II. DEFINISI
Parotis merupakan penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada kelenjar parotis.
Peradangan pada kelenjar ini dapat menjadi tantangan diagnostic yang serius. Difungsi kelenjar
saliva pada umumny aakan memunculkan gejala mulut kering, berliur dan bengkak yang nyeri
pada kelenjar saliva.
III. ETIOLOGI
Peradangan pada kelenjar parotis dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain infeksi
bakteri seperti Staphylococcus aureus dan tuberkulosis, virus seperti pada mumps atau “gondong”
ataupun virus HIV, dan influenza. Parotis juga dapat disebabkan oleh penyakit autoinum kronis,
salah satu gejala pada sindroma Mikulicz dan Sjörgen. Penyebab lainnya dari parotitis ialah
idiopatik, seperti pada peradangan oleh karena batu saliva (sialolithiasis).
IV. EPIDEMIOLOGI
Kematian yang disebabkan oleh parotitis sangatlah jarang. Seringkali parotis juga
merupakan komplikasi dari proses penyakit tertentu, angka kematian proporsional dengan
penyakit aslinya. Frekuensi kejadian parotis sama pada semua ras. Parotitis kronis juga tidak
dibedakan oleh jenis kelamin. Kebanyakan parotitis terjadi pada usia anak-anak.
V. PATOFISIOLOGI
Pada tahun 1923, Blair dan Padgett mempublikasi artikel yang menyatakan bahwa parotitis
supuratif akut merupakan ascending infeksi yang berkaitan dengan demam, penurunan produksi
saliva dan gejala umum, hasil kultur pus menunjukkan adanya infeksi Staphylococcus aureus.
Kebanyakan dari organisme ini kemungkinan berasal dari rongga mulut sehingga semakin
menguatkan teori bahwa ada kaitan antara insidensi parotitis bacterial dan kebersihan rongga
mulut. Saat ini, parotitis supuratif akut lebih umum ditemukan pada usia lanjut karena penggunaan
obat-obatan dengan efek atropine yang menurunkan produksi kelenjar saliva sehingga
mempredisposisi terjadinya infeksi.
Pada awal abad ke-20, para ahli bedah ragu untuk melakukan insisi dan drainase ebses
kelenjar parotis karena seringkali tidak efektif dibandingkan dengan terapi konservatif. Terlebih
lagi, tindakan pembedahan pada kelenjar parotis dapat mengakibatkan bekas luka pada wajah dan
paralisis nervus fasialis. Parotitis bakterial kronis dapat terjadi apabila terdapat kalkulus atau
stenosis pada duktus saliva yang disebabkan oleh cedera. Pada kebanyakan kasus, parotitis kronis
seringkali disebabkan oleh autoimun atau idiopatik dengan superimpose bakteri, sehingga tidak
dapat ditetapkan sebagai infeksi bakteri kronis.
Mumps atau “gondong” adalah salah satu penyakit klasik yang ditemui pada anak-anak.
Penyakit ini disebarkan melalui droplets atau melalui penyebaran langsung dari secret orofaring
yang mengandung virus paramyxovirus. Penyakit ini ditandai dengan pembengkakan kelenjar
parotis yang terasa nyeri. Stimulasi pada kelenjar parotis dapat menyebabkan rasa nyeri pada
kelenjar dan telinga. Mumps merupakan penyakit tumor jinak pada kebanyakan kasus, namun
terkadang dapat menyebabkan komplikasi seperti meningoensefalitis, pankreatitis, orkitis dan tuli
terutama pada usia dewasa muda.
Parotitis yang disebabkan oleh autoimun nampaknya disebabkan oleh suatu proses
penyakit yang sama dengan berbagai manifestasi klinis yang berbeda pada tiap individu. Kelainan
awal pada kelenjar mungkin disebabkan oleh infeksi virus. Peptida yang berasal dari antigen virus
dan autoantigen menjadi terkait dengan molekul histokompatibilitas kelas II dalam sitoplasma sel
epitel, dan kompleks Human leucocyte antigen (HLA) selanjutnya diekspresikan pada permukaan
sel.
Sel T CD4 + mengenali antigen ini dan melepaskan serangkaian sitokin, yang mendorong
aktivasi sel T lebih lanjut. Sel B memasuki kelenjar dan menghasilkan autoantibodi, termasuk
antibodi sindrom anti-Sjögren (yaitu, anti-SS-A, anti-SS-B) dan faktor rheumatoid (RF). Sel B
dengan permukaan sel RF dapat memusatkan kompleks imun dan menghadirkan antigen pada sel
T CD4 +. Asini dihancurkan oleh mekanisme autoimun ini. Pembelahan sel yang berkelanjutan
dari sel B spesifik mengarah ke ekspansi oligoclonal dan meningkatkan kemungkinan kesalahan
kariotipe terkait dengan transformasi neoplastik.
VI. MANIFESTASI KLINIS
Parotitis infeksius:
Pada parotitis bakterial akut pasien akan mengeluhkan bengkak dengan nyeri progresif
pada kelenjar yang disertai dengan demam, gerakan membuka mulu atau mengunyah dapat
memperparah keluhan.
Mumps ditandai dengan bengkak dan nyeri pada kelenjar yang bertahan selama 5-9 hari,
selain itu juga terdapat malaise, anoreksia dan demam. Pada kebanyakan kasus mumps
mengenai parotis bilateral.
Parotitis yang disebabkan oleh HIV seringkali ditandai dengan bengkak yang tidak nyeri,
atau asimptomatik.
Parotitis pada tuberculosis ditandai dengan bengkak kronis tanpa rasa nyeri, atau benjolan
yang terasa di dalam kelenjar, selain itu riwayat tuberculosis paru juga dapat mendukung.
Parotitis pungtata kronis (autoimun):
Sindroma Sjörgen didapatkan parotitis kronis atau berulang pada salah satu atau kedua
kelenjar parotis tanpa penyebab yang jelas, pasien juga dapat mengeluhkan mulut dan mata
kering.
Pada pemeriksaan fisik kelenjar parotis ditemui pembengkakan dan eritema pada kulit di
atasnya. Kelenjar yang meradang akut ini terasa nyeri, sementara biasanya tidak nyeri pada
parotitis autoimun kronis. Pijat kelenjar dari posterior ke anterior untuk mengeluarkan air liur yang
jelas dari saluran parotis di kelenjar normal. Air liur purulen mengindikasikan parotitis bakteri,
dan saliva jernih dengan dadih kuning kecil mengindikasikan parotitis punctate kronis (autoimun).
VII. DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada kecurigaan parotitis adalah
pemeriksaan kimiawi pada saliva. Anti-SS-A, Anti-SS-B, dan faktor rheumatoid mungkin akan
positif pada penyakit autoimun. Kultur saliva juga dapat dilakukan, namun seringkali jarang
dibutuhkan. Sebagian besar laboratorium tidak dapat melakukan tes yang bermanfaat pada air liur.
Air liur memiliki variasi komposisi yang sedemikian luas sehingga analisis hanya menghasilkan
sedikit nilai diagnostik.
CT-Scan dan MRI dapat digunakan untuk menentukan ukuran, bentuk, dan kualitas
neoplasma pada kelenjar. Masing-masing metode ini dapat membedakan antara massa solid, lesi
kistik, dan keterlibatan kelenjar. Sialografi dapat dilakukan untuk menentukan anatomi system
drainase dan merupakan pemeriksaan yang sangat berguna. Sialografi dapat menunjukkan cedera
pada duktus saliva. Sebuah kanul #90 polietilen dimasukkan ke dalam duktus, lalu kontras iodin
seperti Ultravist (iopromide) diinjeksikan ke dalam system duktus. Duktus yang normal dapat
mengakomodasi 0.50-0.75 mL, atau hingga pasien merasa tidak nyaman, lalu dilakukanlah
pemeriksaan radiograf posteroanterior dan lateral. Pemeriksaan diulan 5 menit kemudian, biasanya
semua kontras sudah terevakuasi.
Sialografi
Skintigrafi kelenjar saliva dapat membantu diagnosis parotitis obstruktif kronis dan kelainan
kelenjar saliva lainnya. Pemeriksaan ultrasonografi lebih mudah dilakukan daripada sialografi
dalam menunjukkan massa solid atau kistik di dalam kelenjar. USG juga dapat mendeteksi area
hipoekoik. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak sensitive dibandingkan dengan sialografi dan kurang
signifikan secara klinis.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding parotitis adalah metastasis atau inflamasi pada kelenjar getah bening
sekitar kelenjar parotis, serta keganasan pada kelenjar parotis.
IX. TERAPI
Sebagian besar episode parotitis kronis diobati dengan terapi simptomatik. Sialogog,
kompres hangat lokal, pijatan lembut kelenjar dari posterior ke anterior, dan hidrasi dapat
memberikan peredaan gejala yang bervariasi. Setelah dilakukan kultur pus yang keluar dari duktus
Stensen, dapat diberikan antibiotic sesuai hasil tes sensitivitas. Pengobatan penyakit primer
(misalnya, HIV, rheumatoid arthritis) adalah yang perlu diutamakan. Beberapa penulis
menganjurkan irigasi intermiten sistem duktus dengan larutan saline, larutan steroid, dan / atau
antibiotik untuk mengobati infeksi dan secara mekanis mengeluarkan lendir atau nanah yang
terinspeksi dari saluran. Terapi ini dianjurkan bagi pasien yang tidak membaik dengan pengobatan
simtomatik dan harus dicoba dulu sebelum mempertimbangkan operasi. Baurmash menganjurkan
Decadron (deksametason) dan larutan penisilin dalam larutan garam untuk membersihkan saluran
dan untuk terapi topikal.