Anda di halaman 1dari 38

SINKOP DAN SYOK

DI BIDANG BEDAH MULUT


2017 ACC/AHA/HRS Guideline for
the Evaluation and
Management of Patients With
Syncope
Developed in Collaboration with the American College of Emergency Physicians and
Society for Academic Emergency Medicine

Endorsed by the Pediatric and Congenital Electrophysiology Society

© American College of Cardiology Foundation, American Heart Association, and the Heart Rhythm Society
Journal Reading

VASODEPRESSOR SYNCOPE DI
TEMPAT PRAKTEK DOKTER GIGI :
BAGAIMANA MENCEGAH DAN
MENGATASINYA?

David B. Kamadjaja
Dept. BM FKG Univ. Airlangga
Jurnal PDGI 59 (1) hal 8-13 © 2009
.
Syncope / Sinkop
• Definition: syncope = benign faint, simple faint,
neurogenic syncope, psychogenic syncope,
vasovagal syncope,dan vasodepressor syncope.
• Vasodepressor syncope adalah suatu
kegawatdaruratan medik yang paling sering
dijumpai di tempat praktek dokter gigi, di mana
penderita mengalami penurunan atau kehilangan
kesadaran secara tiba-tiba dan bersifat
sementara akibat tidak adekuatnya cerebral blood
flow.
Syncope / Sinkop
• Etiologi : Psikogenik dan non-psikogenik.
1. Psikogenik adalah: rasa takut, tegang, stres
emosional, rasa nyeri hebat yang terjadi
secara tiba- tiba dan tak terduga dan rasa
ngeri melihat darah atau peralatan kedokteran
seperti jarum suntik.
2. Non-Psikogenik : posisi duduk tegak, rasa lapar,
kondisi fisik yang jelek, dan lingkungan yang
panas, lembab dan padat.
Syncope / Sinkop
• Prosedur perawatan gigi sering menyebabkan
penderita mengalami stres psikis terutama pada
individu yang belum pernah ke dokter gigi atau
mereka yang mempunyai pengalaman tidak
menyenangkan dengan perawatan gigi
sebelumnya.
• seringkali ditandai dengan hilangnya kesadaran
penderita secara mendadak sebelum, selama
atau setelah tindakan anestesi lokal.
LAPORAN KASUS

• Anamnesis : Pasien laki-laki 20 tahun datang ke klinik


Bedah Mulut FKG Universitas Airlangga untuk
pencabutan gigi kanan bawah sisa akar. Penderita tidak
mempunyai riwayat masalah medis dan belum pernah
cabut gigi sebelumnya. Pasien mengaku tidak makan
pagi karena sedang menjalankan ibadah puasa dan
merasa agak lelah fisik karena kurang tidur semalam
mengerjakan tugas. Tetapi cukup siap untuk dilakukan
pencabutan gigi hari itu.

• Pada pemeriksaan klinis sebelum dilakukan tindakan


didapatkan penderita tampak agak pucat,
LAPORAN KASUS

• Tindakan : injeksi anestesi lokal teknik mandibular block


dengan larutan lidokain 2% adrenalin 1:80.000.
• Pasca Tindakan : Tidak lama setelah injeksi anestesi
lokal selesai dilakukan tiba-tiba penderita tampak sangat
pucat, berkeringat dingin pada kedua ekstremitas atas
dan kesadarannya menurun.
• Tanda Vital : Nadi teraba lemah dan cepat kira-kira 120
kali per menit, tekanan darah 90/60 mmHg. Oleh
mahasiswa yang merawatnya sandaran dental chair
direbahkan sehingga tubuh penderita pada posisi supine
dan tungkai disanggah lebih tinggi dari tubuh.
LAPORAN KASUS
• Hasil : Pucat dan keringat dingin mereda,
kesadaran mulai pulih, dan tekanan darah
menjadi 100/70 mmHg. Pasien dapat
berkomunikasi dengan baik, dia mengatakan
bahwa kondisinya sudah pulih dan minta posisi
tubuhnya dikembalikan ke posisi duduk.
• Hasil ke-2 : Sandaran dental chair dikembalikan
pada posisi tegak dan sandaran kaki dilepas.
Tidak lama setelah itu tiba-tiba penderita
mengeluh sakit kepala hebat dan merasa mau
muntah, wajah kembali tampak pucat disertai
keringat dingin pada ekstremitas.
LAPORAN KASUS
• Tindakan : dikembalikan pada posisi trendelenberg dan
tungkai ditinggikan lagi, dan diberikan terapi oksigen
dengan masker wajah. Kesadaran penderita menurun,
tetapi tidak hilang, dan penderita tampak mengalami
kejang pada ekstremitas atas dan pada otot-otot perut
disertai dengan muntah-muntah. Tidak ada makanan
yang keluar, hanya didapatkan cairan lambung berwarna
putih kekuningan. Nadi teraba cepat dan lemah dan
tekanan darah 90/60 mmHg.
• Hasil : Setelah hampir 30 menit kondisi pasien tidak
membaik, maka diputuskan untuk membawa pasien ke
instalasi gawat darurat RSUD Dr. Soetomo untuk
penanganan lebih lanjut
PEMBAHASAN
Vasodepressor syncope :

Kegawatdaruratan medik yang paling sering terjadi


di tempat praktek dokter gigi yang dapat muncul
pada saat :
™ Prosedur pencabutan gigi dan pembedahan,
™ Injeksi anestesi lokal,
™ saat penderita duduk dalam posisi tegak
sebelum ada tindakan perawatan giginya sama
sekali.
Reflex syncopes: Situational
syncope
PATOFISIOLOGI
• Faktor-faktor psikogenik seperti perasaan takut, ngeri
atau rasa nyeri Æ peningkatan aktifitas nervus vagus
pada jantung dan pembuluh darah perifer Æ bradikardi
dan vasodilatasi sistemik.

• Hipotensi secara mendadak Æ cerebral blood flow turun


Æ pandangan gelap, perasaan mau pingsan, dan mual
(nausea). Æ refleks simpatis berupa takikardi dan
vasokonstriksi perifer Æ sebagai peningkatan denyut
nadi dan keringat dingin pada akral atau ekstremitas
atas.
GEJALA KLINIS

3 fase Vasodepressor Syncope :


(1). Fase Presyncope adalah manifestasi
prodromal vasodepressor syncope :
™ Perasaan tidak nyaman,
™ Seakan mau pingsan,
™ Mual, dan didapatkan keringat dingin di seluruh
tubuh.
™Ekstremitas atas dan bawah teraba dingin.
™Belum terjadi kehilangan
GEJALA KLINIS

(2) Fase Syncope :


™ Hilangnya kesadaran penderita
™ Pernapasan pendek, dangkal dan tidak
teratur,
™Bradikardi dan hipotensi berlanjut,
™Nadi teraba lemah,
Æ Pada fase ini pasien rentan mengalami
obstruksi jalan napas karena terjadinya
relaksasi otot-otot akibat hilangya
kesadaran.
GEJALA KLINIS

(3) Fase Postsyncope : periode pemulihan


dimana penderita kembali pada
kesadarannya.
™Pada fase awal postsyncope penderita
dapat mengalami disorientasi,
™Mual, dan berkeringat.
™Pada pemeriksaan klinis didapatkan nadi
mulai meningkat dan teraba lebih kuat,
dan tekanan darah mulai naik.
PENCEGAHAN
(1) Pasien dipastikan tidak dalam kondisi lapar untuk
menghindarkan hipoglikemia yang dapat memicu
serangan syncope,
(2) Pasien didudukkan pada posisi semi supine yakni
300 sampai dengan 450, untuk mempertahankan
kecukupan cerebral blood flow,
(3) Suasana dibuat senyaman mungkin
(4) Jangan memperlihatkan jarum suntik dan darah di
hadapan pasien
(5) Meminimalkan rasa nyeri saat injeksi anastesi
lokal.
PENCEGAHAN

• Pada pasien yang mengalami


vasodepressor syncope perlu dimonitor
kesadarannya secara berkala dengan
melakukan komunikasi verbal dengan
penderita. Apabila penderita dapat
merespon baik secara verbal maupun non-
verbal berarti aspek Airway dan Breathing
penderita baik.
TATA LAKSANA
POSISI TRENDELENBERG
Cek Nadi Karotis/Radialis
Approach to the patient with
syncope 1.
KESIMPULAN

Posisi Trendelenberg

Pasang Canul / face mask O2

Periksa Nadi/HR dan Tekanan darah

Longgarkan pakaian atau asesoris

Evaluasi Nadi/HR setiap 15 menit


SYOK
ANAFILAKTIK
Deskripsi Syok
• Suplai aliran darah ke jaringan inadekuat
• Kebutuhan nutrient tidak terpenuhi
• hasil metabolisme (‘toxic metabolites’)
tidak dapat dikeluarkan
• Syok terjadi apabila respon fisiologis
tubuh utk me↑ perfusi organ tdk
adekuat utk memenuhi kebutuhan
jaringan
KRITERIA DIAGNOSIS

• Hipotensi & Takikardi


• Hipoperfusi perifer
• vasokonstriksi perifer
• Penurunan kesadaran
• Oliguri & anuri
• Metabolik asidosis
Severe Septic
SIRS Sepsis Sepsis Shock

A clinical response arising


from a nonspecific SIRS with a Sepsis with Refractory
insult, with t2 of the presumed organ failure hypotension
following: or confirmed
T >38oC or <36oC
HR >90 beats/min infectious
RR >20/min process
WBC >12,000/mm3 or
<4,000/mm3 or >10%
bands
SIRS = systemic inflammatory
response syndrome
Chest 1992;101:1644.
Patofisiologi Syok Anafilaktik
• Reaksi anafilaktik terjadi akibat pelepasan
sistemik dari mediator dari mast cell dan basofil
• Reaksi anafilaktik terjadi pada individu setelah
terpapar antigen dimana individu tsb
memproduksi antibodi IgE spesifik.
• Histamin merupakan mediator utama pada syok
anafilaktik
• Tanda dan gejala pada reaksi anafilaktik terjadi
akibat bersatunya histamin dengan reseptor
DIAGNOSIS SYOK
ANAFILAKTIK
• Anamnesa : riwayat terpapar makanan,
obat, atau gigitan serangga.
• Gejala syok :
• Hipotensi, takikardia, takipnea, Kesadaran
menurun, oliguria, kulit kemerahan dan
hangat, capillary refill > 2dtk,
TATA LAKSANA
ƒ Adrenalin 1:1000 0,3-0,5 ml SC/IM
ƒ Diulang tiap 15 menit, bila tidak ada respon
berikan 1:10.000 1cc IV(0.1mg) dalam 5
menit
ƒ Corticosteroid (metil prednisolon 125 mg iv)
tiap 8 jam
ƒ Antihistamin (dipenhydramine 25-50 mg)
ƒ Bronkhodilator / Inhaled B adrenergik
(albuterol)
ƒ H2 receptor antagonis (ranitidine 50mg iv)
Thanks…

Anda mungkin juga menyukai