Anda di halaman 1dari 39

MODUL 2

Pentingnya Komunikasi Interpesonal dalam Komunikasi

Kesehatan dan Transaksi Terapeutik

Disusun Oleh :
Ryan Andika Pratama 021511133082
Ridha Rasyida Arif 021511133083
Mochammad Aldy Sudarminto 021511133084
Rifda Rayshyfa Anindita 021511133085
Sekar Firdhea Rizkifa Soetanto 021511133086
Erika Setyowati 021511133087
Ghina Anjani Faizahrizqitha 021511133088
Ratri Karunia Puspita Arum 021511133089
Juan Gabriel 021511133090
Theresa Ardiyani Wijaya 021511133091
I Nyoman Dhana Sudiartha 021511133092
Indah Permatasari 021511133093
Primarinda Dwita Hapsari 021511133094
Ardhyana Dea Maharani 021511133095

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA


SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YangMahaPemurah,
karena berkat kemurahanNya makalah dengan judul Pentingnya Komunikasi
Interpesonal dalam Komunikasi Kesehatan dan Transaksi Terapeutik ini dapat
penulis selesaikan. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Modul
II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Helal Soekartono, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing kelompok G Modul II
2. Agus Subiwahjudi, drg, MS, SpKG(K) selaku Penanggung jawab Mata Kuliah
Modul II
3. Orang tua serta rekan-rekan penulis, yang telah memberikan dukungan secara
moral maupun material
Tidak dipungkiri dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca dan untuk itu penulis mengucapkan terimakasih serta semoga
makalah ini bermanfaat untuk semua pembaca.

Surabaya, 11 Mei 2016

Penulis

ii
ABSTRAK

Kehadiran dokter gigi menawarkan berbagai macam bantuan perawatan gigi


dan mulut guna mencegah kerusakan gigi, kehilangan gigi, dan penyakit gusi.
Adanya hubungan yang saling membutuhkan antara pasien yang ingin dirawat
dengan dokter gigi mengharuskan kedua pihak tersebut untuk menjalin
komunikasi. Keterampilan berkomunikasi harus dimiliki seorang dokter gigi
untuk melakukan wawancara terdahap pasiennya, komunikasi interpersonal yang
dilakukan oleh dokter gigi dengan pasiennya berguna untuk menjalin komunikasi
kesehatan dan menjalankan transaksi terauptik. Komunikasi kesehatan yang
dilakukan dokter gigi terhadap pasiennya bertujuan untuk menyimpulkan
anamnesis atau mengumpulkan informasi subjektif dari pasien untuk menciptakan
hipotesis mengenai penyebab keluhan pasien. Komunikasi interpersonal yang baik
antara dokter gigi dan pasien dapat meningkatkan kepuasan pasien, kepatuhan
pasien dalam melakukan iiiontrol perawatan atau terapi, serta hasil akhir berupa
kesembuhan/kerapian gigi pasien. Dalam dunia kerja, yang dalam hal ini
dikaitkan dengan profesi seorang dokter gigi, ketrampilan dalam komunikasi
interpersonal akan membawa kesuksesan dalam pekerjaan dan tentunya membawa
keuntungan material dan spiritual serta menghindarkan diri dari timbulnya gap
komunikasi. Terdapatnya gap komunikasi antara pasien dan dokter gigi dalam
menjalankan komunikasi kesehatan dan transaksi terauptik merupakan inti dari
permasalahan yang akan banyak dibahas dalam makalah ini.

Kata Kunci: Komunikasi interpersonal, komunikasi kesehatan, transaksi


terauptik

iii
PETA KONSEP

Skenario:
Seorang pasien perempuan usia 17 tahun datang ke klinik dokter gigi untuk
memperbaiki gigi insisif kedua rahang atas sebelah kanan dan kiri yang tidak rata.
Setelah pemeriksaan, pasien dianjurkan perawatan gigi yang berdesakan di bagian
ortodonsia dengan butuh waktu yang relatif cukup lama. Namun pasien ingin
giginya yang berdesakan dirawat lebih cepat. Pasien diberi alternatif perawatan
dengan mahkota porselen dan dokter gigi sudah menjelaskan untung ruginya.
Setelah pemasangan ternyata orang tuanya mengeluh karena gigi anaknya
dipreparasi tanpa sepengetahuannya dan menyalahkan dokter gigi.

iv
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
PETA KONSEP ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Komunikasi Interpersonal ...................................................... 3
2.2 Komunikasi Kesehatan ........................................................................ 5
2.3 Transaksi Terapeutik ............................................................................ 7
2.3.1 Definisi Transaksi Terapeutik ................................................... 7
2.3.2 Persetujuan ................................................................................ 7
2.3.3 Prestasi....................................................................................... 8
2.3.4 Syarat Suatu Persetujuan ........................................................... 9
2.3.5 Pembatalan Persetujuan ........................................................... 10
2.4 Konsep Diri dan Komunikasi Intrapersonal ...................................... 12
2.5 Hambatan Komunikasi Interpersonal ................................................ 15
2.6 Cara Mengatasi Masalah Komunikasi Interpersonal ......................... 17
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus ........................................................................................ 20
3.1.1 Faktor Dokter Gigi .................................................................... 20
3.1.2 Faktor Pasien............................................................................. 22
3.1.3 Faktor Pihak Lain...................................................................... 24
3.2 Solusi Jika Terjadi Hambatan Komunikasi........................................ 26
3.3 Pentingnya Komunikasi Interpersonal Yang Baik ............................. 27

vi
KESIMPULAN ................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 32

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi adalah bagian paling mendasar dalam kehidupan manusia.
Manusia tidak dapat hidup tanpa berkomunikasi. Komunikasi dapat dilakukan
secara verbal maupun non verbal. Seseorang yang memiliki kemampuan
komunikasi verbal baik lisan maupun tulisan dapat menjalin hubungan
interpersonal dengan baik.
Hal dasar yang juga harus dimiliki seorang dokter gigi adalah melakukan
wawancara dalam komunikasi kesehatan. Wawancara tersebut bertujuan
untuk anamnesis atau mengumpulkan informasi subjektif dari pasien untuk
menciptakan hipotesis mengenai penyebab keluhan pasien. Keterampilan
komunikasi interpersonal adalah konsep dasar untuk melakukan wawancara
dalam komunikasi kesehatan sehingga seorang dokter gigi dapat menjalin
hubungan terapeutik dengan pasien.
Keterampilan komunikasi interpersonal yang baik dari seorang dokter
gigi akan menciptakan interaksi supportif dari pasien dan hal tersebut dapat
mempercepat dan memperlengkap penjelasan dari pasien. Interaksi tersebut
akan mengembangkan keterbukaan dan kerjasama pasien untuk tahap-tahap
pemeriksaan selanjutnya. Hal tersebut akan merupakan bagian terpenting dari
proses terapeutik. Keterampilan komunikasi interpersonal juga akan
meminimalisir adanya kesalahpahaman informasi dalam komunikasi antara
dokter gigi dan pasien.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi komunikasi interpersonal?
2. Apa yang dimaksud komunikasi kesehatan?
3. Apa definisi transaksi terapeutik?
4. Apa pengaruh dari komunikasi intrapersonal terhadap interpersonal?
5. Apa saja hambatan dalam komunikasi?
6. Bagaimana cara mengetasi hambatan dalam komunikasi?
1.3. Tujuan
1. Memahami konsep diri dan faktor yang berpengaruh dalam
membentuk konsep diri.
2. Memahami psikologi komunikasi dan cara mengatasi hambatan
komunikasi.
3. Melakukan komunikasi intrerpersonal dan teknik dasar wawancara dan
menciptakan hubungan interpersonal.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Komunikasi Interpersonal


Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari
bahasa latin communication, yang berarti sama makna mengenai suatu hal.
Jadi berlangsungnya proses komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan
mengenai hal-hal yang dikomunikasikan ataupun kepentingan tertentu.
Komunikasi dapat berlangsung apabila ada pesan yang akan disampaikan dan
terdapat pula umpan balik dari penerima pesan yang dapat diterima langsung
oleh penyampai pesan.
Selain itu komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, merubah sikap, pendapat
atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.
Dalam komunikasi ini memerlukan adanya hubungan timbal balik antara
penyampain pesan dan penerimanya yaitu komunikator dan komunikan.
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis
untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian seseorang
terhadap orang lain.
R. Wayne Pace (1979) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi
atau interpersonal communication merupakan proses komunikasi yang
berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka dimana pengirim
dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapi secara langsung. Komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk verbal atau
nonverbal, seperti komunikasi pada umumnya komunikasi interpersonal

3
selalu mencakup dua unsur pokok yaitu isi pesan dan bagaimana isi pesan
dikatakan atau dilakukan secara verbal atau nonverbal. Dua unsur tersebut
sebaiknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi,
kondisi, dan keadaan penerima pesan.
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif.
Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada
penerima pesan, begitupula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik
antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar
serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi serangkaian
proses saling menerima, penyeraan dan penyampaian tanggapan yang telah
diolah oleh masing-masing pihak.
Komunikasi Interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan
mengembangkan. Dan perubahan tersebut melalui interaksi dalam
komunikasi, pihak-pihak yang terlibat untuk memberi inspirasi, semangat,
dan dorongan agar dapat merubah pemikiran, perasaan, dan sikap sesuai
dengan topik yang dikaji bersama.
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses
pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih
di dari suatu kelompok manusia kecil dengan berbagai efek dan umpan balik
(feed back).
Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan
interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan maka kita perlu
bersikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang
mendorong timbulnya sikap yang paling memahami, menghargai, dan saling
mengembangkan kualitas. Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan
ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai
pihak.

4
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.

2.2 Komunikasi Kesehatan


Komunikasi kesehatan yaitu proses penyampaian pesan kesehatan oleh
komunikator melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan
untuk mendorong perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai
kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik,
mental (rohani) dan sosial.
Komunikasi kesehatan lebih sempit daripada komunikasi manusia pada
umumnya. Komunikasi kesehatan berkaitan erat dengan bagaimana individu
dalam masyarakat berupaya menjaga kesehatannya, berurusan dengan
berbagai isu yang berhubungan dengan kesehatan. Dalam komunikasi
kesehatan, fokusnya meliputi transaksi hubungan kesehatan secara spesifik,
termasuk berbagai faktor yang ikut berpengaruh terhadap transaksi yang
dimaksud.
Dalam tingkat komunikasi, komunikasi kesehatan merujuk pada bidang
bidang seperti program-program kesehatan nasional dan dunia,
promosi kesehatan, dan rencana kesehatan publik. Dalam konteks kelompok
kecil, komunikasi kesehatan merujuk pada bidang-bidang seperti rapat-rapat
membahas perencanaan pengobatan, laporan staf, dan interaksi tim medis.
Dalam konteks interpersonal, komunikasi kesehatan termasuk dalam
komunikasi manusia yang secara langsung mempengaruhi profesional-
profesional dan profesional dengan klien. Komunikasi kesehatan dipandang
sebagai bagian dari bidang-bidang ilmu yang relevan, fokusnya lebih spesifik
dalam hal pelayanan kesehatan.
Dampak komunikasi kesehatan dalam pembangunan kesehatan yaitu
sebagai berikut :

5
1) Komunikasi kesehatan merujuk pada bidang-bidang seperti
program-program kesehatan nasional dan dunia, promosi
kesehatan, dan rencana kesehatan publik sehingga secara tidak
langsung komunikasi kesehatan ini berperan dalam proses
pembangunan kesehatan.
2) Komunikasi kesehatan mampu menumbuhkan aspirasi masyarakat
dari segala bidang kehidupannya sehingga hal ini dapat
memperlancar proses pembangunan kesehatan.
3) Komunikasi kesehatan beroperasi pada level atau konteks
komunikasi antar personal, kelompok, organisasi, publik, dan
komunikasi massa sehingga proses pembangunan kesehatan dapat
dijalankan secara merata.
4) Komunikasi kesehatan mencakup variasi interaksi dalam kerja
kesehatan misalnya komunikasi dengan pasien di klinik, self help
groups, mallings, hotlines, dan kampanye media massa, dimana
hal ini akan lebih mudah dalam menyusun rencana pembangunan
kesehatan yang lebih baik sesuai dengan permasalahan kesehatan
yang dialami oleh suatu masyarakat.
5) Komunikasi kesehatan merupakan pendekatan yang menekankan
usaha mengubah perilaku audiens agar mereka tanggap terhadap
masalah tertentu dalam satuan waktu tertentu yang nantinya hal
ini dapat berpengaruh pada proses pembangunan kesehatan.
6) Komunikasi kesehatan merupakan pemanfaatan media dan
teknologi komunikasi dan teknologi informasi dalam
penyebarluasan informasi kesehatan sehingga dapat memudahkan
rencana pembangunan kesehatan.

6
2.3. Transaksi Terapeutik
2.3.1. Definisi Transaksi Terapeutik
Transaksi berarti perjanjian atau persetujuan yaitu hubungan timbal balik
antara dua pihak yang bersepakat dalam satu hal. Terapeutik adalah
terjemahan dari therapeutic yang berarti dalam bidang pengobatan. Ini tidak
sama dengan therapy atau terapi yang berarti pengobatan. Persetujuan yang
terjadi antara dokter dengan pasien bukan bidang pengobatan saja tetapi lebih
luas, mencakup bidang diagnostik, preventif, rehabilitatif maupun promotif
maka persetujuan ini disebut persetujuan terapeutik atau transaksi terapeutik.
Dalam bidang pengobatan, para dokter dan masyarakat menyadari bahwa
tidak mungkin dokter menjamin upaya pengobatan akan selalu berhasil sesuai
dengan diinginkan pasien/keluarga. Yang dapat diberikan dokter adalah
upaya maksimal. Hubungan dokter dengan pasien ini dalam perjanjian hukum
perdata termasuk kategori perikatan berdasarkan daya upaya/usaha maksimal
(inspanningsverbintenis). Ini berbeda dengan ikatan yang termasuk kategori
perikatan yang berdasarkan hasil kerja (resultaatsverbintenis).
Yang terakhir ini terlihat dalam urusan kontrak bangunan, dimana bila
pemborong tidak membuat rumah sesuai jadwal dan bestek yang disepakati,
maka pemesan dapat menuntut pemborong.
2.3.2. Persetujuan
Untuk melihat atau mendudukkan hubungan dokter dengan pasiesn yang
mempunyai landasan hukum, dapat dimulai dengan pasal 1313 KUH Perdata:
Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Dalam bidang pengobatan jelas ada hubungan atau persetujuan antara
pasien atau keluarga pasien dengan satu orang dokter atau beberapa dokter.
Di satu pihak pasien atau keluarga pasien memerlukan kepandaian dan
keterampilan dokter untuk mengatasi masalah kesehatannya atau

7
keluarganya, sedangkan di pihak lain para dokter mempunyai kepandaian dan
keterampilan yang dapat diberikannya untuk kesembuhan pasien.
Dengan demikian akibat persetujuan ini akan terjadi perjanjian antara
dua pihak. Kedua pihak bersetuju dan berjanji untuk melakukan sesuatu
dalam bidang pengobatan atau kesehatan. Akibat persetujuan dan perjanjian
ini akan terjadi perikatan antara kedua pihak di atas (pasien dan dokter).
Dalam undang-undang dijelaskan yang dimaksud dengan perikatan
adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih, di mana pihak yang satu
berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, sedangkan pihak yang lain itu
berkewajiban memenuhi tuntutan itu.
Dari ketentuan ini dapat dilihat bahwa dalam pelayanan kesehatan
memang terjadi hubungan antara pasien atau keluarga pasien yang meminta
bantuan dengan dokter yang dengan keahlian dan keterampilan yang
dimilikinya sanggup memenuhi bantuan yang diminta pasien/keluarga pasien.
Dalam hal ini dikatakan pihak pasien/keluarga menuntut suatu prestasi dari
dokter.
2.3.3. Prestasi
Sesuatu yang dapat dituntut itu dinamakan prestasi yang menurut
undang-undang dapat berupa:
1. Menyerahkan sesuatu barang
2. Melakukan sesuatu perbuatan
3. Tidak melakukan sesuatu perbuatan
Dalam ikatan dokter dengan pasien, prestasi yang utama di sini adalah
melakukan sesuatu perbuatan, baik dalam rangka preventif, kuratif,
rehabilitatif, maupun promotif. Dalam hal tertentu prestasi ini dapat pula
tidak melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya bila dokter menghadapi
pasien dengan apendisitis dalam stadium abses, maka sikap dokter tidak
melakukan pembedahan apendektomi pada stadium ini adalah suatu prestasi.

8
2.3.4. Syarat Suatu Persetujuan
Berpedoman pada pasal 1320 KUH Perdata, perikatan atau persetujuan
itu memerlukan pula syarat-syarat yang perlu dipenuhi. Untuk sahnya
persetujuan diperlukan 4 syarat:
1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya
Dalam hubungan dokter pasien hal ini mudah dipahami, sebab bila salah
satu tidak setuju maka tidak akan terjadi suatu transaksi terapeutik. Pasien
setuju dengan dokter yang dipilihnya, dan dokter sanggup mengatasi
problema kesehatan pasien yang datang kepadanya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Kecakapan ini harus ada pada kedua belah pihak, yaitu yang memberi
pelayanan maupun yang memerlukan pelayanan. Dari pihak pasien menurut
ketentuan ini dituntut orang yang cakap untuk membuat perikatan yaitu orang
dewasa yang waras. Bila lain dari ini tentu harus ada yang mengantar sebagai
pendamping pasien. Demikian pula dari pihak dokter dan tenaga kesehatan
lainnya. Sebagai tambahan, kalangan dokter harus mempunyai kecakapan
yang dituntut atau diperlukan oleh pasien, yaitu para dokter umum sebagai
dokter umum dan dokter spesialis sesuai spesialisasi yang ditekuninya. Itu
harus ada buktinya, seperti ijazah atau sertifikat yang diakui oleh pemerintah
dan perhimpunan keahliannya.
3. Suatu hal tertentu
Yang dimaksud sesuatu hal tertentu dalam persetujuan adalah suatu
penyakit atau keadaan yang perlu diatasi dokter. Sesuatu di sini tidak perlu
satu hal, bisa saja lebih dari satu. Pada pasien berobat jalan, bisa saja
menyampaikan keluhan untuk diatasi dari kepala hingga ke kaki. Namun
yang menjadi masalah adalah pada tindakan khusus, seperti pembedahan dan
tindakan invasif lainnya. Pada pembedahan seksio sesaria, mengeluarkan
anak melalui operasi disertai tindakan dokter mengangkat apendiks pasien

9
yang tidak patologik, sebetulnya menyalahi perjanjian. Bila dalam keadaan
yang sama dokter mendapati apendiks pasien dalam keadaan meradang dan
segera perlu diangkat, tentu tidak tepat kalau luka pembedahan seksio sesaria
ditutup dulu, baru kemudian dilakukan operasi apendik. Dokter dapat
mengangkat apendik yang patologik tersebut, tetapi sesudah pasien sadar
harus disampaikan bahwa tindakan tersebut terpaksa dilaksanakan. Ini diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan
Medik (pasal 7 ayat 2 dan 3).
4. Suatu sebab yang halal
Ini tidak berkaitan dengan kepercayaan atau agama. Yang dimaksud
dengan halal di sini adalah sesuatu perikatan yang tidak melanggar hukum.
Contoh klasik adalah melakukan pengguguran kandungan yang ilegal, atau
mengubah wajah secara operasi kosmetik untuk menghindari penangkapan
oleh polisi, atau menghilangkan sidik jari dan lain-lain.
2.3.5. Pembatalan Persetujuan
Persetujuan terapeutik tidak selamanya berjalan mulus. Kadang-kadang
dapat terjadi salah satu pihak tidak mau melanjutkan transaksi di bidang
pengobatan ini. Umumnya yang tidak mau melanjutkan transaksi ini adalah
dari pihak pasien maupun keluarga. Pada pasien berobat jalan, hal ini mudah
dilakukan pasien. Tidak lagi berkunjung untuk pemeriksaan ulang merupakan
tindakan pemutusan ikatan. Namun bila ini terjadi pada pasien sedang dalam
perawatan, maka dokter harus berhati-hati. Membiarkan pasien pulang,
biarpun semua biaya perawatan telah dilunasi adalah tindakan yang gegabah.
Pada waktu dulu sering dokter hanya meminta pasien atau keluarga
menandatangani di dalam rekam medik pulang atas permintaan sendiri atau
kadang-kadang hanya ditulis kependekannya Paps.
Biarpun ini sudah memadai, namun akan lebih baik bila pembatalan
persetujuan semula dilakukan secara benar, yaitu melalui pembatalan secara

10
resmi pula. Dalam lembaran khusus dinyatakan bahwa dokter telah
menjelaskan keadaan pasien dan tindakan yang diperlukan, namun pasien dan
keluarga meminta pulang dengan segala resiko di luar tanggung jawab dokter.
Lembaran pembatalan seperti ini akan mempunyai kekuatan hukum lebih
kuat.
Dokter dapat memutuskan persetujuan apabila pasien sudah tidak
kooperatif dan tidak yakin lagi akan upaya pengobatannya, kemudian
meminta pasien berobat kepada dokter lain. Dalam hal ini sebaiknya dokter
menyerahkan resume akhir untuk dokter yang akan melanjutkan pengobatan
dan perawatan.
Hal-hal di atas sesuai dengan yang tertera pada KUH Perdata (Pasal
1338) :Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak bisa ditarik
kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau alasan-alasan yang
oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan harus
dilakukan dengan itikad baik. Dalam pasal ini jelas dinyatakan bahwan
persetujuan yang telah terjadi tidak dapat dibatalkan begitu saja. Sebab
persetujuan yang kita sebut sebagai transaksi atau kontrak terapeutik, berlaku
sebagai undang-undang.
Namun kadang-kadang pembatalan ini tidak selalu berjalan mulus. Oleh
karena itu dalam pemutusan transaksi terapeutik, dokter perlu berhati-hati
terhadap resiko yang mungkin timbul di kemudian hari.
Pembatalan tidak selalu secara tertulis, sebab keadaan atau alasan-alasan
yang oleh undang-undang dinyatakan cukup, juga akan menjadi bukti bahwa
persetujuan tersebut telah batal.

11
2.4 Konsep Diri dan Komunikasi Intrapersonal
Konsep Diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungan dengan orang lain. (Stuart & Sundeen 2005)
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan pencampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar.
Konsep diri memberi kita kerangka acuan yang mempengaruhi manejemen
kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. (Potter & Perry,
2005)
Konsep diri memiliki beberapa komponen. Komponen konsep diri antara
lain terdiri dari : citra tubuh (body image), ideal diri (self ideal), harga diri
(self esteem), peran (self rool) dan identitas (self idencity). Berikut adalah
penjelasannya.
a. Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap
dirinya baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi
masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena
secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman
baru. Body image berkembang secara bertahap selama beberapa
tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur,
fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra
tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun
bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan
perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi. (Potter &
Perry, 2005)
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar

12
dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya
atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan
norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut
melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur
internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan
menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal
diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan
mental.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah
laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri
dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka
yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil
dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa
dirinya negatif, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis,
merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya. (Keliat
BA, 2005)
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan
tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan
fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang
disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi
pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang
tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan
cocok dengan ideal diri.

13
e. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang
dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya,
menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain.
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada
duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak,
bersamaan dengan berkembangnya konsep diri. Dalam identitas
diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap
diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.

Selain konsep diri, hal yang tidak kalah penting dalam komunikasi adalah
komunikasi intrapersonal. Menurut Nina (2011) menjelaskan komunikasi
intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri manusia, meliputi
proses sensasi, asosiasi, persepsi, memori dan berpikir. Sedangkan menurut
Effendy seperti yang dikutip oleh Rosmawaty (2010) mengatakan bahwa
komunikasi intrapersonal atau komunikasi intrapribadi merupakan
komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan baik
sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Dia berbicara kepada
dirinya sendiri. Dia berdialog dengan dirinya sendiri. Dia bertanya dengan
dirinya sendiri dan dijawab oleh dirinya sendiri. Selanjutnya Rakhmat seperti
dikutip oleh Rosmawaty (2010) mengatakan komunikasi intrapersonal adalah
suatu proses pengolahan informasi, meliputi sensasi, persepsi, memori, dan
berpikir.
Dari konsep tentang komunikasi intrapersonal dari beberapa ahli
komunikasi penulis mensintesakan bahwa komunikasi intrapersonal adalah
komunikasi dengan diri sendiri meliputi proses sensasi, asosiasi, persepsi
memori dan berpikir dengan tujuan untuk berpikir, melakukan penalaran,

14
menganalisis dan merenung.Dalam komunikasi intrapersonal, seorang
komunikator (encoder) melakukan proses komunikasi intrapersonal dengan
menggunakan seluruh energi yang dimilikinya agar pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan (decoder) dapat diterima dengan jelas, dan
komunikan pun dapat melakukan umpan balik (feedback) terhadap pesan
tersebut. Adapun faktor-faktor personal yang sangat menentukan terhadap
apa yang diputuskan dalam komunikasi intrapersonal antara lain:
a) Kognisi. Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki.
b) Motif. Biasa disebut konatif/konasi, dorongan, gairah yang amat
memengaruhi pengambilan keputusan.
c) Sikap. Disebut juga afektif/afeksi/emosi yang menjadi faktor
penentu lainnya.

2.5 Hambatan Komunikasi Interpersonal


Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu
kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang
disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima
pesan atau receiver. Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-
hambatan yang menyebabkan komunkasi tidak efektif yaitu :
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap
manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus
tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan
tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator
sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan.
Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar

15
memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau
kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian
(misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya
bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya
kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh :
pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan
lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan
yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti
yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi
perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang
lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan,
agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku,
ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki
arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata jangan dalam bahasa
Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata
tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses
berlangsungnya komunikasi. Contoh : suara riuh orang-orang atau kebisingan,
suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya
sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan

16
muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram
pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan
jelas.
7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada
receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang
terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang
manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan,
dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan
tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang
manajer.

2.6 Cara Mengatasi Masalah Komunikasi Interpersonal


Masalah terbesar komunikasi interpersonal adalah gap komunikasi. Gap
komunikasi asalnya dari perbedaan persepsi kita dengan persepsi orang lain
terhadap sesuatu hal. Sesuatu hal ini berupa hal-hal yang dirasakannya, yang
datang melalui panca inderanya. Terutama mata dan telinga. Penyebab
terjadinya gap komunikasi adalah citra yang membedakan pemahaman
terhadap rasa, terbentuk di antara pelaku gap komunikasi. Hal ini terjadi
karena setiap manusia memiliki rasa terhadap apa yang dilihat dan
didengarnya. Dan pemahaman terhadap rasa ini belum tentu sama. Perbedaan
pemaknaan antar komunikator dan komunikan menyebabkan terjadinya gap
komunikasi.
Perubahan yang datangnya dari diri sendiri, terutama tindakan dan
perasaan kita, baik sebagai aksi ataupun reaksi komunikasi tentang sesuatu
hal, akan menghasilkan pemahaman rasa yang nyaman, suatu metode untuk
perbaikan gap komunikasi.

17
Berikut ketiga cara tersebut :
Empati : Berarti menyamai wilayah perasaan orang lain untuk ikut
merasakan apa yang dialaminya. Sebelum bisa mencapai tahap ini, tentu kita
harus lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Assertif : Manifestasi dari perbaikan yang serius dalam hal
bagaimana anda memperhitungkan keberadaan orang lain tanpa sedikitpun
mengurangi perhitungan terhadap keberadaan anda secara konstruktif dan
fair. Ya, memperhitungkan keberadaan orang lain tanpa tidak mengurangi
perhitungan terhadap diri sendiri.
Teamwork : Sejarah membuktikan bahwa bekerja sama lebih baik
daripada sekedar berkonflik. Termasuk dalam gap komunikasi. Daripada
berkonflik dan mencoba memenangkan egoisme masing-masing, lebih baik
bersinergi menuju suatu cita-cita bersama.

18
BAB III
PEMBAHASAN

Komunikasi interpersonal adalah hal yang sangat penting dalam


menciptakan hubungan interpersonal yang baik, terutama dalam komunikasi
kesehatan dan transaksi terapeutik. Seorang dokter harus mampu menyalurkan
informasi yang ia punya dengan baik agar pasien paham dengan kondisinya.
Penyaluran informasi tersebut harus diterima dengan jelas, karena orang yang
berhak untuk menentukan tindakan selanjutnya adalah pasien. Apabila
informasi tersebut tidak tersalurkan dengan baik, pasien tidak dapat
menentukan tindakan dengan baik pula dan jika pasien menentukan pilihan,
maka pilihan tersebut didasarkan oleh pengetahuan yang kurang sehingga dapat
didapatkan tindakan yang kurang memuaskan. Setelah pasien setuju dengan
tindakan yang akan dilakukan dokter, dokter dapat menjelaskan biaya yang
harus dikeluarkan oleh pasien dengan jelas agar transaksi terapeutik berjalan
dengan lancer serta tidak ada kesalahpahaman.
Oleh karena itu, kita harus memahami faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi proses komunikasi tersebut. Dalam bidang kesehatan, faktor-
faktor ini dapat berasal dari dokter, pasien ataupun pihak lainnya. Hal ini dapat
lebih dipahami dengan mempelajari contoh studi kasus yang meliputi adanya
hambatan komunikasi interpersonal.

19
3.1 Studi Kasus

Seorang pasien perempuan usia 17 tahun datang ke klinik dokter gigi untuk
memperbaiki gigi insisif kedua atas sebelah kanan dan kiri yang tidak rata.
Setelah pemeriksaan, pasien dianjurkan perawatan gigi yang berdesakan di
bagian ortodonsia dengan waktu yang relatif cukup lama. Namun pasien ingin
giginya yang berdesakan dirawat lebih cepat. Pasien diberi alternatif perawatan
dengan mahkota porselen dan dokter gigi sudah memberi penjelasan untung
ruginya. Setelah pemasangan ternyata orang tuanya mengeluh karena gigi
anaknya dipreparasi tanpa sepengetahuannya dan menyalahkan dokter gigi

Dalam kasus ini, terjadi hambatan komunikasi interpersonal diantara


dokter gigi, pasien, dan orangtua. Faktor-faktor mengenai hal-hal yang
mempengaruhi hambatan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut.
3.1.1 Faktor Dokter Gigi
Berdasarkan studi kasus, terdapat dokter gigi yang berperan
penting dalam komunikasi interpersonal, serta dokter gigi
berpengaruh terhadap hambatan komunikasi pula. Yang terjadi dalam
kasus tersebut seorang dokter gigi dikatakan bahwa
menganjurkankepada pasiennya perawatan gigi yang lebih lama dari
kemauan pasien. Dikatakan pula bahwa dokter gigi telah memberi
penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari perawatan
tersebut. Dalam hal ini kelompok kami menilai dari konsep diri
dokter gigi, baik negatif dan positif, dimana konsep diri sangat
dibutuhkan untuk pencapaian dalam kelancaran komunikasi.
Dokter gigi dalam kasus tersebut memiliki konsep diri positif,
yang berkarakteristik berupa:

20
a. Dokter gigi memberi alternative
Dalam kasus ini, alternatif perawatan telah diberikan dokter gigi
kepada pasien dengan menjelaskan kelebihan dan kekurangan
yang perlu diketahui pasien.
Namun, gap komunikasi yang timbul dipengaruhi oleh konsep
diri negatif dari dokter gigi tersebut yaitu:
a. Dokter gigi tidak memberi penjelasan dengan baik
Bisa jadi dokter gigi memiliki komunikasi yang buruk, sehingga
penjelasan yang diberikannya mengenai keuntungan dan kerugian
perawatan tersebut tidak dipahami oleh pasien, sehingga pasien
tetap pada pilihannya.
b. Dokter gigi mementingkan uang dan materi
Tak jarang dokter gigi mempunyai sifat yang seperti ini, karena
menjalankan sebuah profesi, dan mendapatkan haknya sebagai
penyedia jasa. Namun, hal ini menjadi negatif bila disalahgunakan
dan mementingkan uang atau materi yang akan didapatkannya
lebih cepat.
c. Kepribadian angkuh
Dokter gigi yang memiliki kepribadian ini, memiliki sikap yang
tidak peduliterhadap persetujuan orang tua pasien yang
seharusnya dikomunikasikan terlebih dahulu.
d. Dokter gigi tidak teliti
Sebelum mengambil tindakan perawatan, dokter gigi wajib
membuat inform consent tertulis yang dapat dijadikan bukti dan
perlindungan diri dari tuntutan.
e. Dokter gigi tidak kompeten
Seorang dokter gigi, mungkin saja tidak mempunyai kompetensi
dalam bidang tertentu, dengan kata lain dokter gigi dalam kasus

21
ini tidak ahli dalam pembuatan mahkota porselen, atau
kekurangan material yang dibutuhkan.Hal ini tampak pada hasil
warna perawatan yang kurang bagus dan bisa jadi tidak sesuai
dengan ekspektasi pasien.
3.1.2. Faktor Pasien
Pasien dalam kasus ini adalah perempuan yang masih berusia
17 tahun yang datang ke klinik dokter gigi untuk memperbaiki gigi
insisif kedua atas sebelah kanan dan kiri yang tidak rata. Awalnya
pasien dianjurkan oleh dokter gigi untuk mendapatkan perawatan gigi
yang berdesakan di bagian ortodonsia namun dengan waktu yang
lama. Pasien menginginkan untuk mendapatkan perawatan yang lebih
cepat yaitu dengan memilih alternatif lain dari dokter gigi berupa
perawatan dengan mahkota porselen. Namun setelah dilakukan
pemasangan ternyata orang tua pasien mengeluh karena gigi anaknya
dipreparasi tanpa sepengetahuan orang tuanya dan menyalahkan
dokter gigi walau dokter gigi sudah memberi untung ruginya.
Menurut kelompok kami, faktor pasien sangat berperan penting
dalamtimbulnya gap yang terjadi dalam komunikasi antara pasien,
dokter gigi, dan orang tua pasien. Dalam hal ini kelompok kami
menilai dari konsep diri pasien, baik negatif dan positif, dimana
konsep diri sangat dibutuhkan untuk pencapaian dalam kelancaran
komunikasi.
Pasien perempuan yang masih berusia 17 tahun memiliki
konsep diri negatif dan konsep diri positif yang berpengaruh dalam
terjadinya kasus ini. Secara konsep diri positif, pasien memiliki
karakteristik berupa:

22
a. Peduli akan kesehatan dan estetika giginya
Pasien walau masih berumur 17 tahun namun sudah memiliki sifat
peduli dengan kesehatan dan estetika giginya, seperti
keinginannya untuk memperbaiki gigi insisif kedua atas sebelah
kanan dan kirinya yang tidak rata serta ingin mendapatkan
perawatan untuk memperbaikinya lewat dokter gigi.
b. Kritis terhadap perawatan
Kritis dalam hal ini bisa jadi pasien tidak puas akan hasil
perawatan sehingga orang tua pasien juga ikut tidak terima dengan
hasil perawatan dari dokter gigi yang diterima oleh pasien.
Apalagi diketahui bahwa hasil perawatan alternatif yang
dilakukan dokter gigi kepada pasien berupa pemasangan mahkota
porselen ternyata memiliki warna yang kurang bagus.
Sedangkan menurut kelompok kami, secara konsep diri negatif
pasien memiliki karakteristik yaitu:
a. Pasien tidak memikirkan efek ke depan dari keputusan yang
ia ambil, pasien cepat setuju untuk melakukan perawatan,
namun tidak berpikir panjang akan bagaimana pendapat
orang tuanya, bagaimana untung dan rugi yang akan pasien
terima lewat perawatan pemasangan mahkota porselen yang
ia terima dari dokter gigi.
b. Pasien bisa jadi memiliki sifat gengsi dengan
lingkungannya, lingkungan pasien menuntut pasien
memiliki estetika gigi yang bagus, sehingga pasien menjadi
kurang pikir panjang dalam memilih keputusan untuk
melakukan perawatan gigi dan memilih untuk mengambil
perawatan alternatif yang jangka waktu tindakan dan
hasilnya lebih cepat.

23
c. Pasien bisa jadi sedang memiliki masalah dengan orang
tuanya sehingga tidak berkonsultasi dan membicarakan
rencana perawatan terhadap gigi insisiv kanan dan kirinya
yang tidak rata dengan orang tuanya yang akan ia lakukan.
d. Pasien sudah berusia 17 dimana umur tersebut adalah umur
yang legal, sehingga bisa jadi pasien merasa sudah dewasa
dan menganggap dirinya sudah bisa dan mampu untuk
menangani masalah yang ada pada dirinya sendiri, padahal
seharusnya pasien tetap membicarakan terlebih dahulu
mengenai rencananya untuk melakukan perawatan
terhadap gigi insisiv kanan dan kirinya yang tidak rata.
e. Pasien tidak terlebih dahulu mencari informasi tentang gigi
insisivnya yang tidak rata serta pasien tidak mencari
informasi mengenai untung dan rugi dan seperti apa
tindakan yang akan didapatkannya lewat perawatan yang
akan didapatkannya lewat informasi dari dokter gigi.
3.1.3. Faktor Pihak Lain
Menurut kelompok kami, tidak hanya dokter gigi dan pasien
yang berpengaruh timbulnya gap komunikasi, melainkan orang tua
pasien pun juga berpengaruh. Hal ini terjadi antara orang tua pasien
dengan anaknya, dan orang tua pasien dengan dokter gigi. Orang tua
pasien mengeluhkan tentang perawatan yang sudah dilakukan dokter
gigi terhadap anaknya. Konsep-konsep diri positif maupun negatif
yang dimiliki orang tua juga berpengaruh dalam timbulnya gap
komunikasi. Berikut adalah konsep diri positif yang dimiliki orang
tua, yaitu:

24
a. Orang tua memberi kepercayaan pada anaknya
Kepercayaan yang diberikan orang tua terhadap anaknya
memang wajar dilakukan karena umur anak yang telah
menginjak dewasa yaitu 17 tahun dan bebas menentukan
pilihanya. Namun, kepercayaan tersebut seharusnya dapat
saling dipertanggung jawabkan.
b. Orang tua kritis
Pikiran dan sikap kritis harus dimiliki oleh setiap pasien
yang pergi ke seorang dokter gigi, supaya nantinya
mendapatkan hasil yang bagus. Dalam kasus ini, keluhan
orang tua pasien terhadap tindakan dokter gigi terhadap
anaknya selaku pasien, kemungkinan terjadi karena hasil
dari perawatan yang tidak baik dan diluar ekspektasi pasien
dan orang tua pasien.
Orang tua pasien pun memiliki konsep diri negatif yang
berpengaruh timbulnya gap komunikasi dalan kasus ini, yaitu:
1. Orang tua kurang perhatian
Bila sebelumnya orang tua pasien mengetahui keluhan
atau masalah kesehatan gigi anaknya dan segera
mungkin memeriksakannya ke dokter gigi, tentu gap
komunikasi dapat dikurangi.
2. Orang tua terlalu emosional
Emosi timbul karena orang tua pasien tidak mengetahui
apa-apa mengenai pilihan anaknya selaku pasien, dan
mengenai penjelasan kelebihan kekurangan perawatan
tersebut. Emosi juga bisa jadi timbul karena dokter gigi
melakukan perawatan dan hasilnya tidak bagus dan
tidak sesuai.

25
3.2. Solusi Jika Terjadi Hambatan Komunikasi
Dalam proses komunikasi, pasti ada hambatan di dalamnya baik itu
yang datang dari komponen komunikasi ataupun faktor lain. Hambatan
tersebut harus dicegah agar terjadi proses komunikasi yang baik. Oleh
karena itu, kita harus mengetahui solusi dari kemungkinan hambatan yang
akan terjadi. Hal tersebut ditujukan agar kita dapat paham apabila suatu
hambatan saat kita berkomunikasi dapat kita atasi, atau setidaknya
mengurangi hambatan tersebut mengganggu kita. Hal-hal yang dapat
dilakukan adalah:
1. Membuat suatu pesan secara berhati-hati, tentukan maksud dan tujuan
komunikasi serta komunikan yang akan dituju.
2. Meminimalkan gangguan dalam proses komunikasi, komunikator
harus berusahadapat membuat komunikan lebih mudah memusatkan
perhatian pada pesan yang disampaikan sehingga penyampaian pesan
dapat berlangsung tanpa gangguan yang berarti.
3. Mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima
pesan. Cara dan waktu penyampaian dalam komunikasi harus
direncanakan dengan baik agar mengahasilkan umpan balik dari
komunikan sesuai harapan.
4. Mengemukakan pesan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh
penerima pesan, menyatakan pesan tersebut dengan jelas.
5. Bila terdapat reaksi dari pesan tersebut, didengarkan dengan simpatik,
bereaksi secara bijaksana dan bertindak cepat.
6. Hendaknya dipertimbangkan kepada siapa pesan itu ditujukan.
7. Penggunaan alat-alat komunikasi modern.
8. Pendekatan-pendekatan pribadi yang dapat menghilangkan kelas,
kepangkatan dan perbedaan golongan.

26
9. Komunikator harus terus belajar akan kelemahan dirinya dalam
berkomunikasi.
10. Hendaklah digunakan waktu secukupnya untuk merencanakan
komunikasi yang efisien dan efektif.
11. Mengusahakan agar tercipta lingkungan kerja yang baik, karena
lingkungan yang baik amat membantu kelancaran komunikasi.

3.3. Pentingnya Komunikasi Interpersonal yang Baik


Komunikasi adalah suatu bentuk kegiatan yang sifatnya alamiah
dan mendasar, yang dilakukan manusia sebagai makhluk sosial.
Komunikasi sangat memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
baik secara verbal maupun non verbal, karena akan selalu ada sejak
manusia lahir hingga meninggal. Contohnya adalah saat kita kecil kita
sudah melakukan komunikasi dengan orang tua kita seperti saat kita lapar,
walaupun tidak dilakukan dengan menggunakan bahasa yang jelas atau
hanya sekedar menggunakan gerak-gerik, kontak mata, bahasa tubuh, atau
ekspresi wajah namun kegiatan yang kita lakukan itu termasuk komunikasi.
Dalam dunia kerja dan organisasi komunikasi memegang peranan
sangat penting. Keberhasilan berinteraksi dalam dunia kerja dan organisasi
adalah melalui kegiatan komunikasi. Jika komunikasi dapat berjalan secara
efektif, maka informasi dalam dinamika berorganisasipun akan berjalan
lancar sehingga dapat mempercepat proses penyelesaian suatu pekerjaan.
Sebaliknya, bila komunikasi terhambat, arus informasi pun tersendat, dan
akibatnya tentu akan membuat suatu pekerjaan juga terlambat diselesaikan.
Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi interpersonal
yang berarti suatu kegiatan pengiriman dan penerimaan pesan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih. Komunikasi interpersonal memegang
peranan penting dalam segala aspek kehidupan manusia sebagai makhluk

27
sosial dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya komunikasi interpersonal
tidak hanya mencangkup pada satu dua bagian dalam kegiatan sehari-hari,
dunia kerja, dan organisasi, namun meliputi segala hal dalam kehidupan.
Menurut kelompok kami, sangatlah penting dalam
mengaplikasikan komunikasi interpersonal dengan baik. Manusia setiap
hari pasti berhubungan dengan orang lain karena secara kodrat manusia
merupakan makhluk sosial. Maka munculah kebutuhan untuk memahami
kebutuhan manusia lain. Ketika berkomunikasi ada banyak hal yang harus
kita kuasai dan mengerti antara lain bagaimana kita mengenal diri sendiri,
mengenal dan memahami orang lain, mengekspresikan diri kita,
menegaskan kebutuhan kita, memberikan dan menerima masukan,
mendengarkan pembicaraan dengan orang lain, mempengaruhi orang lain,
menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan orang lain, menjadi anggota
sebuah tim, melakukan negosiasi, dan banyak hal lain.
Petingnya komunikasi interpersonal yang baik adalah sebagai
berikut:
a. Menemukan jati diri
Pentingnya komunikasi interpersonal adalah menemukan jati
diri pribadi. Bila kita terlibat dalam komunikasi interpersonal
dengan orang lain, kita belajar banyak sekali tentang diri kita
maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan
kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita
sukai, atau mengenai diri kita serta orang lain.
b. Membantu perkembangan intelektual dan sosial
Dengan melakukan komunikasi interpersonal yang baik, kita
akan mendapatkan banyak informasi-informasi yang tidak kita
ketahui sehingga dapat membantu untuk mengembangkan
intelektual dan sosial kita sebagai manusia.

28
c. Membentuk suatu hubungan
Komunikasi interpersonal digunakan untuk membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain, serta menjaga
hubungan sosial dengan orang lain.
d. Mengubah sikap dan tingkah laku
Komunikasi interpersonal yang baik sangat mempengaruhi
bagaimana kita mempersepsikan diri kita terhadap orang lain, dan
bagaimana kita mempersepsikan diri kita. Ketika kita memiliki ketrampilan
interpersonal yang tinggi kita akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
sehingga kita akan dihargai orang lain, dan pada akhirnya kita kan
membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain. Dalam dunia
kerja, ketrampilan dalam komunikasi interpersonal akan membawa
kesuksesan dalam pekerjaan dan tentunya membawa keuntungan material
dan spiritual serta menghindarkan diri dari timbulnya gap komunikasi.
Dalam dunia kedokteran gigi komunikasi interpersonal sangat
penting untuk diterapkan baik dari segi pasien maupun dokter gigi.
Komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien merupakan salah satu
elemen penting dalam hubungan dokter pasien. Komunikasi interpersonal
yang baik dapat meningkatkan kepuasan pasien, kepatuhan pasien dalam
melakukan kontrol perawatan atau terapi, serta hasil akhir berupa
kesembuhan/kerapian gigi pasien. Pasien yang memahami sifat penyakit
atau kelainan mereka beserta penanganannya, dan pasien yang percaya
bahwa dokter gigi yang merawatnya benar-benar memperdulikan
kesembuhan mereka, menunjukkan kepuasan yang lebih besar dengan
perawatan yang diterima dan lebih mungkin untuk mematuhi aturan
pengobatan. Peran komunikasi interpersonal antara dokter gigi dengan
pasien sangat penting, agar proses pelayanan medik gigi dan mulut akan
lebih optimal, dan pemahaman tentang peran komunikasi interpersonal

29
diharapkan mampu mendorong peningkatan kemampuan dan penguasaan
berkomunikasi dengan pasien dan akhirnya timbul hubungan interpersonal
yang optimal antara dokter gigi dengan pasien.

30
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan studi kasus yang mengacu pada komunikasi


interpersonal, didapat kesimpulan bahwa komunikasi kesehatan dan transaksi
terapeutik dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal yang dilakukan pengirim
dan penerima informasi, yang dalam studi kasus dimaksudkan antara dokter gigi,
pasien, dan orang tua pasien. Gap komunikasi yang timbul, disebabkan karena
gangguan-gangguan internal, eksternal, sosial, budaya, dan pengalaman
psikologis. Faktor lain yang berpengaruh adalah konsep diri positif dan negatif
yang beragam dari dokter gigi, pasien, dan orang tua pasien. Semua hambatan
yang menggangu komunikasi, tentu dapat diatasi dengan cara menyampaikan
pesan dengan jelas, membuat suatu pesan secara berhati-hati, menentukan maksud
dan tujuan komunikasi, meminimalkan gangguan dalam proses komunikasi,
menjadi pendengar yang baik, bereaksi secara bijaksana, mampu menempatkan
diri, efisien waktu dalam berkomunikasi agar efektif, serta menciptakan
lingkungan kerja yang baik sehingga dapat terjalin komunikasi yang baik dan
saling menguntungkan agar bisa diterapkan pada komunikasi kesehatan dan
transaksi terapeutik pula.

31
DAFTAR PUSTAKA

Alo, Lilliweri. 2008. Dasar Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta:


PustakaPelajar.
Arni, Dr. Muhammad.2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hafied, Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 1998). Hal 32.
Keliat, Budi Anna, Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta: EGC
M. Jusuf Hanafiah, Amri Amir. 1999. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan.
Jakarta: EGC. Hal 39-43
Onong, Uchjana E. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Hal 9
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Ron Ludlow and Fergus Panton. 1996. Komunikasi efektif. Penerjemah, Deddy
Jacobus. Jakarta: ANDI
Rosmawaty. 2010. Mengenal Ilmu Komunikasi. Jakarta: Widya Padjajaran.
Stuart, Gail & Sundeen, Sandra. 2005. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC
Syam, M.S. Nina W. 2011.Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
W. A. Widjaja. 2011. Komunikasi dan Hubungan Mayarakat. Jakarta: Bumi
Askara Hal 8

32

Anda mungkin juga menyukai