Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Pada mulut, saliva berperan penting dalam pelumasan, pencernaan, kekebalan


tubuh, dan pemeliharaan homeostasis secara keselurahan di dalam tubuh manusia. Saliva
diseksresikan melalui banyak kelenjar yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis,
kelenjar sublingual dan ratusan kelenjar minor lainnya. Namun, adanya sekresi air liur yang
terus-menerus pada kelenjar saliva yang memiliki kelainan atau pernah terjadi trauma akan
menyebabkan suatu penyakit lain yaitu ranula.

Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi glandula saliva mayor yang terdapat
pada dasar mulut yang akan berakibat pembekakan di bawah lidah berwarna kebiru-biruan.
Ranula merupakan fenomena retensi duktus pada glandula sublingualis (yang terkadang
menunjukkan adanya lapisan epitel), dengan gambaran khas pada dasar mulut.

Ranula merupakan suatu pembengkakan yang difus pada rongga mulut yang
memungkinkan mirip dengan lesi oral lainnya, sehingga membutuhkan pengetahuan dan
pemeriksaan-pemeriksaan pada lesi oral ini. Selain itu, lesi ini pula dapat diberikan
perawatan yang sama dengan perawatan kista intraoral.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelenjar Saliva

Sistem kelenjar saliva manusia dapat dibagi menjadi dua kelompok eksokrin
yang berbeda yaitu kelenjar mayor dan minor. Kclenjar saliva utama (mayor) meliputi
kelenjar parotis kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingual. Selain itu, pada
mukosa saluran aerodigmentasi bagian atas dilapisi pula oleh ratusan kelenjar saliva
minor. Fungsi utama kelenjar saliva adalah mensekresikan air liur, yang berperan
penting dalam pelumasan, pencemaan, kekebalan tubuh, dan pemeliharaan homeostasis
secara keseluruhan di dalam tubuh manusia.

Gambar 2.1. Tampakan kelenjar parotis, submandibularis dan


sublingualis

a. Kelenjar Parotis

Kclenjar parotid adalah kelenjar liur terbesar dan beratnya rata-rata 15- 30
g. Terletak di daerah preaurikular dan di sepanjang permukaan posterior mandibula,

2
masing-masing kelenjar parotid dibagi oleh saraf wajah menjadi lobus superfisial
dan lobus dalam. Duktus parotid, juga dikenal sebagai duktus stensen,
mengeluarkan serous saliva ke dalam ruang rongga mulut. Dari batas anterior
kelenjar, ia bergerak sejajar dengan zygoma, kira-kira 1 cm di bawahnya, di arah
anterior di otot masseter. Kemudian berbelok tajam menebus otot buccinator dan
memasuki rongga mulut di seberang gigi molar atas kedua.1

b. Kelenjar Submandibularis

Kelenjar submandibularis adalah kelenjar utama terbesar kedua yang memiliki


berat 7- 16 g. Kelenjar ini terletak di segitiga submandibular, yang memiliki batas
superior yang berada oleh batas tepi inferior mandibula dan batas inferior yang
dibatas oleh anterior dan posterior dari otot digastrikus. Kelenjar ini memiliki
saluran utama yaitu duktus wharton yang memiliki panjang kira-kira 4-5 cm.
Duktus ini berada lebih diatas N. hipog]ossal sementara lebih rendah dari N.
Lngualis, saluran ini bermuara melalui papilla di lantai mulut dibalik gigi insisivus
bawah. 1

c. Kelenjar Sublingualis

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar utama terkeci1 yang memiliki berat


sekitar 2-4 g. Kelenjar ini terletak pada struktur datar dibidang submukosa pada
lantai anterior mulut, berada diatas otot mylohyoid dan hingga ke lipatan sublingual
di seberang frenulum lingual. Kelenjar ini memiliki beberapa saluran dari bagian
superior kelenjar sublingualis yang langsung bermuara ke lantai mulut ataupun
melalui duktus bartholin yang kemudian berlanjut ke duktus wharton. Pada kelenjar
ini, dapat memiliki kelainan berupa mucocek ataupun ranula yang tampak sebagai
massa yang kebiruan dan tidak biasa di dasar mulut, dapat berupa kitsa retensi atau
pseudokista ekstravasasi.1

d. Kelenjar Saliva Minor

3
Kelenjar ini memiliki jumlah sekitar 600 sampai 1.000, yang memiliki ukuran
berkisar antara 1-5 mm di garis rongga mulut dan orofaring. Jumlah terbesar dari
kelenjar ini berada di bibir, lidah, mukosa bukal dan palatal, meskipun juga dapat
ditemukan di sepanjang amadel, supraglotis dan sinus paranasal. Setiap kelenjar
memiliki satu saluran yang bermuara langsung ke rongga mulut dan mengeluarkan
air liur yang dapat berupa serous, atau lendir ataupun bercampur.1

2.2 Ranula Intraoral

Nama ''ranula'' berasal dari kata Latin ''rana'' yang berarti ''kodok”, yang
menyerupai kantung perut yang tembus tembus pandang. Ini didefinisikan karena
adanya cairan mucus dalam rongga yang berkaitan dengan kelenjar sublingual yang ada
di dasar mulut.2

Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi glandula saliva mayor yang terdapat
pada dasar mulut yang akan berakibat pembengkakan di bawah lidah yang berwarna
kebiru-biruan. Ranula merupakan fenomena retensi duktus pada glandula sublingualis
(yang terkadang menunjukkan adanya lapisan epitel), dengan gambaran khas pada dasar
mulut. Mukosa di atasnya terlihat tipis, meregang, dan hampir transparan. Ukuran ranula
dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan memberikan dampak yang buruk,
karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan
bemafas dan kadang menyebabkan terangkatnya lidah.3

Etiologi dari ranula belum diketahui secara pasti namun diduga ranula terjadi
akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Ranula
juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital duktus
saliva yang tidak terbuka. Banyak teori yang diajukan untuk mengetahui asalnya.
Hippocrates dan Celcius mengatakan bahwa kista berasal dari proses inflamasi yang
sederhana. Dijelaskan pula berasal dari glandula pituitary yang menurun dari otak ke
lidah. Ada juga yang melaporkan bahwa kista tersebut berasal dari degenerasi
myxomatous glandula saliva. Teori yang terakhir mengatakan bahwa kista terjadi karena

4
obstruksi ductus saliva dengan pembentukan kista atau ekstravasasi (kebocoran) saliva
pada jaringan yang disebabkan karena trauma. Obstruksi ductus tersebut dapat
disebabkan karena calculus atau infeksi.3

Pada tahun 1973 Roediger dan rekannya dapat membuktikan bahwa terjadinya
ranula oleh adanya penyumbatan duktus glandula saliva sehingga terjadi penekanan
sepanjang dinding saluran. Bila ada daerah yang lemah akan pecah dan terjadi lagunar,
yang merupakan retensi saliva yang lambat laun menjadi kista ekstravasasi pada duktus
glandula sublingualis atau submandibularis, yang kadang-kadang dapat ramifikasi secara
difus ke leher. Menurut Robert P. Langlais & Craig S. Miller, ranula terbentuk sebagai
akibat terhalangnya duktus saliva yang normal melalui duktus ekskretorius mayor yang
membesar atau terputus dari glandula sublingualis (ductus Bartholin) atau glandula
subtnandibularis (ductus Wharton), sehingga melalui rupture ini saliva keluar
menempati jari gan disekitar ductus tersebut.3

Ranula berkembang dari adanya ekstravasasi lendir setelah terjadi trauma pada
kelenjar sublingualis atau adanya penyumbatan saluran. Ini biasanya memiliki tampakan
lebih kebiruan dibandingkan dengan perut kodok. Tampakan kebiruan ini disebabkan
oleh adanya efek Tyndall, dimana cahaya/ warna biru merupakan refleksi dari adanya
cahaya merah yang berada pada interface antara jaringan lunak dan kista.4

Ranula menempati peringkat ke-41 lesi oral umum dengan prevalensi 0,2 per
1000 orang. Tidak ada kecenderungan ras atau jenis kelamin yang dapat menyebabkan
kelainan mulut ini. Kelainan ini biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja yang berada
frekuensi puncak. Perkembangan mucoceles atau ranula bergantung pada terganggunya
aliran saliva dari aparatus sekretori kelenjar saliva terutama karena adanya traumatis
duktus atau oklusi duktal.4

2.2.1 Tanda dan Gambaran Klinis serta Gambaran Radiologis

Sebagian besar pasien dengan ranula superfisial terlihat dengan jelas terdapat
adanya pembengkakan tanpa rasa sakit di dasar mulut. Kelainan ini memperlihatkan

5
jaringan yang mengencang, vesikel berbentuk kubah, yang berfluktuasi dan ditandai
dengan ukuran yang lebih besar dari 2 cm dan kadang-kadang dapat terlihat dengan
warna kebiruan. Pada kejadian yang jarang, massa ini dapat mengganggu ucapan
pengunyahan, respirasi, dan menelan karena adanya perpindahan lidah ke atas dan
medial. Dalam keadaan yang sangat langka, gejala ini dapat menjadi lebih parah jika
pembengkakan meluas dari garis tengah ke sisi yang lain.2,4

Gambar 2.2. Pembengkakan pada Ranula

Terkadang ranula dapat meniru beberapa lesi jinak dan ganas, sehingga diagnosis
klinis ranula sangatlah penting. Diagnosis banding dari semua jenis klinis ranula dapat
meliputi radang, lesi neoplastik kelenjar saliva utama kecuali kelenjar parotid, kelenjar
getah bening, penyakit granulomatosa, penyakit adiposa, kista duktus tiroglosum,
higroma kisik, dermoid, kista epidermoid atau laryngocele.2

Tidak ada tes diagnostik yang spesifik untuk ranula. Kelainan ini tampak sebagai
lesi fluktuasi kistik, yang secara bertahap meningkat seiring dengan waktu. Kandungan
cairan ranula terdiri dari amilase saliva dan protein dalam kandungan yang lebih tinggi
dibandingkan serum. Ini menunjukkan bahwa ranula berasal dari kelenjar sublingualis
karena menghasilkan kandungan protein pada saliva yang lebih tinggi dan berbeda
dengan kelenjar subman dibularis.2

6
Pada pemeriksaan CT-Scan dari ranula sederhana menunjukkan adanya lesi kistik yang
kasar dan berbentuk ovoid dengan penurunan sentral 10 sampai 20 UH. Ranula sublingualis
biasanya terletak diatas otot mylohyoid dan hanya melebar ke otot genioglossus. Lebih dahulu,
mungkin tidak dapat meluas dibelakang simpisis, diatas otot genioglossus dan otot geniohyoid.
Pemeriksaan yang paling meyakinkan dan akurat untuk kelenjar saliva sublingualis adalah
magnetic resonance imaging (MRI) yang menampakkan adanva dominasi dari kandungan air
yang tinggi.2

Gambar 2.3. Gambaran Radiografi MRI pada Ranula

Secara histopatologis, ranula terdiri dari ruang kistik sentral, yang berisi mucin dan
dinding pseudokista dan tersusun dari jaringan ikat longgar dan vaskularisasi. Terdapat adanya
tampakan histocytes didalam dinding pseudocyst, yang jumlahnya berkurang seiring dengan
periode waktu tertentu, tidak terdapat jaringan epitel di dinding ranula. Pemeriksaan
histopatologis pada dinding kistik ranula adalah sebuah kewajiban, untuk menyingkirkan adanya
diagnosis karsinoma ganas yang timbul dari dinding kista dan kistadenokarsinoma papiller pada
kelenjar sublingual, yang dapat meniru ranula. 2

Gambar 2.3. Tampakan histopatologis dinding sel ranula

2.2.2 Patofisiologis dari Ranula

7
Perkembangan ranula dapat terjadi tergantung pada terganggunya aliran saliva
dari aparatus sekretori pada kelenjar ludah. Lesi ini paling sering dikaitkan dengan
adanya ektravasasi mucus ke jaringan lunak disekitarnya yang disebabkan oleh adanya
traumatis duktus yang parah; keparahan termasuk tipe luka dan adanya pemutusan
saluran ekskretoris pada kelenjar liur minor. Gangguan pada saluran eksekretoris akan
menyebabkan terjadinya ekstravasasi mucus dari kelenjar ke jaringan lunak sekitarnya.5

Pecahnya struktur acinar yang disebabkan oleh hipertensi dari obstruksi duktus
yang merupakan mekanisme lain yang mungkin dapat menyebabkan pengembangan lesi.
Selain itu, trauma yang menyebabkan kerusakan pada sel parenkim kelenjar pada
kelenjar lobulus saliva juga merupakan mekanisme potensial lainnya.5

Dapat diketahui bahwasanya mekanisme terjadinya ranula terjadi oleh dua teori.
Menurut teori pertama, hal itu berkembang sebagai konsekuensi ekstravasasi lendir,
sedangkan teori kedua menjelaskan retensi mucus terjadi baik karena pecah atau
rusaknya saluran kelenjar ludah.5

Selain gangguan duktal, obstruksi saluran ekskretori parsial atau total juga
dilibatkan pada patogenesis ranula pada beberapa kasus. Saluran ini mungkin dapat
tersumbat oleh adanya sialolit, malformasi kongenital, stenosis, fibrosis periductal,
jaringan parut pada periduktal akibat trauma yang pernah terjadi sebelumnya, agenesis
saluran eksekretori, atau bahkan tumor. Meskipun kebanyakan ranula oral bermula dari
sekresi kelenjar sublingual, kelainan ini mungkin juga dapat berkembang dari dari
sekresi kelenjar submandibularis atau kelenjar saliva minor di dasar mulut. Ekstravasasi
mucus pada kelenjar sublingualis hampir secara langsung dapat menyebabkan ranula
servikal. Mucus keluar melalui bukaan atau dehiscence pada otot mylohyoid.5

Terkadang, kelenjar sublingualis ektopik mungkin dapat masalah ini. Ketika


sekresi mucus keluar ke leher melalui otot mylohyoid, yang akan meluas ke dalam
bidang jaringan fasial (wajah) dan menyebabkan pembengkakan difus pada lateral atau
submental leher. Sekresi yang terjadi terus-menerus dari kelenjar sublingualis

8
memungkinkan akumulasi mucus yang relatif cepat pada leher dan massa serviks akan
terus berkembang. Reaksi inflamasi terhadap sekresi yang terjadi terus-menerus ini
menghasilkan pembentukan jaringan granulasi dan fibrosis yang berlanjut yang mungkin
terjadi oleh adanya jebakan cairan dan penutupan kebocoran.5

2.2.3 Manajemen dari Ranula

Perawatan pada kasus ranula adalah marsupialisasi. Marsupialisasi dapat


didefinisikan sebagai pembukaan jendela di dinding kista yang memungkinkan untuk
intergrasi lapisan kista dengan mukosa oral. Ini membantu penyusutan kista dan
memberikan prosedur bedah yang lebih konservatif untuk menghilangkan sebagian lesi.6

Sebelum pembedahan, beberapa tahapan dilakukan sebelum pelaksanaan operasi


yaitu pasien dirawat dengan pemasangan IV FD RL dengan 20 tetes/menit, profilaksis
dan ceftriakson 1 g/jam, dan pasien diinstruksikan untuk berpuasa sebelum pelaksanaan
operasi. Sebelum dilakukan operasi keluarga pasien menandatangani informed consent,
desinfeksi daerah operasi, dan injeksi vasokonstriktor.

Penatalaksanaan Ranula:

1. Pasien diposisikan pada posisi terlentang dengan anastesi berupa anastesi umum,
lalu tandai batas lesi dengan vicryl 5-0 atau benang suturing disetiap sisi ranula.
(Lihat Gambar 2.4)

Gambar 2.4. Tandai batas lesi

9
2. Dinding superior kista selanjutnya dipegang dengan hemostat dan insisi linier pun
dibuat, kemudian lakukan aspirasi pada isi kista. (Lihat Gambar 2.5)

Gambar 2.5. Insisi linier

3. Masukkan kasa yang mengandung ikomisetin sebagai antibiotik ke dalam lesi.


(Lihat Gambar 2.6)

Gambar 2.6. Pemasukan Kasa

4. Insisi melingkat kembali dibuat, termasuk pada mukosa oral yang melapisi lesi
bersama dengan dinding superior. (Lihat Gambar 2.7, 2.8)

Gambar 2.7. Insisi Sirkular Gambar 2.8. Mengambil mukosa oral


yang melapisi lesi

10
5. Margin mukosa dijahit dengan margin kista perifer. Luka akan tetap terbuka,
sementara penyembuhan dicapai dengan tujuan sekunder berupa integrasi lapisan
kista dan mukosa oral. Jaringan yang telah diambil akan dikirim ke laboratorium
patologi untuk konfirmasi diagnosis ranula. (Lihat Gambar 2. 9)3,4

Gambar 2.9. Margin mukosa dijahit


margin kista perifer

Perawatan pasca operasi :

Pasca operasi, pasien diinstruksikan untuk menjalani diet lunak, pemberian


ceftriakson 1 g/12 jam, pemberikan obat Novalgin ampul/8 jam, penggantian kasa setiap
jam hingga perdarahan berhenti, pemberian obat oral Cefat 500 mg/12 jam,
Metronidazole 500 mg/12 jam, Nonflamin caps 50 mg/8 jam, dan Sanmol tab 500 mg/8
jam. Selain itu kepada pasien diinstruksikan untuk melakukan kontrol di klinik setiap 3
bulan.3

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi glandula saliva mayor yang terdapat
pada dasar mulut yang akan berakibat pembengkakan di bawah lidah yang berwarna
kebiru-biruan. Kelainan ini memperlihatkan jaringan yang mengencang, vesikel
berbentuk kubah, yang berfluktuasi dan ditandai dengan ukuran yang lebih besar dari 2
cm dan kadang-kadang dapat terlihat dengan warna kebiruan. Terkadang ranula dapat
meniru beberapa lesi jinak dan ganas, sehingga diagnosis klinis ranula sangatlah
diperlukan. Selain itu, dalam rangka mendiagnosis kelainan ini diperlukan pemeriksaan
radiologis yang akurat seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging).

Dalam manajemennya, ranula dapat diberikan perawatan berupa marsupialisasi.


Marsupialisasi dapat didefinisikan sebagai pembukaan jendela di dinding kista yang
memungkinkan untuk intergrasi lapisan kista dengan mukosa oral.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Holsinger FC, Bui DT. Salivary gland disorders. Springer, 2007: 2-9

2. Arora KS, Kaur P, Modgil R, Negi LS. Sublingual ranula: case report and review of
literature. Journal of Oral Medicine, Oral Surgery, Oral Pathology and Oral Radiology.
2015; 1(1): 45-7

3. Amin A, Tajrin A, Sandi A. Ranula: sebuah laporan kasus. Makassar Dental Journal.
2014; 3(6): 1-11

4. Badeges A, Vitria EE. Superficial ranula manged by marsupialisasi. Jurnal PDGI.


2012; 61(2): 49-52

5. Flaitz CM, et al. Mucocele and ranula: background, pathophysiology, epidemiology.


Medscape. 2017: 1

6. Delilbasi C, Yuzbasioglu E, Aydin K. Complete healing of radicular cyst only by


marsupialisasi. Journal Clinical Case Report. 2017; 1(14):

7. Bansod S, et al. Surgical management of intraoral ranula: a case report. Journal of


Dental and Medical Sciences. 2016; 15(10): 1

13
14

Anda mungkin juga menyukai