Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR PROJECT BASED LEARNING (PJBL)

KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN PADA PASIEN LANSIA

DOSEN FASILITATOR:
Ns. Dewi Kurnia Putri, M.Kep.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. Leni Marliani 21031043


2. Cici Indah Windari. R.A 21031049
3. Redho Ikhsan 21031054
4. Hikmatul Aulia 21031071
5. Sefriyonaliza 21031072
6. Ivo Cahyang Rubichan 21031074
7. Sinta Salsabilla Rahmadani 21031080

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir
dengan judul PROJECT BASED LEARNING (PJBL) KOMUNIKASI TERAPEUTIK
KEPERAWATAN PADA PASIEN LANSIA dengan baik.

Kami menyadari bahwa, laporan ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai
pihak, secara moril ataupun materil. Untuk itu, kami menyampaikan rasa sangat berterima
kasih kepada semua pihak yang turut membantu.

Namun dalam pembuatan laporan ini kami sangat menyadari bahwa masih memiliki banyak
kekurangan, maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.Atas perhatiannya kami ucapkan limpah terima kasih.

Kamis, 11 Januari2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 2

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik ............................................................................. 2

2.2 Manfaat Komunikasi Terapeutik ................................................................................. 2

2.3 Karakteristik Lansia .................................................................................................... 2

2.4 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi ...................................... 3

2.5 Teknik Komunikasi Pada Lansia ................................................................................ 4

2.6 Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia .................................................................. 5

2.7 Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan ...................................................... 6

2.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia ................................... 7

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN ........................................................................... 8

3.1 Pra-Produksi ................................................................................................................ 8

3.2 Produksi....................................................................................................................... 8

3.3 Pasca Produksi............................................................................................................. 8

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN ......................................................................................... 9

4.1 Hasil ............................................................................................................................ 9

4.2 PEMBAHASAN ......................................................................................................... 9

BAB V KESIMPULAN & SARAN ........................................................................................ 12

5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 12

5.2 Saran .......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan
oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali
salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya
adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang
maknanya dipacu dan ditransmisikan, Untuk memperbaiki interpretasi pasien
terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan
distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan
pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana
dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner &
Suddart, 2001: 188).

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal


dan non verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi
tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan (
Potter-Perry, 301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat
harus waspada terhadap perubahan fisik. psikologi, emosi, dan sosial yang
mempengaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam
sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada
telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga
tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal-hal tersebut kami menulis makalah ini
yang berjudul " komunikasi pada lansia.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tata cara berkomunikasi pada lansia
2. Dapat memberikan komunikasi terapeutik pada lansia
3. Dapat

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien.Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang
ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam
membina hubungan intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).Komunikasi dengan lansia
harus memperhatikan faktor fisik, psikologi. (lingkungan dalam situasi individu harus
mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat, disamping itu juga memerlukan
pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.

2.2 Manfaat Komunikasi Terapeutik


Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.
Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan
yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003:50).

2.3 Karakteristik Lansia


Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut:

1) Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun


2) Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
3) Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
4) Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun

Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun


perubahan- perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya
perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan
visual, perubahan pendengaran.

Perubahan perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interprestasi


terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang
berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi
klien. Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
2
 Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di
berikanpetugas kesehatan
 Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
 Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
 Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan
yang mengikut sertakan dirinya
 Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama
bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien

2.4 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi


2.4.1 Pendekatan fisik

Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian,


yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di
capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya
karena riil dan mudah di observasi

2.4.2 Pendekatan psikologis

Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan


prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk
melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor, advokat,
supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing atau sebagai penampung
masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.

2.4.3 Pendekatan social

Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan


berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita,
bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan
implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama
klien maupun dengan petugas kesehatan.

3
2.4.4 Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya


dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam
keadaan sakit.

2.5 Teknik Komunikasi Pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung
secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Beberapa teknik komunikasi
yang dapat di terapkan antara lain:

a) Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti.
Asertif merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat
membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan
klien lansia.
b) Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya
perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau
klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan
"apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, apa yang bisa bantu...? berespon
berarti bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif
dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
c) Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-
pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya
mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena
umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan
untuk kepentingan petugas kesehatan.

4
d) Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi
tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan
ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat
agar maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien
'bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong
bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi....
e) Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila
tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi
perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat
berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

2.6 Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan
terganggu apabila ada sikap agresif dan sikan nonasertif Sikap agresif dalam
berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku

1) Agresif bawah ini:


a. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b. Meremehkan orang lain
c. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d. Menonjolkan diri sendiri
e. Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun
tindakan.
2) Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain:
a. Menarik diri bila di ajak berbicara
b. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c. Merasa tidak berdaya
d. Tidak berani mengungkap keyakinaan
e. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f. Tampil diam (pasif)

5
g. Mengikuti kehendak orang lain
h. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan
orang lain.

Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional
perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik
atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan
efektif antara lain

a) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien


b) Keraskan suara anda jika perlu
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat
melihat mulut anda
d) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik
e) Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup
f) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya.
Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak
kooperatif.
g) Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang
tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang
tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
h) Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat pendek
dengan bahasa yang sederhana
i) Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual
j) Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika
melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita
tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada
suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa
secukupnya)

2.7 Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan


Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui
secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian-
kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi
ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam
menjamin komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin

6
komunikasi yang efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif. Ada
beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
reaksi penolakan, antara lain:

a. Kenali segera reaksi penolakan klien Membiarkan klien lansia bertingkah laku
dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri
sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.
b. Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri Langkah tersebut
bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang
akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.
c. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat Langkah ini
bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber
informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana / tindakan dapat terealisasi
dengan baik dan tepat

2.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia


1) Menunjukkan rasa hormat, seperti "bapak". "ibu", kecuali apabila sebelumnya
pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2) Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3) Pertahankan kontak mata dengan pasien
4) Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci
komunikasi efektif
5) Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
6) Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan
kalimat yang sederhana.
7) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
8) Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9) Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
10) Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11) Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan
yang cukup saat berinteraksi.
12) Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu,
13) Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

7
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
MASALAH
PRA PRODUKSI
IDE KONSEP

PERANCANGA PRODUKSI SHOOTING

EDITING
PASCA PRODUKSI FINISHING
PUBLISHING

3.1 Pra-Produksi
1) Masalah
Seperti yang kita tahu,susahnya berkomunikasi dengan lansia dikarenakan oleh
berbagai aspek,seperti masalah pendengaran,keterbatasan berbahasa,dsb
menyebabkan masalah berkomunikasi dengan lansia.Sehingga kami tertarik untuk
menggarap proyek film terapeutk lansia.
2) Ide konsep
Ide dalam pembuatan film terapeutik ini adalah untuk mengulas masalah
komunikasi antara pasien lansia dan perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan.Dengan melalui media film ini diharapkan penonton nantinya
mampu mengetahui dan menerapkan komunikasi terapeutik pada lansia.

3.2 Produksi
Selama proses shooting kami tidak mengalami kendala apapun dan kami menikmati
waktu bersama dalam pembuatan project film terapeutik lansia ini.

3.3 Pasca Produksi


1) Editing
Selama proses editing kami tidak mengalami kendala dan hambatan apapun
2) Finishing
Pada proses finishing kami mengalami sedikit masalah seperti kurangnya
penyimpanan handphone, salah satu adegan ada yang tidak tersimpan tetapi kami
dapat mengatasi masalah tersebut
3) Publishing
Pada saat proses publishing kami mengalami kendala yaitu film tidak bisa
diupload ke google drive,tetapi setelah diusahakan akhirnya film tersebut bisa di
publish.

8
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 PEMBAHASAN
Judul Film : komunikasi terapeutik pada lansia
 Peran
- Yona : Perawat 1
- Ivo : Perawat 2
- Redho : Lansia
- Sinta : Cucu
- Cici : Dokter
 NASKAH
Fase orientasi : Dimana perawat melakukan pengecekan pada catatan medis
pasien.
SCENE 1 (ruang antrian)
Yona : “Dengan pasien bapak redho silahkan masuk” (Memanggil
antrian)
Redho & Sinta : “Iya sus”
Sinta : “Hati-hati ya kek”
Redho : “iya cuu”
Yona : “pagi bapak dan ibu,apa benar ini dengan bapak redho,dengan
umur 65 tahun?”
Redho : “dia ngomong apaan cu?” (dalam Bahasa Minang)
Sinta : “dia nanya umur kakek berapa” (dalam Bahasa Minang)
Redho : “eeee tapi kakek lupa umur kakek berapa” (dalam Bahasa
Minang)
Yona : “Oh iya kayaknya benar ya bu. Hari ini ada janji pemasangan
gigi palsu ya bu”
Sintaa : “iya sus”
Yona : “ayo silahkan bu, kita ke ruangan pemeriksaan”

9
SCENE 2
Yona : “nanti kakek sama ibu tunggu di luar dulu yaa,saya konfirmasi
dengan dokter dulu”
Sinta : “baik sus”

SCENE 3 (ruangan dokter)


Yona : “izin dok, ini ada pasien lansia umur 65 tahun,ingin memasang
gigi palsu, silahkan dilihat dok” (menyerahkan dokumen)
Cici : “baik saya periksa dulu ya. Oke pasien nya silahkan di suruh
masuk. Suster tolong siapkan alatnya sekarang!”
Ivo : “siap dok”
Yona : “bapak ibu silahkan masuk”
Cici : “selamat pagi bapak ibu ada yang bisa saya bantu?”
Sinta : “ini kakek saya mau pasang gigi palsu, gigi palsu kemaren
sudah goyang dok”
Cici : “oke saya periksa dulu,suster tolong bawa pasien ke ruangan”
Yona : “siap dok, mari pak”
Redho : (duduk di kursi sambil senderan)
Cici : “bapak kapan terakhir datang periksa ke dokter gigi,dan udah
berapa lama pasang gigi palsu nya?”
Sinta : “kek dokter nanya kakek kapan terakhir datang periksa ke
dokter gigi dan udah berapa lama pasang gigi palsu nya?”
(dalam Bahasa Minang)
Redho : “saya tidak tau”
Cici : “oke sekarang saya periksa gigi bapak ya, sus tolong”
Cici : “tindakan nya sudah selesai, sekarang bapak ikut saya ke
ruangan dulu”
Sinta : “kek, dokter nya suruh ikut ke ruangannya” (dalam Bahasa
Minang)
Redho : “kakek pusing cu” (dalam Bahasa Minang)
Cici : “bapak, gigi palsu nya sudah di pasang,setelah itu bapak
kurangin makan makanan yang pedas,panas,manis,atau minuman
yang bersoda, yang dingin ataupun panas,dan bapak harus sering
cek ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali”
10
Sinta : (Mengulang perkataan dokter dalam Bahasa Minang)
Redho : “oh iya dok, terima kasih ya”
Cici : “sama-sama”
Yona & Ivo : “hati-hati jalan nya ya kek”
Redho : “iya cu”

11
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam
pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat yang
merupakan komunikasi profesional perawat. Komunikasi antara perawat dan pasien
lansia harus berjalan efektif terutama bagi pasien lansia karena mempunyai pengaruh
yang besar terhadap kesehatan dari pasien lansia tersebut. Komunikasi yang baik
dengan pasien adalah kunci keberhasilan untuk masalah klinisnya. Komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk
komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang- orang secara tatap muka
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain sacara langsung,
baik secara verbal dan nonverbal.

5.2 Saran
Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah dalam
pemahamannya lansia merupakan kelompok yang sensitif dalam perasaannya oleh
sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaannya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati. (2003). Komunikasi untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Suddart, B. &. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

13
Lampiran

14
BERITA ACARA PARTISIPASI KELOMPOK

Pada hari ini ……….tanggal……bulan…..tahun…….telah dilakukan kegiatan diskusi


laporan (Analisa jurnal/Mini Proposal Pjbl/Laporan akhir Pjbl/Pembuatan Produk Pjbl)
dengan hasil berupa :
…………………………………………………………………………………………………
……

Jumlah anggota yang terlibat :……….

NO NIM NAMA TTD


1

Jumlah anggota tidak terlibat : ………

NO NIM NAMA TTD


1

15
Redho Ikhsan Sefriyonaliza

NIM : 21031054 NIM : 21031072

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ns. Dewi Kurnia Putri, M.Kep

16
BERITA ACARA PARTISIPASI KELOMPOK

Pada hari ini ……….tanggal……bulan…..tahun…….telah dilakukan kegiatan diskusi


laporan (Analisa jurnal/Mini Proposal Pjbl/Laporan akhir Pjbl/Pembuatan Produk Pjbl)
dengan hasil berupa :
…………………………………………………………………………………………………
……

Jumlah anggota yang terlibat :……….

NO NIM NAMA TTD


1

Jumlah anggota tidak terlibat : ………

NO NIM NAMA TTD


1

17
…………………….

Ketua Kelompok Sekretaris

Redho Ikhsan Sefriyonaliza

NIM : 21031054 NIM : 21031072

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ns. Dewi Kurnia Putri, M.Kep

18

Anda mungkin juga menyukai