“ILEUS OBSTRUKSI”
DOSEN PEMBIMBING
PROGRAM STUDI
ILMUKEPERAWATAN
UNIVERSITASHANG TUAH
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehinggasaya dapat menyelesaikan penyusunan makalah terkait “ILEUS OBSTRUKSI“ ini
dengan baik. Adapuntujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan,
Perkemihan, Imunologi dan Reproduksi Pria. Selain itu, kami juga berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita semua. Kami
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Semoga apa yang dituangkan dalam makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya teman-teman yang membaca. Dengan ini, kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata, kalimat maupun bahasa yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Teoritis.......................................................................................................................3
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................16
4.2 Saran........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
konsep teori dan asuhan Keperawatan Dewasa pada pasien yang mengalami penyakit
LANDASAN TEORI
2.1.6 Komplikasi
Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat obstruksi
usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-hasil produksi
bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami strangulasi mungkin
mengalami perforasi dan mengeluarkan materi tersebut ke dalam rongga peritoneum yang
menyebabkan peritonitis. Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi bakteri dapat
melintasi usus yang permiabel tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan
getah bening dan mengakibatkan syok septik. Komplikasi lain yang dapat timbul antara
lain syok hipovolemik, abses, pneumonia aspirasi dari proses muntah dan dapat
menyebabkan kematian.
2.1.7 Patofisologi
Obstruksi mekanik pada usus berhubungan dengan perubahan fungsi dari usus,
dimana terjadi peningkatan tekanan intraluminal. Bila terjadi obstruksi maka bagian
proksimal dari usus mengalami distensi dan berisi gas, cairan dan elektrolit. Bila terjadi
peningkatan tekanan intraluminal, hipersekresi akan meningkat pada saat kemampuan
absorbsi usus menurun, sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan
progresif. Awalnya, peristaltic pada bagian proksimal usus meningkat untuk melawan
adanya hambatan.
Distensi intestinal yang berat dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif
akan mengganggu peristaltic dan fungsi sekresi mukosa serta meningkatkan risiko
terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis, perforasi, peritonitis dan kematian.Pada
obstruksi strangulate, biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh
oklusi arteri, menyebabkan iskemik yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udem
dan nekrosis, memacu menjadi gangrene dan perforasi.
4. Pemeriksaan Fisik
Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan fisik,
mulai dari pendekatan head to toe hingga pendekatan per-system. Perawat dapat
menyesuaikan konsep pendekatan pemeriksaan fisik dengan kebijakan prosedur yang
digunakan institusi tempat bekerja. Pada pelaksanaannya, pemeriksaan yang dilakukan
bisa mencakup sebagian atau seluruh sistem, bergantung pada banyaknya waktu yang
tersedia dan kondisi preoperatif pasien.
a) Keadaan umum Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemia suhu
meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat, tekanan darah meningkat.
b) Pemeriksaan fisik
Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada oedema,
tekanan darah meningkat, BJ I dan BJ II terdengar normal.
Sistem respirasi: pernapasan meningkat, bentuk dada normal, dada simetris,
sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing dan tidak ada ronchi
Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya
infeksi.
Sistem perkemihan : produksi urin menurun BAK < 500 cc 5) Sistem
muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri
Sistem integumen: tidak ada edema, turgor kulit menurun, tidak ada sianosis,
pucat
Sistem gastrointestinal:
Inspeksi : Dapat ditemukan tanda tanda dehidrasi, yang mencakup turgor kulit
jelek maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat
adanya distensi, parut abdomen. Pada pasien post operasi akan
ditemukan luka bedah atau luka lubang colon. Inspeksi pada penderita
yang kurus/sedang juga dapat ditemukan “darm contour” (gambaran
kontur usus) maupun “darm steifung” (gambaran gerakan usus),
biasanya nampak jelas pada saat penderita mendapat serangan kolik
yang disertai mual dan muntah dan juga pada ileus obstruksi yang
berat. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan
kolik.
Palpasi : Pada palpasi didapatkan distensi abdomen. Palpasi bertujuan mencari
adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang
mencakup “defance musculair” involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal. Nyeri yang terlokasi dan
terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi. Pada ileus paralitik
pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak
ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas
negatif).
Auskutasi : Pada auskultasi ileus obstruksi, terdengar borborygmus nada tinggi
bersamaan dengan nyeri kolik, tetapi temuan ini sering tidak ada
beberapa waktu lamanya pada obstruksi strangulasi dan non-
strangulasi. Bising usus yang meningkat dan metallic sound dapat
didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah
distal.
Perkusi : Pada pasien ileus obstruksi terdengar suara timpani saat melakukan
pemeriksaan dengan cara perkusi. Pada ileus paralitik, perkusi
timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak
terdengar sama sekali
NO Diagnosa Intervensi
1 Kesiapan Peningkatan Manajemen Nutrisi Observasi - Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Nutrisi berhubungan dengan Identifikasi kebutuhan kalori dan nutrient
intake nutrisi tidak adekuat Identifikasi perlunya pemasangan selang
Nasogastrik (NGT)
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan Laboratorium
Terapeutik :
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
Hentikan pemberian makanan melalui selang
Nasogatrik, jika perlu
Edukasi :
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic)
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan. Pada tahap ini, perawat harus melakukan tindakan keperawatan
yang ada dalam rencana keperawatan. Tindakan dan respon pasien tersebut langsung dicatat
dalam format tindakan keperawatan. Dalam format implementasi keperawatan yang harus
didokumentasikan adalah tanggal dilakukannya tindakan, waktu, nomor diagnosis,
implementasi dan respon, paraf dan nama terang perawat (Dinarti, dkk., 2013)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu menilai efektifitas
rencana yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan keperawatan serta
menentukan perkembangan dan kemampuan pasien dalam mencapai sasaran yang telah
diharapkan. Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifian intervensi keperawatan kemudian
mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
lleus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus. Peristiwa
patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah
obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya
pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya
hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas
(70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan
pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah.
DAFTAR PUSTAKA