Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ORAL BIOLOGY 5

MEKANISME SEKRESI SALIVA

KELOMPOK 3

1. Rahma Fernita Aprilia (04031291419027)

2. Juliet Ramadhanti (04031291419028)

3. Siska Erissa (04031291419029)

4. Kinanti Nabila Suraiya (04031291419030)

DOSEN PEMBIMBING

drg. Shanty Chairani, M.Si

Program Studi Kedokteran Gigi


Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2016
Saliva adalah produk dari kelenjar saliva mayor dan minor tersebar di seluruh rongga
mulut. Sebagian besar konstituen diproduksi secara lokal di dalam kelenjar; lainnya diangkut
dari sirkulasi. Saliva terdiri dari 98% air dan selebihnya adalah elektrolit seperti natrium (Na+),
kalium (K+), klorin (Cl-), bikarbonat (HCO3-), kalsium (Ca2+), magnesium ( Mg2+), dan fluor
(F-), protein, enzim-enzim pencernaan seperti musin, amilase, histatin, cystatin, peroksidase,
lisozim, dan laktoferin ; immunoglobulin (sIgA, IgG, dan IgM), molekul-molekul organik
(glukosa, asam amino, urea, asam urat, dan lemak). Saliva diekskresi hingga 0.5 1.5 liter
oleh tiga kelenjar liur mayor dan minor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan untuk
memastikan kestabilan di sekitar rongga mulut. Komponen berinteraksi dan bertanggungjawab
untuk berbagai fungsi yang berkaitan dengan saliva. 1,2

Hipotonisitas dari saliva ( glukosa level rendah, sodium klorida, dan urea) fungsi
rasa
Protein dengan kandungan karbohidrat tinggi (mucins) fungsi proteksi dan lubrikasi
Rata-rata konsentrasi gula 0,5 sampai 1 mg/100mL fungsi dulution and cleaning
Sialin, urea, amonia fungsi buffer capacity
Kalsium, fosfat, fluride fungsi integritas enamel gigi

Anatomi Kelenjar Saliva


Kelenjar Saliva Mayor

Kelenjar saliva terdiri dari berbagai tipe sel yaitu, unit sekretori (sel asinus, duktus
interkalata, dan duktus striata) dan unit nonsekretori (sel mioepitel dan sel saraf). Sel asinus
terbagi menjadi 2 jenis, yaitu serus dan mukus. Jenis sel asinus tersebut menentukan sifat saliva
yang disekresikan oleh tiap kelenjar saliva. Kelenjar saliva yang tersusun atas sel-sel asinus
tipe serus akan menghasilkan saliva yang encer, sedangkan kelenjar saliva yang tersusun atas
sel-sel asinus bertipe mukus akan menghasilkan saliva yang pekat. Kelenjar saliva mayor
terbagi menjadi kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. 1

KELENJAR PAROTIS SUBMANDIBULARIS SUBLINGUALIS


MAYOR

DUKTUS Stensen Wharton Rivinus atau Bartholini.

LOKASI Dibagian inferior telinga Terletak pada bagian bawah Kumpulan kelenjar yang
dibelakang ramus korpus mandibula Memiliki terletak berdekatan dengan
mandibula, pada bagian muara pada dasar rongga mulut saluran keluar kelenjar
posterior terdapat pada frenulum lidah, di submandibularis di bawah
mastoid, prosesus belakang gigi seri bagian bawah mukosa dasar mulut.
timpani,saluran luar
pendengaran
VASKULARISASI Arteri fasialis dan arteri Arteri fasialis dan arteri Arteri submentalis dan
karotis eksterna lingualis sublingualis
PERSYARAFAN Nervus fasialis Nervus lingualis nervus lingualis
(N. VII)
TOTAL VOLUME 60-65% 20-30% 2-5%
SALIVA
TIPE SEL Asinus serus Asinus campuran Asinus mukous
DOMINAN
GAMBAR
Kelenjar Saliva Minor

Kelenjar saliva minor yang terletak dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor
hanya menyumbangkan 5% dari sekresi lidah dalam 24 jam. Kelenjar saliva minor
dapat ditemui pada hampir seluruh epitel didalam rongga mulut. Kelenjar saliva minor
tidak memiliki kapsul yang jelas seperti kelenjar mayor. Jumlah kelenjar saliva minor
diperkirakan sebanyak 600 sampai 1000 kelenjar yang diberi nama sesuai lokasi
kelenjar tersebut berada (yaitu, labial, bukal, lingual, palatal, retromolar). Selain itu,
terdapat tiga set kelenjar saliva minor; kelenjar Weber, ditemukan disepanjang
perbatasan lateralis lidah; kelenjar von Ebner, disekitar papilla sirkumvalata, serta
kelenjar Bladin dan Nuhn yang juga dikenal sebagai kelenjar lingual anterior, yang
ditemukan pada ventral anterior lidah.

Histologi Kelenjar Saliva


Secara histologi , kelenjar saliva mayor tersusun dari acinar (sel sekretori) dan sel ductal
disusun seperti gugusan anggur pada batang. Sel-sel asinar membentuk endpiece sekretorik
dan merupakan satu-satunya lokasi transport cairan ke dalam kelenjar. Sel-sel asinar kelenjar
parotis adalah serous, dari kelenjar sublingual adalah mucous, dan dari kelenjar
submandibular adalah jenis campuran mukous serta serosa. Sedangkan untuk kelenjar
minor kelenjar Weber adalah mucous, kelenjar von Ebner murni serous, dan kelenjar
dari Blandin dan NUHN adalah kelenjar campuran mukous serta serous. .Sel-sel duktus
("batang") membentuk sistem percabangan ektensif yang memodifikasi dan mengangkut saliva
dari acini menuju rongga mulut. Ada 3 tipe sel duktus : intercalated , striated , dan interlobular.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi saliva


Produksi berbagai kelenjar saliva sangat tergantung pada tingkat stimulsi dan sifat stimulasi.
Kelenjar saliva dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi saliva dengan beberapa cara
berikut :
Rangsangan mekanis, misalnya dengan mengunyah makanan yang keras dan permen
karet
Rangsangan kimia, misalnya rangsangan rasa, seperti rasa asam, terutama asam yang
berasal dari asam sitrat, rasa manis, terutama yang berasal dari glukosa dan sukrosa;
rasa asin, pahit dan pedas.
Neuronal, misalnya kolinergik melalui asetil kolin, adrenergic melalui noradrenalin
(melalui dan reseptor).
Rangsangan rasa sakit, misalnya radang, gingivitis; protesa juga dapat meningkatkan
sekresi saliva.

PENGARUH SYARAF TERHADAP PRODUKSI SALIVA


Sekresi saliva diawali dengan refleks yang disebabkan impuls saraf. Pengendalian saliva
tergantung pada pelepasan neurotransmitter dari ujung saraf di kelenjar saliva. Sistem saraf
otonom mengontrol baik volume dan jenis saliva yang disekresikan. Metabolisme dan
pertumbuhan kelenjar saliva dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom dapat
dibagi menjadi dua jenis; simpatis dan parasimpatis. Respon simpatis dan parasimpatis di
kelenjar saliva tidak saling bertentangan. Kedua rangsangan parasimpatis dan simpatis
mengakibatkan peningkatan sekresi kelenjar saliva, tetapi jumlah, karakteristik, dan
mekanisme yang berperan berbeda.
Saraf simpatik dan parasimpatik berhubungan dengan hampir seluruh tipe sel dalam
kelenjar saliva. Baik sel asinus dan sel-sel mioepitel yang terhubung juga menerima persarafan
ganda. Untuk mengontrol dan melibatkan semua sel tersebut, saraf simpatik dan parasimpatik
bekerja sama secara sinergis terhadap terjadinya sekresi. Pembuluh darah juga dipersarafi oleh
saraf simpatik dan parasimpatik. Stimulasi saraf parasimpatik menyebabkan vasodilatasi dan
stimulasi simpatik menyebabkan vasokonstriksi. Stimulasi saraf parasimpatis dan simpatis
dapat menyebabkan kontraksi myoepitheilium yang menyebabkan sekresi dari acinus
sekretorik ke saluran dan akhirnya ke dalam rongga mulut.

Pengaturan sekresi saliva melalui saraf 2,3


Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya rangsangan yang
jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang
berakhir di kelenjar saliva. Sekresi basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan
tetap basah setiap waktu. Selain itu terdapat refleks saliva tidak terkondisi, dan refleks saliva
terkondisi.
1) Refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi
Refleks saliva sederhana terjadi saat baroreseptor di dalam rongga mulut merespons
adanya makanan. Saat diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serabut saraf
afferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula spinalis. Pusat saliva kemudian
mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan
sekresi saliva. Gerakan gigi juga mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan
karena adanya manipulasi terhadap baroreseptor yang terdapat di mulut.
2) Refleks saliva didapat atau terkondisi.
Pada refleks saliva didapat, sekresi saliva dihasilkan tanpa rangsangan oral. Hanya
dengan berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu
pengeluaran saliva melalui refleks ini.
Impuls saraf pada tungkai aferen refleks saliva lolos ke inti saliva dalam medulla
oblongata dan dari pusat-pusat ini eferen saraf secretomotor parasimpatis muncul untuk
memasok parenkim kelenjar saliva. Integrasi impuls dari pusat ludah utama untuk kelenjar
tergantung pada modulasi pusat. Hubungan saraf pusat antara pusat utama saliva dan inti
lainnya tidak dipahami dengan baik dan terus diselidiki. Pelabelan retrograde neuron telah
menunjukkan bahwa pusat saliva parasimpatis utama membentuk koneksi dengan hipotalamus
lateral di mana regulasi makan, minum dan suhu tubuh terjadi. Daerah nafsu makan pada otak,
yang mengatur sebagian efek ini, terletak di dekat pusat parasimpatis hipotalamus anterior, dan
berfungsi terutama sebagai respons terhadap sinyal dari daerah pengecapan dan penciuman dari
korteks serebral atau amigdala.
Saraf-saraf simpatis berasal dari ganglia servikalis superior dan kemudian berjalan
sepanjang pembuluh darah ke kelenjar-kelenjar saliva

Refleks Sekresi Saliva. Rangsangan aferen yang terintegrasi di pusat-pusat utama saliva dari medula. Eferen
saraf otonom parasimpatis menghantarkan sinyal ke kelenjar saliva melalui ganglia parasimpatis dekat kelenjar
target. Proyek saraf (lebih rendah dari broken line) dari medulla ke pusat simpatik di segmen toraks atas dari
sumsum tulang belakang dan dari sini eferen saraf simpatik memberikan sinyal ke kelenjar saliva melalui
ganglion cervical superior. Proyek saraf (lebih tinggi dari broken line) dari korteks ke pusat-pusat parasimpatik
di medula dan ini dapat memiliki rangsang atau efek penghambatan pada sekresi saliva. Eferen saraf otonom
merangsang sekresi saliva dan tidak ada penghambatan perifer sekresi melalui saraf simpatik.

Saraf Parasimpatis

Jalur saraf parasimpatis untuk mengatur pengeluaran saliva terutama dikontrol oleh sinyal
saraf parasimpatis sepanjang jalan dari nukleus salivatorius superior dan inferior batang otak.
Jalur persarafan parasimpatik untuk kelenjar sublingual dan submandibula berasal dari Nervus
Fasial (N. VII) dan untuk kelenjar parotis melalui Nervus Glossofaringeal (N. XI). Stimulasi
parasimpatis akan mempercepat sekresi pada semua kelenjar saliva, sehingga menghasilkan
produksi saliva dalam jumlah banyak.

Saraf parasimpatis mensekresikan neurotransmitter asetilkolin (Ach) dan melepaskan


peptida berupa substansi P dan Vasoactive Intestinal Polypeptide (VIP). Seluruh peptida
tersebut akan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada kelenjar saliva. VIP akan berikatan
dengan reseptor VIP yang kemudian akan bertindak melalui cyclic adenosine monophosphate
(cAMP) sebagai secondary messenger dan dibantu nitrit oksida (NO) sehingga mensekresikan
protein pada saliva. Sekresi yang dihasilkan VIP merupakan sekresi protein tanpa atau dengan
sedikit cairan. Ach akan berikatan dengan reseptor kolinergik pada sel asini kelenjar berupa
reseptor muskarinik (M1 dan M3). Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan
konsentrasi Ca2+ intraseluler tanpa mempengaruhi cAMP sehingga akan menghasilkan saliva
yang bersifat encer. Substansi P akan berikatan dengan reseptor substansi P yang akan
mengaktivasi sejumlah reseptor intraseluler yang merupakan Ca2+-dependent, sehingga akan
menyebabkan sekresi cairan atau makromolekul. Pada saraf parasimpatis aktivasi reseptor M1
dan M3 lebih dominan sehingga akan menyebabkan sekresi saliva yang bersifat cair (serus)
dalam jumlah besar. Hal tersebut dikarenakan kandungan protein yang lebih rendah, yang
terutama diproduksi pada akhiran sekretori kelenjar parotis dan submandibula.

Saraf Simpatis

Jalur persarafan simpatik adalah berasal dari segmen toraks T1 sampai T3 dengan saraf
preganglionik di ganglion servikal superior. Sekresi saliva yang dipersarafi oleh saraf simpatik
memiliki jumlah yang lebih sedikit konsentrasi yang lebih pekat dari saraf parasimpatik. Saraf
simpatik lebih mempengaruhi sekresi saliva dari kelenjar submandibula daripada sekresi saliva
dari kelenjar parotis.

Aktivasi saraf simpatis yang terjadi pada sekresi saliva melepaskan neurotransmitter
noradrenalin yang akan diterima oleh reseptor -adrenergik dan -adrenergik pada sel asini
kelenjar. Reseptor -adrenergik yang teraktivasi akan meningkatkan konsentrasi kalsium
(Ca2+) sehingga akan menghasilkan saliva yang bersifat encer. Reseptor -adrenergik yang
teraktivasi akan memediasi sekresi protein saliva. Pada saraf simpatis yang dominan berikatan
dengan noradrenalin adalah -adrenergik. Oleh karena itu, stimulasi saraf simpatis
menghasilkan sekresi saliva yang kaya protein dengan volume yang rendah serta lebih kental
(mukus), terutama diproduksi pada kelenjar sublingual dan sebagian lagi diproduksi kelenjar
submandibula.
SKEMA TERBENTUKNYA SALIVA

Tanpa stimulus Stimulus refleks Stimulus refleks


jelas/konstan tidak terkondisi terkondisi

makan mengunyah mencium bau berpikir melihat

Reseptor sensorik teraktivasi

kemoreseptor mekanoreseptor nociceptor olfactory

Serabut aferen (N.VII, N.IX)

Hipotalamus
lateral
Nukleus salivatory
di medulla batang
otak simpatis

parasimpatis
Ganglion servikal -> arteri

N IX N VII

parotid submandibular sublingual

Sel Asinus
Sekresi saliva merupakan proses dua tahap:4

1. Sekresi primer

Sel asini bertanggung jawab untuk mensekresi sebagian besar protein dan cairan. Sel

asini mensekresi saliva primer yang mengandung ptialin dan/atau musin dalam larutan ion

dengan konsentasi yang tidak jauh berbeda dari yang disekresikan dalam cairan ekstraseluler

khusus. Saliva yang disekresi oleh sel asini bersifat isotonik, dengan konsentrasi Na+, K+, dan

HCO3- yang mirip dengan yang terdapat dalam plasma. Selain itu, ion lain seperti Ca2+ dan

fosfat (Pi) juga ditemukan terdapat dalam saliva primer.

Sekresi saliva primer terdiri dari dua mekanisme yaitu sebagai berikut:

a. Sekresi Protein

Sekresi protein dapat distimulasi oleh saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Pembagian

antara kontrol saraf simpatis dan parasimpatis masih diperdebatkan, karena saraf parasimpatis

juga dapat melepaskan peptida berupa VIP. VIP akan berikatan dengan reseptor VIP yang

kemudian akan bertindak melalui cAMP sebagai secondary messenger dan dibantu NO

sehingga mensekresikan protein pada saliva. Sekresi yang dihasilkan VIP merupakan sekresi

protein tanpa atau dengan sedikit cairan. Akan tetapi, sekresi protein lebih dominan diatur oleh

noradrenalin yang dilepaskan oleh saraf simpatis.

Tahap pertama dari jalur transduksi sinyal adalah ketika noradrenalin mengikat reseptor

-adrenergik dan mengaktifkan sebuah intraseluler G-protein. G-protein akan merangsang

adenilat siklase. Adenilat siklase adalah membran terikat enzim yang mengkatalisis konversi

ATP menjadi cAMP. cAMP akan memediasi aktivasi cAMP-dependent protein kinase atau

Protein Kinase A (PKA). Aktivasi PKA sangat penting untuk sekresi eksositosis cAMP-

dependent. Protein kinase A berfosforilasi dan mengaktifkan berbagai protein target dan enzim,

yang mempercepat sintesis protein oleh sel asini kelenjar.

b. Sekresi air (cairan dan elektrolit)


Sama seperti sekresi protein, sekresi air dapat distimulasi oleh saraf simpatis dan saraf

parasimpatis.31,36 Stimulasi simpatis dapat mengaktifkan reseptor -adrenergik pada sel asini

yang berperan dalam menghasilkan saliva yang bersifat encer dengan cara meningkatkan

konsentrasi Ca2+.

Tahapan sekresi air dan elektrolit pada saliva primer adalah sebagai berikut:

1. Diawali dengan adanya stimulasi baik dari saraf simpatis maupun parasimpatis. Kelenjar

saliva mensekresikan cairan dominan melalui respon terhadap stimulus muskarinik-

kolinergik saraf parasimpatis.

2. Peningkatan konsentrasi Ca2+ membuka saluran basolateral untuk K+ dan saluran apikal

untuk Cl-. K+ akan meninggalkan sel asini menuju cairan interstisial dan Cl- akan

meninggalkan sel menuju lumen asini dalam keadaan seimbang. Selain itu, karbon dioksida

(CO2) yang masuk dari aliran darah ke dalam sel asini melalui membran basolateral akan

bereaksi dengan air (H2O) disertai dengan bantuan karbonik anhidrase menjadi HCO3-.

HCO3- akan disekresikan ke lumen asini melalui saluran Cl- yang Ca2+-dependent.

3. Menurunnya kadar ion K+ di dalam sel meningkatkan dorongan elektronetral kotranspoter

Na+-K+-2Cl- untuk mentranspor dua ion Cl- ke dalam sel bersamaan dengan Na+ dan K+.
Potensi elektrokimia Cl- dan K+ lebih besar di dalam sel, dibandingkan dengan yang ada

pada cairan interstisial dan saliva.

4. Potensi elektrokimia yang negatif tersebut akan mendorong aliran Na+ masuk ke dalam

lumen sel asini melalui celah-celah penghubung sel. Proses sekresi cairan atau pemindahan

cairan ke seluruh jaringan berlangsung secara osmosis. H2O dapat masuk secara osmosis

ke dalam lumen asini melalui celah-celah penghubung sel dan secara transeluler melalui

saluran air Aqp5 pada membran sel asini. Na+ yang masuk secara paraseluler beriringan

dengan Cl- yang masuk secara transeluler menyebabkan NaCl dominan pada lumen asini.

5. Membran basolateral sel asini mengandung pompa Na+-K- dengan bantuan ATP. Kenaikan

intraseluler Na+ dari tahap pada poin 2 akan mengaktifkan pompa Na+-K-, sehingga Na+

akan dipompa ke cairan interstisial dan K+ akan masuk ke dalam sel asini untuk menjaga

keseimbangan.

Sekresi saliva primer melibatkan banyak komponen pada sel asini kelenjar diantaranya

Na+, Cl-, HCO3- dan H2O. Selain itu, di dalam saliva primer juga ditemukan Ca2+ dan Pi. Ca2+

dan Pi berasal dari aliran darah yang akan masuk ke sel asini melalui membran basolateral.

Ca2+ yang masuk tersebut akan dipompakan ke lumen asini dengan bantuan ATP, sehingga

aktivitas Ca2+ di saliva sama dengan yang terdapat di dalam darah. Pi akan masuk dari aliran

darah melalui Na+ couple Pi transporter (NPT2b), kemudian akan dikeluarkan menuju lumen

asini melalui saluran ion. Hal tersebut menyebabkan konsentrasi Pi lebih banyak di dalam

saliva dibandingkan di darah. Namun, mekanisme transpor Pi tersebut masih belum jelas.

2. Sekresi saliva akhir

Saliva primer yang mengalir melalui duktus ekskretorius dan duktus interkalatus akan

mengalami modifikasi komposisi ion saliva secara nyata berupa reabsorpsi Na+, Cl-, dan Pi,

serta sekresi K+ dan HCO3-. Pi akan mengalami reabsorpsi dari saliva primer melalui NPT2b

yang terdapat pada membran apikal sel duktus. Sel duktus memiliki claudin 4 yang mengatur
permeabilitas sel kelenjar sehingga relatif impermeabel terhadap air, dan saliva akan menjadi

hipotonik di dalam sistem duktus striata.

Tahapan sekresi akhir:

1. Reabsorpsi Na+ dan sekresi K+ adalah proses yang distimulasi oleh mineralokortikoid

berupa aldosteron. Aldosteron menstimulasi aliran Na+ melalui excahanger Na+-H+ di

lumen. Na+ pada saliva primer akan memasuki sel bertukar dengan H+. Hasil peningkatan

kadar Na+ dalam sel duktus mengaktivasi pompa basolateral Na+-K+. Na+ akan dipompa

keluar ke sel duktus dengan bantuan ATP melalui membran basolateral ke cairan interstisial

dan akan digantikan oleh K+ yang masuk ke sel duktus. Pemompaan tersebut

mempertahankan gradien potensial elektrokimia Na+ dan K+.

2. Selain itu, Cl- dari saliva primer juga mengalami reabsorpsi oleh sel duktus kelenjar

saliva.32 Cl- dapat tereabsorpsi secara pasif, dan sebagian lagi melalui exchanger Cl--HCO3-

yang akan bertukar dengan HCO3- yang dikeluarkan ke lumen. HCO3- juga dapat

disekresikan tanpa melalui pertukaran dengan Cl-. Konsentrasi sekresi bikarbonat sangat

besar pada saliva akhir melebihi yang ada di plasma.

3. Reabsorpsi tersebut akan menyebabkan kadar Cl- banyak di dalam sel duktus, sehingga Cl-

akan dikeluarkan kembali melalui saluran Cl- di membran basolateral.


4. K+ yang sudah masuk oleh pompa Na+-K+ akan meninggalkan sel duktus melalui saluran

K+ pada membran basolateral. Hal tersebut mendaur ulang K+ untuk menyeimbangkan

pengeluaran Cl-.

5. Beberapa K+ yang lain akan meninggalkan sel duktus menuju lumen melalui exchanger

H+-K+ dengan bantuan aldosteron sehingga K+ akan disekresikan ke lumen dan H+ akan

direabsorpsi ke dalam sel duktus. Pertukaran tersebut menyebabkan jumlah K+ di saliva

akhir melebihi jumlah K+ yang ada di plasma. Hasil dari sekresi saliva sekunder adalah

saliva yang kaya akan K+ dan HCO3-. Mekanisme sekresi saliva sekunder terdapat pada

gambar.
REFERENSI

1. Fritsch H, Kuehnel W. 2001 Color Atlas of Human Anatomy Internal Organs.


Germany: Thime

2. Michael Glick. Burkets Oral Medicine. 12th Ed. 2015. Peoples Medical Publishing
House.

3. Gordon B. Proctor, Guy H. Carpenter. Regulation of salivary gland function by


autonomic nerves. Autonomic Neuroscience: Basic and Clinical;2007;133:318.

4. Paulev PE. Textbook in medcal physiology and pathophysiology essentials and


clinical problem. [internet]. 2002. [cited: 2016 Aug 16]. Available form:
http://www.zuniv.net/physiology/book/chapter22.html.

Anda mungkin juga menyukai