D3 Keperawatan
Kelompok 5
DAFTAR ISI
1
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya seseorang memerlukan
orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
adalah sebuah hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi
sosial dengan sesamanya. Di kehidupan ini manusia sering bertemu satu dengan yang
lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5. menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila
nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
2) Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku,
maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan
pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah rahsia
yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3) Pendekatan sosial
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi
dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan
ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas
kesehatan.
4) Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya terutama bagi klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian. Pendekatan spiritual ini cukup efektif terutapa bagi klien yang
mempunyai kesadaran yang tinggi dan latar belakang keagamaan yang baik.
4
2.4 Teknik Komunikasi Pada Lansia
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara
lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Beberapa teknik komunikasi yang dapat di
terapkan antara lain:
1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan
bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan
pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akansangat membantu petugas kesehatan
untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap
atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang
perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu
fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? beresponberarti bersikap aktif tidak menunggu
permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan
perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar
materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi
5
dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan
mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien
lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di
harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan
kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas
kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini dapat merendahan
kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan
yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan
menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya,
untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat
membantu’.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa
menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan
kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
6
2.5 HAMBATAN BERKOMUNIKASI DENGAN LANSIA
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu
apabila ada sikap agresif dan sikan nonasertif.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di bawah
ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b) Meremehkan orang lain
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
e) Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan.
2. Non asertif Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a) Menarik diri bila di ajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani mengungkap keyakinaan
e) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f) Tampil diam (pasif)
g) Mengikuti kehendak orang lain
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang
lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring
dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang
professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu
adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan
gengan efektif antara lain:
a) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b) Keraskan suara anda jika perlu
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat
mulut anda.
d) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi
gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
7
e) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa
klien tidak kooperatif.
f) Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan carayang sama dengan orang yang
tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya
memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g) Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat
pendek dengan bahasa yang sederhana.
h) Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i) Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan
hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus
seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang
menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j) Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k) Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
l) Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan
anda menyelesaikan kalimat.
m) Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
n) Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o) Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang ini
biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses
komunikasi.
1. Prinsip Komunikasi untuk Lansia Prinsip komunikasi untuk lansia (Ebersole dan Hess
dalam Brunner dan Siddarth, 1996) adalah :
a) Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
b) Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
c) Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai).
d) Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
8
e) Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan telinga yang
dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien.
f) Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
g) Beri kesempatan pada klien untuk mengenang.
h) Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan rohani.
i) Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebutuhan.
j) Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
k) Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian.
2. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan
untuk berkomunikasi dengan lansia antara lain :
a) Saling mengenalkan nama dan jabat tangan, panggil klien dengan sapaan hormat dan
nama panggilan lengkap.
b) Gunakan sentuhan untuk memperkuat pesan verbal dan komunikasikan non verbal.
c) Menjelaskan tujuan dari pertemuan, diskusikan hanya satu topik.
d) Dimulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan gunakan bahasa yang sering
digunakan oleh klien secara singkat dan terstruktur.
e) Gunakan pertanyaan terbuka – tertutup dan ciptakan suasana yang nyaman.
f) Klarifikasi pesan secara periodik, validasikan apakah klien sudah mengerti dengan
maksud perawat.
g) Pertahankan kontak mata, tingkatkan perhatian, dan mendorong untuk memberi
informasi yang jelas.
h) Bersikaplah empati, jaga selalu privasi klien.
i) Mintalah izin sebelum menanyakan status mental, memori dan kemampuan yang lain.
j) Tuliskan perintah atau hal – hal penting untuk diingat.
9
6) Hindari pergerakan bibir yang berlebihan.
7) Hindari memalingkan kepala, tidak berbalik atau berjalan saat bicara.
8) Jika klien belum memahami, ulangi dengan menggunakan kata – kata yeng
berbeda.
9) Membatasi kegaduhan lingkungan.
10) Gunakan tekanan suara yang sesuai.
11) Berilah instruksi sederhana untuk mengevaluasi pembicaraan.
12) Hindari pertanyaan tertutup, gunakan kalimat pendek saat bertanya.
13) Gunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan isi komunikasi.
B. Lansia dengan tidak dapat mendengar (deaf) : Hampir sama dengan klien yang
mengalami gangguan pendengaran, tetapi ditambah dengan beberapa teknik, yaitu :
1) Menulis pesan jika klien dapat membaca.
2) Gunakan media (gambar) untuk membantu komunikasi.
3) Pernyataan dan pertanyaan yang singkat.
4) Gunakan berbagai macam metode untuk menyampaikan pesan, contoh : body
language.
5) Sempatkanlah waktu bersama klien.
C. Lansia dengan gangguan penglihatan :
1) Perkenalkan diri, dekati klien dari depan.
2) Jelaskan kondisi tempat dan orang yang ada.
3) Bicaralah pada saat Anda mau meninggalkan tempat.
4) Pada saat saudara berbicara pastikan klien tahu tempat saudara.
5) Katakan pada klien apa yang dapat mebantunya seperti lampu, membacakan.
6) Biarkan klien memegang tangan saudara sebagai petunjuk dan jelaskan apa yang
sedang saudara kerjakan.
7) Jelaskan jalan – jalan apa bisa dilalui oleh klien.
8) Sanjunglah kemampuan beradaptasi dan kemandirian klien.
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak dengan oran
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah
berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah
proses yang kompleks yang melibatkan tingka laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi denan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yan
maknanya dipacu dan ditransmisikan.
3.2 Saran
Lansia perlu diberi kesempatan untuk bersosialisasi atau berkumpul dengan
orang lain. Selain untuk mempertahankan keterampilan berkomunikasi juga untuk
menunda kepikunan. Dengan demikian, mereka juga dapat merasakan kegembiraan
bersama orang lain dan merasakan peredaan stress. Beberapa kegiatan yang dapat
diikuti oleh lansia adalah arisan, kegiatan rohani, pemeriksaan di posyandu, melayat,
menjenguk teman sakit, menghadiri undangan, atau senam lansia bersama. Perawat
atau pemberi asuhan harus mampu melakukan teknik komunikasi secara baik dan
efektif. Komunikasi yang dijalin harus bersifat terapeutik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Mundakir.2006.Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.Surabaya: Graha Ilmu
http://yh4princ3ss.wordpress.com/2010/04/17/asuhan-keperawatan-pada-lanjut-
usia-lansia/
http://repository.uinsu.ac.id/1208/4/BAB%20I-V.pdf
12