Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KOMUNIKASI

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA BERBAGAI TINGKAT USIA : LANSIA

Dosen Mata Kuliah: Hj. Ruswati, Ners.M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 5

1. Muhammad Kamal Ghifari


2. Muhammad Rifqi
3. Nadiyatul Zannah
4. Nanda Saqinah Aprilia
5. Nida Azmi Nadiah
6. Nita Ruhaeni
7. Nova Indra Noeraesih

D3 Keperawatan

STIKes AHMAD DAHLAN CIREBON

Jl. Walet No 21 Cirebon 45153 – Telp/Fax. (0231) 201942 e-mail :


stikes.adc@gmail.com?webset : stikes-adc.ac.id 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang
berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan juga
mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa
kesempurnaan hanya milik-Nya. Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna
bagi kita semua.

Cirebon, 03 Mei 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Masalahh .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik …………………………………………………. 3
2.2 Karakteristik Lansia ............................................................................................... 3
2.3 Pendekatan Komunikasi Pada Lansia ..................................................................... 4
2.4 Teknik Komunikasi Pada Lansia ............................................................................ 5
2.5 Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia ............................................................. 7
2.6 Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ..................................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir
bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan
peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan
ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak
terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah
dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa
atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang
berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat
membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188).
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada
perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry,
301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus.
Komunikasi adalah suatu proses interaksi antara sesama makhluk tuhan baik dengan
menggunakan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku dan tindakan. Pengertian
komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih dengan menggunakan cara-
cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang seperti melalui lisan, tulisan
maupun sinyal-sinyal non verbal.
Komunikasi merupakan hal mendasar bagi kehidupan setiap manusia, baik itu
manusia sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Begitupun dalam kehidupan
berorganisasi, tidak ada satupun organisasi yang dapat terbentuk tanpa adanya komunikasi
di antara para anggotanya. Komunikasi yang tercipta di antara para anggota organisasi
disebut dengan komunikasi organisasi. Salah satu komunikasi yang kerap atau tidak
mungkin tidak terjadi dalam organisasi adalah komunikasi interpersonal.

1
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya seseorang memerlukan
orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
adalah sebuah hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi
sosial dengan sesamanya. Di kehidupan ini manusia sering bertemu satu dengan yang
lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi komunikasi terapeutik ?
2. Bagaimana karakteristik lansia?
3. Bagaimana pendekatan komunikasi pada lansia?
4. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia?
5. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia?
6. Bagaimana komunikasi terapeutik pada lansia?

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui definisi komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui beberapa karakteristik lansia
3. Untuk mengetahui pendekatan komunikasi pada lansia
4. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia
5. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia
6. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada lansia?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja samayang ditandai dengan tukar menukar
perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik (Stuart
dan Sundeen).
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan
dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping
itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.

2.2 Karakteristik Lansia


Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia ( WHO ) mengelompokkan usia
lanjut menjadi 4 macam, meliputi :
1. usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
2. usia lanjut (elderly), kelompok usia antara 60-70 tahun.
3. usia lanjut usia (old), kelompok usia antara 75-90 tahun
4. usia tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan usia namun perubahan-
perubahan akibat dari usia tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada aspek
fisik berupa perubahan neurologis dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran.
Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interpretasi
terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognitif yang berpengaruh pada
tingkat intelegensia, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering nampak adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya :
1. tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta keterangan yang diberikan
petugas kesehatan
2. mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru
3. menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit
4. menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum, khususnya tindakan yang
langsung mengikutsertakan dirinya.

3
5. menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila
nasehat tersebut demi kenyamanan klien.

2.3 Pendekatan Komunikasi Pada lansia


1) Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang
dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan serta penyakit yang bisa dicegah progresifitasnya. Pendekatan ini
relatif lebih mudah dilaksanakan dan dicari solusinya karena riil dan mudah di
observasi.

2) Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku,
maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan
pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah rahsia
yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.

3) Pendekatan sosial
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi
dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan
ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas
kesehatan.

4) Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya terutama bagi klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian. Pendekatan spiritual ini cukup efektif terutapa bagi klien yang
mempunyai kesadaran yang tinggi dan latar belakang keagamaan yang baik.

4
2.4 Teknik Komunikasi Pada Lansia
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara
lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Beberapa teknik komunikasi yang dapat di
terapkan antara lain:

1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan
bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan
pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akansangat membantu petugas kesehatan
untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap
atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang
perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu
fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? beresponberarti bersikap aktif tidak menunggu
permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan
perasaan tenang bagi klien.

3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar
materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.

4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi

5
dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan
mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien
lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di
harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan
kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas
kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini dapat merendahan
kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan
yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan
menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya,
untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat
membantu’.

5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa
menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan
kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.

6. Sabar dan Ikhlas


Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di
sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga
komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi
berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas
kesehatan.

6
2.5 HAMBATAN BERKOMUNIKASI DENGAN LANSIA
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu
apabila ada sikap agresif dan sikan nonasertif.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di bawah
ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b) Meremehkan orang lain
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
e) Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan.
2. Non asertif Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a) Menarik diri bila di ajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani mengungkap keyakinaan
e) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f) Tampil diam (pasif)
g) Mengikuti kehendak orang lain
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang
lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring
dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang
professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu
adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan
gengan efektif antara lain:
a) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b) Keraskan suara anda jika perlu
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat
mulut anda.
d) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi
gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.

7
e) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa
klien tidak kooperatif.
f) Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan carayang sama dengan orang yang
tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya
memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g) Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat
pendek dengan bahasa yang sederhana.
h) Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i) Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan
hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus
seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang
menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j) Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k) Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
l) Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan
anda menyelesaikan kalimat.
m) Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
n) Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o) Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang ini
biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses
komunikasi.

2.6 KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA


Menurut WHO, batasan umur seseorang yang tergolong lanjut usia (lansia)
adalah sebagai berikut: Middle age : 45 – 59 tahun, Elderly (lansia) : 60 – 70 tahun, Old
(lansia tua) : 75 – 90 tahun, Very Old (lansia sangat tua) : >90 tahun.

1. Prinsip Komunikasi untuk Lansia Prinsip komunikasi untuk lansia (Ebersole dan Hess
dalam Brunner dan Siddarth, 1996) adalah :
a) Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
b) Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
c) Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai).
d) Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.

8
e) Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan telinga yang
dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien.
f) Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
g) Beri kesempatan pada klien untuk mengenang.
h) Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan rohani.
i) Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebutuhan.
j) Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
k) Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian.
2. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan
untuk berkomunikasi dengan lansia antara lain :
a) Saling mengenalkan nama dan jabat tangan, panggil klien dengan sapaan hormat dan
nama panggilan lengkap.
b) Gunakan sentuhan untuk memperkuat pesan verbal dan komunikasikan non verbal.
c) Menjelaskan tujuan dari pertemuan, diskusikan hanya satu topik.
d) Dimulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan gunakan bahasa yang sering
digunakan oleh klien secara singkat dan terstruktur.
e) Gunakan pertanyaan terbuka – tertutup dan ciptakan suasana yang nyaman.
f) Klarifikasi pesan secara periodik, validasikan apakah klien sudah mengerti dengan
maksud perawat.
g) Pertahankan kontak mata, tingkatkan perhatian, dan mendorong untuk memberi
informasi yang jelas.
h) Bersikaplah empati, jaga selalu privasi klien.
i) Mintalah izin sebelum menanyakan status mental, memori dan kemampuan yang lain.
j) Tuliskan perintah atau hal – hal penting untuk diingat.

3. Komunikasi Terapeutik pada Lansia dengan Masalah Fisik Maupun Mental


A. Lansia dengan Gangguan Pendengaran :
1) Berdiri dekat menghadap klien.
2) Bertanya diarahkan pada telinga yang lebih baik.
3) Berikan perhatian dan tunjukkan wajah saudara.
4) Tegurlah nama sebelum pembicaraan dimulai.
5) Gunakan pembicaraan yang keras, jelas, pelan, dan diarahkan langsung pada
klien.

9
6) Hindari pergerakan bibir yang berlebihan.
7) Hindari memalingkan kepala, tidak berbalik atau berjalan saat bicara.
8) Jika klien belum memahami, ulangi dengan menggunakan kata – kata yeng
berbeda.
9) Membatasi kegaduhan lingkungan.
10) Gunakan tekanan suara yang sesuai.
11) Berilah instruksi sederhana untuk mengevaluasi pembicaraan.
12) Hindari pertanyaan tertutup, gunakan kalimat pendek saat bertanya.
13) Gunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan isi komunikasi.
B. Lansia dengan tidak dapat mendengar (deaf) : Hampir sama dengan klien yang
mengalami gangguan pendengaran, tetapi ditambah dengan beberapa teknik, yaitu :
1) Menulis pesan jika klien dapat membaca.
2) Gunakan media (gambar) untuk membantu komunikasi.
3) Pernyataan dan pertanyaan yang singkat.
4) Gunakan berbagai macam metode untuk menyampaikan pesan, contoh : body
language.
5) Sempatkanlah waktu bersama klien.
C. Lansia dengan gangguan penglihatan :
1) Perkenalkan diri, dekati klien dari depan.
2) Jelaskan kondisi tempat dan orang yang ada.
3) Bicaralah pada saat Anda mau meninggalkan tempat.
4) Pada saat saudara berbicara pastikan klien tahu tempat saudara.
5) Katakan pada klien apa yang dapat mebantunya seperti lampu, membacakan.
6) Biarkan klien memegang tangan saudara sebagai petunjuk dan jelaskan apa yang
sedang saudara kerjakan.
7) Jelaskan jalan – jalan apa bisa dilalui oleh klien.
8) Sanjunglah kemampuan beradaptasi dan kemandirian klien.

10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak dengan oran
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah
berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah
proses yang kompleks yang melibatkan tingka laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi denan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yan
maknanya dipacu dan ditransmisikan.

3.2 Saran
Lansia perlu diberi kesempatan untuk bersosialisasi atau berkumpul dengan
orang lain. Selain untuk mempertahankan keterampilan berkomunikasi juga untuk
menunda kepikunan. Dengan demikian, mereka juga dapat merasakan kegembiraan
bersama orang lain dan merasakan peredaan stress. Beberapa kegiatan yang dapat
diikuti oleh lansia adalah arisan, kegiatan rohani, pemeriksaan di posyandu, melayat,
menjenguk teman sakit, menghadiri undangan, atau senam lansia bersama. Perawat
atau pemberi asuhan harus mampu melakukan teknik komunikasi secara baik dan
efektif. Komunikasi yang dijalin harus bersifat terapeutik.

11
DAFTAR PUSTAKA
Mundakir.2006.Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.Surabaya: Graha Ilmu
http://yh4princ3ss.wordpress.com/2010/04/17/asuhan-keperawatan-pada-lanjut-
usia-lansia/
http://repository.uinsu.ac.id/1208/4/BAB%20I-V.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai