Pengertian :
Saliva adalah cairan oral yang kompleks, terdiri dari campuran sekresi yang berasal dari
kelenjar ludah besar (mayor) dan kecil (minor) yang ada pada mukosa oral. Pentingnya saliva
bagi kesehatan mulut terutama akan terlihat bila terjadi gangguan sekresi saliva, yang akan
menyebabkan kesukaran berbicara, mengunyah, dan menelan. Pengeluaran saliva pada orang
dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah
normal adalah 1-2 ml/menit.
Fungsi :
-mempermudah proses menelan dan membasahi partikel-partikel makanan sehingga saling
menyatu dan menghasilkan pelumas yaitu mukus yang kental dan licin.
-membantu proses berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah.
-membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi. Aliran saliva yang terus menerus dapat
membantu membilas sisa-sisa makanan dan melepaskan sel epitel serta benda asing di rongga
mulut.
-penyangga bikarbonat di saliva berfungsi untuk menetralkan asam makanan serta asam yang
dihasilkan oleh bakteri di dalam mulut.
Kelenjar saliva
Saliva diproduksi oleh 3 pasang kelenjar utama, yaitu kelenjar sublingual, submandibula, dan
parotis yang terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan saliva melalui duktus-duktus
pendek ke dalam mulut. Kelenjar-kelenjar ini berada di tiap regio di mulut, kecuali gusi dan
bagian depan palatum durum.
Kelenjar saliva terdiri dari kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar parotis,
submandibula, dan sublingual merupakan komponen kelenjar saliva mayor dan mempunyai
ciri-ciri anatomis serta histologis yang berbeda. Kelenjar saliva minor terdiri dari kelompok
jaringan saliva submukosa yang hadir pada rongga mulut, sinus paranasal, faring dan saluran
pernafasan bagian atas.
Kelenjar mayor
-Kelenjar parotis :pasangan kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva yang terbesar.
kelenjar ini adalah di ruang antara batas posterior ramus mandibular dan prosesus mastoideus
tulang temporal. Bentuk kelenjar parotis bervariasi. Namun, seringkali ditemui berbentuk
segitiga dengan bagian apeks menuju inferior.
Kelenjar minor
-kelenjar glossopalatinal : kelenjar ini terletak di dalam isthmus dari lipatan glossopalatinal
dan dapat meluas ke bagian posterior dari kelenjar sublingual ke kelenjar yang ada di palatum
mole. Cairan sekresinya bersifat mukus.
-kelenjar labial : kelenjar ini terletak di submukosa bibir dan banyak ditemui pada garis
tengah dan memiliki banyak duktus. Cairan sekresinya bersifat mukus dan serous.
-kelenjar bukal : lokasi dari kelenjar ini adalah pada mukosa pipi. Kelenjar ini serupa dengan
kelenjar labial dan mensekresi cairan yang bersifat campuran, yaitu mukus dan serous.
-kelenjar palatinal : Kelenjar ini mensekresi cairan bersifat mukus dan terletak di kedua
palatum lunak dan keras.
-kelenjar lingual : kelenjar lingual terbagi kepada dareah anterior (di otot ventral) dan
posterior (di pangkal lidah) dan kebanyakan cairan sekresinya bersifat mukus. Kelenjar
lingual posterior yang mendalam mensekresi cairan serous secara predominan.
Selain itu, terdapat kelenjar serous tambahan Van Ebner di sekitar papila
sirkumvalasi di hujung lidah.
1. Kelenjar saliva apa saja kah ? Dan dimana lokasinya ? Kelenjar saliva terdiri
dari kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar parotis,
submandibula, dan sublingual merupakan komponen kelenjar saliva mayor dan
mempunyai ciri-ciri anatomis serta histologis yang berbeda. Kelenjar saliva
minor terdiri dari kelompok jaringan saliva submukosa yang hadir pada rongga
mulut, sinus paranasal, faring dan saluran pernafasan bagian atas.
-kelenjar sublingual : mesekresikan saliva yang kental yang kaya akan mucin.
3. Bagaimana mempertahankan ph saliva didalam mulut ? saliva mengandung
ion-ion terutama ion bikarbonat dan ion fosfat berperan dalam aksi buffer yang
mencegah demineralisasi gigi yang disebabkan oleh asam yang diproduksi oleh
bakteri sewaktu metabolisme glukosa. Beberapa protein saliva juga berperan
dalam aksi buffer saliva. Sebagai tambahan, metabolisme protein dan peptida
saliva oleh bakteri akan menghasilkan urea dan ammonia yang akan membantu
menaikkan pH sehingga dapat menetralkan rongga mulut yang asam
-membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi. Aliran saiva yang terus
menerus dapat membantu membilas sisa-sisa makanan dan melepaskan sel
epitel serta benda asing di rongga mulut
6. Bagaimana saliva membantu dlm proses menelan ? Saliva disekresi sekitar 0,5
sampai 1,5 liter per hari. Tingkat perangsangan saliva tergantung pada kecepatan aliran saliva
yang bervariasi antara 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95%
saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya
akan musin), sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan
mukosa mulut. Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, tanpa adanya rangsangan
yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung- ujung saraf parasimpatis
yang berakhir di kelenjar saliva berfungsi untuk menjaga mulut dan tenggorokan tetap basah
setiap waktu. Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui reflek saliva terstimulasi dan refleks
saliva tidak terstimulasi. Refleks saliva terstimulasi terjadi sewaktu kemoreseptor atau
reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespon terhadap adanya makanan. Reseptor-
reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat
saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom
ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan mengunyah
merangsang sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi
terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks saliva tidak terstimulasi,
pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau
mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.
Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom yang mensarafi
kelenjar saliva. Stimulasi simpatis dan parasimpatis meningkatkan sekresi saliva tetapi
jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis
berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah
besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit
dengan konsistensi kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan
sekresi saliva dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya saat sistem
simpatis dominan, misalnya pada keadaan stres.
7. Apa saja kelainan yang terdpt pada diktus dan kelenjarnya ? mucocele,
ranula, sialadenitis, sialolitiosis, xerostemia, sjorgen syndrome, sialorrhea
-xerostomia : banyak keluhan yang dapat timbul di rongga mulut. Salah satu keluhan tersebut
adalah keluhan mulut kering atau xerostomia. keadaan ini umumnya berhubungandengan
berkurangnya aliran saliva. keluhan mulut kering dapat terjadi akut atau kronis sementara
atau permanen dan kurang atau agak sempurna.
-Sementum
Sementum adalah jaringan mesenkim terkalsifikasi menyerupai tulang yang terdapat pada
lapisan terluar akar gigi. Sementum terdeposisi pada permukaan akar gigi secara perlahan
sepanjang hidup kita. Bagian daerah setengah koronal, tebal sementum berkisar antara 16-60
μm sedangkan pada sepertiga apikal berkisar antara 150-200 μm. Deposisi sementum pada
daerah apikal mengimbangi hilangnya struktur gigi pada permukaan oklusal karena atrisi
-Tulang Alveolar.
Tulang alveolar adalah bagian tulang yang menyangga gigi sehingga membentuk prosessus
alveolaris.
5. Penyakit apa sajakah yang manifestasi klinisnya ada di rongga mulut sebagai
periodontitis ? Beri contoh 5 saja?
a. Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis adalah jenis periodontitis yang paling umum ditemui di masyarakat.
Periodontitis kronis paling sering ditemui pada orang dewasa, tetapi juga dapat ditemui pada
anak-anak. Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus. Umumnya
penyakit ini memiliki tipe progresifitas yang lambat hingga sedang, tetapi dapat terjadi juga
kerusakan dengan periode cepat. Peningkatan progresifitas penyakit ini disebabkan oleh
adanya pengaruh faktor lokal, sistemik, dan lingkungan. Faktor lokal yang berpengaruh
seperti akumulasi plak, faktor sistemik seperti diabetes melitus dan infeksi HIV, dan faktor
lingkungan seperti kebiasaan merokok dan stress.
b. Periodontitis Agresif
Periodontitis Agresif merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang
perkembangan penyakitnya cepat, ditandai dengan hilangnya perlekatan jaringan ikat dan
kerusakan tulang alveolar secara cepat pada lebih dari satu gigi permanen.
-Periodontitis Prapubertas
-Periodontitis Juvenile
-Periodontitis Refraktori
Periodontitis dapat disebabkan oleh karena faktor lokal maupun faktor sistemik. Adapaun
faktor lokal yaitu adanya retensi plak dan faktor sistemik adalah adanya diabetes mellitus.
Faktor-faktor sistemik dapat memodifikasi respons jaringan terhadap iritasi bakteri dan dapat
mempengaruhi perkembangan serta keparahan penyakit periodontal. Faktor- faktor sistemik
merupakan faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan misalnya: faktor genetik,
nutrisional, hormonal, dan hematologi
pH saliva
saliva di dalam rongga mulut mempunyai pH atau derajat keasaman yang dapat berubah
setiap saat. Perubahan pH saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain irama siang
dan malam, diet, perangsangan kecepatan sekresi dan berubahnya polisakarida menjadi asam
di dalam rongga mulut. pH normal saliva: 6,2-7,4. pH saliva yang rendah dan mencapai
angka kritis dapat menyebabkan terjadinya karies atau lubang pada gigi, dimana penurunan
pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi
permukaan gigi.
Komposisi saliva
Saliva terdiri dari 94%-99,5% air, bahan organik, dan anorganik. Komponen anorganik dari
saliva antara lain Na+ , K+, Ca2+ , Mg2+, Cl-, SO42-, H+ , PO4, dan HPO42- . Komponen
anorganik yang memiliki konsentrasi tertinggi adalah Na dan K . Sedangkan komponen
organik utamanya adalah protein dan musin. Selain itu ditemukan juga lipida, glukosa, asam
amino, ureum amoniak, dan vitamin. Komponen organik ini dapat ditemukan dari pertukaran
zat bakteri dan makanan. Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-amilase, protein
kaya prolin, musin, dan imunoglobulin.
Saliva disekresi sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tingkat perangsangan saliva tergantung
pada kecepatan aliran saliva yang bervariasi antara 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada kecepatan
0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar
submandibularis (saliva kaya akan musin), sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan
kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut. Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu,
tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-
ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva berfungsi untuk menjaga mulut dan
tenggorokan tetap basah setiap waktu. Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui reflek saliva
terstimulasi dan refleks saliva tidak terstimulasi. Refleks saliva terstimulasi terjadi sewaktu
kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespon terhadap adanya
makanan. Reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa
informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls
melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva.
Gerakan mengunyah merangsang sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena
adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks saliva tidak
terstimulasi, pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat,
membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva
melalui refleks ini. Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom
yang mensarafi kelenjar saliva. Stimulasi simpatis dan parasimpatis meningkatkan sekresi
saliva tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan
parasimpatis berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer
dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis menghasilkan volume saliva yang
jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis
menyebabkan sekresi saliva dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada
biasanya saat sistem simpatis dominan, misalnya pada keadaan stres.
Laju aliran saliva sangat mempengaruhi kuantitas saliva yang dihasilkan. Laju aliran saliva
tidak terstimulasi dan kualitas saliva sangat dipengaruhi oleh waktu dan berubah sepanjang
hari. Terdapat peningkatan laju aliran saliva saat bangun tidur hingga mencapai tingkat
maksimal pada siang hari, serta menurun drastis ketika tidur. Refleks saliva terstimulasi
melalui pengunyahan atau adanya makanan, asam dapat meningkatkan laju aliran saliva
hingga 10 kali lipat atau lebih. Pada orang normal, laju aliran saliva dalam keadaan tidak
terstimulasi sekitar 0,3-0,4 ml/menit. Jumlah sekresi saliva per hari tanpa distimulasi adalah
300ml. sedangkan ketika tidur selama 8 jam, laju aliran saliva hanya sekitar 15 ml. dalam
kurun waktu 24 jam, saliva rata-rata akan terstimulai pada saat makan selama 2jam. Lalu
saliva berada dalam kondisi istirahat selama 14 jam, dengan total produksi saliva 700-1500
ml. sisanya merupakan saliva dalam kondisi istirahat. Ketika saliva distimulasi, laju aliran
saliva meningkat hingga mencapai 1,5-2,5 ml/menit.
Patologi Saliva
dry mouth atau disebut juga xerostomia merupakan keluhan yang paling sering terjadi
dan subjektif yang disebabkan oleh berkurangnya laju aliran saliva atau
hiposalivation, perubahan komposisi saliva. Pasien hiposalivasi kronis memiliki
banyak keluhan, diantaranya lubrikasi yang kurang, fungsi yang terganggu, sehingga
muncul xerostomia dan dapat berkembang menjadi karies dan infeksi lain seperti
candidosis dan sialdenitis. Hiposalivasi dapat disebabkan oleh faktor psikologis. Pada
kondisi cemas dan stres, hiposalivasi sering terjadi, karena aktivitas saraf sumpatetik.
bernafas lewat mulut juga dapat memicu dry mouth.
-iatrogenik sebagai akibat dari terapi medis dan prosedur diagnostik berupa obat-
obatan, radiasi.
Sjogren’s syndrome
Adalah penyakit autoimun sistemik yang berkaitan dengan inflamasi jaringan epitelial,
xerostomia, dan disfungsi saliva. SS terbagi menjadi dua macam yaitu primary dan
secondary. Primary meliputi kelenjar saliva dan lakrimasi, ditandai dengan berkurangnya
produksi saliva dan air mata. Secondary merupakan bermanifestasi pada proses penyakit
rheumatoid artritis, primary biliary cirrhosis, systemic lupus erythematosus.