Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkatkan kepada ALLAH SWT. Yang telah


memberikan kesehatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
KEPERAWATAN DEWASA. Dengan pembuatan makalah ini kami berharap
tulisan yang kami buat dapat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan
membuat asuhan keperawatan.

Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada Ns. Ainal Mardhiah yang
telah membimbing kami pada pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bisa
diterima dengan baik. Serta permohonan maaf atas ketidaksempurnaan dalam
pembuatan makalah ini , karena seperti kata pepatah ‘tak ada gading yang tak
retak’ begitupun dengan makalah ini. Terima kasih.

Sigli, 08 November, 2018

PENYUSUN

0
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG................................................................................. 3
2. TUJUAN .................................................................................................... 5
BAB II KONSEP MEDIS
1. DEFINISI ................................................................................................... 6
2. ETIOLOGI ................................................................................................. 6
3. PROGNOSIS ..............................................................................................
7
4. MANIFESTASI KLINIS ........................................................................... 7
5. KLASIFIKASI ........................................................................................... 8
6. PATOFISIOLOGI .................................................................................... 9
7. KOMPLIKASI ......................................................................................... 11
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ............................................................ 12
9. PENATALAKSANAAN ......................................................................... 15

BAB III KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN ......................................................................................... 17
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................. 20
3. WOC ........................................................................................................ 22
4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ............................................. 24
BAB IV PENUTUP
1. KESIMPULAN ........................................................................................ 47
2. SARAN .................................................................................................... 47

1
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering


dijumpai. Sekitar 20% pasien datang kerumah sakit datang dengan keluhan
nyeri abdomen karena obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada usus
halus.Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
menghambat proses pencernaan secara normal (Sjamsuhidayat, 2006).

Salah satu pelayanan kesehatan yang di lakukan di rumah sakit adalah


pelayanan pembedahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang
semakin maju, prosedur tindakan pembedahan pun mengalami kemajuan
pesat. Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan
adalah laparotomi. Tindakan operasi atau laparotomi merupakan peristiwa
kompleks sebagai ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang
baik bio, psiko, maupun sosial (Razid, 2010)

Angka kejadian di Indonesia menunjukan kasus laparotomi meningkat dari


162 kasus pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada 2006 dan 1281 kasus pada
tahun 2007 (Depkes RI, 2007) . World Health Organization (WHO) tahun
1998, memperkirakan penyakitpada saluran pencernaan akan tergolong 10
besar penyakit penyebab kematian di dunia pada tahun 2020 mendatang.4
Diantara negara SEAMIC (Southeast Asia Medical Information Center) tahun
2002, Indonesia menempati urutan ke-2 negara yang memiliki angka insiden
rate akibat penyakit saluran pencernaanIleus adalah gangguan atau hilangnya
pasase isi usus yang menandakan adanya obstruksi usus akut yang segera
memerlukan pertolongan atau tindakan. Dari data diatas kami tertarik untuk

2
membahas konsep medic dan konsep keperawatan dari penyakit ileus
obstruktif secara mendalam.

1.2 Tujuan

1. Konsep medis Ileus obstruktif :


 Untuk mengetahui Definisi Ileus obstruktif.
 Untuk mengetahui Etiologi Ileus obstruktif.
 Untuk mengetahui Prognosis Ileus obstruktif.
 Untuk mengetahui Manifestasi klinis Ileus obstruktif.
 Untuk mengetahui Klasifikasi Ileus obstruktif.
 Untuk mengetahui Patofisiologi Ileus obstruktif.
 Untuk mengetahui Komplikasi Ileus obstruktif.
 Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnosis Ileus obstruktif.
 Untuk mengetahui Penatalaksanaan Ileus obstruktif.
2. Konsep keperawatan :
 Untuk mengetahui Pengkajian terhadap klien dengan Ileus obstruktif.
 Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan terhadap klien dengan Ileus
obstruktif.
 Untuk mengetahui WOC terhadap klien dengan Ileus obstruktif.
 Untuk mengetahui Rencana asuhan keperawatan terhadap klien dengan
Ileus obstruktif.

3
BAB II

KONSEP MEDIS

2.1 Definisi

Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya)


aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus
tidak dapat melewati saluran gastrointestinal(Nurarif& Kusuma, 2015).

Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda


adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan (Indrayani, 2013).

Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus


dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti
pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses(Nurarif& Kusuma, 2015).

2.2 Etiologi

Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain


1. Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan

4
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013)

2. Non hernia inkarserata, antara lain :


a. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen
dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan
ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani, 2013).
b. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering
bersifat idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi
umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon
ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk
dengankomplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat
diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan
Rontgen dengan pemberian enema barium (Indrayani,2013).
c . Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang

5
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat
cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi (Indrayani,2013).
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan
makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi (Indrayani,2013).
e . Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus (Indrayani,2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal. Batu
empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian
ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma (anker
yang dimulai di kulit atau jaringan yang melapisi atau menutupi organ-
organ tubuh) , terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal
(Indrayani,2013).

2.3 Prognosis

6
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi,tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda
ataupun tua maka toleransinyaterhadap penyakit maupun tindakan operatif
yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada
obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus
(Indrayani,2013).

2.4 Manifestasi Klinis

a. Mekanik sederhana – usus halus atas


Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah,
peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
b. Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen.
c. Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. (Price
&Wilson, 2007)

7
2.5 Klasifikasi

Menurut sifat sumbatannya


Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam
lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia
usus dan neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai
oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan
volvulus (Pasaribu, 2012).

Menurut letak sumbatannya


Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus

b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).

Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan
kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis), neoplasma,
traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam
usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).

8
Menurut stadiumnya
ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antaralain
:
a) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
b) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
c) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren (Indrayani, 2013).

9
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu

ILEUS OBSTRUKTIF

2.6 Patofisiologi
Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif

Distensi abdomen Gelombang peristaltic berbalik arah, isi Klien rawat


Kerja usus melemah
usus terdorong ke lambung kemudian inap
mulut
Gangguan
Poliferasi Tekanan peristaltic usus Reaksi
bakteri cepat intralumen ↑ Asam hospitalisasi
lambung ↑
Kimus sulit
pelepasan bakteri Tekanan vena dicerna usus cemas
dan toksin dari & arteri ↓ mual
Mual muntah
usus yang infark
ansietas
Kehilangan cairan Sulit BAB
Iskemia menuju ruang dehidrasi
bakteri melepas peritonium
endotoksin, dinding usus
konstipasi
Intake cairan ↓
melepaskan Metabolism Pelepasan bakteri
zat pirogen anaerob & toksin dr usus yg Cairan intrasel ↓
nekrotik ke dlm
peritonium
Merangsang Resiko syok
Impuls pengeluaran
hipotalamus (hipovolemia)
mediator kimia Resiko infeksi
bagian
termoregulator
melalui ductus
thoracicus Merangsang reseptor Merangsang susunan Saraf simpatis terangsang
nyeri utk mengaktivasi RAS REM ↓ Pasien terjaga
saraf otonom,
mengaktivasi mengaktifkan kerja organ
Suhu tubuh ↑ Nyeri norepinephrine tubuh Gangguan
akut 10 pola tidur

hipertermi
2.7 Komplikasi

a) Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan


pada selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh
terdapatnya bakteri dalam dalah (bakteremia).
b) Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan
volume cairan.
c) Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya
suatu lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam
rongga perut. Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
d) Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
e) Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
f) Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah
anus oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
g) Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu
keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena
pembedahan.
h) Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik

2.8 Pemeriksa Diagnostic

1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :


meningkat akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan valvula
connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar (distribusi
perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)

11
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi
barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat
tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi
untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu, 2012).

2.9 Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami


obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-
kadang suatupenyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan,
terutama jikadisebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus
di rawat dirumah sakit(Nurarif& Kusuma, 2015).
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudiandilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk
perbaikan keadaan umum.Setelah keadaanoptimum tercapai barulah
dilakukan laparatomi. Pada obstruksiparsial atau karsinomatosis abdomen
dengan pemantauan dan konservatif(Nurarif& Kusuma, 2015).
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organvital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan
bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak ada
perbaikan dengan pengobatankonservatif (dengan pemasangan NGT,
infus,oksigen dan kateter)(Nurarif& Kusuma, 2015).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus

12
memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien
masih dalamkeadaan paralitik(Nurarif& Kusuma, 2015).

13
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

I. Pengkajian
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama . 
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomen tegang dan kaku.
 Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji  dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P  : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul
atau terus- menerus (menetap).
R  : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
 Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-
obatan.

14
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.

II. Pemeriksaan
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :Kelelahan dan ngantuk.
Tanda :Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala :Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)
c. Eliminasi
Gejala :Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasidan Flatus
Tanda :Perubahan warna urine dan feces
d. Makanan/cairan
Gejala :anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda :muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah -
pecah.Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda :Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Mual (00134, domain 12 kenyamanan, kelas 1 kenyamanan fisik)


2. Konstipasi (00011, domain: 3 eliminasi dan pertukaran, kelas: 2 fungsi
gastrointestinal)
3. Resiko syok (hipovolemia) (00205, Domain: 11 keamanan/perlindungan,
Kelas: 2 cedera fisik)
4. Nyeri akut(00132, Domain 12 : Kenyamanan Kelas 1 : Kenyamanan Fisik)

15
5. Ansietas (00146, domain 9 koping atau toleransi terhadap stress, kelas 2
respon koping)
6. Hipertermi (00007, domain 11 keamanan atau perlindungan, kelas 5
proses defensive)
7. Ganguan pola tidur (00095, domain 4 aktivitas/istirahat, kelas 1
tidur/istirahat)

16
3.3 Web of caution (WOC)

17
18
3.4 Rencana keperawatan

No Dx keperawatan NOC NIC Rasional


.
1. Mual (00134) NOC : NIC Observasi
Domain: 12 (kenyamanan) - Selera makan Observasi - Untuk mengetahui
Kelas: 1 (kenyamanan fisik) - Status gizi  Pantau gejala subjektif gejala mual yang
- Tingkat kenyamanan mual pada pasien dirasakan oleh pasien
Definisi: perasaan subjektif , - Pengendalian mual dan  Kaji penyebab mual - Untuk mengetahui
seperti gelombang yang muntah apakah mual dirasakan
tidak menyenangkan di Mandiri akibat efek penyakit atau
belakang tenggorokan, Kriteria hasil :  Manajemen efek samping obat
epigastrium, atau abdomen Setelah dilakukan tindakan cairan/elektrolit Mandiri
yang mendorong keinginan Keperawatan ... X 24 jam  Manajemen mual - Mengatur dan mencegah
untuk muntah. Berat badan stabil dan nutrisi  Manajemen muntah komplikasi akibat
teratasi dengan perubahan kadar cairan
Batasan karakteristik: - Tidak ada tanda-tanda mal dan elektrolit
HE
- Menghindari nutrisi. - Mencegah dan
 Jelaskan penyebab mual
makanan - Berat badan stabil meredakan mual
- Sensasi ingin muntah - Pasien tidak mengalami  Beritahu pasien seberapa - Mencergah dan

19
- Peningkatan produksi mual muntah. lama kemungkinan mual meredakan muntah
saliva - Melaporkan terbebas dari akan terjadi
- Melaporkan “mual” mual  Ajarkan pasien menelan HE
atau “eneg” - Mengidentifikasi dan untuk secara sadar atau - Menginformasikan
- Rasa asam di dalam melakukan tindakan yang nafas dalam penyebab-penyebab
mulut dapat menurunkan mual Kolaborasi yang dapat

 Berikan obat antiemetic menimbulkan mual


Faktor yang berhubungan: sesuai anjuran - Agar klien dapat
- Iritasi lambung (mis.  Manajemen cairan: berikan menangani mual saat

Akibat agen terapi IV, sesuai anjuran mual itu dirasakan.

farmakologis (seperti - Untuk mengurangi stress

aspirin, obat anti dan mengalihkan

inflamasi nonsteroid, perhatian dari mual,

steroid, antibiotic), sehingga dapat

alcohol, zat besi, dan membantu pasien untuk

darah. makan dan minum.

- Distensi lambung Selain itu untuk

(mis. Akibat mekenan reflex muntah

pengosongan Kolaborasi

20
lambung yang - Untuk mengurangi mual
lambat; obstruksi dan memungkinkan
pylorus usus; distensi pasien untuk makan
genitourinarius dan - Untuk memenuhi cairan
biliaris; stasis usus yang hilang akibat mual
bagian atas; kompresi dan muntah
eksternal pada
lambung, hati limpa
atau organ lain;
pembesaran yang
memperlambat fungsi
lambung; kelebihan
asupan makanan)
- Agen farmakologis
(mis. Analgesic, anti
virus untuk HIV,
aspirin, opioid) dan
agen kemoterapeutik
- Toksin

21
2. Konstipasi (00011) NOC : NIC : Observasi
domain: 3 eliminasi dan  Defekasi Observasi - untuk mengetahui tanda
pertukaran Kriteria Hasil :  Monitor tanda dan gejala dan gejala sulit BAB
kelas: 2 fungsi Setelah dilakukan tindakan konstipasi - sebagai acuan rencana
gastrointestinal keperawatan selama …x24  Kaji dan dokumentasikan: penanganan yang efektif
jam, masalah konstipasi pasien (warna dan konsisensi - melihat apakah
Definisi : Penurunan teratasi dengan feses pertama konstipasi dapat
frekuensi normal defekasi  Konstipasi menurun pascaoperasi; frekuensi, menyebabkan
yang disertai pengeluaran dibuktikan oleh indikator warna dan konsistensi komplikasi peritonitis
feses yang sulit atau tidak defekasi sebagai berikut: feses; keluarnya flatus; - melihat faktor yang
lampias atau pengeluaran - Tidak mengalami adanya impaksi; ada atau berkontribusi pada
feses yang sangat keras dan gangguan pola eliminasi tidak ada bisisng usus dan konstipasi
kering (dalam rentang yang distensi abdomenpada Mandiri
diharapkan) keempat kuadran abdomen - membentuk dan
Batasan Karakteristik : - Tidak ada gangguan feses  Pantau tanda dan gejala mempertahankan pola
 Nyeri abdomen lunak dan membentuk ruptur usus atau peritonitis eliminasi defekasi yang
 Nyeri tekan pada - Tidak mengalami teratur
 Identifikasi faktor

22
abdomen dengan atau gangguan mengeluarkan (misalnya pengobatan, - mencegah dan mengatasi
tanpa resistensi otot feses tanpa bantuan tirah baring, dan diet) yang konstipasi
yang dapat dipalpasi. - Tidak ada darah dalam dapat menyebabkan atau HE
 Anoreksia feses berkontribusi terhadap - untuk memfasilitasi
 Perasaan penu atau - Tidak nyerisaat defekasi konstipasi pengeluaran feses tanpa
tekanan pada rektum nyeri
 Peningkatan tekanan Mandiri - agar pasien dapat
abdomen - manajemen defekasi menghindari obat yang

 Indigesti - manajemen konstipasi dapat mengakibatkan

 Mual konstipasi
HE - untuk menghindari
 Nyeri saat defekasi
 Anjurkan pasien untuk pasien mengonsumsi
 Tampilan atipikal
memintaobat nyeri sebelum makanan yang tidak
pada lansia
defekasi diperbolehkan/ rendah
(misalnya,perubahan
 Informasikan kepada pasien serat
status
kemungkinan konstipasi - untuk mencegah
mental,inkontinensia
akibat obat perubahan pada tanda
urine, jatu tanpa
 Ajarkan kepada pasien vital, perdarahan
sebab jelas,dan
peningkatan suhu tentang efek diet (misalnya, kolaborasi

23
tubuh. cairan dan serat) pada - meningkatkan makanan
 Darah merah segar eliminasi yang berserat agar
menyertai  Tekankan pentingnya mempermudah dalam
pengeluaran feses menghindari mengejan BAB
 Perubahan pada suara selama defekasi - untuk mengetahui
abdomen Kolaborasi tercapainya intervensi
(borborigmi)  Konsultasi dengan ahli yang diberikan dengan
 Perubahan pada pola gizi untuk meningkatkan mendengar apakah
defekasi serat dan ciran dalam diet bising usus normal atau

 Penurunan frekuensi  Konsultasi dengan dokter tidak

 Penurunan volume tentang penurunan atau


feses peningkatan frekuensi
 Distensi abdomen bising usus

 Feses yang
kering,keras,dan
padat
 Bising usus hipoaktif
atau hiperaktif
 Pengeluaran feses

24
cair
 Massa abdomen
dapat dipalpasi
 Massa rectal dapat
dipalpasi
 Bunyi pekak pada
perkusi abdomen
 Adanya feses seperti
pasta direktum
 Flatus berat
 Mengejan saat
defekasi
 Tidak mampu
mengeluarkan feses
 Muntah.
Faktor yang
Berhubungan :
 Fungsional
Kelemahan otot

25
abdomen
Kebiasan defekasi
yang tidak teratur
Perubahan
lingkungan saat ini
 Psikologis
Depresi
Stress emosi
Konfusi mental
 Farmakologi
Antasida yang
mengandung
aluminium
Kalsium karbonat
 Mekanis
Ketidakseimbangan
elektrolit
Obesitas
Hemoroid

26
 Fisiologis
Dehidrasi
Pola makan yang buruk.
3. Resiko syok (hipovolemik) NOC NIC Observasi
(00205) - pencegahan syok Observasi: - melihat jumlah cairan
Domain: 11 - manajemen syok - monitor input dan output yang masuk dan keluar
keamanan/perlindungan - monitor tanda awal syok dari dalam tubuh
Kelas: 2 cedera fisik Criteria hasil: - monitor status cairan - untuk mengetahui tanda-
Setelah dilakukan tindakan Mandiri: tanda syok yang terjadi
Definisi: rentan mengalami keperawatan selama … x24 - tempatkan pasien pada pada klien
ketidakcukupan aliran darah jam, masalah pasien teratasi posisi supinasi, kaki - mengetahui
ke jaringan tubuh, yang dengan elevasi ketidakseimbangan
dapat mengakibatkan - nadi dalam batas yang - berikan cairan intravena cairan pada klien
disfungsi seluler yang diharapkan dan oral dengan tepat Mandiri
mengancam jiwa, yang dapat - irama pernafasan dalam HE: - untuk peningkatan
mengganggu kesehatan. batas yang diharapkan - ajarkan keluarga dan preload dengan tepat
- serum-serum elektrolit pasien tentang tanda dan - untuk mengganti cairan
Faktor resiko: dalam batas normal gejala datangnya syok yang hilang
- Hipovolemia - ajarkan keluarga dan -

27
- Hipoksemia pasien tentang langkah HE
- Hipoksia untuk mengatasi gejala - Menambah informasi
- Infeksi syok pada klien dan keluarga
- Sepsis Kolaborasi: - mengenai syok
- Agar klien dan keluarga
dapat mengatasi syok
secara mandiri
Kolaborasi : -
4. Nyeri akut (00132) Domain NOC : NIC : Observasi
12 : Kenyamanan Kelas 1 :  Pengendalian nyeri Observasi - Untuk mengetahui
Kenyamanan Fisik)  Tingkat nyeri  Lakukan pengkajian nyeri nyeri secara
secara komprehensif keseluruhan meliputi
Definisi : Pengalaman Kriteria Hasil : termasuk lokasi, lokasi nyeri,
sensori dan emosi yang tidak Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, karakteristik nyer,
menyenangkan akibat keperawatan selama … x24 frekuensi, kualitas dan durasi nyeri,
adanya kerusakan jaringan jam, masalah nyeri akut pasien faktor presipitasi frekuensi nyeri,
yang actual atau potensial, teratasi dengan  Observasi reaksi nonverbal kualitas dan faktor
atau digambarkan dengan dari ketidaknyamanan presipitasi nyeri
istilah seperti (International  Memperlihatkan  Evaluasi pengalaman nyeri yang dirasakan

28
Association forbthe study of pengendalian nyeri yang masa lampau - Untuk mengetahui
pain) ; awitan yang tiba-tiba dibuktikan oleh indikator reaksi nonverbal dari
atau perlahan dengan sebagai berikut: Mandiri ketidaknyamanan
intensitas ringan sampai - Sering mengalami  Ajarkan tentang teknik non yang dirasakan klien
berat dengan akhir yang awitan nyeri farmakologi (distraksi, - Untuk mengetahui
dapat diantisipasi atau dapat - Sering menggunakan tehnik relaksasi, imajinasi pengalaman nyeri
diantisipasi atau dapat tindakan pencegahan terbimbing, dll) klien dimasa lampau
diramalkan dan durasinya - Sering melaporkan nyeri
kurang dari 6 bulan. dapat dikendalikan HE Mandiri
 Menunjukkan tingkat nyeri  Informasikan kepada pasien - Untuk mengurangi
Batasan Karakteristik : yang dibuktikan dengan tenang prosedur yang dapat nyeri yang dirasakan
 Mengucapkan secara indikator sebagai berikut: meningkatkan nyeri dan
verbal atau - Tidak ada ekspresi nyeri tawarkan strategi koping HE
melaporkan nyeri pada wajah yang disarankan - Agar klien dapat
dengan isyarat - Tidak ada gelisah atau  Intstruksikan pasien mencegah
 Posisi untuk ketegangan otot untukmenginformasikan meningkatnya nyeri
mengindari nyeri - Tidak ada durasi episode kepada perawat jika dengan
 Perubahan tonus otot nyeri peredaan nyeri tida dapat menggunakan
(dengan rentang dari - Tidak merintih dan dicapai strategi koping

29
lemas tidak menangis - Untuk mengetahui
bertenaga rentang - Tidak gelisah Kolaborasi tercapainya terapi
dari lemas tidak  Tentukan pilihan analgesik tindakan
bertenaga sampai tergantung tipe dan keperawatan
kaku) beratnya nyeri
 Respon autonomic  Tentukan analgesik pilihan, Kolaborasi
(misalnya,diaphoresi rute pemberian, dan dosis - Agar analgesik (obat
s,perubahan tekanan optimal penahan sakit) dapat
dara,pernapasan atau  Berikan analgesik tepat diberikan sesuai tipe
nadi ; dilatasi pupil). waktu terutama saat nyeri dan beratnya nyeri
 Perubahan selera hebat sehingga nyeri dapat
makan teratasi.
 Perilaku distraksi - Agar analgesik (obat
(misalnya,mondar- penahan sakit) dapat
mandir,mencari diberikan sesuai rute
orang dan/atau pemberian dan dosis
aktivitas sehingga nyeri dapat
lain,aktivitas teratasi.
berulang). - Agar analgesik (obat

30
 Perilaku ekspresif penahan sakit) dapat
(misalnya diberikan sesuai rute
gelisah,merintih,men pemberian dan dosis
angis, kewaspadaan sehingga nyeri dapat
berlebian,peka teratasi.
terhadap - Agar analgesik (obat
rangsang,dan penahan sakit) dapat
menghela napas diberikan saat nyeri
panjang). hebat sehingga nyeri
 Wajah topeng (nyeri) dapat berkurang
 Bukti nyeri yang
dapat diamati
 Gangguan tidur
(mata terlihat
kuyu,gerakan tidak
teratur atau tidk
menentu,dan
menyeringai).

31
Faktor yang Berhubungan
:
Agens-agens penyebab
cedera (misalnya, biologis,
kimia, fisik, dan psikologis)
5. Ansietas (00146) NOC NIC Observasi
Domain: 9 koping atau - Tingkat ansietas Observasi: - Untuk mengetahui
toleransi terhadap stress - Pengendalian diri terhadap - Kaji dan dokumentasi kecemasan yang
Kelas: 2 respon koping ansietas tingkat kecemasan pasien diukur dengan
- Konsentrasi termasuk reaksi fisik HARS (Hamilton
Definisi: perasaan tidak - Koping - Gali bersama pasien Anxiety Rating
nyaman atau kekhawatiran tentang tehnik yang Scale)
yang sangat disertai respons Criteria hasil: berhasil dan tidak berhasil - Agar perawat dapat
autonom (sumber sering kali Setelah dilakukan tindakan menurunkan ansietas melanjutkan
tidak spesifik atau tidak keperawatan selama … x24 tindakan
diketahui oleh individu), jam, masalah nyeri akut Mandiri: keperawatan
perasaan takut yang pasien teratasi dengan - Bimbingan antisipasi selanjutnya
disebabkan oleh antisipasi - Ansietas berkurang - Penurunan ansietas
terhadap bahaya - Menunjukkan - Tehnik menenangkan diri

32
pengendalian diri terhadap - Peningkatan koping Mandiri
ansietas - Dukungan emosi - Agar klien dapat
Batasan karakteristik: mempersiapkan diri
- Gelisah HE: sebelum terjadi
- resah - Informasikan tentang sesuatu
- Peningkatan ketegangan gejala ansietas - Untuk mengurangi
- Kesedihan yang - Ajarkan anggota keluarga ansietas klien
mendalam bagaimana membedakan - Untuk menenangkan
- Nyeri mendalam antara serangan panic dan diri terdahap ansietas
gejala penyakit fisik - Untuk mengurangi
Faktor yang berhubungan: rasa ansietas pada
- Stress Kolaborasi: klien
- Kebutuhan yang tidak - Berikan obat untuk - Untuk mendukung
terpenuhi menurunkan ansietas jika klien mengurangi
- Terpajan toksin perlu. ansietas yang
- Beri dorongan kepada dirasakan
pasien untuk
mengungkapkan secara HE
verbal pikiran dan perasaan - Agar klien /

33
keluarga klien dapat
mengetahui gejala
nyeri
- Agar keluarga klien
dapat membedakan
serangan panik dan
gejala penyakit fisik

Kolaborasi
- untuk mengurangi
ansietas yang
dirasakan klien
- agar perawat dapat
mengetahui
tercapainya tindakan
keperawatan yang
dilakukan agar dapat
melakukan tindakan
keperawatan

34
selanjutnya
6. Hipertermi (00007) NOC NIC Observasi
Domain: 11 keamanan atau - Termoregulasi Observasi: - untuk mengetahui
perlindungan - Tanda-tanda vital - Pantau hidrasi pengeluaran cairan
Kelas: 5 proses defensive - Pantau tekanan darah, saat terjadi
Kriteria Hasil: denyut nadi, dan frekuensi hipertermi
Definisi: peningkatan suhu Setelah dilakukan tindakan pernafasan - untuk mengetahui
tubuh diatas rentang normal keperawatan selama … x24 ketidaknormalan
jam, masalah nyeri akut Mandiri: tekanan darah,
Batasan karakteristik: pasien teratasi dengan - Terapi demam : Kompres denyut nadi dan
- Suhu tubuh meningkat dengan air hangat frekuensi pernapasan
diatas rentang normal - Suhu tetap normal - Regulasi suhu saat terjadi
- Teraba hangat - Keseimbangan cairan tetap - Gunakan mandi air hangat hipertermi
stabil
Faktor yang berhubungan: - Komplikasi seperti kejang HE: Mandiri
- Dehidrasi dapat dihindari - Ajarkan pasien atau - untuk mengurangi
- Penyakit atau trauma keluarga dalam mengukur hipertermi klien
- Peningkatan laju suhu untuk mencegah dan - agar klien dapat
metabolisme mengenali secara dini mempertahankan

35
hipertermia suhu klien pada
- Ajarkan indikasi keletihan batas normal
akibat panas dan tindak - untuk mengurangi
kedaruratan yang gangguan suhu
diperlukan tubuh klien
HE
Kolaborasi: - agar klien dapat
- Berikan obat antipiretik mencegah dan
jika perlu mengenali
hipertermia secara
komprehensif
- agar tidak terjadi
keletihan akibat
panas dan tindakan
kedaruratan saat
terjadi hipertermia

Kolaborasi
- untuk mengurangi

36
suhu tubuh klien
7. Ganguan pola tidur (00095) NOC NIC Observasi:
Domain: 4 aktivitas/istirahat - reduksi ansietas Observasi: - Untuk mengoptimalkan
Kelas: 1 tidur/istirahat - tingkat kenyamanan - monitor waktu makan dan kebutuhan tidur pasien
- tingkat nyeri minum dengan waktu tidur sesuai kebetuhan
Definisi: gangguan kualitas - istirahat: tingkat dan pola - monitor atau catat - Untuk mengetahui berapa
dan kuantitas waktu tidur - tidur: tingkat dan pola kebutuhan tidur pasien lama kebutuhan tidur pasien
akibat faktor eksternal setiap hari dan jam setiap harinya
criteria hasil: Mandiri:
Batasan karakteristik: Setelah dilakukan tindakan - determinasi efek-efek Mandiri:
- Perubahan pola tidur keperawatan selama … x24 medikasi terhadap pola - Untuk mencegah
normal jam, masalah nyeri akut tidur terjadinya gangguan
- Ketidak puasan tidur pasien teratasi dengan - fasilitasi untuk pola tidur karena efek
- menyatakan tidak merasa - jumlah jam tidur dalam mempertahankan aktivitas medikasi.
cukup istirahat batas normal 6 sampai 8 sebelum tidur - Untuk merangsang
jam perhari HE: timbulnya keletihan
faktor yang berhubungan: - pola tidur, kualitas dalam - Jelaskan pentingnya tidur sehingga pasien lebih
- gangguan batas normal yang adekuat mudah dalam istirahat.
- kurang control tidur - perasaan segar sesudah - Instruksikan untuk monitor HE:

37
tidur atau istirahat tidur pasien - Agar pasien memahami
Kolaborasi: pentingnya kebutuhan
- Kolaborasi pemberian obat tidur.
tidur - Agar pola tidur pasien
- Diskusikan dengan pasien terjaga dan teratur.
dan keluarga tentang tehnik
tidur pasien Kolaborasi:
- Untuk membantu pasien
mencapai kebutuhan
tidurnya.
- Untuk membantu pasien
menemukan cara mudah
untuk tidur.
-
8. Resiko infeksi (00004) NOC NIC Observasi
Domain: 11 - Status imun Observasi: -Untuk mencegah terjadinya
keamanan/perlindungan - Keperahan infeksi - Pantau tanda dan gejala infeksi
Kelas: 1 infeksi criteria hasil: infeksi -Untuk mengetahui faktor
Definisi: beresiko terhadap Setelah dilakukan tindakan - Kaji faktor yang dapat yang dapat memicu

38
invasi organisme patogen keperawatan selama … x24 meningkatkan kerentanan terjadinya infeksi dan
jam, masalah nyeri akut terhadap infeksi mencegah terjadinya infeksi
Faktor resiko: pasien teratasi dengan - Pantau hasil laboratorium -Untuk mengetahui
- Penekanan sistem imun - Faktor resiko infeksi akan Mandiri: penyebab terjadinya infeksi
- Penngkatan pemajanan hilang - Perawatan sirkulasi: Mandiri :
lingkungan tehadap - Terbebas dari tanda dan insufisiensi arteri -Untuk mengembalikan
patogen gejala infeksi - Skrining kesehatan sirkulasi pembuluh darah
- Kerusakan jaringan - Mengindikasikan status - Pengendalian infeksi arteri dapat menutup dan
gastrointestinal, HE: membuka dengan normal.
pernafasan, genitourinari, - instruksikan untuk menjaga - Untuk mengetahui keadaan
dan imun dalam batas higiene personal untuk normal atau abnormal organ
normal. melindungi tubuh terhadap tubuh maupun fungsinya
infeksi -Untuk menyembuhkan
- bantu pasien/keluarga infeksi
untuk mengidentifikasi
faktor lingkungan gaya HE :
hidup atau praktek - untuk melindungi tubuh
kesehatan yang terhadap infeksi
meingkatkan resiko infeksi - Agar pasien dan

39
- pengendalian infeksi: keluarga mengetahui
ajarkan pasien dengan faktor-faktor yang dapat
keluarga mengenai tanda mempengaruhi resiko
dan gejala infeksi serta infeksi.
kapan harus melakukannya - Agar pasien mengetahui
kepenyedia layanan tanda dan gejala infeksi
kesehatan
Kolaborasi:
Kolaborasi: - Untuk mengurangi dan
- Berikan terapi antibiotik membunuh bakteri atau
bila diperlukan virus penyebab infeksi.
- Melakukan tindakan - Untuk mencegah
operasi apabila diperlukan terjadinya penyebaran
infeksi pada pasien.

40
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses.

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami


obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.

4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan ilmu dan


pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Selain itu,
dapat juga dijadikan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-


2014. EGC: Jakarta

Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Media Action : Yogjakarta.

Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Edisi  6, Volume1. EGC: Jakarta.

Sjamsuhidajat. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta: Konsil Kedokteran


Indonesia

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Diagnosis Keperawatan Edisi 9.


EGC:Jakarta.

Chahayaningrum,Tenti. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan


LaparatomiPada Ileus Obstruksi Di Instalasi Bedah SentralRsud Dr Moewardi
Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta (jurnal).

Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif.


Universitas Udayana : Denpasar (jurnal)

Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat


Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas Sumatera Utara :
Sumatera Utara (jurnal)

42

Anda mungkin juga menyukai