Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELOMPOK 3

“ILEUS OBSTRUKSI”

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Rani Lisa Indra, M. Kep., Sp.Kep.MB

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3

1. Riski Ananda M 21031062


2. Lisda Mawati B 21031063
3. Nassya Nabila A 21031065
4. Andre Eka S 21031066
5. Nikmatus Syaadah 21031067
6. Linda Amelia 21031068
7. Mifta Rilli A 21031069
8. Della Fatika 21031070
9. Hikmatul Aulia 21031071
10. Sefriyonaliza 21031072

PROGRAM STUDI
ILMUKEPERAWATAN
UNIVERSITASHANG TUAH
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehinggasaya dapat menyelesaikan penyusunan makalah terkait “ILEUS OBSTRUKSI“ ini
dengan baik. Adapuntujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan,
Perkemihan, Imunologi dan Reproduksi Pria. Selain itu, kami juga berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita semua. Kami
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.

Semoga apa yang dituangkan dalam makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya teman-teman yang membaca. Dengan ini, kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata, kalimat maupun bahasa yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 6 April 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulis...........................................................................................................1

1.3 Manfaat pembahasan.................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teoritis.......................................................................................................................3

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan..............................................................................................................16

4.2 Saran........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sylvia A,
Price, 2012). Hal ini dapat terjadi dikarenakan kelainan didalam lumen usus, dinding usus
atau benda asing diluar usus yang menekan, serta kelainan vaskularisasi pada suatu segmen
usus yang dapat menyebabkan nekrosis segmen usus (Indrayani, 2013).
Berdasarkan data dari World Health Organization tahun 2008, diperkiakan penyakit
saluran cerna tergolong 10 besar penyakit penyebab kematian didunia. Indonesia
menempati urutan ke 107 dalam jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit saluran
cerna didunia tahun 2004, yaitu 39,3 jiwa per 100.000 jiwa (World Health
Organization,2008). Setiap tahunnya, 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosis
Ileus. Obstruksi usus sering disebut juga ileus obstruksi yang merupakan kegawatan dalam
bedah abdomen yang sering dijumpai.Sekitar 20% pasien datang kerumah sakit datang
dengan keluhan nyeri abdomen karena obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada usus
halus.
Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana 1
menghambat proses pencernaan secara normal (Sjamsuhidayat, 2006).Insiden dari ileus
obstruksi pada tahun 2011 diketahui mencapai 16% dari populasi dunia. Penyebab ileus
obstruksi berkaitan pada kelompok usia yang terserang dan letak obstruksi, 50% terjadi
pada kelompok usia pertengahan dan tua akibat perlekatan oleh pembedahan sebelumnya.
Kejadian ileus obstruksi sering didahului dengan munculnya gejala klinis pada
system gastroinstestinal. Tanda dan gejala yang biasa terjadi serta penting untuk dikenali
pada pasien ileus obstruksi diantaranya adalah nyeri abdomen yang bersifat kram, nausea,
distensi abdomen, muntahempedu, konstipasi, singultus, kenaikan suhu tubuh, tidak
terdengarnya bising usus disebelah distal obstruksi serta penurunan berat badan (Saputra,
2014).

1.2 Tujuan Penulis


1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mampu menyusun makalah
Konsep teori dan Asuhan keperawatan pada system pencernaan Ileus obstruksi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami defenisi dari Ileus obstruksi
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Ileus obstruksi
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Ileus
obstruksi
4. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari
Ileus obstruksi
5. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari Ileus
obstruksi
6. Untuk mengetahui dan memahami WOC dari Ileus obstruksi
7. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari Ileus
obstruksi

1.3 Manfaat Pembahasan


Makalah ini sekiranya dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan mengenai

konsep teori dan asuhan Keperawatan Dewasa pada pasien yang mengalami penyakit

Ileus Obstruksi dalam keperawatan secara lebih mendalam.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ileus Obstruksi


2.1.1 Definisi
Ileus adalah penurunan atau hilangnya fungsi usus akibat paralisis atau obstruksi
mekanis yang dapat menyebabkan penumpukan atau penyumbatan zat makanan
(Rasmilia Retno, 2013). Menurut Margaretha Novi Indrayani (2013) Ileus adalah
gangguan atau hambatan isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang
segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus
obstruktif dan ileus paralitik.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan atau
hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus (Ida Ratna, Nurhidayati,
2015). MedLine Plus (2018) menyatakan Ileus obstruktif atau obstruksi usus adalah
suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus.
Sedangkan ileus paralitik adalah obstruksi usus akibat kelumpuhan seluruh atau sebagian
otot-otot usus yang menyebabkan berkurangnya atau tidak adanya peristaltik (Megan
Griffiths, 2020).
Dapat disimpulkan bahwa ileus obstruktif merupakan penyumbatan pada usus
yang disebabkan oleh hernia, adhesi atau pelengketan, tumor yang menyebabkan isi usus
tidak dapat disalurkan ke distal.
2.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus menurut Margaretha Novi
Indrayani (2013) antara lain
a. Hernia inkarserata : Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran
darah ke usus).
b. Non hernia inkarserata, antara lain :
o Adhesi atau perlekatan usus Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra
abdominal sebelumnya atau proses inflamasi intra abdominal. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat
atau luas.
o Askariasis Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana
di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen
paling sempit. 10 Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat
terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati
akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing
berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
o Volvulus Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran
terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan makanan) terganggu.
Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus
didapat di bagian ileum.
o Tumor Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali
jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan
metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yang
menekan usus.
o Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul (koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ,
atau struktur lainnya) dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal.

2.1.3 Klasifikasi ileus obstruktif


a. Menurut sifat sumbatannya 8 Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi
atas 2 tingkatan :
 Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam
lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus
dan neoplasma
 Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi
pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus
b. Menurut letak sumbatannya Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif
dibagi menjadi 2 :
 Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
 Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
c. Menurut etiologinya Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
 Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
 Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan
kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis),
neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
 Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam
usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).
d. Menurut stadiumnya Ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan
stadiumnya, antara lain :
 Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
 Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
 Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren (Margaretha Novi Indrayani, 2013).

2.1.4 Manifestasi Klinis


1. Obstruksi usus halus
a) Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen sekitar umbilicus atau bagian
epigastrium yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi
yang bersifat intermitten (hilang timbul). Jika obstruksi terletak di bagian tengah
atau letak tinggi dari usus halus jejenum dan ileum bagian proksimal) maka
nyeri bersifat konstan/menetap.
b) Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal dan tidak
terdapat flatus.
c) Umumnya gejala obstruksi usus berupa konstipasi yang berakhir pada distensi
abdomen, tetapi pada klien dengan obstruksi partial bisa mengalami diare.
d) Pada obstruksi komplit, gelombang peristaltic pada awalnya menjadi sangat
keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kearah mulut.
e) Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin
ke bawah obstruksi di area gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas adanya
distensi abdomen.
f) Jika obstruksi usus berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok
hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma, dengan
manifestasi klinis takikardi dan hipotensi, suhu tubuh biasanya normal tetapi
kadang-kadang dapat meningkat. Demam menunjukkan adanya obstruksi
strangula.
g) Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic
meningkat. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic akan
melemah dan hilang. Adanya feses bercampur darah pada pemeriksaan rectal
toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intususepsi.
2. Obstruksi usus besar
a) Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada
usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.
b) Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada klien
dengan obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-
satunya selama beberapa hari.
c) Akhirnya abdomen menjadi sangan distensi, loop dari usus besar menjadi dapat
dilihat dari luar melalui dinding abdomen.

2.1.5 Penatalaksanaan Ileus Obstruktif


Penderita penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit (Kusuma dan Nurarif,
2015). Penatalaksanaan pasien dengan ileus obstruktif adalah:
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi
danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian
dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.
Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi
parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif 12
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :
 Strangulasi
 Obstruksi lengkap
 Hernia inkarserata
 Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan
NGT, infus,oksigen dan kateter) (Kusuma dan Nurarif, 2015)
3. Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit.
Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang
cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik
(Kusuma dan Nurarif, 2015).

2.1.6 Komplikasi
Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat obstruksi
usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-hasil produksi
bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami strangulasi mungkin
mengalami perforasi dan mengeluarkan materi tersebut ke dalam rongga peritoneum yang
menyebabkan peritonitis. Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi bakteri dapat
melintasi usus yang permiabel tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan
getah bening dan mengakibatkan syok septik. Komplikasi lain yang dapat timbul antara
lain syok hipovolemik, abses, pneumonia aspirasi dari proses muntah dan dapat
menyebabkan kematian.

2.1.7 Patofisologi

Obstruksi mekanik pada usus berhubungan dengan perubahan fungsi dari usus,
dimana terjadi peningkatan tekanan intraluminal. Bila terjadi obstruksi maka bagian
proksimal dari usus mengalami distensi dan berisi gas, cairan dan elektrolit. Bila terjadi
peningkatan tekanan intraluminal, hipersekresi akan meningkat pada saat kemampuan
absorbsi usus menurun, sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan
progresif. Awalnya, peristaltic pada bagian proksimal usus meningkat untuk melawan
adanya hambatan.

Peristaltic yang terus berlanjut menyebabkan aktivitasnya pecah, dimana


frekuensinya tergantung pada lokasi obstruksi. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi
peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian dari proksimal dari usus tidak akan
berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan hilang. Peningkatan
tekanan intraluminal dan adanya distensi menyebabkan gangguan vaskuler terutama
statis vena. Dinding usus menjadi udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh
darah. Produksi toksin yang disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menyebabkan
timbulnya gejala sistemik. Efek local peregangan usus akibat udem usus adalah anoksia,
iskemik pada jaringan yang terlokalisir, nekrosis disertai absorbsi toksin-toksin bakteri
ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.
Pada obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa disertai
gangguan vaskuler dan neurologic. Makanan dan cairan yang tertelan, sekresi usus dan
udara akan terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian
proksimal dari usus mengalami distensi dan bagian distalnya kolaps. Fungsi sekresi dan
absorbsi membrane mukosa usus menurun dan dinding usus menjadi edema dan
kongesti.

Distensi intestinal yang berat dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif
akan mengganggu peristaltic dan fungsi sekresi mukosa serta meningkatkan risiko
terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis, perforasi, peritonitis dan kematian.Pada
obstruksi strangulate, biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh
oklusi arteri, menyebabkan iskemik yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udem
dan nekrosis, memacu menjadi gangrene dan perforasi.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. HB (hemoglobin) ,PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) : meningkat akibat
dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum meningkat, Na+ dan
Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
4. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan valvula connives
melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar (distribusi perifer/bayangan haustra
tidak terlihat di seluruh lebar usus) 13
5. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
6. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi barium sulfat
sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat tempat dan penyebab.
7. CT Scan pada usus : halus mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi untuk
menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu, 2012)
2.1.9 Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu dari komponen dari proses keperawatan yaitu suatu
usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari klien meliputi usaha
pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat, dan berkesinambungan (Arif Muttaqin, 2020).
1. Pengkajian Umum Pada pengkajian pasien di unit rawat inap, poliklinik, bagian bedah
sehari, atau unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif di mana seluruh hal yang
berhubungan dengan pembedahan pasien perlu dilakukan secara seksama.
a. Identitas pasien : Meliputi Nama, umur, Tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, status perkawinan, suku bangsa dan Nomor Rekam medis.
Pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien. Umur pasien sangat
penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai jenis pembedahan. Selain
itu juga diperlukan untuk memperkuat identitas pasien.
b. Keluhan Utama (diperbaiki)
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya
keluhan yang di rasakan oleh pasien post operasi ileus obstruktif adalah keluhan haus
dan lapar
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien
mencari pertolongan, Metode untuk pengkajian nutrisi adalah “ABCD”.
1. Antropometri measurements
Pengkajian nutrisi yang meliputi:
 Sistem pengukuran dan susunan tubuh dan proporsi tubuh manusia.
 Mengevaluasi pertumbuhan, mengkaji status nutrisi, dan
ketersediaan energi tubuh.
 Identifikasi masalah nutrisi, meliputi : Tinggi badan, berat badan,
indeks massa tubuh, lipatan trisep, LLA, LOLA
2. Bio chemical data
Pengkajian nutrisi menggunakan nilai biokimia seperti: Total limfosit,
serum albumin, zat besi, creatinin, HB, HT, keseimbangan nitrogen, kadar
kolesterol, dll.
3. Clinicals signs
Pemeriksaan fisik pada pasien yang berhubungan dengan adanya mal
nutrisi. Prinsip: head to feet/ chephalo caudal.
4. Diet history.
Mengkaji riwayat diet, meliputi :
 Fead recall 24 jam : pola, jenis, dan frekuensi makanan yang
dikonsumsi dalam 24 jam.
 Alergi, dan intoleransi terhadap makanan.
 Faktor yang mempengaruhi pola makan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat
ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan, apakah klien
sebelumnya pernah mengalami penyakit pada sistem pencernaan atau adanya
riwayat operasi pada sistem pencernaan. Pada ileus obstruksi harus dicari adanya
riwayat operasi sebelumnya, tumor atau hernia.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama
dengan klien.

3. Activity Daily Living


Nutrisi : Pada pasien post operasi pemenuhan nutrisi biasanya terganggu
karena adanya mual dan muntah, nyeri abdomen, pasien yang
diharuskan puasa, dan sistem pencernaan yang belum optimal.
Eliminasi : Pada pasien post operasi, sering mengalami konstipasi dan tidak bisa
flatus karena peristaltik usus menurun.
Istirahat : Nyeri abdomen pasca operasi umumnya akan menggangu pola istirat
klien.
Aktivitas : Pasien post operasi ileus biasanya mengalami kesulitan dalam
ambulasi karena adanya kelelahan dan nyeri yang dirasakan.

4. Pemeriksaan Fisik
Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan fisik,
mulai dari pendekatan head to toe hingga pendekatan per-system. Perawat dapat
menyesuaikan konsep pendekatan pemeriksaan fisik dengan kebijakan prosedur yang
digunakan institusi tempat bekerja. Pada pelaksanaannya, pemeriksaan yang dilakukan
bisa mencakup sebagian atau seluruh sistem, bergantung pada banyaknya waktu yang
tersedia dan kondisi preoperatif pasien.
a) Keadaan umum Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemia suhu
meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat, tekanan darah meningkat.
b) Pemeriksaan fisik
 Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada oedema,
tekanan darah meningkat, BJ I dan BJ II terdengar normal.
 Sistem respirasi: pernapasan meningkat, bentuk dada normal, dada simetris,
sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing dan tidak ada ronchi
 Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya
infeksi.
 Sistem perkemihan : produksi urin menurun BAK < 500 cc 5) Sistem
muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri
 Sistem integumen: tidak ada edema, turgor kulit menurun, tidak ada sianosis,
pucat
 Sistem gastrointestinal:
Inspeksi : Dapat ditemukan tanda tanda dehidrasi, yang mencakup turgor kulit
jelek maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat
adanya distensi, parut abdomen. Pada pasien post operasi akan
ditemukan luka bedah atau luka lubang colon. Inspeksi pada penderita
yang kurus/sedang juga dapat ditemukan “darm contour” (gambaran
kontur usus) maupun “darm steifung” (gambaran gerakan usus),
biasanya nampak jelas pada saat penderita mendapat serangan kolik
yang disertai mual dan muntah dan juga pada ileus obstruksi yang
berat. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan
kolik.
Palpasi : Pada palpasi didapatkan distensi abdomen. Palpasi bertujuan mencari
adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang
mencakup “defance musculair” involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal. Nyeri yang terlokasi dan
terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi. Pada ileus paralitik
pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak
ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas
negatif).
Auskutasi : Pada auskultasi ileus obstruksi, terdengar borborygmus nada tinggi
bersamaan dengan nyeri kolik, tetapi temuan ini sering tidak ada
beberapa waktu lamanya pada obstruksi strangulasi dan non-
strangulasi. Bising usus yang meningkat dan metallic sound dapat
didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah
distal.
Perkusi : Pada pasien ileus obstruksi terdengar suara timpani saat melakukan
pemeriksaan dengan cara perkusi. Pada ileus paralitik, perkusi
timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak
terdengar sama sekali

 Pemeriksaan rektum dan pelvis


Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum
dan pelvis. Pada pemeriksaan colok dubur akan didapatkan tonus sfingter ani
biasanya cukup namun ampula recti sering ditemukan kolaps terutama
apabila telah terjadi perforasi akibat obstruksi. Mukosa rektum dapat
ditemukan licin dan apabila penyebab obstruksi merupakan massa atau tumor
pada bagian anorectum maka akan teraba benjolan yang harus kita nilai
ukuran, jumlah permukaan, konsistensi, serta jaraknya dari anus dan
perkiraan diameter lumen yang dapat dilewati oleh jari. Nyeri tekan dapat
ditemukan pada lokal maupun general misalnya pada keadaan peritonitis.
Kita juga menilai ada tidaknya feses di dalam kubah rektum. Pada ileus
obstruktif usus feses tidak teraba pada colok dubur dan tidak ditemukan pada
sarung tangan. Pada sarung tangan dapat ditemukan darah apabila penyebab
ileus obstruktif adalah lesi intrinsic di dalam usus (Sjamsuhidajat & Jong,
2005)
2. Diagnosa Keperawatan
 Kesiapan Peningkatan Nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi tidak
adekuat
3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Intervensi
1 Kesiapan Peningkatan Manajemen Nutrisi Observasi - Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Nutrisi berhubungan dengan  Identifikasi kebutuhan kalori dan nutrient
intake nutrisi tidak adekuat  Identifikasi perlunya pemasangan selang
Nasogastrik (NGT)
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan Laboratorium

Terapeutik :
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
 Hentikan pemberian makanan melalui selang
Nasogatrik, jika perlu

Edukasi :
 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic)
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan. Pada tahap ini, perawat harus melakukan tindakan keperawatan
yang ada dalam rencana keperawatan. Tindakan dan respon pasien tersebut langsung dicatat
dalam format tindakan keperawatan. Dalam format implementasi keperawatan yang harus
didokumentasikan adalah tanggal dilakukannya tindakan, waktu, nomor diagnosis,
implementasi dan respon, paraf dan nama terang perawat (Dinarti, dkk., 2013)

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu menilai efektifitas
rencana yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan keperawatan serta
menentukan perkembangan dan kemampuan pasien dalam mencapai sasaran yang telah
diharapkan. Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifian intervensi keperawatan kemudian
mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

lleus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus. Peristiwa
patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah
obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya
pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya
hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas
(70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan
pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,
EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai