Anda di halaman 1dari 4

Yanuar Devent Findaryanto

31102100073
SGD 10

Learning Issue
1. Fungsi Saliva
2. Komponen saliva, anorganik organic dan fungsinya
3. Karakteristik saliva (kenapa ada saliva yang encer dan kental) dan konsentrasinya,
dikeluarkan dari mana
4. Letak kelenjar dan duktus pada kelenjar saliva
5. Komponen yang berperan sebagai sistem imun dalam saliva
6. Mekanisme saliva berkaitan dengan saraf

Jawab

1. Saliva berfungsi sebagai pelindung dan mempertahankan kesehatan jaringan keras


melalui berbagai cara antara lain sebagai pembersih mekanis yang dapat mengurangi
akumulasi plak atau membasahi elemen gigi geligi untuk mencegah keausan oklusi akibat
proses pengunyahan. Saliva juga mempunyai peranan sebagai pertahanan untuk mengatur
naik turun nya derajat keasaman (pH), sehingga proses dekalsifikasi gigi dapat dihambat.
Kepentingan saliva bagi kesehatan mulut, terutama terlihat apabila terjadi gangguan
sekresi (pengeluaran) saliva. Sekresi saliva yang menurun akan menyebabkan kesukaran
bicara, mengunyah, menelan, serta tidak bisa menahan proses karies
Sumber : (THE FUNCTION OF SALIVA IN CARIES PREVENTION, Ni Luh Putu
Kertiasih, I Made Budi Artawa, Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 1 Februari 2015)

2. Saliva mempunyai peran yang sangat penting terhadap kebersihan gigi dan mulut, sebab
saliva mengandungantibakteri dankomponenorganikyang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kuman dalam rongga mulut. Oleh karena itu saliva
disebutkan berfungsi sebagai protektor bagi kuman rongga mulut, agar keseimbanggan
dinamik antar mikroorganisme dan lingkungan rongga mulut tetap terjaga.

Adapun komponen-komponen saliva yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar
saliva dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar
tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena bahan utama saliva
adalah air, yaitu sekitar 99,5%.
Komponen anorganik saliva, antara lain adalah sodium, kalsium, kalium, magnesium,
bikarbonat, klorida, rodanida dan tiosianat, fosfat, potasium dan nitrat, serta komponen
organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum
albumin, asam urat, kreatinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosom, asam
laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Protein saliva memiliki
fungsi protektif terhadap antimikroba, lubrikasi, dan pencernaan. Seluruh aktivitas
tersebut berperan pada integritas fungsional rongga mulut dan mendukung proteksi
melawan penyakit-penyakit rongga mulut
Sumber : (Profil Kandungan Unsur Anorganik dan Organik Saliva Pada Keadaan Usia
Lanjut, Riskayanty, Nurul Fitriani R. D., Rasmidar Samad, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia, 2014)

3. Penelitian terhadap pengaruh saraf parasimpatis terhadap sekresi kelenjar saliva yang
dilakukan oleh Lung (1998) pada hewan uji berupa anjing yang dianastesi ditemukan
bahwa pada saat saraf parasimpatis teraktifasi karena pemberian suatu stimulan akan
menyebabkan sekresi dan peningkatan aliran darah pada kelenjar saliva. Hal ini
menghasilkan sekresi saliva dengan karakteristik encer dikarenakan peningkatan aliran
darah akan menyebabkan peningkatan perfusi kelenjar. Kondisi pada saat kelenjar saliva
hanya mensekresikan saliva dalam jumlah sedikit dikenal dengan hiposalivasi, sedangkan
kondisi saat kelenjar saliva mensekresikan saliva dalam jumlah yang banyak dikenal
dengan hipersalivasi
Sumber : (DERAJAT pH SALIVA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI
KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH YANG
MENGKONSUMSI KOPI, Harvina Sawitri, Nora Maulina, Fakultas Kedokteran, Universitas
Malikussaleh, 2020)

4. Kelenjar Saliva
- Kelenjar parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang terbesar, terletak di regio
preaurikula dan berada dalam jaringan subkutis. Kelenjar ini memproduksi sekret
yang sebagian besar berasal dari sel-sel asini. Kelenjar parotis terbagi oleh nervus
fasialis menjadi kelenjar supraneural dan kelenjar intraneural. Kelenjar
supraneural ukurannya lebih besar daripada kelenjar intraneural. Kelenjar parotis
terletak pada daerah triangular yang selain kelenjar parotis, terdapat pula
pembuluh darah, saraf, serta kelenjar limfatik.

- Kelenjar submandibula
Kelenjar submandibula merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah kelenjar
parotis. Kelenjar ini menghasilkan sekret mukoid maupun serosa, berada di
segitiga submandibula yang pada bagian anterior dan posterior dibentuk oleh
muskulus digastrikus dan inferior oleh mandibula. Kelenjar ini berada di medial
dan inferior ramus mandibula dan berada di sekeliling muskulus milohioid,
membentuk huruf ”C” serta membentuk lobus superfisial dan profunda

- Kelenjar sublingual
Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva mayor yang paling kecil. Kelenjar
ini berada di dalam mukosa di dasar mulut, dan terdiri dari sel-sel asini yang
mensekresi mukus. Kelenjar ini berbatasan dengan mandibula dan muskulus
genioglosus di bagian lateral, sedangkan di bagian inferior dibatasi oleh muskulus
milohioid
- Kelenjar saliva minor
Kelenjar saliva minor sangat banyak jumlahnya, berkisar antara 600 sampai 1000
kelenjar. Di antaranya ada yang memproduksi cairan serosa, mukoid, ataupun
keduanya. Masing-masing kelenjar memiliki duktus yang bermuara di dalam
rongga mulut. Kelenjar ini tersebar di daerah bukal, labium, palatum, serta
lingual. Kelenjar ini juga bisa didapatkan pada kutub superior tonsil palatina
(kelenjar Weber), pilar tonsilaris serta di pangkal lidah. Suplai darah berasal dari
arteri di sekitar rongga mulut, begitu juga drainase kelenjar getah bening
mengikuti saluran limfatik di daerah rongga mulut

Duktus Pada Kelenjar Saliva


- Duktus parotis atau stensen duct
Duktus parotis atau stensen duct yang keluar dari batas anterior kelenjar parotis,
diameter 1,5 mm dibawah zigoma. Panjang duktus ini antara 4-6 cm berjalan melewati
anterior dari otot maseter, berbelok ke medial menembus otot businator kemudian
berlanjut ke jaringan submukosa mulut memasuki rongga mulut berhadapan dengan
mahkota gigi molar kedua atas.
- Duktus submandibula atau Warthon’s duct
Duktus submandibula atau Warthon’s duct yang berada di permukaan medial
kelenjar berjalan di antara lateral dari otot milohioid, otot hioglosus dan di atas otot
genioglosus membentuk sudut yang tajam di bagian lateral dari otot milohioid yang
merupakan tempat yang sering terjadi pembentukan batu.
(Sumber : Penyakit kelenjar saliva dan peran sialoendoskopi untuk diagnostik dan terapi,
Susyana Tamin, Duhita Yassi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ORLI Vol. 41
No. 2 Tahun 2011)
5. Saliva memiliki peran penting dalam lingkungan mulut dan berkontribusi terhadap
perlindungan dan homeostasis di rongga mulut. Immunoglobulin sekretori A (S-IgA)
adalah imunoglobulin yang paling umum ditemukan dalam saliva dan dianggap sebagai
faktor sekresi imunitas yang diperoleh di rongga mulut. Immunoglobulin A berpartisipasi
dalam integritas permukaan mulut (enamel dan selaput lendir) dan melewati perbatasan
adhesi mikroba, menjadi bagian dari garis pertahanan pertama. Antibodi S-IgA bersifat
independen, kompleks, dan berpartisipasi dalam reaksi antigenantibodi dalam membran
mukosa (dan juga sebagian dalam enamel), sehingga membatasi penetrasi bakteri dan
racun. Jumlah terbesar (90%) dari S-IgA diproduksi oleh kelenjar parotid dan
submandibular
Sumber : (Kadar Imunoglobulin A dalam Saliva pada Pemakai Gigi Tiruan sebagian
Lepasan Basis Resin Akrilik, Aprianto DS , Riyadi NA , Jaya LS , Maulani C, Department
of Prosthodontics, Faculty of Dentistry, YARSI University, Jakarta, 2021)

6. Respon air liur terhadap rangsangan tergantung refleks saraf yang dibawa oleh sistem
saraf parasimpatis. Saraf parasimpatis kelenjar parotis pada nukleus salivatorius inferior
berjalan melalui saraf glosofaringeal dan melalui telinga tengah melintasi promontorium
saraf Jacobson’s. Saraf parasimpatis kelenjar submandibula berasal dari nukleus
salivatorius superior, mengikuti saraf fasialis memasuki korda timpani melalui telinga
tengah dan bergabung dengan saraf lingualis. Saraf simpatis yang menyokong kelenjar
liur mayor berasal dari ganglion servikalis superior melalui pleksus arteri. Rangsangan
simpatis kelenjar liur mayor menyebabkan aliran air liur meningkat diikuti penurunan
aliran air liur sebagai kompensasi. Karena tidak adanya lapisan otot dalam kelenjar maka
hal ini diyakini peningkatan aliran ini mungkin oleh kontraksi dari mioepitel atau sel - sel
basket yang berhubungan dengan duktus striata
Sumber : DIAGNOSIS DAN TERAPI SIALOLITIASIS KELENJAR LIUR, Elvia,
Muhtarum Yusuf, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, 2019

Anda mungkin juga menyukai