Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan rongga mulut terdiri dari saliva dan cairan sulkus gingiva. Saliva merupakan
suatu cairan kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar saliva dan memiliki fungsi utama
untuk menjaga keseimbangan rongga mulut. Saliva diproduksi oleh setiap pasang
kelenjar saliva mayor yang masing-masing memiliki perbedaan dalam jumlah dan
komposisi saliva yang dihasilkan. Cairan sulkus gingiva berasal dari serum darah yang
terdapat dalam sulkus gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang.
Cairan sulkus gingiva bersifat alkali sehingga dapat mencegah terjadinya karies pada
permukaan enamel dan sementum yang halus.

Saliva berperan dalam melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga


membantu proses mengunyah dan menelan makanan, membasahi dan melembutkan
makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan
dirasakan, membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman, mempunyai
aktivitas antibacterial dan sistem buffer, membantu proses pencernaan makanan
melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah, dan masih banyak lagi
peran saliva bagi tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan cairan rongga mulut?
2. Apa saja yang termasuk cairan rongga mulut?
3. Apa yang dimaksud dengan saliva?
4. Apa saja fungsi-fungsi dari saliva?
5. Apa saja kelenjar-kelenjar penghasil saliva?

1
6. Apa komposisi dari saliva?
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi laju aliran saliva?
8. Bagaimana mekanisme sekresi saliva?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan cairan rongga mulut.


2. Untuk mengetahui klasifikasi dari cairan rongga mulut.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan saliva.
4. Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari saliva.
5. Untuk mengetahui apa saja kelenjar-kelenjar penghasil saliva.
6. Untuk mengetahui komposisi dari saliva.
7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju aliran saliva.
8. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme sekresi saliva.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Cairan Rongga Mulut

Cairan rongga mulut terdiri dari saliva dan cairan sulkus gingiva. Saliva adalah
suatu cairan mulut yang kompleks, tidak berwarna, dan disekresikan dari kelenjar
saliva mayor dan minor untuk mempertahankan homeostasis dalam rongga mulut. Sifat
kelenjar saliva dan sekresinya ditentukan oleh tipe sekretori yaitu: serus, seromukus,
dan mukus. Sedangkan cairan sulkus gingiva berasal dari serum darah yang terdapat
dalam sulkus gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang. Cairan
sulkus gingiva bersifat alkali sehingga dapat mencegah terjadinya karies pada
permukaan enamel dan sementum yang halus. Cairan sulkus gingiva juga dapat
digunakan sebagai indikator untuk menilai keadaan jaringan periodontal secara
objektif.(1)

2.2 Saliva

Saliva merupakan cairan eksokrin yang dikeluarkan ke dalam rongga mulut


melalui kelenjar saliva. Secara umum, saliva berperan dalam proses pencernaan
makanan, pengaturan keseimbangan air, menjaga integritas gigi, aktivitas antibakterial,
buffer dan berperan penting bagi kesehatan rongga mulut.(2)

Saliva merupakan suatu cairan kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar saliva
dan memiliki fungsi utama untuk menjaga keseimbangan rongga mulut. Saliva
diproduksi oleh setiap pasang kelenjar saliva mayor yang masing-masing memiliki
perbedaan dalam jumlah dan komposisi saliva yang dihasilkan.(3)

3
2.2.1 Fungsi Saliva
1. Proteksi

Saliva melindungi rongga mulut dengan berbagai cara. Cairan saliva


menyediakan suatu aksi pembersihan (washing action), membersihkan bakteri
non adheren dan sisa-sisa makanan lain. Pembersihan gula dari rongga mulut
mencegah pertumbuhan mikroorganisme plak yang bersifat asam. Mucin dan
gikoprotein pada saliva bersifat melicinkan, melubrikasi dan mencegah
jaringan mulut menempel satu sama lain sehingga mereka dapat bekerja secara
maksimal. Saliva juga berperan dalam membentuk suatu sawar (barrier)
terhadap stimulus sakit, toksin mikroba dan trauma minor.

2. Sistem Buffer

Saliva mengandung ion-ion terutama ion bikarbonat dan ion fosfat berperan
dalam aksi buffer yang mencegah demineralisasi gigi yang disebabkan oleh
asam yang diproduksi oleh bakteri sewaktu metabolisme glukosa. Beberapa
protein saliva juga berperan dalam aksi buffer saliva. Sebagai tambahan,
metabolisme protein dan peptida saliva oleh bakteri akan menghasilkan urea
dan ammonia yang akan membantu menaikkan pH sehingga dapat menetralkan
rongga mulut yang asam.

3. Pembentukan pelikel

Protein saliva banyak mengikat pada permukaan gigi dan mukosa oral,
membentuk film tipis yang disebuta pelikel saliva (salivary pellicle). Beberapa
protein mengikat kalsium dan menjaga permukaan gigi. Protein yang lain
memiliki tempat pengikatan untuk bakteri oral yang menyediakan pelekatan
utama untuk organisme membentuk plak.

4
4. Mempertahankan integritas gigi

Saliva mengandung ion-ion kalsium dan fosfat. Kelarutan dari ion-ion ini
dipertahankan oleh beberapa protein pengikat kalsium ( calciumbinding
proteins), terutama acidic prolonerich proteins dan statherin. Konsentrasi yang
tinggi dari kalsium dan fosfat pada permukaan gigi menyebabkan pematangan
posterupsi dari enamel dan meningkatkan kekerasan permukaan dan resistensi
terhadap demineralisasi. Remineralisasi dari lesi karies juga dapat terjadi, ini
dipengaruhi oleh adanya ion fluor pada saliva.

5. Aksi Antimikroba

Saliva memiliki pengaruh ekologis yang besar pada mikroorganisme yang


berkolonisasi pada jaringan oral. Selain efek barrier oleh mucin, saliva
mengandung suatu spektrum protein dengan aktivitas antimikroba yaitu
lisozim, laktoferin, peroksidase, dan secretory leukocyte protease inhibitor.

Peptida kecil seperti α-defensins, β-defensins, cathelicidin-LL37 dan histatins


yang berfungsi untuk mengganggu fungsi selular dan mitokondria dengan cara
menembus membran sel. Protein dan peptida-peptida ini juga mempunyai
aktivitas anti virus. Imunoglobulin utama dalam saliva, immunoglobulin A
sekretori aglutinasi dari mikroorganisme spesifik, mencegah perlekatan
mikroorganisme tersebut pada jaringan oral dan membentuk suatu gumpalan
yang akan ditelan. Mucin juga berperan sebagai aglutinin yang dapat
mengagregasi mikroorganisme.

5
6. Pencernaan Makanan

Saliva berperan dalam pencernaan makanan. Proses pencernaan dimulai dari


pelarutan substansi makanan dan aksi dari enzim seperti enzim amilase dan
lipase. Saliva juga melembabkan dan melicinkan makanan sehingga
mempermudah pembentukkan dan penelanan bolus makanan.

7. Membantu dalam Pengecapan Rasa

Fungsi pengecapan rasa dilakukan dengan cara melarutkan substansi makanan


sehingga dapat dirasa oleh reseptor pengecapan yang terletak pada taste buds.
Saliva yang diproduksi oleh kelenjar saliva minor yang berada didekat papilla
circumvallata mengandung protein yang dapat mengikat substansi rasa dan
mempresentasikannya pada reseptor pengecapan. Selain itu, saliva juga
mengandung protein yang mempunyai efek trophic pada reseptor rasa.(3)

2.2.2 Kelenjar Saliva

Kelenjar saliva terdiri dari sepasang kelenjar mayor (kelenjar parotid, kelenjar
submandibular dan kelenjar sublingual) yang masing-masing terletak satu di kiri dan
satu di kanan serta kelenjar minor (kelenjar lingual, bukal, glossopalatine, palatine dan
labial).

1. Kelenjar parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang terbesar. Terletak di regio
preaurikular dan berada dalam jaringan subkutis. Kelenjar ini memproduksi
sekret yang sebagian besar berasal dari sel-sel asini. Produk dari kelenjar saliva
disalurkan melalui duktus Stensen yang mensekresikan serous saliva ke
vestibulum rongga mulut.

6
2. Kelenjar submandibula
Kelenjar submandibula merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah
kelenjar parotis. Terletak di segitiga submandibula yang pada bagian anterior
dan posterior dibentuk oleh muskulus digastrikus dan inferior oleh mandibula.
Sekret campuran yaitu mukous dan serous dialirkan melalui duktus Wharton.

3. Kelenjar sublingual
Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva mayor yang paling kecil.
Kelenjar ini berada di dalam mukosa di dasar mulut, dan terdiri dari sel-sel asini
yang dominan mensekresi mukous. Beberapa saluran dari bagian superior
kelenjar sublingual mensekresikan saliva langsung ke dasar mulut, atau
bermuara ke duktus Bartholin yang kemudian lanjut ke duktus Wharton.

4. Kelenjar saliva minor


Kelenjar saliva minor sangat banyak jumlahnya, berkisar antara 600 sampai
1000 kelenjar. Kelenjar ini banyak tersebar di bibir, lidah, mukosa bukal dan
palatum. Diantaranya ada yang memproduksi cairan serosa, mukoid, ataupun
keduanya.

Gambar: Kelenjar Saliva Mayor

7
2.2.3 Komposisi Saliva

Saliva terdiri dari 99% air dan 1% bahan padat yang didominasi oleh protein
dan elektrolit. Elektrolit yang paling banyak terdapat di saliva adalah natrium, kalium,
klorida, bikarbonat, kalsium fosfat dan magnesium. Komposisi saliva di rongga mulut
ditentukan oleh tingkatan sekrcsi dari sel aciner ke sistem duktus yang menycbabkan
peninghatan konsentrasi garam dan osmolaritas seiring dengan peningkatan laju aliran
saliva (Almeida, 2008). Komponen saliva berperan penting dalam menjalankan fungsi-
fungsi saliva.

Gambar: Konstribusi kelenjar saliva tidak distimulasi

Sekitar 0,5 L saliva disekresikan dalam 24 jam, paling banyak di pagi-siang


hari. Aliran saliva distimulasi melalui refleks neural pathway yang distimulasi dengan
mengecap dan mengunyah makanan. Stimulus taktil dan fungsi saliva berkurang pada
saat tidur. Berkurangnya junlah saliva memiliki hubungan klinis terhadap kejadian
bottle-bahy caries, rampant caries yang terjadi pada anak-anak yang tidur pada saat
breast feeding/minum susu botol. Puda kondisi ini, substrat bakteri meningkat,
sementara itu kemampuan buffering saliva menurun.

8
Saliva mengandung air, ion kuat dan lemah yang menyeimhangkan kapasitas
buffer. Peningkatan laju aliran saliva menyebabkan konsentrasi ion bikarbonat dan pH
saliva meningkat (Chlappin er al, 2007). lon bikarbonat paling banyak ditemukan pada
saliva parotid dan paling sedikit pada saliva dari kelenjar saliva minor. PH saliva dan
konsentrasi kalsium dan fosfat mengatur salurasi hidroksiapatit saliva. Saliva juga
mengandung proline rich protein dan stratherin yaug mencegah perembesan culcium
phosphate dari saliva dan menjaga lingkungan di sekitar gigi tetap stabil (Pedersen,
2007).(4)

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Laju Aliran Saliva


1. Derajat hidrasi
Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktor yang paling mempengaruhi
sekresi aliran saliva. Ketika tubuh kekurangan air 8%, laju aliran saliva
berkurang hingga mencapai nol. Sebaliknya, hiperhidrasi akan meningkatkan
laju aliran saliva.

2. Posisi tubuh dan cahaya


Posisi berdiri merupakan posisi dengan laju aliran saliva tertinggi bila
dibandingkan dengan posisi duduk ataupun berbaring. Pada posisi berdiri, laju
aliran saliva mencapai 100%, pada posisi duduk mencapai 69% dan pada posisi
berbaring 25%. Aliran saliva juga dipengaruhi oleh cahaya. Pada ruangan
gelap, laju aliran saliva akan berkurang 30-40%.

3. Obat-obatan
Penggunaan obat tertentu yang mempunyai aksi antikolinergik (antidepresan,
antihistamin, antihipertensi) dapat mengurangi laju aliran saliva.

9
4. Efek psikis
Berfikir mengenai makanan atau melihat makanan yang asam atau makanan
yang disukai pada saat lapar akan meningkatkan aliran saliva.

5. Usia
Laju aliran saliva pada usia yang lebih tua akan mengalami penurunan karena
proses aging yang terjadi pada kelenjar saliva. Sel adiposa akan menggantikan
sel parenkim kelenjar saliva.

6. Jenis Kelamin
Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita karena ukuran kelenjar
saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva wanita.

2.2.5 Mekanisme Sekresi Saliva

Saliva disekresi sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tingkat perangsangan
saliva tergantung pada kecepatan aliran saliva yang bervariasi antara 0,1 sampai 4
ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar
parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin), sisanya
disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut.
Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, tanpa adanya rangsangan yang jelas,
disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujungujung saraf parasimpatis yang
berakhir di kelenjar saliva berfungsi untuk menjaga mulut dan tenggorokan tetap basah
setiap waktu.

Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui reflek saliva terstimulasi dan refleks
saliva tidak terstimulasi. Refleks saliva terstimulasi terjadi sewaktu kemoreseptor atau
reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespon terhadap adanya makanan. Reseptor-
reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke

10
pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui
saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan
mengunyah merangsang sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena
adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks
saliva tidak terstimulasi, pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya
berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu
pengeluaran saliva melalui refleks ini.

Kor teks serebrum Masukan lain

Pusat saliva di medula

Refleks terstimulasi

Reseptor tekanan dan Saraf otonom


kemoreseptor di mulut

Kelenjar liur
Refleks tidak
terstimulasi
↑ Sekresi air liur

Gambar: Kontrol Sekresi Saliva

Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom yang
mensarafi kelenjar saliva. Stimulasi simpatis dan parasimpatis meningkatkan sekresi
saliva tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan
parasimpatis berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva
encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis menghasilkan volume

11
saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukus. Karena
rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva dalam jumlah sedikit, mulut terasa
lebih kering daripada biasanya saat sistem simpatis dominan, misalnya pada keadaan
stres.

12
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

 Cairan rongga mulut terdiri dari saliva dan cairan sulkus gingiva.
 Saliva merupakan suatu cairan kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar saliva
dan memiliki fungsi utama untuk menjaga keseimbangan rongga mulut. Saliva
diproduksi oleh setiap pasang kelenjar saliva mayor yang masing-masing
memiliki perbedaan dalam jumlah dan komposisi saliva yang dihasilkan.
 Cairan sulkus gingiva berasal dari serum darah yang terdapat dalam sulkus
gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang. Cairan sulkus
gingiva bersifat alkali sehingga dapat mencegah terjadinya karies pada
permukaan enamel dan sementum yang halus.
 Saliva terdiri dari 99% air dan 1% bahan padat yang didominasi oleh protein
dan elektrolit. Elektrolit yang paling banyak terdapat di saliva adalah natrium,
kalium, klorida, bikarbonat, kalsium fosfat dan magnesium. Komposisi saliva
di rongga mulut ditentukan oleh tingkatan sekrcsi dari sel aciner ke sistem
duktus yang menycbabkan peninghatan konsentrasi garam dan osmolaritas
seiring dengan peningkatan laju aliran saliva.

3.2 Saran

Demikianlah pembahasan mengenai cairan rongga mulut, besar harapan penulis


makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan. Penulis menyadari makalah
ini jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan referensi dan pengetahuan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini
dapat disusun dengan lebih baik lagi di masa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

(1) Rahayu, Yani Corvianindya dan Atik Kurniawati. 2018. Cairan Rongga Mulut.
Pustaka Panasea: Yogyakarta.
(2) Stomatognatik. 2010. Jurnal Kedokteran Gigi Unej. Universitas Jember:
Jember)
(3) Kelenjar Saliva dan Salivasi. 2016. Jurnal Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara. USU: Sumatera Utara.
(4) Kasuma, Nila. 2015. Fisiologi dan Patologi Saliva. Andalan University Press:
Padang. Hal 6-7.

14

Anda mungkin juga menyukai