Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA SEPANJANG

KEHIDUPAN: IBU HAMIL, BAYI , TOODLER, PRASEKOLAH ,


USIA SEKOLAH, REMAJA, LANSIA.
DI
S
U
S
U
N
Oleh:
TIK III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

SEPANJANG KEHIDUPAN PADA IBU HAMIL

A. Definisi Ibu Hamil

Masalah kesehatan jiwa yang dialami ibu hamil merupakan masalah yang belum dapat
teratasi deangan baik di Negara pendapatan rendah prevalensi kesehatan jiwa porenatal
berkisaar 10%-15% tergantung tempat, Metode penelitian dan alat ukur yang di gunakan.
Masalah mental merupakan suatu penyakit umum yang sering di jumpai pada saat
kehamilan.Banyak wanita hamil yang mengalammi masalah mental yang tidak ter diagnosis dan
tidak terobati. Karena kemungkinan mereka takut akan efek teratogen obat terhadap
perkembangan janin yang di kandung. Masalah jiwa yang biassa sering terjadi yaitu masalah
kecemasan, Skizofrenia dan gangguan moot (Sukandar,2009 )

Sejumlah perubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama kehamilan dapat
merangsang perkembangan masalah psikologis seperti kecemasan dan depresi.Kecemasan atau
anxienty adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman dari
perubahan dan pengalaman dari sesuatu yang baru yang belum pernah di coba (Kaplan dan
Sadock, 2010).

Wanita yang sedang hamil mungkin akan mengalami kecemasan tentang berbagai
masalah dari satu tri mester ke tri mester berikutnya. Selama kehamilan khususnya pada
kehamilan pertama atau biasanya di sebut dengan primigravida. Seorang ibu primigravida
mengingat kembali perkembangannya sendiri.(Kaplan dan Sadock,2011:Chunnigham et
al,2013).
B. Masalah Emosi Selama Kehamilan
1. Trisemester 1 :
Sering terjadi fluktasi lebar aspek emosional sehingga periode ini mempunyai resiko
tingghi untuk terjadi pertengkaran atau rasa tidak nyaman
2. Trisemester 2 :
Fluktasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita hamil lebih terfokus
pada berbagai perubahan tubuh yang terjadi saat kehamilan, kehidupan seksual keluarga dan
hubungan bathiniah dengan bayi yang dikandungnya
3. Trisemester 3 :
Berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses persalinan sehingga wanita
hamil sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang
dihadapi.

C. Gangguan Jiwa Pada Kehamilan dan Penanganannya


1. Gangguan Kecemasan Pada Kehamilan
a) Gangguan Kecemasan Secara Menyeluruh
Gambaran utama gangguan ini kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan tentang
kehidupan kehamilan, misalnya komplikasi kehamilan, sekalipun kehamilan itu normal,
yang ditandai dengan ketegangan motorik dan hiperaktifitas motorik dan otonomi,
misalnya gemetar ,gugup,gelisah,cepat lelah.
Gejala hiperaktifitas otonom misalnya : nafas pendek,palpitasi,keringat,kaki dan
tangan dingin,pusing,mual,gangguan menelan,kewaspadaan yang berlebihan,perasaan
terancam,iritabel,insomnia.
b) Gangguan Panik
Bermanifestasi dengan ciri-ciri utama adanya periode kekhawatiran yang mendalam
atau perasaan tidak enak yang berlangsung beberapa menit dan sifatnya berulang secara
tak terduga.Serangan panik terjadinya mendadak dengan rasa takut dan kecemasan yang
berlebihan serta perasaan ingin mati. Ada laporan bahwa wanita yang hamil mengalami
peningkatan gejala panik selama kehamilan . Gejala yang dialami selama serangan :
Nafas pendek,rasa tercekik,jantung berdebar-debar,telinga mendengung,mata
kabur/berkunang ,perasaan gatal,takut mati dan kehilangan kontrol
c) Gangguan Obsesi Komulsif
Gangguan ini ditandai oleh dorongan dan obsesi berulang yang cukup berat dan
menyebabkan tekanan emosi yang nyata. Obsesi adalah ide yang menetap,pikiran atai
impuls yang tidak masuk akaul,misalnya keinginan. Kompulsi adalah tingkah laku yang
berulang-ulang yang dilakukan sebagai respon atau obsesi.Tingkah laku komulsif dan
pikiran obsesif menyebabkan tekanan mental yang nyata pada wanita hamil.

D. Penanganannya
Psikoterapi membantu wanita hamil yang mengalami kecemasan untuk mengatasi
ketakutan dan kecemasan yang berhubungan dengan kehamilannya.Dengan mendiskusikan
pikiran dan perasaan yang menganggu menyebabkan dapat lepas dari tekanan. Pengurangan
gejala kecemasan membuat wanita tersebut dapat berfungsi lebih efektif dalam hubungan pribadi
dan keluarga dengan sendirinya kecemasan itu akan hilang.

E. Tanda dan Gejala Psikologis pada ibu hamil


1. Kehabisan tenaga atau kebanyakan gerak
2. Tidak bias tidur walaupun mempunyai kesempatan
3. Menangis tidak tertahan dan mata terasa berlinang
4. Menyadari bahwa perasaan amat cepat berubah
5. Sangat judes atau peka tehadap bunyi dan sentuhan
6. Senantiasa berfikiran negativf
7. Tanpa berwujud merasa tidak mampu
8. Tiba- tiba takut atau gugup
9. Tak bias memusatkan perhatian
10. Lebih sering lupa
11. Rasa bingung dan bersalah
12. Makan amat sedikit atau amat banyak
13. Asik dengan fikiran yang menghantui dan mengerikan
14. Kehilangan kepercayaan dan harga diri
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat obstetric
Memberikan infromasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menetukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang
b. Riwayat kontrasepsi
c. Riwayat penyakit dan operasi
d. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan TTV
b. Sistem kardiovaskuler
c. Sistem musculoskeletal
d. Sistem neurologi
e. Sistem integument
f. Sistem endokrin
g. Sistem gastrointertinal
h. Sistem urinarius
i. Sistem reproduksi

3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketakutan berhubungan dengan ketidakbiasaan
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor psikologis
c. Asientas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri atau status peran
sekunder akibat kehamilan
4. Intervensi keperawatan
a. Dx 1 : Ketakutan berhubungan dengan ketidakbiasaan

Intervensi :

1) Berikan informasi sesuai tingkat pemahaman atau penerimaan klien


2) Orientasikan klien kelingkungan sekitar
3) Orientasikan keluarga pada kebutuhan khusus klien dan izinkan anggota keluarga
berpastisipasi dalam memberikan keperawatan
4) Atur anggota keluarga untuk tinggal bersama klien

b. Dx 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor psikologis

Intervensi :

1) Berikan kesempatan klien untuk mendiskusikan keluhan yang mungkin


menghalangi tidur.
2) Rencakan asuhan keperawatan rutin yang memungkinkan pasien tidur tanpa
terganggu selama beberapa jam
3) Berikan bantuan tidur, kepada klien, seperti bantal, mandi sebelum tidur, makanan
dan minuman,dan bahan bacaan
4) Ciptakan lingkungan tenang yang kondusif untuk tidur
5) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang tehnik rileksasi

c. Dx 3: Asientas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri atau status peran
sekunder akibat kehamilan.

Intervensi :

1) Kaji tingkat asietas (ringan,sedang, berat dan panik)


2) Beri kenyamanan dan ketentraman hati pada klien
3) Singkirkan stimulasi yang berlebihan
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

SEPANJANG KEHIDUPAN PADA BAYI

A. Tahap Bayi (Basic Trust Vs Miss Trust)


1. Pengertian

Tahap Bayi adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi
spertama yang dihadapi oleh bayi. Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses
perkeembangan bayi ditandai dengan pemupukan rasa percaya pada orang lain yang diawali
dengan kepercayaan terhadap orangtua, khususnya ibu. Rasa aman secara fisik dan psikososial
berperan penting dalam pembentukan rasa percaya bayi. Bila rasa percaya tidak terpenuhi maka
akan terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya diri dan setelah besar ia menjadi orang
yang mudah curiga dan tidak menjalin hubungan baru.

2. Karakteristik Perilaku
a. Karakteristik Normal

1) Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya


2) Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3) Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya
4) Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5) Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6) Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang
yang tidak dikenalnya
7) Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
8) Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil
9) Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang
10) Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan membantingnya.
11) Mencari suara ibunya
12) Tidak mau berpisah sama sekali sama ibunya
b. Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan perkembangan rasa percaya

c. Intervensi
Intervensi Generalis Pada bayi:
1) Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis
2) Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
3) Memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman bayi seperti ( membuai saat ia
menangis, menyelimuti saat kedinginan )
4) Mengajak berbicara dengan bayi saat merawat bayi
5) Memanggil bayi sesuai dengan namanya
6) Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan
benda berwarna menarik, benda berbunyi)

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

SEPANJANG KEHIDUPAN TODDLER

A. Tahap Toddler
1. Pengertian Tahap Toddler

Perkembangan pada usia toddler (18 bulan-3 tahun) Merupakan proses perkwmbangan
kemampuan anak untuk mengambangkan kemandirian dengan cara memberi kebebasan dan
membiarkan anak untuk mempelajari dunianya. Bila anak tidak di fasilitasi kebutuhannya,
seperti terlalu dilindungi atau di kendalikan, maka anak anai akan meras aragu rgu, takut, tidak
berani, dan malu untuk melakukan aktifitasnya sehingga anak akan bergantung pada orang lain.
Sebab itu penting bagi olrang tua untuk memahami dan memiliki kemampuan dan pengetahuan
dalam menstimulasi anak untuk mencapai tugas perkembangannya yaitu kemandiriannya.
2. Data yang di Kaji
a. Bergaul dan mandiri :
1) Mengenal dan mengakui namanya
2) Sering menngatakan kata “ jangan / tidak/enggak”
3) Banyak bertanya tentang suatu hal yang asing baginya ( api, air, ketinggian,
warna dan bentuk benda )
4) Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau di perintah misalnnya minum
sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri.
5) Bertindak semaunya sendiri dan tidak mau di perintah.
6) Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain di luar keluarganya.
b. Motorik kasar
Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan selama paling sedikit 2 hitungan
c. Motorik Halus
Mampu membuat garis lurus
d. Berbicara, berbahsa dan kecerdasan : Mampu menyatakan keinginan paling sedikit
dengan dua kata
3. Diagnosa keperawatan
Potensial mengembangkan kemandirian
4. Intervensi keperawatan
a. Tujuan untuk anak :
1) Mengembangkan rasa kemandirian dalammelakuikan kegiatan sehari hari
2) Bekerja sama dan memperlihatkan kelebihan diri diantara orang lain
b. Tindakan keperawatan bagi anak:
1) Perkembangan yang normal kemandirian :
a) Latih anak anak melakukan kegiatan secara mandiri.
b) Puji keberhasilan yang di capai anak
c) Tidak menggunakan kata yang memerintah tetapi memberikan alternative
untuk memilih
d) Hindari suasana yang membuatnya bersikap negative (memisahkan dengan
orang tuanya, mengambil mainannya, memerintah untuk melakukan sesuatu )
e) Tidak menakut-nakuti dengan kata-kata maupun perkataan.
f) Berikan maianan sesuai usianya ( boneka,mobil-mobilan,balon,bola,kertas
gambar dan pensil warna)
g) Saat anak mengamuk (tempertantrum) pastikan ia akan aman dari bahaya
cedera kemudian tinggalkan, awasi dari jauh.
h) Berikan tindakan-tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yang baik
dan yang buruk dengan kalimat positif.
i) Libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan keagamaan

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

SEPANJANG KEHIDUPAN PADA PRA SEKOLAH

A. Pengertian Anak Usia Pra Sekolah


Anak usia pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 3-6 tahun, ketika
anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria dan wanita, dapat mengatur diri
dalam buang air (toilet training) dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya atau
mencelakakan dirinya (Yusuf, 2001).Perkembangan anak dipengaruhi oleh lingkungan, dimana
keadaan normal atau tidak normal dipengaruhi oleh konflik pribadi individu dan hubungan
individu dengan masyarakatnya.

B. Perkembangan Emosional
Menurut Walker (1995), beberapa jenis emosi yang berkembang pada anak pra sekolah,
yaitu :
a) Takut
Pembicaraan , peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan
berperan penting dalam menimbulkan rasa takut.
b) Cemas
Kecemasan ini muncul dari situasi yang dikhayalkan, berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang diperoleh, baik perlakuan orang tua maupun buku-buku bacaan. Salah
satu perasaan cemas yang timbul pada anak adalah dimana anak berada pada lingkungan
yang asing, yang berbeda dengan lingkungan tempat tinggalnya.
c) Marah
Penyebab marah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak
tercapainya keinginan dan serangan dari anak lain. Ungkapan marah pada anak antara
lain : menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
d) Cemburu
Anak merasa tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah mencurahkan
kasih sayang kepadanya. Sumber yang dapat menimbulkan rasa cemburu selalu bersifat
situasi sosial dan hubungan dengan orang lain.
e) Gembira
Kondisi yang melahirkan perasaan gembira pada anak, diantaranya terpenuhinya
kebutuhan jasmaniah (makan dan minum), keadaan jasmaniah yang sehat, diperolehnya
kasih sayang, ada kesempatan bergerak (bermain secara leluasa) dan memiliki mainan
yang disenanginya.
f) Kasih sayang
Anak merasa senang apabila diberi perhatian dan perlindungan terhadap orang lain,
hewan atau benda. Perasaan ini berkembang berdasarkan pengalaman yang tidak
menyenangkan dalam hubungan dengan orang lain, hewan atau benda. Kasih sayang
anak kepada orang tua atau saudaranya dipengaruhin oleh iklim emosional dalam
keluarganya. Apaila orang tua dan saudaranya menaruh kasih sayang kepada anak, maka
diapun akan menaruh kasih sayang kepada mereka.
g) Ingin tahu
Anak mempunyai perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau obyek-
obyek, baik yang bersifat fisik atau kongkrit.
C. Tanda Atau Geajala Serta Penyebab Jiwa

1. Masalah perilaku pada usia pra sekolah


Masalah perilaku pada usia prasekolah banyak terjadi karena tugas-tugas perkembangan
pada suatu periode tertentu tidak terpenuhi sehingga menimbulkan masalah. Schaefer Et
Mittman (1981) mengemukakan beberapa masalah umum peritaku anak yang sering muncul :
a. Tidak patuh

Ada 3 bentuk ketidakpatuhan: melakukan instruksi tapi terpaksa, tidak mau


metakukan instruksi, atau sengaja melakukan yang bertolak belakang dengan instruksi.

 Penyebab perilaku tidak patuh antara lain : pola pengasuhan yang serba
membolehkan atau terlalu disiplin, pola pengasuhan yang tidak konsisten,
orangtua yang mengalami stres, ataupun anak terlalu pandai.

b. Temper tantrum

Temper tantrum merupakan kemarahan yang meledak-ledak yang berupa hilangnya


kontrol diri berbentuk menjerit-jerit, memaki, merusak barang, dan berguling-guling di
lantai. Anak yang lebih kecil biasanya muntah atau mengompol, kadangkala ada juga
yang menyerang orang lain dengan menyepak dan memukul.

 Penyebabnya biasanya karena reaksi instingtif saat frustrasi, diserang atau


keinginan tidak terpenuhi, meniru, ketidakmampuan mengutarakan isi hati secara
komunikatif.

c. Agresif: verbal atau fisik

Perilaku Agresif adalah perilaku yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau
orang lain. Agresi bisa berupa agresi fisik seperti memukul, menyepak, melempar,
mendorong, meludahi, dll. dan bisa berupa agresi psikis seperti memanggil nama dengan
tidak hormat, mengejek, memerintah, memberi label, bertengkar, dan mengancam.Anak
yang agresif cenderung impulsif, mudah marah, tidak matang, sukar menerima kritik dan
mudah frustrasi.

 Penyebabnya antara lain karena frustrasi datam kehidupan sehari-hari atau karena
pengaruh daya khayal anak. Anak yang sering menonton filem-filem agresi
cenderung lebih agresif daripada anak lain pada umumnya.

d. Menarik diri

Anak yang menarik diri tidak mau terlihat datam kontak sosial dengan
teman-temannya. hat ini dapat dipengaruhi oleh masalah lain seperti kesulitan bersekotah,
gangguan kepribadian, dan masalah-masalah emosionat. Namun bisa juga terjadi
anak-anak yang terlalu pandai atau terlalu kreatif seringkali mengalami masalah ini. Cara
berpikir yang berbeda membuat teman-teman seusianya tidak dapat menerima mereka
sehingga ia terkucilkan.

 Anak-anak menarik diri disebabkan oleh rasa takut terhadap orang lain,
kurangnya keterampitan sosial seperti antri, berbagi, menyumbangkan ide,dll.,
atau orangtua yang tidak suka pada teman sebayanya.

D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluarga
1) Pengetahuan keluarga
2) Peran orang tua
b. Anak
1) Perkembangan fisik, yang perlu di kaji antara lain :
a) Berat badan anak, biasanya meningkat kira-kira 2.5 kg per tahun. Berat badan
rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 Kg terkait dengan nutrisi anak.
b) Pertumbuhan anak ( tinggi badan 2 – 3 inchi per tahun ).
c) Perkembangan motorik pada anak. Terjadi peningkatan koordinasi otot besar
dan halus, sehingga mereka dapat berlari dengan baik, berjalan naik dan turun
dengan mudah dan belajar untuk melompat.
d) Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.
2) Perkembangan kognitif, yang perlu dikaji antara lain :
a) Pengetahuan anak yang berhubungan dengan pengalaman konkret.
b) Perkembangan moral usia anak terkait dengan pemahaman tentang perilaku
yang disadari secara sosial benar atau salah.
c) Perkembangan bahasa anak ternasuk kosakata, yang memungkinkan
penggabungan berbagai personifikasi yang berbeda.
3) Perkembangan psiko-sosial
a) Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya.
b) Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi lebih sosial, mereka
berganti dari bermain paralel ke jenis asosiatif.
4) Persepsi kesehatan
Kita mengkaji persepsi kesehatan melalui keluarga, pola hidup mereka, sensasi
pada tubuh anak itu sendiri, dan kemampuan orang tua untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang biasanya membantu anak-anak mengembangkan perilaku sehat
mereka, berpakaian dan makan.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
a. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan;
1) Orang tua kurang pengetahuan
2) Dukungan orang tua yang tidak adekuat, tidak sesuai
3) Stressor yang berkaitan dengan sekolah
4) Keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosial, bermain atau
pendidikan sekunder, akibat:
1) Kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi
2) Kurang stimulasi
3) Sedikitnya orang terdekat
4) Kehilangan teman sebaya.
b. Defisit pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan bahasa

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1
1) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok
usia.
2) Dengan cermat kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area fungsi,
menggunakan alat pengkajian yang spesifik.
3) Dorong untuk perawatan diri: merias diri sendiri, memakai baju sendiri,
perawatan mulut, perawatan rambut.
4) Beri waktu bermain dengan orang lain yang sering dan dengan berbagai mainan.
5) Beri waktu untuk bermain sendiri dan menggali lingkungan bermain.
6) Perintahkan untuk memberi respon verbal dan mengajukan permintaan.
7) Beri pujian untuk perilaku yang positif.
b. Diagnosa 2
1) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok
usia.
2) Beri pendidikan kesehatan atau informasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak.
c. Diagnosa 3
1) Bila ada perilaku antisosial pada anak, bantu untuk:
a) Menggambarkan perilaku yang memengaruhi sosialisasi.
b) Bermain peran sesuai respon.
c) Munculkan umpan balik sebaya untuk perilaku positif dan negatif.
2) Ajarkan orang tua untuk:
a) Menghindari ketidaksetujuan di depan anak
b) Membuat kontak mata sebelum memberi instruksi dan minta anak untuk
mengulangi apa yang dikatakan.
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

SEPANJANG KEHIDUPAN PADA USIA SEKOLAH

A. Definisi Kesehatan Jiwa Usia Sekolah ( 5 – 12 Tahun)

            Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan
yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan utama pada
tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai dengan teman sebaya dan orang lain,
meningkatkan keterampilan intelektual khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan
motorik halus, dan ekspansi keterampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat  mulai
melambat pada usia 10 hingga 12 tahun. Bentuk wajah berubah karena tulang wajah tumbuh
lebih cepat dari pada tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih
panjang, koordinasi neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh. Keterampilan
bersepeda, memainkan alat musik, menggambar/ melukis, serta keterampilan lain yang di
perlukan untuk kegiatan kelompok serta kegiatan hidup sehari-hari sudah berkembang (Berger &
williams,1992;kozier;Erb,Blais & wilkinson, 1995).

B. Landasan Teoretis Perkembangan Jiwa Anak


      Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan
psikiatrik.Intervensi keperawatan jiwa anak mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal
anak yang berlandaskan pada teori perkembangan fisio – biologis, psikologogis, kognitif, sosial,
sensorimotoris, moral, dan filosofi.
1. Teori perkembangan fisio – biologis

Tiga konsep utama yang melandasi teori fisiobiologis perkembangan individu


adalah kepribadian, sifat (traits), dan temperamen.

2. Teori Perkembangan Kognitif

Teori piaget menekankan bahwa cara anak berpikir berbeda dari pada orang
dewasa, bahkan anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan masukan dari orang
dewasa. Menurut piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain, menunjukan
proses kegiatan asimilasi, dan akomodasi, yang menjabarkan tiap tahap dan usia dari
kematangan kognitif anak. 

3. Teori Perkembangan Bahasa

Menurut Chomsky (1975) dalam teorinya meyatakan bahwa anak menggunakan


dan menginterpretasikan kalimat baru melalui proses kognitif internal yang disebut dengan
transformasi, yaitu penyusunan kata menjadi kalimat. Mula-mula anak memverbalisasi
persepsi mereka dengan memberi nama tentang hal yang di persepsikan, kemudian
meningkat dengan memverbalisasi emosi mereka.

C. Batasan Karakteristik
1. Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2. Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih juara pertama
3. Terlibat dalam kegiatan kelompok
4. Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
5. Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal merapikan tempat
tidur,menyapu dan lain-lain.
6. Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita, menggambar
7. Memliliki teman akrab untuk bermain
8. Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan

D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang
dibutuhkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten. Selain mengkaji
keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji:
a. data demografi,
b. riwayat kesehatan terdahulu,
c. kegiatan hidup anak sehari-hari,
d. keadaan fisik, status mental,
e. hubungan interpersonal,
f. serta riwayat personal dan keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah

3. Rencana Tindakan Keperawatan Pasien


Tujuan :
a. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
b. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
c. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan

4. Tindakan keperawatan
a. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal

1) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak


2) Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
3) kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster)
4) Ajarkan kebersihan diri
b. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus

1) Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak


2) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-kejaran,
papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola, lompat tali)
3) Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar
menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan seperti
vas, kotak pensil, lampion dsb, )
4) Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain.

c. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan


perkembangan
1) Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
2) Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
3) Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga
4) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang
5) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia
sekolah
6) Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia sekolah

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

SEPANJANG KEHIDUPAN PADA REMAJA

A. Pengertian Masa Remaja


Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa
dewasa, berlangsung antara usia 10 – 19 tahun. Masa remaja terdiri dari remaja awal ( 10 – 14
tahun ), masa remaja pertengahan ( 14- 17 tahun )dan masa remaja akhir (17 – 19 tahun). Pada
masa remaja terjadi banyak perubahan baik biologis, psikologis maupun sosial (Kusumawati, F,
2010).

B. Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial pada remaja menurut Erikson adalah identitas dan
kebingungan peran yang terjadi pada usia 12-20 tahun.
1. Tahap perkembangan identitas (Desmita, 2005) meliputi:
a. Tahap diferensiasi (12-14 tahun ) .karakteristik tahap ini adalah remaja menyadari
bahawa ia berbeda secara psikologis dari orang tuanya.Kesadaran ini sering
membuatnya mempertanyakan dan menolak nilai- nilai dan nasehat orang tuanya,
sekalipun nilai dan nasehat tersebut masuk akal.
b. Tahap praktis (14 – 15 tahun) arakteristik tahap ini adalah remaja percaya bahwa ia
mengetahui segala-galanya dan dapat melakukan sesuatu tanpa salah. Ia menyangkal
kebutuhan akan peringatan atau nasehat dan menantang orangtuanya pada setiap
kesempatan. Komitmennya terhadap teman-teman juga bertambah
c. Tahap penyesuaian (15-18 tahun). Karakteristik tahap ini adalah karena kesedihan
dan kekhawatiran yang dialaminya mendorong remaja untuk menerima kembali
sebagian otoritas orang tuanya tetapi dengan syarat.
d. Tahap konsolidasi (18-21 tahun).

2. Perkembangan psikososial remaja awal (10-114 tahun)


Perkembangan psikososial remaja awal diantaranya:
a. cemas terhadap penampilan badan / fisik;
b. perubahan hormonal;
c. menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, tidak hanya sebagai
anggota keluarga;
d. perilaku memberontak dan melawan;
e. kawan menjadi lebih penting;
f. perasaan memiliki terhadap teman sebaya, anak laki-laki membentuk gang,
kelompok, anak perempuan mempunyai sahabat;
g. sangat menuntut keadilan tapi cenderung melihat sesuatu sebagai hitam putih serta
dari sisi pandang mereka sendiri.

3. Perkembangan Psikososial Remaja Pertengahan (15-16 Tahun )


Perkembangan psikososial remaja awal diantaranya:
a. lebih mampu berkompromi
b. belajar berfikir secara independen dan membuat keputusan sendiri
c. terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman
bagi mereka
d. merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru, mengujinya walaupun beresiko
e. tidak lagi terfokus pada diri sendiri
f. membangun norma/nilai dan mengembangkan realitas
g. membutuhkan lebih banyak teman dan rasa setia kawan
h. mulai membina hubungan lawan jenis
i. intelektual lebih berkembang dan ingin tahu banyak hal,berfikir abstrak
j. berkembangnya ketrampilan intelektual khusus
k. mengembangkan minat yang besar terhadap bidang seni dan olah raga
l. senang berpetualang,ingin bepergian sendiri.

C. Masalah Kesehatan Jiwa Remaja

Adanya hambatan dalam tahap perkembangandapat menimbulkan masalah kesehatan


jiwa bila tidak terselesaikan dengan baik.Masalah tersebut berasal dari diri remaja sendiri,
hubungan orang tua dan remaja atau akibat interaksi sosial di luar lingkungan keluarga. Sebagai
akibatnya dapat terjadi masalah kesehatan jiwa remaja denganmanifestasi bermacam-macam
antara lain kesulitan belajar,kenakalan remaja dan masalah perilaku seksual (Davdson G C,
2006).

D. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Kesiapan peningkatan perkembangan remaja

2. Intervensi perkembangan normal


a. Intervensi generalis :
1) Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif dan bermanfaat
2) Tidak membatasi atau terlau mengekang remaja melainkan membimbingnya
3) Menciptakan suasana rumah yang nyaman untuk pengembangan bakat dan
kepribadian diri
4) Menyediakan waktu untuk diskusi, mendengarkan keluhan, harapan dan cita-cita
remaja
5) Tidak menganggap remaja sebagai junior yang tidak memiliki kemampuan
apapun

b. Intervensi spesialis
Terapi kelompok terapeutik : remaja
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

SEPANJANG KEHIDUPAN PADA DEWASA

A. Pengertian Dewasa
Dewasa merupakan tahap perkembangan manusia yang berada pada 20-30 tahun dan pada usia
ini individu harus mampu berinteraksi akrab dengan oranglain (Erickson, 1963). Pada masa ini penekanan
utama dalam perkembangan identitas diri untuk membuat ikatan dengan oranglain yang menghasilkan
hubungan intim. Orang dewasa mengembangkan pertemanan abadi dan mencari pasangan atau menikah
dan terikat dalam tugas awal sebuah keluarga. Levinson (1978) mengatakan bahwa pada masa ini
seseorang berada pada puncak intelektual dan fisik. Selama periode ini kebutuhan untuk mencari
kepuasan diri tinggi. Selain itu masa dewasa awal seseorang berpindah melalui tahap dewasa baru, dari
asumsi peran yunior pada pekerjaan, memulai perkawinan dan peran orangtua dan memulai pelayanan
pada komunitas ke suatu tempat yang lebih senior dirumah, pekerjaan dan di komunitas. Kegagalan
dalam berhubungan akrab dan memperoleh pekerjaan dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan
dan merasa kesepian lalu menyendiri

B. Karakteristik Prilaku
1. Karakteristik prilaku normal
a. Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan oranglian
b. Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertenti (pacar, sahabat)
c. Membentuk keluarga
d. Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan berinteraksi
e. Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja
f. Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan emosional
g. Mempunyai konsep diri yang realistis
h. Menyukai diri dan mengetahui tujuan hidup
i. Berinteraksi baik dengan keluarga
j. Mampu mengatasi strss akibat perubahan dirinya
k. Menganggap kehidupan sosialnya bermakna
l. Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupya
2. Karakteristik penyimpangan perkembangan
a. Tidak mempuyai hubungan akrab
b. Tidak mandiri dan tidak mempunyai komitmen hidup
c. Konsep diri tidak realistis
d. Tidak menyukai diri sendiri
e. Tidak mengetahui arah hidup
f. Tidak mampu mnegatasi stres
g. Hubungan dengan orangtua tidak harmonis
h. Bertindak semaunya sendiri dan tidak bertanggungjawab
i. Tidak memiliki nilai dan pedoman hidup yang jelas, mudah terpengaruh
j. Menjadi pelaku tindak antisosial (kriminal, narkoba, tindak asusila)

C. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa

2. Intervensi Keperawatan
Intervensi Generalis :
a. Menjelaskan perkembangan usia dewasa yang normal dan perkembangan yang
menyimpang
b. Menerima proses penuaan dan perubahan peran dalam keluarga
c. Berinteraksi dengan baik dengan pasangan dan menikmati kebersamaan dengan keluarga
d. Memperluas dan memperbaharui minat/kesenangan
e. Memanfaatkan kemandirian dan kemampuan/potensi diri secara positif
Intervensi Spesialis : terapi stimulasi perkembangan psikososial.
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

SEPANJANG KEHIDUPAN PADA LANSIA

A. Pengertian Lansia
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan
lansi ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging proses.
Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa, sukma, roh,
semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus psikologi Kartini Kartono,
(1987:278) mengemukakan: mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam
pengertian aslinya menyinggung masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini
digunakan untuk menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus
menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari oleh
individu.Pengertian mental dalam kamus besar bahasa Indonesia, (1991:647) adalah“Berkenaan
dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, Bukan bersifat badan
atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan melainkan juga pembangunan
batin dan watak”.

B. Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Mental Pada Lansia


Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik,
sosial dan ekonomi.Masalah tersebut dapat berupa emosi tidak labil, mudah tersinggung,
gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak
berguna.Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti
depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah
kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian.Penyesuaian tersebut karena adanya
perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi
kemunduran.Aspek psikologi merupakan faktor penting dalam kehidupan seseorang dan menjadi
semakin penting dalam kehidupan seorang lansia.Aspek psikologis ini lebih menonjol daripada
aspek materiil dalam kehidupan seorang lansia. Pada umumnya, lansia mengharapkan: panjang
umur, semangat hidup, tetap berperan sosial, dihormati, mempertahankan hak dan hartanya, tetap
berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisi-Nya, dan masuk surga. Keinginan
untuk lebih dekat kepada Allah merupakan kebutuhan lansia. Proses menua yang tidak sesuai
dengan harapan tersebut, dirasakan sebagai beban mental yang cukup berat.Aspek sosial yang
terjadi pada individu lanjut usia, meliputi kematian pasangan hidupnya/teman-temannya,
perubahan peran seorang ayah/ibu menjadi seorang kakek/nenek, perubahan dalam hubungan
dengan anak karena sudah harus memerhitungkan anak sebagai individu dewasa yang dianggap
sebagai teman untuk dimintai pendapat dan pertolongan, perubahan peran dari seorang pekerja
menjadi pensiunan yang sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah.
Aspek ekonomi berkaitan dengan status sosial dan prestise.Dalam masyarakat sebagai seorang
pensiunan, perubahan pendapatan karena hidupnya tergantung dari tunjangan pensiunan.
Kondisi-kondisi khas yang berupa penurunan kemampuan ini akan memunculkan gejala umum
pada individu lanjut usia, yaitu “perasaan takut menjadi tua.”
Pada umumnya, perubahan ini diawali ketika masa pensiun.Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri.Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya dan sangat tergantung pada
sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun.Dalam kenyataan ada yang menerima,
ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang
seolah-olah pasrah terhadap pensiun.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa aspek mental yang ada pada diri manusia adalah
aspek-aspek yang dapat menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri. Perbuatan dan
tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang merupaka motor penggerak
suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut bisa manusia kendalikan melalui
proses pendidikan.
C. Masalah Di Bidang Psikogeratri
1. Kecemasan
a. Pengertian
Gangguan kecemasan pada lansia adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan
obsesif kondlusif, gangguan kecemasan umum, gangguan stress akut, gangguan stress
pasca traumatic.

b. Gejala kecemasan
Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional terhadap kejadian yang akan
terjadi,Sulit tidur sepanjang malam,Rasa tegang dan cepat marah, Sering mengeluh
akan gejala yang ringan atau takut/khawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya
kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanya,Sering
membayangkan hal-hal yang menakutkan,Merasa panic terhadap masalah yang
ringan.

2. Depresi
a. Pengertian
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda
Wahywlingsih dan Sukamto). Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia
dan alasan terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial,
kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia.Memang, depresi sering disalahartikan
sebagai demensia.Kemampuan mental klien dengan depresi tetap utuh, sedangkan
pada klien demensia, terjadi peningkatan kerusakan kognitif.

b. Penyebab depresi pada lansia:


1) Penyakit fisik
2) Kurangnya perhatian dari pihak keluarga
3) Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular)
4) Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup banyak
lansia yang mengalami peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau cukup
berat.

3. Insomnia
a. Pengertian
Kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat
mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah. Perubahan
pola tidur dapat berubah tiak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada
malam hari, sehingga lansia melakukan kegiatannya pada malam hari.

b. Penyebab insomnia pada lansia


Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih
semangat sepanjang malam,Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari,Gangguan
cemas dan depresi,Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman,Sering berkemih
pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari,Infeksi saluran kemih.

D. Pendekatan Psikologis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu
yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip “Tripple”, yaitu sabar, simpatik dan service. Hal itu
perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya
usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk
peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan,
perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran
libido. Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan
menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan .Harus diingat
kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah
tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara
perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan
pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat
Pernah mengalami perubahan fungsi mental sebelumnya?
b. Kaji adanya demensia. Dengan alat-alat yang sudah distandardisasi, meliputi
c. orientasi
1) tanyakan hari ini tanggal berapa?
2) Kemudian tanyakan hal-hal terkait, misalnya sekarang ini musim apa?

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola tidur b.d ansietas
b. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron
irreversible.

3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pola tidur b.d ansietas.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien memiliki pola
tidur yang teratur.
 Kriteria Hasil:
1) Klien mampu memahami factor penyebab gangguan pola tidur.
2) Klien mampu menentukan penyebab tidur inadekuat.
3) Klien mampu memahami rencana khusus untuk menangani atau mengoreksi
penyebab tidur tidak adekuat.
4) Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan
terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun).
5) Klien tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.
 Intervensi
1) Jangan menganjurkan klien untuk tidur siang apabila berakibat efek negative
terhadap tidur pada malam hari.
2) Evaluasi efek obat klien yang mengganggu tidur.
3) Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien
(member susu hangat).
4) Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur.
5) Buat jadwal intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih lama.

b. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron


irreversible.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien dapat berpikir
rasional.
 Kriteria hasil :
1) Klien mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani
konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang
diri.
2) Klien mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang
negative.
3) Klien mampu mengenali perubahan dalam berfikir atau tingkah laku dan
factor penyebab.
4) Klien mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan,
ancaman, dan kebingungan.
 Intervensi:
1) Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan klien-perawat yang
terapeutik
2) Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang perhatian,
kemampuan berfikir. Bicarakan dengan keluarga mengenai perubahan
perilaku.
3) Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang.
4) Tatap wajah klien ketika sedang berbicara dengan klien
5) Gunakan distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat klien
mengungkapkan ide yang salah, jika tidak meningkatkan kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Kusharyadi.2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usi Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. 1995. Perawatan Lanjut Usia.Jakarta: EGC
Tamher, S., Noorkasiani.2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume I. EGC: Jakarta
Carpenito & Moyet.2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC: Jakarta
Sunaryo. 2005. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC: JakartaYosep,Iyus. 2007 .keperawatan
jiwa.Hal :1-2.Refika-aditama:Bandung
Kusumawati, F. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta; Salemba Medika, 2010
Potter, Patricia A. and Perry, Anee G. (1985).Fundamentals of Nursing concept, process, and
practice. St. Louis : The C.V. Mosby Company
Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan tim pengajar spesialis jiwa (2008). Draft Standar Asuhan
Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta : Progaram Magister Keperawatan Jiwa FIK UI
Stolte, K. (2004), Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai