Anda di halaman 1dari 49

Kelainan Kelenjar Liur

SEMESTER VI
ANATOMI KELENJAR SALIVA
• Kelenjar saliva à kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam
mempertahankan kesehatan jaringan mulut.
• à terbentuk dari sel-sel khusus yang mensekresi saliva ke dalam
rongga mulut.
• Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan
kental yang mengandung mukus.
• Menurut struktur anatomis dan letaknya, à kelenjar saliva mayor
dan kelenjar saliva minor.
• Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan saliva yang berbeda-
beda menurut rangsangan yang diterimanya.
• Rangsangan ini dapat berupa rangsangan mekanis (mastikasi),
kimiawi (manis,asam, asin dan pahit), neural, psikis (emosi dan
stress), dan rangsangan sakit.
• Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut
dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut.
• Kelenjar saliva mayor sangat memegang peranan penting dalam
proses mengolah makanan.
Klasifikasi
• Kelenjar saliva terbagi menjadi :
• Mayor (1parotis, 2 submandibular, 3
sublingual)
• Berkembang pada minggu ke 6-8
kehidupan embrio dan berasal dari jar.
Ectoderm
• Minor : Berasal dari jar. ectoderm oral
serta endoderm nasofaring dan
membentuk system tubuloasiner
sederhana
Fungsi
• Memproduksi saliva yang bermanfaat untuk
• membantu pencernaan,
• mencegah mukosa dari kekeringan,
• memberikan perlindungan pada gigi terhadap karies serta
• mempertahankan homeostasis.
Kelenjar parotis
• Terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula (antara prossesus
mastoideus dan ramus mandibula)
• Mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam,
aldolase, dan kolinesterase. Merupakan kelenjar serous pada manusia dewasa,
kaya akan air sekresi encer. Pada anak-anak masih mengandung kelenjar
mucous. Saliva terdiri dari 25% sekresi kelenjar parotis
• Merupakan kelenjar terbesar dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya dengan
berat 20-30 gram, panjang duktus 35-40 mm, dengan diameter 3 mm
• Terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula meluas ke lengkung
zygomaticum di depan telinga dan mencapai dasar dari musculus masseter
• Duktus parotis yakni duktus Stensen yang berjalan menyilang permukaan otot
masseter. Duktus kelenjar ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada
vestibulum oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas
Kelenjar Submandibula
• Terletak di bawah ramus mandibula
• Merupakan kelenjar saliva terbesar ke dua berat 8-10 gram
• Bentuk oval seperti kacang, terletak di trigonum submandibular
• Duktus submandibular disebut duktus Wharton
• Duktus muncul dari permukaan bagian dalam kelenjar dan berjalan
sampai mencapai dasar mulut, kemudian bermuara
pada caruncula sublingualis di dekat frenulum lidah
• Panjang duktus 40-50 mm, diameter lebih kecil dari kelenjar parotis
• Kelenjar submandibula 75% bersifat serous dan 25% mucous
Kelenjar Sublingual
• Terletak dibawah lidah dan dibawah membran mukosa mulut
• Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar saliva mayor
• Kelenjar ini bentuknya memanjang dengan berat 2-3 gram
• Duktus kelenjar ini yaitu duktus Bartholin
• Kelenjar sublingual hampir seluruhnya mucous dengan sedikit serous
Duktus kelenjar saliva mayor
Kelenjar Saliva minor

• Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa
atau submukosa (5% dari sekresi ludah dalam 24 jam)
Kelenjar saliva minor tediri dari:
• Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-
asinus seromukus
• Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus
seromukus
• Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung
lidah disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-asinus seromukus
• Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak pada pangkal lidah,
dnegan asinus-asinus murni serus.
• Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mucus.
Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior
• Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus mukus
Penyakit Kelenjar Liur
• Penyakit yang banyak mengenai kelenjar ludah disebabkan :
• infeksi,
• inflamasi,
• trauma, kondisi imun,
• tumor.
Infeksi
Penyakit Kelenjar Saliva
• Non Neoplastik Disorder
• Infeksi
• Infeksi akut
• Manifestasi infeksi akut yang biasa terjadi pada kelenjar ludah biasanya berupa parotitis
akut. Beberapa kelompok virus dan bakteri merupakan penyebab umum terjadinya
ketidaknormalan produksi kelenjar ludah. Sebagian besar infeksi bakteri kemungkinan
berasal dari kavitas oral dan berhubungan dengan penurunan aliran ludah. Selain itu
beberapa pasien dengan kondisi lemah dan imunosupresan memiliki resiko untuk
terkena sialedenitis akut.
Infeksi Bakteri

• Acute suppurative Sialedenitis à kondisi akut dan nyeri difus pada keadaan awal
penyakit glandula parotis.
• Klinis : Kelenjar mengalami pembesaran, terasa sakit, dan terdapat eksudat
purulen yang terlihat pada orifice bukal duktus Stensen, Limfonodi parotis dan
intraparotis biasanya akan terlibat sebagai reaksi inflamasi.
• Terjadi pada pasien dengan kondisi kesehatan lemah, dehidrasi, dengan oral
hygiene yang buruk.
• Etio àinfeksi bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus
viridans, S. pneumoniae, Haemophilus influenzae, Streptococcus pyogenes,
and Escherichia coli.
• Treatment of choice penyakit ini adalah dengan terapi antibiotik.
• Selain pada glandula parotis,acute suppurative sialedenitis juga dapat menyerang
pada region submandibula.
Suppurative parotitis.
• Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir, biasanya pada
bayi yang lahir prematur (35-40%) dengan dehidrasi sebagai faktor
predisposisi.
• Onset biasanya terjadi sekitar 7-14 hari dan terdapat eritema pada
kulit di sekitar kelenjar parotis.
• Etio infeksi antara lain Staphylococcus, Pseudomonas,
Streptococcus, Pneumococcus, and Escherichia.
• Terapi hidrasi dan antibiotic à untuk merawat infeksi. Pasien yang
salah terdiagnosis atau yang tidak terobati sempurna terkadang dapat
berkembang menjadi abses intraglandular.
Sialodochitis
• Merupakan inflamasi yang terjadi baik pada duktus Warthon maupun
Stensen.
• Biasanya terjadi dilatasi pada obstruksi distal.
• Pembesaran duktus dapat berbentuk fusiform atau berantai
menghasilkan area ductal stenosis.
Infeksi Virus
• Kasus paling umum yaitu viral parotitis (mumps)
• Etio à RNA virus dari kelompok paramyxovirus.
• Pada tahap awal infeksi melibatkan kelenjar parotis namun juga dapat
berkembang di kelenjar submandibula maupun sublingual.
• Diagnosis biasanya berdasarkan pada penyakit epidemik dan ditegakkan
dengan uji titer antibody.
• Periode inkubasi diantara 2-3 minggu, dengan keterlibatan kelenjar parotis
secara unilateral pada 20-33,3% kasus.
• Virus lain à coxsackie viruses, parainfluenza viruses (types I and III), influenza
virus type A, herpes virus, echo virus, and choriomeningitis virus.
Infeksi Kronis
• Inflamasi kronis merupakan penyakit umum kelenjar ludah yang disebabkan oleh rekurensi infeksi
bakteri atau infeksi dari agen lain.
• Kondisi non infeksi disebabkan oleh iradiasi, penyakit autoimun, dan kasus idiopatik.

Mycobacteria
• menyerang kelenjar parotis (70% kasus), kelenjar submandibula (27%), dan kelenjar sublingualis
(3%).
• infeksi ini berkembang dari gigi yang menjadi fokal infeksi kemudian menyebar ke kelenjar melalui
limfonodi.
• Sarcoidosis, merupakan penyakit sistemik infeksius yang ditandai dengan pembentukan
granuloma pada berbagai system organ dan biasanya disebabkan oleh infeksi mycobacteria.
• Sekitar 83% kasus pasien mengalami pembesaran kelenjar parotis bilateral dan penurunan aliran
saliva. à gejala xerostomia akibar kelenjar ludah minor ikut terinfeksi. Sebagian besar pasien
tidak mengalami rasa sakit, dan terjadi pembesaran kronis pada kelenjar yang terlibat dengan
penambakan multinodular dan terlihat seperti keganasan
Syphilis
• Syphilis biasanya jarang terjadi pada kelenjar parotis, namun ketika
penyakit ini muncul, distribusi dan penampakannya sama seperti pada
infeksi TB dengan gambaran yang hamper mirip dengan sarcoidosis.
Cat-Scratch Disease
• disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif, riketsia dan menyebabkan
limfadenitis regional.
• menyerang pada anak-anak dan remaja.
• Radiografik menunjukkan adanya pembesaran limfonodi intraparotid yang
meluas dan tidak spesifik dan hal ini mirip pada infeksi sarcoidosis dan
infeksi TB sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis.
Toxoplasmosis
• merupakan infeksi protozoa yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii.
• Penyakit ini merupakan infeksi yang umum terjadi yaitu sekitar 5-95% populasi tergantung dari
lokasi geografis.
Actinomycosis
• disebabkan oleh infeksi bakteri gram positif anaerob, Actinomyces iszraelli, mengakibatkan infeksi
orofaring.
• Limfonodi parotis dan submandibular dapat menjadi lokasi infeksi sekunder yang disebarkan
melalui perluasan perluasan infeksi kronis mandibula.
• Jaringan ikat sekitar mengalami infiltrate inflamasi dan terkadang infeksi kelenjar parotis dapat
menyebar hingga masticator space.
• Infeksi bakteri ini pada kelenjar parotis dapat akut, dengan gejala rasa sakit, pembengkakan,
abses, dan pembentukan fistula. Infeksi kronik memiliki gambaran hamper mirip seperti infeksi TB
yang termanifestasi sebagai masa parotid yang tidak sakit.
• Terapi
Inflamasi
Inflamasi
• Sialolithiasis,
• sebagian besar terjadi pada kelenjar submandibula (80-90%), kelenjar parotis
(10-20%), dan sekitar 1-7% terjadi di kelenjar ludah sublingual.
• Keterlibatan kelenjar ludah minor sangatlah jarang
• Sekitar 75% batu berbentuk solid dan tunggal, namun 25% diantaranya
memiliki batu kelenjar multiple.
• Pada pasien dengan sialodenitis kronis, setidaknya terdapat kalkulus pada dua
pertiga kasus dan pada gambaran radiograf batu tampak sebagai lesi
radiopak.
• Sebanyak 85% batu kelenjar submandibula terjadi di dalam duktus Warthon,
30% di dekat ostium duktus, dan 20% diantaranya pada pertengahan duktus.
Terapi Sialolithiasis:
• Tanpa pembedahan
• Penggunaan antibiotik dan anti inflamasi, dengan harapan batu keluar melalui caruncula secara
spontan.
• Pada beberapa kasus dimana batu berada di wharton papillae, dapat dilakukan tindakan
marsupialization (sialodochoplasty).
• Sering kali batu masih tersisa terutama bila berada di bagian posterior Warton’s duct, sehingga
pendekatan konservatif sering diterapkan.
• Pembedahan
• pada kasus dengan diameter batu yang besar (ukuran terbesar sampai 10 mm), atau lokasi yang
sulit.
• Bila lokasi batu di belakang ostium duktus maka bisa dilakukan tindakan simple sphincterotomy
dengan anestesia lokal untuk mengeluarkannya.
• Pada batu yang berada di tengah-tengah duktus harus dilakukan diseksi pada duktus dengan
menghindari injury pada n. lingualis.
• Harus dilakukan dengan anestesi general, bila lokasi batu berada pada gland's pelvis. Pada kasus
ini harus dilalakukan submaxilectomy dengan tingkat kesulitan yang tinggi, karena harus
menghindari cabang-cabang dari n. facialis.
Minimal invasive
• - Lithotripsi
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) merupakan terapi dengan
pendekatan non invasive yang cukup efektif pada sialolithiasis.
• Tujuan ESWL untuk mengurangi ukuran calculi menjadi fragmen yang kecil
sehingga tidak mengganggu aliran saliva dan mengurangi simptom.
• Diharapkan juga fragmen calculi bisa keluar spontan mengikuti aliran
saliva.Indikasi ESWL bisa dilakukan pada semua sialolithiasis baik dalam glandula
maupun dalam duktus, kecuali posisi batu yang dekat dengan struktur n. facialis.
• Inflamasi akut merupakan kontra indikasi lokal dan inflamasi kronis bukan
merupakan kontra indikasi, sedangkan kelainan pembekuan darah (haemorrhagic
diathesis), kelainan kardiologi, dan pasien dengan pacemaker merupakan
kontraindikasi umum ESWL.

• Keberhasilan ESWL tergantung pada dimensi, lokasi, dan jumlah calculi.


• Sialodochitis Fibrinosa (Kussmaul’s Disease),
• merupakan pembengkakan rekuren, akut, dan bisa terasa nyeri maupun tidak
nyeri pada kelenjar parotis atau submandibula.
• Klinis berupa penyumbatan pada pintu masuk duktus Stensen atau duktus
Warthon.
• terjadi pada pasien dengan kondisi lemah dan dehidrasi perawatan dapat
berupa pemijatan pada glandulam penggunaan secretogogeus untuk
menghilangkan sumbatan, dilatasi pintu masuk duktus untuk mencegah
rekurensi, dan bila dimungkinkan dilakukan rehidrasi.
• Hiperlipidemia, dikarakteristikkan sebagai peningkatan level trigliserid
dan atau kolesterol total plasma.
• terjadi pembesaran kelenjar parotis dengan infiltrate lipid yang seragam yang
terlihat pada MRI.
• Peningkatan kadar trigliserid plasma berkorelasi dengan pembengkakan
parotis, dan berakibat pada penurunan aliran saliva yang semakin parah.
• Kelenjar submandibula juga dapat terlibat namun insidensinya lebih rendah.
• Sialosis, merupakan pembesaran kelenjar parotis yang rekuren
maupun kronik, non neoplastik, non inflamatori, dan tidak terasa
sakit.
• Kelenjar submandibula, sublingual, dan kelenjar ludah minor juga ada
kemungkinan terlibat.
• Pembengkakan parotis biasanya bilateral dan simetrik namun juga bias
unilateral dan atau simetris.
• Onset biasanya tidak terlalu terlihat, karena tidak ada simptom maupun
inflamasi.
Trauma
Mukokel
• Mucoceles, merupakan istilah klinis yang
mendeskripsikan pembengkakan yang disebabkan
oleh akumulasi saliva pada sisi yang terkena trauma
maupun daerah yang mengalami pemnyumbatan
pada duktus glandula saliva minor.
• Mucocele diklasifikasikan menjadi tipe retensi dan
ekstravasasi.
Ranula
• Ranula, merupakan mucocele yang terletak di dasar mulut.
• Ranula kemungkinan merupakan fenomena ekstravasasi
mucus maupun retensi mucus dan sebagian besar terjadi
pada duktus glandula saliva sublingual.
• Pembentukan ranula biasanya terjadi karena trauma.
• Penyebab lain yaitu penyumbatan pada kelenjar saliva atau
aneurism duktus.
Kondisi Imun dan Medikasi yang
Menginduksi Disfungsi Kelenjar
Saliva
Benign Lymphoepithelial Lesion (Mikulicz’s
Disease)
• Etiologi penyakit ini masih belum diketahui dan diperkirakan akibat
kondisi auto imun, virus, maupun faktor genetik dengan predominan
pada wanita di usia pertengahan.
• Gejala umum yaitu pembengkakan kelenjar ludah unilateral atau
bilateral akibat infiltrate limfoid benigna, serta penurunan produksi
saliva bila terjadi infeksi.
• Diagnosis banding penyakit ini yaitu Sjorgen syndrome, sarcoidosis,
limfoma, dan penyakit lain yang diasosiasikan dengan pembesaran
kelenjar ludah.
Sjorgen Syndrome

• Sjorgen Syndrome merupakan penyakit kronis autoimun yang


dikarakteristikkan dengan kekeringan mukosa oral dan okular, infiltrat
limfosit, dan dekstrusi eksokrin.
• Manifestasi oral pasien ini sangat luas sebagai hasil dari penurunan
fungsi kelenjar ludah.
• Mulut kering menyebabkan kesulitan dalam mengunyah, menelan,
dan berbicara jika tidak diberi tambahan cairan.
• Pasien dengan SS dapat mengalami pembesaran kronis pada kelenjar
ludah dan juga dapat terjadi infeksi pada kelenjar.
Tumor
Tumor Kelenjar Ludah
• kelenjar parotis (80%), sekitar 10-15% terjadi pada kelenjar
submandibula, dan sisanya pada sublingual maupun pada kelenjar
ludah minor.
• Sekitar 80% tumor parotis dan 50% tumor submandibula merupakan
tumor jinak.
• Sebaliknya lebih dari 60% tumor yang terjadi pada kelenjar sublingual
maupun kelenjar ludah minor merupakan tumor ganas.
• Resiko keganasan akan meningkat sesuai dengan bertambahnya
ukuran tumor. Sekitar 80% tumor terjadi pada usia dewasa. Tumor
pada anak-anak biasanya terletak pada kelen jar parotis, dan sekitar
65% tumor anak-anak bersifat jinak.
Tumor Jinak
• a. Adenoma Pleomorfik
• b. Monomorphic Adenoma
• c. Papillary Cystadenoma Lymphomatosum
• d. Oncocytoma
• e. Basal Cell Adenoma
• f. Canalicular Adenoma
• g. Myoepithelioma
• h. Adenoma Sebasea
• i. Ductal Papiloma
Tumor Ganas
• a. Mucoepidermoid Carcinoma
• b. Adenoid Cystic Carcinoma
• c. Acinic Cell Carcinoma
• d. Carcinoma Ex Pleomorphic Adenoma
• e. Adenocarcinoma
• f. Limfoma
Penegakan diagnose
• Pemeriksaan radiologis
• Sialografi
• CT Scan
• Sialografi – CT Scan
• MRI dan magnetic resonance sialography
• USG
Terapi penyakit Kelenjar Saliva
• Eksisi
• Marsupialisasi
• Pemberian antibiotic
• Radioterapi
• Laser CO2
• ESWL
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai