan sialolith serta jaringan granulasi pada rongga bekas sialolith
dan irigasi rongga tersebut dengan larutan NaCl 0,9% (Gambar 12). Bagian
21
Selanjutnya dialakukan persiapan untuk pengambilan kelenjar liur
Dilanjutkan dengan insisi kutis pada regio submandibuka kiri dan otot-otot
selapis demi selapis sampai terlihat kelenjar liur submandibula kiri dengan blade
no. 15, cauter, gunting jaringan dan arteri klem. Kemudian pemisahan jaringan
otot dengan kelenjar liur submandibula kiri dengan menggunakan arteri klem dan
cauter. Dilanjutkan dengan pengikatan pembuluh darah dengan benang vicryl 3,0.
dengan cauter dan pengangkatan kelenjar liur submandibula kiri (Gambar 14 dan
15).
22
Gambar 15. Ukuran kelenjar liur submandibula kiri ±9 x 5 x 2 cm dan
KGB submandibula kiri (benang silk)
Operasi bagian ekstra oral diakhiri dengan irigasi daerah operasi dengan
larutan NaCl 0,9%, penjahitan otot dengan benang vicryl 3,0, pemasangan
penrose drain serta penjahitan subkutis dengan benang vicryl 4,0 dan kutis
Kemudian bagian intra oral diirigasi dengan larutan NaCl 0,9%, diikuti
23
dan pengiriman hasil ke patologi anatomi (kelenjar submandibula dan kelenjar
kemudian pulang pada hari ke-4 setelah operasi. Pasien kontrol kembali ke poli
Bedah Mulut hari ke-6, 8 dan 15 setelah operasi. Pada kontrol hari ke-8 dan 15,
pasien mengeluhkan adanya parestesi lidag sebelah kiri, sedangkan gerakan lidah
Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali bila masih ada keluhan, namun sampai
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
saliva. Sialolitiasis terjadi oleh karena akumulasi deposit kalsium atau kalkulus
yang terbentuk pada duktus kelenjar saliva atau di dalam kelenjar saliva sehingga
menghambat aliran kelenjar saliva. Kasus Sialolitiasis pada pasien ini didiagnosis
25
DAFTAR PUSTAKA
Andretta M., Tregnaghi A., Prosenikliev V., Staffieri A. 2005. Current Opinion in
Sialolithiasis Diagnosis and Treatment. Dalam: Yusuf M., Elvia.
Diagnosis dan Terapi Sialolitiasis Kelenjar Liur. Posted 2018:6.
Eibling DE. Transoral Removal of Salivary Duct Calculi. Dalam: Yusuf M.,
Elvia. Diagnosis dan Terapi Sialolitiasis Kelenjar Liur. Posted 2018:6.
Fraioli RE., Grandis JR. 2008. Exicision of Submandibular Gland. Dalam: Yusuf
M., Elvia. Diagnosis dan Terapi Sialolitiasis Kelenjar Liur. Posted
2018:6.
Holsinger FC., Bui DT. 2007. Anatomy, Function and Evaluation of the Salivary
Glands. In: Myers EN., Ferris RL., editors. Salivary gland Disorder
Otolaryngology. 15th ed. Berlin: Springer. p.6-8.
Junqueira LC., Carneiro J. 2007. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. Edisi 10. Alih
Bahasa: Jan Tambayong. Jakarta: EGC. 312-5.
Katz D., Johns ME. 2001. Two Non Surgical Therapies of Salivary Lithiasis.
IEFGS Paris-France. 7:5017
26
Nahlieli O.,ed. 2006. Sialendoskopi. Dalam: Yusuf M., Elvia. Diagnosis dan
Terapi Sialolitiasis Kelenjar Liur. Posted 2018:6.
Walvekar RR., Bowen MA. 2014. Nonneoplastic Diseases of the Salivary Glands.
Dalam: Wahyudi E., Novialdi. Laporan Kasus: Pendekatan Transoral
Sialolitektomi pada Sialolitiasis. Jurnal Kesahatan Andalas. Posted
2018:7.
Yeh S. 2002. Kelenjar Liur. Dalam: Ballenger JJ.ed. Penyakit Telinga Hidung
Tenggorakan, Kepala dan Leher. Jilid Satu. Edisi 13. Jakarta: Binarupa
Aksara. Alih Bahasa: Staf Ahli Bagian THT-KL RSCM-FKUI;330.
27