Nim : 203308010025
Fisiologi:
- Kelenjar submandibularis menghasilkan 80% serous (cairan ludah
yang encer) dan 20% mukous (cairan ludah yang padat).
- Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi
air liur terbanyak.
- Saliva pada manusia terdiri atas 70% sekresi kelenjar
submandibularis.
Kelenjar Sublingual
Histologi:
- Kelenjar sublingualis adalah kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar
tubulosa kompleks. Pada manusia kelenjar ini adalah kelenjar
campur meskipun terutama kelenjar mukosa karena itu disebut
seromukosa. Sel-sel serosa yang sedikit hampir seluruhnya ikut
membentuk demilune. Duktus interkalaris dan duktus striata
jaringan terlihat.
- Kapsula jaringan ikat tidak berkembang baik, tetapi kelenjar ini
lobular halus biasanya terdapat 10-12 saluran luar yaitu duktus
sublingualis, yang bermuara kesepanjang lipatan mukosa yaitu
plika sublingualis, masing-masing mempunyai muara sendiri.
Saluran keluar yang lebih besar yaitu duktus sublingualis mayor
bartholin bermuara pada karunkula sublingualis bersama-sama
dengan duktus wharton, kadang-kadang keduanya menjadi satu.
Fisiologi:
- Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang mukous dan
konsistensinya kental.
- Saliva pada manusia terdiri atas 5% sekresi kelenjar sublingualis
Kelenjar Glossopalatinal
Lokasi dari kelenjar ini berada dalam isthimus dari lipatan
glossopalatinal dan dapat meluas ke bagian posterior dari kelenjar
sublingual ke kelenjar yang ada di palatum molle.
Kelenjar Labial
Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada
midline dan memiliki banyak duktus.
Kelenjar Bukal
Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan
kelenjar labial.
Kelenjar Palatinal
Kelenjar ini ditemui di sepetiga posterior palatal dan di palatum
molle. Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh
jaringanfibrous yang padat.
Kelenjar Lingual
b. Gangguan non-inflamasi
1) Sialosis
Sialosis adalah pembesaran non-inflamasi yang sering terjadi pada kelenjar
parotis. Biasanya terkait dengan gangguan metabolik dan sekresi parenkim
yang terkait dengan penyakit kebanyakan kelenjar endokrin (hormonal
sialadenosa), kekurangan protein, kekurangan gizi pada pecandu alkohol,
kekurangan vitamin, dan kelainan neurologis.
2) Kista kelenjar saliva
Kista kelenjar saliva jarang terjadi (<5% dari seluruh massa kelenjar saliva)
dan paling sering terjadi secara unilateral pada kelenjar parotis. Kista
mungkin kongenital (bercabang), limfoepitel, atau dermoid termasuk kista
retensi lendir. Lesi kista dapat bersifat intraglandular atau extraglandular dan
dapat berkembang menjadi proporsi sedemikian rupa sehingga dapat teraba
secara klinis dan harus dibedakan dari neoplasia. Berikut ini beberapa jenis
kista kelenjar saliva:
a) Pseudokista ekstravasasi lendir kekurangan lapisan epitel dan hasil
dari ruptur duktal.
b) Ranula adalah kista retensi yang biasanya terjadi akibat penyumbatan
saluran sublingua.
c) Kista lymphoepithelial jinak diperkirakan merupakan gejala
degenerasi kistik dari inkontinensia ludah dalam kelenjar getah bening.
d) Kista parotid multikentrik yang terkait dengan HIV telah dilaporkan
dan disebut lesi kelenjar getah bening lymphoepithelial human
immunodeficiency syndrome. Lesi ini disertai dengan limfadenopati cervikal,
terjadi secara bilateral, dan biasanya berada di bagian dangkal kelenjar
parotis.
c. Tumor jinak pada kelenjar saliva
Tumor kelenjar saliva jarang terjadi, terjadi <0,003% populasi. Sekitar 80%
tumor saliva muncul pada kelenjar parotis, 5% timbul pada kelenjar
submandibula, 1% timbul pada kelenjar sublingua, dan 10% sampai 15%
timbul pada kelenjar saliva minor. Sebagian besar (70% sampai 80%) tumor
ini terjadi di lobus superfisial kelenjar parotis.
d. Tumor ganas pada kelenjar saliva
Sekitar 20% tumor pada parotis bersifat ganas dibandingkan dengan 50%
sampai 60% tumor submandibula, 90% tumor sublingua, dan 60% sampai
75% tumor kelenjar saliva minor. Salah satu dari tumor ganas kelenjar saliva
adalah karsinoma mucoepidermoid yang merupakan tumor ganas yang terdiri
dari sel campuran sel epidermoid dan mukus yang timbul dari epitel duktus
kelenjar saliva.
REFERENSI
1. Amerogen AV. Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi. Alih
Bahasa Rafiah Abyono. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
2. Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 7 th. Jakarta: EGC.
3. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. EGC
4. Dixon, Andrew D. Anatomi untuk Kedokteran Gigi ed.5. Jakarta:
Hipokrates. 1993
5. Roth GL, Calmes R. Oral Biology. St. Louis: CV Mosby.
6. Geneser, Finn. Buku Teks Histologi, Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.