KOMUNIKASI
Tutor:
dr. Riries Choiru Pramulia Yudia, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami kelompok 7 dapat
menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil pada Blok 1 Modul 3 Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman yang berjudul “Belajar Efektif” ini tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses diskusi dan laporan ini dapat berjalan dengan baik, di antaranya:
1. dr. Evi Fitriany, M.Kes, sebagai dosen penanggung jawab pada Blok 1
Modul 5 Komunikasi.
Kami mengharapkan agar laporan ini dapat berguna bagi penyusun maupun
bagi para pembaca. Menyadari banyak kekurangan dan keterbatasan kami dalam
membuat laporan ini. Oleh karena itu, kami memohon maaf. Kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar kami menjadi lebih baik
kedepannya.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan prinsip dasar
dari komunikasi efektif.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan dan manfaat dari
komunikasi efektif.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor penghambat dan
pendukung dalam berkomunikasi efektif.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis dari
komunikasi efektif.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan proses dari komunikasi
efektif.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penerapan dari
komunikasi efektif pada dunia kesehatan.
1.3 Manfaat
Bagi mahasiswa, hal ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu dan
pengetahuan mengenai komunikasi efektif. Termasuk diantaranya memahami dan
mengetahui definisi, prinsip dasar, manfaat, tujuan, faktor penghambat dan
pendukung dalam berkomunikasi efektif, jenis-jenis komunikasi efektif, proses
dan penerapan dari komunikasi efektif pada dunia kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
PERJUANGANKU
Tiga tahun yang lalu saya berhasil masuk fakultas kedokteran di sebuah
perguruan tinggi negeri. Saya merasa amat bahagia. Ini merupakan awal dari langkah
menuju cita cita saya menjadi dokter. Sejak kecil saya ingin menjadi dokter.Waktu
sekolah dasar saya pernah menjadi dokter kecil dan saya merasa senang menolong
teman2 saya yang sakit dan terluka.
Selama kuliah kedokteran banyak lika likunya. Saya bersyukur, bersama
teman-teman semuanya terasa nyaman terlewati karena kami seperti mendaki
bersama, saling menyemangati bila ada salah satu di antara kami yang sedang jatuh.
Kami juga terbiasa bekerja sama dalam tim dan berkolaborasi, saling melengkapi satu
sama lain.
Pengalaman saya di tahun awal kuliah, saat saya menjadi ketua proyek
penelitian PIMNAS, saya pernah menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan proyek
yang saya anggap besar tersebut. Kesenjangan komunikasi di antara tim saya telah
menimbulkan kebingungan dan frustasi. Saya merasa seperti saya sendiri yang harus
menanggung beban semua masalah. Saya datang kepada kakak tingkat asuh saya dan
menceritakan segala masalahnya. Beliau menunjukkan keprihatinannya dan
memberikan saran agar saya menerapkan komunikasi yang lebih efektif dengan tim
saya. Mendengarkan nasihat beliau , saya memutuskan untuk mengadakan pertemuan
tim darurat. Saya mengubah pendekatan komunikasi dengan lebih mendengarkan
anggota tim, memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara, dan menunjukkan
empati terhadap masalah yang mereka hadapi. Hasilnya, tim saya mulai merasa lebih
dihargai dan lebih termotivasi. Mereka bekerja sama dengan lebih baik, kami bisa
mengatasi berbagai kesulitan, dan akhirnya menyelesaikan proyek dengan sukses.
3
Cerita ini menggambarkan urgensi komunikasi dengan kata kunci empati,
mendengar aktif, dan komunikasi efektif. Saya, setelah mendengarkan saran kakak
tingkat, menyadari bahwa saya harus berubah dan lebih terbuka terhadap anggota
timnya sehingga mampu mengatasi kesulitan dalam proyek dan mencapai hasil yang
diinginkan. Ini adalah pengingat bahwa komunikasi yang baik memiliki potensi untuk
mengubah dinamika dan mengatasi hambatan dalam berbagai aspek kehidupan kita.
4
2.3 Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif?
2. Apa tujuan dan manfaat dari komunikasi efektif?
3. Apa saja jenis-jenis komunikasi efektif?
4. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam berkomunikasi efektif?
5. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi efektif?
6. Mengapa kita perlu melibatkan empati pada saat berkomunikasi efektif dan
bagaimana cara menunjukkannya?
7. Mengapa kesenjangan komunikasi dapat menimbulkan kebingungan dan
frustasi?
8. Bagaimana cara meningkatkan skill dalam berkomunikasi efektif?
9. Bagaimana proses menjadi pendengar yang aktif?
10. Mengapa keterampilan berkomunikasi efektif penting bagi setiap individu dan
bagaimana cara mencapainya?
11. Mengapa keterampilan berkomunikasi efektif penting bagi tenaga medis dan
bagaimana cara mencapainya?
5
● Manfaat
○ Dapat membantu menyelesaikan masalah.
○ Dapat menjalin relasi yang baik antar individu atau kelompok.
○ Memberikan kemudahan dalam penyampaian informasi.
○ Menciptakan suasana perbincangan atau diskusi yang nyaman.
6
- Audiens yang dituju, contohnya latar belakang audiens atau penerima
pesan.
- Kejelasan dari pesan yang disampaikan.
- Tidak memotong pembicaraan orang lain.
- Adanya komunikasi dua arah dan adanya umpan balik.
6. Mengapa kita perlu melibatkan empati pada saat berkomunikasi efektif dan
bagaimana cara menunjukkannya?
● Mengapa empati penting dalam berkomunikasi efektif?
○ Untuk memilah kata-kata yang ingin kita ucapkan agar bisa
diterima dengan baik, karena jika kita tidak memilih kata yang
tepat, kita bisa saja dianggap kasar dan tidak peka terhadap
orang lain serta bisa dianggap menyinggung perasaan orang
lain.
○ Untuk memahami dan merasakan hal yang sama dari sudut
pandang lawan bicara.
○ Untuk membangun hubungan sosial yang baik dengan orang
lain.
● Bagaimana caranya?
○ Memilah-milah kata.
○ Menempatkan seolah-olah diri kita berada pada posisi lawan
bicara (mirroring).
○ Mendengarkan dan memahami serta menghargai apa yang
orang lain sampaikan.
7
8. Bagaimana cara meningkatkan skill dalam berkomunikasi efektif?
- Menumbuhkan rasa dan sikap empati dalam diri kita.
- Sering berlatih untuk menjadi pendengar yang aktif.
- Memahami teori dasar dalam berkomunikasi efektif.
- Membangun hubungan komunikasi yang baik antar individu.
10. Mengapa keterampilan berkomunikasi efektif penting bagi setiap individu dan
bagaimana cara mencapainya?
● Mengapa keterampilan berkomunikasi efektif penting bagi setiap
individu?
○ Agar tidak saling menyalahkan atau menghakimi satu sama
lain.
○ Agar tidak terjadinya kesalahpahaman antar masing-masing
individu.
● Cara mencapainya
○ Mendengar tanpa memotong pembicaraan orang lain.
○ Menunjukkan rasa empati
○ Memberikan umpan balik dan respon yang baik, contohnya
mengapresiasi usaha yang telah dilakukan.
○ Gunakan intonasi berbicara yang baik dan penuh rasa hormat.
○ Hindari menyalahkan atau mengkritik atau menghakimi orang
lain.
○ Tunjukkan minat dan rasa ingin tahu mengenai topik yang
dibicarakan.
8
11. Mengapa keterampilan berkomunikasi efektif penting bagi tenaga medis dan
bagaimana cara mencapainya?
● Mengapa keterampilan berkomunikasi efektif penting bagi setiap
tenaga medis?
○ Agar tidak saling menyalahkan atau menghakimi antar setiap
tenaga kesehatan.
○ Agar tidak terjadinya kesalahpahaman antara teman sejawat.
○ Agar tidak terjadinya kesalahan dalam mendiagnosis pasien.
○ Terciptanya kenyamanan antara pasien dan tenaga medis dalam
berkomunikasi.
● Cara mencapainya
○ Menjadi pendengar aktif.
○ Meminta kejelasan informasi dari pasien.
○ Berpenampilan yang baik agar memberikan kesan yang ramah.
○ Tidak langsung menghakimi atau menyalahkan pasien, namun
mengapresiasi terlebih dahulu tentang apa yang sudah
dilakukan pasien tersebut.
9
2.6 Identifikasi Tujuan Belajar (Learning Objective)
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan prinsip dasar
dari komunikasi efektif.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan dan manfaat dari
komunikasi efektif.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor penghambat dan
pendukung dalam berkomunikasi efektif.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis dari komunikasi
efektif.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan proses dari komunikasi
efektif.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penerapan dari komunikasi
efektif pada dunia kesehatan.
2.8 Sintesis
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan prinsip dasar
dari komunikasi efektif.
- Definisi
● Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap pada orang
yang terlibat dalam komunikasi.
(Pengaruh Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Mahasiswa, 2018).
● Suatu lem yang memperdalam hubungan dengan orang lain dan
meningkatkan kerja sama pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah.
(Robinson, Jurnal Komunikasi Pembangunan, vol.14, no. 1, 2016).
10
● Komunikasi adalah proses dimana seorang komunikator
menyampaikan stimulus yang biasanya dengan kata-kata yang
bertujuan untuk membentuk perilaku orang lain.
(Jenis-Jenis komunikasi, 2021).
● Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi.
(Pentingnya Keterampilan Mendengar Dalam Menciptakan
Komunikasi Yang Efektif, 2016).
● Komunikasi efektif adalah komunikator dan komunikan sama-sama
memiliki pengertian yang sama akan suatu pesan.
(Komunikasi Efektif, 2018)
● Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila pesan dapat diterima dan
dimengerti sebagaimana maksud dari pengirim pesan, kemudian pesan
ditindak lanjuti oleh sebuah perbuatan secara sukarela dari penerima
sehingga dapat meningkatkan hubungan antar pribadi dan tidak ada
hambatan.
(Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, 2006).
● Kesimpulan
Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian informasi dari
seseorang ke orang lain melalui cara tertentu agar orang lain dapat
mengerti pesan yang disampaikan, memperdalam hubungan dengan
orang lain dan dapat ditindaklanjuti untuk menghasilkan perubahan
sikap.
- Prinsip Dasar
(Komunikasi Yang Relevan Dan Efektif Antara Dokter Dan Pasien,
2012).
● Respect : Sikap menghargai dan menghormati sehingga
pekerjaan bisa menjadi lebih baik.
● Humble : Sikap rendah hati yang mengacu sikap melayani,
mampu menerima kritik dan saran, tidak sombong
dan mengutamakan kepentingan umum.
● Empati : Kemampuan untuk menempatkan diri untuk posisi
orang lain. Syarat utamanya yaitu bisa dan mampu
mendengar sebelum didengar.
11
● Audible : Dapat dimengerti dan diterima baik dari aspek cara
penyampaian pesan, intonasi dan tempo suara.
● Clarity : Kejelasan pesan dari sisi keterbukaan atau
transparansi isi pesan.
12
● Manfaat
○ Lingkup Umum
(Effective Communication Skills, 2010)
■ Dapat memperluas pengetahuan : Karena jika bisa
saling berbagi, kita bisa mendapatkan lebih banyak
pengetahuan baru.
■ Mengembangkan kepercayaan : Adanya saling
keterbukaan dapat memunculkan empati, karena empati
telah muncul maka kepercayaan orang lain akan
tumbuh dengan sendirinya.
■ Meningkatkan kemampuan manajemen diri yang baik :
Karena berbagi pengalaman dapat meningkatkan segala
aspek di diri sendiri.
■ Menghindari misconception dan miscommunication :
Karena jika terjadi miscommunication dan
misconception, maka dapat menimbulkan
kesalahpahaman antara pengirim pesan dan penerima
pesan.
○ Lingkup Kesehatan
(Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, 2006)
■ Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima
pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan
medis.
■ Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang
merupakan dasar hubungan dokter-pasien yang baik.
■ Meningkatkan keberhasilan diagnosis, terapi dan
tindakan medis.
■ Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pasien
untuk menghadapi penyakitnya.
13
○ Faktor psikologis : Prasangka buruk kepada seseorang
sebelum berkomunikasi.
(Effective Communication Skills, 2010).
○ Budaya yang berbeda : Terdapat beberapa kata yang sama
namun memiliki makna yang berbeda
pada bahasa daerah tertentu, contohnya
jukut. Dalam Bahasa Sunda, kata
“jukut” diartikan sebagai rumput,
sedangkan dalam Bahasa Kutai, kata
“jukut” diartikan sebagai ikan.
○ Pengalaman yang berbeda : Misalnya ada dua orang yang sakit
dengan gejala yang sama, lalu kedua
orang tersebut sama-sama berobat ke
rumah sakit. Orang pertama diberikan
paracetamol dan orang kedua diberikan
sanmol, lalu diantara orang tersebut
saling bersikeras meyakinkan ke orang
lain jika demam maka obatnya ini (orang
pertama berkata paracetamol namun
orang kedua berkata sanmol). Hal ini
membuktikan bahwa pengalaman juga
dapat membentuk nilai-nilai yang
berbeda pada seseorang , dimana
nilai-nilai tersebut menciptakan respon
yang berbeda pada setiap orang.
○ Perspektif yang berbeda : Tidak menyadari bahwa dalam
situasi apapun bisa lebih dalam satu cara
melihat sesuatu, contohnya yaitu
disajikannya gambar multi interpretasi.
○ Gaya komunikasi yang berbeda : Tempo yang berbeda.
○ Tulisan yang ditulis bisa memberi interpretasi yang
berbeda-beda
● Faktor pendukung
(Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Penerimaan Pesan
Mahasiswa Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, 2018)
○ Kemampuan seseorang dalam menyampaikan pesan : Tutur
kata.
14
○ Sikap dan pandangan : Cara menyampaikannya dan sikap saat
menyampaikan.
○ Tingkat pengetahuan : Semakin banyak pengetahuannya maka
kita bisa lebih mudah menyampaikan informasinya.
○ Latar belakang : Harus menyesuaikan budaya-budayanya
○ Empati : Sikap dimana kita memposisikan diri kita sebagai
lawan bicara kita.
○ Keterbukaan :
■ Tidak ada hal-hal yang tertutup dan saling tahu antara
pemberi pesan dan penerima pesan.
■ Mendapatkan feedback yang bagus maka akan
mendapatkan rasa nyaman.
○ Kepercayaan :
■ Menerima kemampuan berhubungan dengan orang lain
tanpa menilai atau berusaha mengendalikan orang lain.
■ Mempermudah komunikasi karena kepercayaannya
telah tumbuh.
(Komunikasi Interpersonal Antar Penyandang Tuna Rungu, 2016 ;
(Komunikasi Antar Pribadi Non Verbal Penyandang Disabilitas di
Deaf Finger Talk, 2019).
15
organisasi atau perusahaan) : Informasi yang hanya
desas-desus.
c. Non formal (berhubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan
organisasi atau perusahaan dengan kegiatan yang bersifat
pribadi anggota organisasi) : Peralihan dari formal dan
informal. Contohnya, rapat ulang tahun sekolah.
3. Berdasarkan Kelangsungan
a. Komunikasi langsung : Komunikasi yang terjadi tanpa bantuan
perantara orang ketiga ataupun media komunikasi.
b. Komunikasi tidak langsung : Komunikasinya dilaksanakan
dengan bantuan pihak ketiga atau bantuan alat - alat media
komunikasi.
4. Berdasarkan Tujuan dan Makna
a. Pidato : Bersifat publik, komunikasinya terjadi satu arah dan
sebuah penyampaian informasi atau materi
b. Ceramah : Biasanya membicarakan tentang agama dimana
menyampaikan kebaikan-kebaikan, komunikasinya terjadi satu
arah dan penyampaian sebuah ide, gagasan, petunjuk bahkan
nasehat sebuah hal.
c. Wawancara : Biasanya untuk mendaftar ekstrakurikuler dan
komunikasinya terjadi dua arah.
5. Berdasarkan Ruang Lingkup
a. Internal : Seorang karyawan yang mendapat teguran dari
atasannya.
b. Eksternal : Didapat dari televisi atau dari promosi-promosi.
6. Berdasarkan Jumlah Yang Berkomunikasi
a. Perseorangan : Komunikasi yang terjadi dengan cara
perseorangan atau individu antara pribadi dengan pribadi
mengenai persoalan yang bersifat pribadi juga.
b. Kelompok : Komunikasi yang terjadi pada kelompok mengenai
persoalan - persoalan yang menyangkut kepentingan
kelompok.
7. Berdasarkan Peranan Individu
a. Komunikasi antar individu dengan individu yang lain.
Komunikasi ini terjadi secara nonformal maupun informal ,
individu bertindak sebagai komunikator mampu
mempengaruhi individu yang lain.
16
b. Komunikasi antar individu dengan lingkungan yang lebih luas.
Komunikasi ini terjadi karena individu yang dimaksud
memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengadakan
hubungan dengan lingkungan yang lebih luas.
c. Komunikasi antar individu dengan dua kelompok atau lebih.
Pada komunikasi ini individu berperan sebagai perantara antara
dua kelompok atau lebih, sehingga dituntut kemampuan yang
prima untuk menjadi penyelaras yang harmonis
8. Berdasarkan Ajaran Komunikasi
a. Satu arah atau pihak (one way communication)
b. Dua arah atau adanya timbal balik.(two ways communication)
c. Komunikasi antara bawahan dan atasan : Karyawan berbicara
dengan bos.
d. Komunikasi antara atasan dan bawahan : Bos berbicara dengan
karyawannya.
e. Komunikasi ke samping : Komunikasi dengan teman sebaya.
9. Berdasarkan Jaringan Kerja
a. Komunikasi jaringan kerja rantai , yaitu komunikasi terjadi
menurut saluran hirarki organisasi dengan jaringan komando
sehingga mengikuti pola komunikasi formal.
b. Komunikasi jaringan kerja lingkaran , yaitu komunikasi terjadi
melalui saluran komunikasi yang berbentuk seperti pola
lingkaran.
c. Komunikasi jaringan bintang , yaitu komunikasi terjadi melalui
satu sentral dan saluran yang dilewati lebih pendek.
17
● Komunikasi non verbal : Melalui ekspresi wajah, gerakan tangan, dan
lain-lain.
18
● Encode : Mentransfer info kepada orang lain dengan cara
menerjemahkan apa isi pikirannya menjadi verbal atau non-verbal.
● Channel : Alat berkomunikasi.
● Decoding : Informasi diproses secara rinci dan akurat.
● Receiving : Penerima bisa mengerti atau tidak dari pesan yang
disampaikan (Komunikan).
● Feedback : Mengetahui sejauh apa pemahaman kita dari si penerima.
Jika bertatap muka dengan audiens, kita dapat membaca bahasa tubuh
dan mengajukan pertanyaan untuk memastikan pemahaman. Jika
berkomunikasi melalui tulisan,dapat mengukur keberhasilan
komunikasi dengan respons yang didapatkan atau dengan melihat
apakah hasil yang diinginkan telah disampaikan.
● Konteks : Situasi saat berkomunikasi, contohnya kita berkomunikasi
dengan dosen berbeda dengan berkomunikasi dengan teman berbeda.
Konteks adalah situasi di mana sedang berkomunikasi. Ini melibatkan
lingkungan tempat berada dan lingkungan di mana audiens berada,
budaya organisasi, dan elemen-elemen seperti hubungan antara
pengirim pesan dan audiens. Konteks menentukan nada dan gaya
komunikasi anda.
● Noise : Penghambat dalam pengertian ini bisa diakibatkan oleh
perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau pengalaman, perbedaan
budaya, masalah bahasa, dan lainnya.
19
(Wasisto B, dkk. Komunikasi Efektif Dokter Pasien. Jakarta:Konsil
Kedokteran Indonesia, 2006)
● Empati
○ Batasan Definisi Empati
(Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, 2006).
■ Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan
pasien.
■ Menunjukkan sensitivitas dokter terhadap perasaan pasien.
■ Kemampuan perilaku dalam memperlihatkan atau menyampaikan
empati kepada pasien.
○ Tingkatan Empati
(Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, 2006).
A. Level 0 : Dokter menolak sudut pandang pasien.
B. Level 1 : Acuh tak acuh dokternya padahal mengenali
sudut pandang pasien.
C. Level 2 : Dokter mengenali sudut pandang pasien
implisit.
20
D. Level 3 : Dokter menghargai pendapat pasien.
E. Level 4 : Dokter mengkonfirmasi keadaan pasien.
F. Level 5 : Dokter berbagi perasaan dan pengalaman
dengan pasien.
● Pendengar aktif
(Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, 2006)
○ Memperhatikan dan tidak memotong pembicaraan orang lain.
○ Kontak mata.
○ Mengkondisikan lingkungan untuk tidak mengalihkan perhatian.
○ Mengamati bahasa tubuh.
○ Mengangguk dari waktu ke waktu.
○ Tujuannya : Untuk memmbangun hubungan dan memahami orang
lain.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian informasi dari seseorang
ke orang lain melalui cara tertentu agar orang lain dapat mengerti pesan yang
disampaikan, memperdalam hubungan dengan orang lain dan dapat ditindaklanjuti
untuk menghasilkan perubahan sikap. Komunikasi efektif juga memiliki beberapa
prinsip dasar, yaitu respect, humble, empati, audible dan clarity. Beberapa tujuan dari
komunikasi efektif, yaitu untuk membentuk perilaku orang lain, untuk menyelesaikan
masalah, untuk membantu penerima pesan mengerti dan memahami isi pesan,
membantu pengembangan rencana perawatan bersama pasien yang ditujukan untuk
kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan
finansial dan membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah
antara dokter dan pasien. Selain memiliki beberapa tujuan, komunikasi juga memiliki
beberapa manfaat, seperti dapat memperluas pengetahuan, mengembangkan
kepercayaan, meningkatkan kemampuan manajemen diri yang baik, meningkatkan
kepercayaan antara pasien dengan dokter dan meningkatkan keberhasilan diagnosis.
Untuk menjaga keberlangsungan komunikasi yang efektif, kita juga harus
memperhatikan faktor-faktor penghambat dan pendukung. Faktor penghambat dari
komunikasi efektif dapat berupa hambatan fisik, hambatan fisiologi, hambatan
psikologi, budaya yang berbeda serta pengalaman yang berbeda. Selain itu, kita juga
harus mengetahui apa saja faktor pendukung dalam berkomunikasi efektif, yaitu
kemampuan seseorang dalam menyampaikan pesan, sikap dan pandangan seseorang,
latar belakang dan empati. Komunikasi efektif dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu
berdasarkan penyampaian, perilaku, kelangsungan, tujuan dan makna, ruang lingkup,
jumlah yang berkomunikasi, peranan individu, ajaran komunikasi, dan jaringan kerja.
Pada saat berkomunikasi efektif, disitu ada proses yang tidak terlepas dari peranan
empati dan mendengar aktif. Dimana empati itu sendiri adalah kondisi mental
seseorang yang merasakan dirinya sebagai lawan bicara dan mendengar aktif sendiri
adalah proses di mana seseorang berkonsentrasi mendengarkan, memahami, dan
merespon lawan bicaranya sesuai dengan informasi yang telah ia dengar. Beberapa
peranan komunikasi efektif dalam dunia kesehatan adalah menyilahkan masuk dan
memberi salam kepada pasien, menciptakan suasana yang nyaman dan mengetahui
alasan kedatangan pasien.
22
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kedokteran sangatlah penting untuk bisa belajar dan
menerapkan komunikasi efektif dengan memperhatikan dasar-dasar komunikasi
efektif seperti respect, humble, empati, audible, dan clarity kita dapat menjadi
pengirim informasi yang baik dalam menyampaikan suatu pesan, memperdalam
hubungan dengan orang lain dan dapat ditindaklanjuti untuk menghasilkan perubahan
sikap dan sekaligus dapat menjadi pendengar aktif sebagaimana dalam penerapannya
pada hubungan komunikasi dokter dan pasien.
23
DAFTAR PUSTAKA
Pohan, D. D., & Fitria, U. S. (2021). Jenis Jenis Komunikasi. Cybernetics: Journal
Educational Research and Social Studies, 29-37.
Maulana, H., & Gumelar, G. (2013). Psikologi komunikasi dan persuasi. Jakarta:
Akademia Permata, 113.
24