Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Keperawatan Masalah Psikososial Kehilangan Berduka, Distress Spiritual

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa

Oleh
Kelompok 04/18A
Muthiatul Maula NIM 182310101030
Kinanti Atmaja NIM 182310101031

Dosen Pembimbing
Ns. Enggal Hadi K., S.Kep., M.Kep NIP 760016844

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Masalah Psikososial
Kehilangan Berduka dan Distress Spiritual” dengan sebaik-baiknya
Ucapan terima kasih juga disampaikan penulis kepada beberapa pihak yang telah
membantu dalam penulisan laporan kinerja ini, diantaranya:
1. Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep., M.Kes. selaku Ketua Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Jember.
2. Ns. Anisah Ardiana, S,Kep., M.Kep., PhD. selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Jember.
3. Ns. Nurfika Asmaningrum, S.Kep., M.Kep., PhD. selaku Wakil Dekan II
Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
4. Ns. Erti I. Dewi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J selaku Penanggung Jawab Mata
Kuliah Keperawatan Jiwa
5. Ns. Enggal Hadi K., S.Kep., M.Kep. selaku pembimbing yang telah
membimbing dalam penulisan makalah ini;
6. Ibu dan Bapak serta teman-teman yang telah mencurahkan cinta kasih dan
perhatian pada kami, yang telah memberikan semangat, dorongan moril maupun
materil, yang mendampingi di setiap pengerjaan hingga penyelesaian laporan ini.
Dalam penulisan makalah ini telah kami susun secara optimal, namun tidak
menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritikan
yang membangun sangat kami perlukan. Semoga makalah ini bermanfaat.

Jember, 7 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Kehilangan...............................................................................................3
2.1.1 Pengertian..............................................................................................3
2.1.2 Tipe Kehilangan.....................................................................................3
2.1.3 Faktor Kehilangan.................................................................................4
2.1.4 Dampak Kehilangan..............................................................................5
2.1.5 Pengobatan Farmakologi dan Non Farmakologi.....................................
2.2 Berduka...................................................................................................5
2.2.1 Pengertian..............................................................................................5
2.2.2 Fase Berduka.........................................................................................5
2.2.3 Jenis Berduka.........................................................................................6
2.3 Distress Spiritual.....................................................................................7
2.3.1 Pengertian..............................................................................................7
2.3.2 Karakteristik..........................................................................................8
2.3.3 Penyebab................................................................................................9
2.3.4 Faktor Predisposisi.................................................................................9
2.3.5 Faktor Presipitasi...................................................................................9
2.3.4 Penilaian..............................................................................................10

iii
2.4 Asuhan Keperawatan Kehilangan Berduka......................................10
2.4.1 Pengkajian............................................................................................10
2.4.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................11
2.4.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................12
2.4.4 Tindakan Keperawatan........................................................................14
2.4.5 Evaluasi................................................................................................15
2.5 Asuhan Keperawatan Distress Spiritual............................................16
2.5.1 Pengkajian............................................................................................16
2.5.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................17
2.5.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................17
2.5.4 Tindakan Keperawatan........................................................................19
2.5.5 Evaluasi................................................................................................21
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................22
3.2 Saran.......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................23

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masalah psikososial dapat dialami oleh siapapun tidak memandang usia baik
muda hingga lansia. Akan tetapi, dapat diketahui bahwa tidak semua orang dapat
melalui masalah kehilangannya dengan mudah. Apalagi kehilangan tersebut bersifat
selamanya, tentu akan menyebabkan perasaan seorang tersebut menjadi sangat terpukul
hingga dapat mengakibatkan distress spiritual. Oleh sebab itu, bagi seseorang yang
mengalami kehilangan membutuhkan waktu yang sangat panjang, namun hal itu hanya
dirasakan oleh sebagian orang saja.
Selain masalah kehilangan, masalah kedukaan juga dapat menyebabkan masalah
yang sangat besar dalam proses psikososialnya. Kedukaan merupakan suatu respon
yang normal dalam proses kehilangan. Menurut peneliti Stoebe (1987 )dalam bukunya
(Moyle & Hogan, 2006) menyatakan bahwa kedukaan merupakan suatu kondisi seorang
individu yang baru saja kehilangan sesuatu dari sebelumnya ada menjadi tidak ada.
Dalam mengatasi hal tersebut, diperlukan seorang perawat atau teman dekat di
sekitarnya yang mampu memberikan kenyamanan atau edukasi supaya pasien dapat
merubah kondisi kehilangan dan berduka menjadi lebih baik, sehingga tidak terjadi
masalah distress psikososial.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan masalah psikososial kehilangan, berduka dan
distress spiritual?
1.2.2 Apa saja respon dalam masalah psikososial dari kehilangan, berduka dan distress
spiritual?
1.2.3 Bagaimana tahap masalah psikososial daro kehilangan, berduka, dan distress
spiritual?
1.2.4 Apa saja diagnosa yang muncul dalam masalah psikososial kehilangan, berduka
dan distress spiritual?
1.2.5 Bagaimana intervensi dalam masalah psikososial dari kehilangan, berduka dan
distress psikososial?

1
1.2.6 Bagaimana implementasi dalam masalah psikososial dari kehilangan, berduka
dan distress psikososial?
1.2.7 Bagaimana evaluasi dalam masalah psikososial dari kehilangan, berduka dan
distress psikososial?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskkan terkait dengan masalah psikososial dalam masalah kehilangan,
berduka dan distress spiritual.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian kehilangan berduka, dan distress spiritual
b. Mengetahui respon kehilangan berduka dan distress spiritual
c. Mengetahui bagaimana tahapan kehilangan berduka dan distress spiritual
d. Mengetahui asuhan keperawatan kehilangan berduka dan spiritual.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kehilangan
2.1.1 Pengertian Kehilangan
Kehilangan merupakan suatu kondisi yang terjadi pada individu baik terjadi
sebagian maupun keseluruhan yang ditandai dengan kehilangan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada. Kehilangan ini dapat dialami oleh semua orang yang
masih hidup di dunia mulai sejak lahir dan akan cenderung mengalami kehilangan
kembali walaupun dengan intensitas yang berbeda (Yosep, 2011). Seseorang yang
merasa kehilangan akan cenderung kehilangan citra tubuh, orang terdekat, perasaan,
pekerjaan, barang milik pribadi, serta keyakinan atau yang disebut dengan sense of self.
Kehilangan ini dapat terjadi secara tiba-tiba ataupun bertahap, sehingga kehilangan itu
dianggap sebagai suatu masalah perkembangan psikososial (Mubarak & Chayatin,
2007).
2.1.2 Tipe Kehilangan
Menurut peneliti yang bernama Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa
Kehilangan dapat dibagi menjadi 5 macam kelompok, yaitu
a. Kehilangan objek eksternal
Dalam pengertian diatas, yang dimaksud dengan kehilangan objek eksternal
yaitu kehilangan suatu benda yang diakibatkan karena telah menjadi usang, dicuri
ataupun rusak yang disebabkan adanya bencana alam. Contohnya Ibu Iwan kehilangan
perhiasannya karena dicuri oleh maling 2 pekan hari yang lalu.
b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan ini muncul karena adanya perpisahan dari lingkungan yang telah
lama dikenal. Contohnya Agus mendapat pekerjaan baru di kota Samarinda sehingga
Agus harus pindah tempat dan meninggalkan kota Aceh karena ia sudah tidak bekerja di
kota tersebut.
c. Kehilangan orang terdekat
Kehilangan orang terdekat dapat berupa kehilangan orang tua, saudara, sahabat,
pasangan, maupun anak-anak. Contohnya Agus kehilangan salah satu sahabatnya yang
bernama Tono karena Tsunami Aceh tahun 2006.

3
d. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek diri pada hal ini berupa kehilangan sebagian anggota tubuhnya
yang mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, maupun psikologis. Kehilangan pada
tipe ini membuat seseorang mengalami kedukaan yang mendalam karena adanya
perubahan permanen yang terjadi dalam citra tubuh dan konsep pada dirinya.
Contohnya Tono kehilangan salah satu kakinya akibat terjangan air yang deras pada
peristiwa tsunami Aceh 2006.
e. Kehilangan Hidup
Pada tipe ini, seseorang akan menghadapi kematian dan mencoba berpikir,
merasakan, dan merespon terhadap apa yang terjadi pada dirinya dimasa depan nanti.
Contohnya Dokter Iwan mendiagnosa Tono terkena kanker pankreas stadium 4 yang
membuat dirinya menjadi berpikir dan merasa kehilangan harapan hidup.
2.1.3 Faktor yang memengaruhi reaksi kehilangan
Menurut Suliswati, (2005) menyatakan bahwa seseorang yang mengalami
kehilangan, akan dipengaruhi oleh beberapa macam faktor, yaitu:
a. Genetik
Pada faktor ini, akan sangat berpengaruh pada seseorang dimana ketika ia
dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi dan
gangguan mental lainnya. Oleh sebab itu, seseorang yang dibesarkan dalam keluarga
tersebut akan sulit mengembangkan sikap dalam menghadapi suatu masalah yang
muncul.
b. Kesehatan fisik
Dalam hal ini, seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang
sehat dan tidak mempunyai riwayat masalah psikososial cederung bisa menghadapi
serta mengatasi masalah stressnya dibandingkan dengan seseorang yang mengalami
gangguan.
c. Kesehatan jiwa/mental
Seseorang yang memiliki masalah psikososial ataupun masalah mental, akan
cenderung lebih merasa kehilangan yang ditandai dengan pemikiran masa depan yang
suram.

4
d. Pengalaman kehilangan di masa lalu
Dalam faktor tersebut, apabila seseorang mengalami kehilangan atau perpisahan
dengan seseorang di masa lalunya akan cenderung memengaruhi kemampuan individu
tersebut di masa depannya nanti.
2.1.4 Dampak Kehilangan
Individu yang merasakan kehilangan akan memengaruhi dan mengancam
kemampuannya dalam berkembang. Hal ini akan ditandai dengan munculnya perasaan
takut untuk ditinggalkan yang dapat membuat individu tersebat merasa kesepian.
Contohnya apabila kehilangan ini terjadi pada masa remaja/dewasa akan membuat
keutuhan persatuan antara masing-masing individu menjadi pecah seperti adanya
perbedaan pendapat dalam mengambil keputusan. Apabila hal ini terjadi ketika dewasa
tua akan menyebabkan kehilangan yang mendalam seperti kematian pasangan hidup.
2.2 Berduka
2.2.1 Definisi Berduka
Menurut Suliswati (2005) menyatakan bahwa berduka merupakan suatu respon
emosional yang diakibatkan karena kehilangan sesuatu. Berduka merupakan suatu
proses normal yang terjadi pada individu baik dalam bentuk respon dan perilaku
emosional, fisik, spiritual, sosial dan intelektual (NANDA, 2018). Dapat disimpulkan
bahwa berduka merupakan suatu proses psikologis yang terjadi pada individu terhadap
kehilangan yang berpengaruh pada perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, maupun
intelektual seseorang.
2.2.2 Fase Berduka
Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Kubler-Ross (1969 dalam
Hidayat,2009) menyatakan bahwa terdapat 5 fase berduka, yaitu:
a. Fase Penyangkalan (Denial)
Pada fase tersebut, seseorang yang merasa kehilangan akan mengalami syok, tidak
percaya, dan mengingkari kenyataan. Contohnya istri Tono yang bernama Ani
meninggal karena kejadian kecelakaan beruntun 2 hari yang lalu sehingga hal tersebut
membuat Tono menjadi terpukul dan terus merasa tidak percaya bahwa istrinya telah
meninggal dunia. Selain itu, pada fase tersebut ditandai adanya reaksi fisik yang letih,
lemah, pucat, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak mampu berbuat apa-apa.

5
b. Fase marah (Anger)
Pada fase tersebut, individu akan mengalami tahap menolak kehilangan. Pada
umumnya individu yang mengalami kehilangan akan menunjukka perilaku yang agresif,
berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, dan menuduh dokter atau
perawat tidak kompeten. Selain itu, salah satu respon fisik yang biasanya terjadi yaitu
mukanya terlihat merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur.
c. Fase Tawar menawar (Bargaining)
Pada fase tersebut, individu akan mengalami penurunan kesadaran atas
kenyataan yang sedang terjadi. Pada tahap ini juga individu akan membuat kesepakatan
secara halus dan berharap kehilangan tersebut dapat dicegah.
d. Fase Depresi (Depression)
Pada fase ini, individu akan menarik dirinya dari dunia luar, tidak mau bercerita,
muncul prasaan tidak berharga, dan muncul keinginan untuk bunuh diri. Salah satu
gejala fisik yang ditunjukkan yaitu menolak makan, susah tidur, dan letih.
e. Fase Penerimaan (acceptance)
Pada fase ini, individu akan merasa lebih baik dimana pemikiran yang selalu
berpusat pada salah satu objek sudah mulai berkurang dan hilang serta mampu
dilepaskan secara bertahap. Individu mulai menerima dan mulai memikirkan masa
depannya. Pada tahap ini juga perhatian seorang individu akan mulai teralih ke hal yang
baru. Seorang individu yang dapat memulai dan menerima tahap tersebut dengan baik,
dia dapat mengakhiri proses berduka dan mampu mengatasi perasaan kehilangan.
Disamping itu, apabila seorang individu gagal dalam melewati tahap tersebut, akan
memengaruhi dalam mengatasi perasaan kehilagan selanjutnya.
2.2.3 Jenis Berduka
Jenis berduka ada 5 macam, yaitu:
a. Berduka normal
Dalam proses berduko normal ini, seorang individu akan mengalami melakukan
tipe gaya adaptasi seperti terkait dengan daya tahan tubuh, ketabahan dalam
menghadapi, serta mampu menlakukan pengontrolan diri (Holland et al., 2006; Ong
et al., 2006; Onrus et al.,2006; Matthew, 2007)

6
b. Berduka berkomplikasi
Pada tahap ini, seseorang akan merasakan rindu yang sangat dan kesulitan dalam
menerima kenyataan, seperti menerima kematian, kepercayaan orang lain serta
merasakan adanya kepahitan. Tidak banyak sebagian orang juga akan merasa mati
rasa emosional.
c. Berduka diantisipasi
Pada tahap ini, seseorang akan melepaskan dan merelakan orang yang sangat
dicintai untuk pergi. Pada tahap ini seorang individu akan merasa lebih kuat
terhadap goncangan dan masalah yang terjadi pada dirinya.
d. Berduka tidak lepas
Pada tahap ini, seorang individu yang ditinggalkan memiliki hubungan yang
tidak disetujui oleh lingkungan sekitar serta tidak dapat diakui di depan umum.
Contoh: kematian pasangan gay
e. Berduka tertutup
Pada jenis ini, hubungan antara orang yang ditinggalkan dan yang meninggalkan
sudah tidak dapat diakui lagi secara terbuka. Contoh kematian pasangan AIDS.
2.3 Distress Spiritual
2.3.1 Pengertian Distress Spiritual
Disters spiritual merupakan suatu kondisi kerusakan kemampuan dalam
memahami atau mengartikan tujuan hidup seseorang dengan dirinya, orang lain, seni,
musik, literatur, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya (NANDA, 2005).
Distress spiritual dapat juga diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang kesulitan
atau gagal dalam menemukan arti kehidupannya atau tidak menemukan tujuan hidup.
Hatamipour, Rassouli, Yaghmaie, Zendedel, dan Majd (2015) berpendapat
bahwa tekanan spiritual adalah krisis yang memicu ketidakseimbangan pikiran, tubuh,
dan jiwa yang disebabkan oleh perasaan kesepian. Ketika tekanan spiritual terjadi,
banyak aspek akan terpengaruh karena dimensi spiritualnya luas. Tekanan spiritual
menjadi sumber negatif yang akan berdampak pada kesehatan pasien. Ini sejalan dengan
teori Psychoneuroimmunology (PNI), Robins et al. (2013), yang menyatakan pikiran
negatif atau segala jenis stres akan merangsang hormon yang berdampak pada

7
penurunan kekebalan tubuh. Tekanan spiritual pada pasien kanker payudara akan
berdampak pada penurunan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis.
Distress spiritual terbentuk karena adanya gangguan dalam mekanisme
managemen stress dan juga gangguan fungsi struktur otak (Fathoni, 2018). Distress
spiritual erat kaitanya dengan kondisi kesehatan seseorang misalnya penderita kanker
otak akan memiliki resiko mengalami distress spiritual lebih tinggi daripada pasien
pengidap diabetes, hal tersebut diakibatkan oleh menurunnya keyakinan pasien terhadap
harapan hidupnya akibat dari kondisi yang dialami (schultz, 2017).
2.3.2 Karakteristik
a. Hubungan dengan diri
1). Ungkapan kekurangan
a). Harapan
b). Arti dan tujuan hidup
c). Perdamaian/ketenangan
d). Penerimaan
e). Cinta
f). Memaafkan diri sendiri
g). Keberanian
h). Marah
i). Kesalahan
j). Koping yang buruk
b. Hubungan dengan orang lain
1). Menolak berhubungan dengan orang lain
2). Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3). Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4). Mengungkapkan pengasingan diri
c. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
1). Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan
muik, menulis)
2). Tidak tertarik dengan alam
3). Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

8
d. Hubungan dengan kekuatan yag lebih besar dari dirinya
1). Ketidakmampuan untuk berdoa
2). Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
3). Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan tuhan
4). Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5). Tiba-tiba berbah praktik agama
6). Ketidakmampuan untuk intropeksi
7). Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita
2.3.3 Penyebab
Menurut vacarolis (2000) dalam asuhan keperawatan fathoni (2018) distress
spiritual dapat diakibatkan oleh 3 faktor (fisik, psikologis, dan sosial budaya) yang
dapat dikaji dengan memperhatikan :
a. Pengkajian fisik  abuse
b. Pengakjian psikologis  status mental, adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan.
c. Pengkajian sosial budaya  dukungan sosial dalam memahami apa yang dipercaya
oleh klien.
2.3.3 Faktor Predisposisi
a. Gangguan pada dimensi biologis: dimensi bilogis yang dimaksud adalah fungsi
kognitif seseorang yang akan mempengaruhi proses interaksi sehingga terjadi
gangguan transmisi pengalaman penting dalam perkembangan spiritual
seseorang.
b. Faktor predisposisi sosiokultural : usia, gender, pendidika, pendapatan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman
sosial, tingkatan sosial.
2.3.4 Faktor Presipitasi
a. Kejadian stressful, hal ini dapat terjadi ketika memiliki perbedaan tujuan hidup
dengan orang lain, kehilangan hubungan dengan orang terdekat krena
kematian, kegagalan menjalin hubungan baik dengan diri sendiri/ orang lain/
lingkungan dan Tuhan.

9
b. Ketegangan hidup, misal ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan,
perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik
dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
2.3.5 Penilaian Terhadap Stressor
a. Respon kognitif
b. Respon afektif
c. Respon fisiologis
d. Respon sosial
e. Respon perilaku
Menurut safarino (2002) ada 5 sumber dukungan yang bisa digunakan untuk
membantu meningkatkan kestabilan kondisi pasien dengan distress spiritual :
a. Dukungan emosi yang terdiri atas ras empati, caring, memfokuskan pada kepenting
orang lain
b. Dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thinking, mendorong atau setuju
dengan pendapat orang lain
c. Dukungan isntrumental, dengan menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan
dengan dimensi spiritual
d. Dukungan informasi, memberikan nasehat, petunjuk umpan balik sesuai dengan
keyakinannya.
e. Dukungan network, menyediakan dukungan kelompok untuk berbagi aktifitas
spiritual, dalam mencapai keterampilan koping yang efektif
2.4 Asuhan Keperawatan Kehilangan Berduka
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien yang sedang mengalami masalah
psikososial kehilangan berduka yaitu:
a. Faktor genetik
Dalam hal ini seorang individu yang dilahirkan dan dibesarkan kedalam
keluarga memiliki riwayat depresi, akan merasa kesulitan dalam mengatasi
perasaan kehilangan dan berdukanya.

10
b. Kesehatan fisik
Dalam hal ini seorang pasien dikatakan bisa keluar dan sembuh dari
perasaan kehilangan dan berdukanya memiliki pola hidup yang teratur.
c. Kesehatan mental
Dalam hal ini, seorang pasien yang memiliki riwayat depresi terhadap perasaan
kehilangan dan berdukanya akan cenderung mudah mengalami gangguan jiwa
dibandingkan dengan pasien yang mampu keluar dalam situasi masalah tersebut.
d. Pengalaman keehilangan di masa lalu
Seorang pasien yang memiliki trauma kehilangan di masa lalu baik orang
terdekat seperti anggota keluarga maupun sahabat dekatnya, cenderung
memengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan ketika dewasa
nanti.
e. Struktur Kepribadian
Seorang pasien yang memiiki konsep diri yang rendah akan memengaruhi
rasa percaya dirinya menjadi rendah.
f. Stressor perasaan kehilangan
Pada tingkat stressor ini, pasien yang mengalami masalah psikososial akan
kehilangan harga diri, pekerjaan, posisi di masyarakat. Dalam hal ini, salah satu
tindakan yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan yaitu
berupa pengingkaran, regresi, intelektualisasi, disosiasi, supresi.

2.4.2Diagnosa Keperawatan
a. Duka Cita b.d kematian/kehilangan orang terdekat d.d marah, sering menyalahkan,
menarik diri, merasakan putus asa, pikiran kacau, perubahan pola tidur, perilaku
panik, adanya perubahan tingkat aktivitas.
b. Duka cita terganggu b.d ketidakstabilan emosional, kurangnya dukungan sosial, dan
adanya kematian orang terdekat d.d marah, depresi, keletihan, penurunan fungsi
dalam peran hidup, kecemasan, bingung, merasa hampa, dan syok.

11
2.4.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi
No Tujuan dan Kriteria Hasil Paraf
Dx Kep Keperawatan
1 Duka Cita Setelah dilakukan tindakan 1. Bantuan kontrol Ns. Kinan
asuhan keperawatan selama marah
3x24 jam diharapkan a. Identifikasi fungsi
menahan diri dari dari kemarahan,
kemarahan berkurang frustasi, dan
dengan kriteria hasil kemarahan yang
1. Mengidentifikasi situasi sangat bagi pasien
yang dapat memicu b. Bantu pasien
amarah dipertahankan terkait dengan
pada skala 4 (sering strategi
dilakukan) ditingkatkan perencanaan untuk
ke skala 3 (kadang- mencegah ekspresi
kadang dilakukan) kemarahan yang
2. Mengidentifikasi situasi tidak tepat
yang dapat memicu c. berikan model
amarah pada skala 4 peran yang bisa
(sering dilakukan) mengekspresikan
ditingkatkan ke skala 3 marah dengan cara
(kadang-kadang yang tepat
dilakukan) d. dukung pasien
3. Menggunakan aktivitas untuk mencari
fisik untuk mengurangi bantuan dari staf
rasa marah yang tertahan perawat atau atau
dipertahankan pada skala yang bertanggung
4 (sering dilakukan) jawab (merawat
ditingkatkan ke skala 3 pasien) selama
(kadang-kadang terjadinya periode
dilakukan) peningkatan

12
ketegangan

2. Duka cita Setelah dilakukan tindakan 1. Peningkatan Ns. Kinan


terganggu asuhan keperawatan selama koping
4x24 jam diharapkan koping a. Kenali latar
berkurang dengan kriteria belakang
hasil: budaya/spiritual
1. Menyatakan pasien
penerimaan terhadap b. Bantu pasien
situasi dipertahankan untuk
pada skala 4 (sering menyelesaikan
menunjukkan) masalah dengan
ditingkatkan ke skala 2 cara yang
(jarang menunjukkan) konstruktif
2. Menyatakan perasaan c. Berikan penilaian
akan kontrol (diri) mengenai
dipertahankan pada dampak dari
skala 4 (seing situasi kehidupan
menunjukkan) pasien terhadap
ditingkatkan ke skala 3 peran dan
(jarang menunjukkan) hubungan (yang
3. Menggunukan sistem ada)
dukungan personal d. Dukung
dipertahankan pada hubungan
skala 4 (sering (pasien) dengan
menunjukkan) orang yang
ditingkatkan pada skala memiliki
3 (jarang ketertarikan dan
menunjukkan) tujuan yang sama

13
2.4.4 Implementasi Keperawatan
Hari / Nama
Implementasi
No tangga Jam Evaluasi Formatif dan
(Normal)
l paraf
1. Rabu/ 07.00 1. Identifikasi fungsi dari 1. Pasien mulai mengerti Ns
1 April kemarahan, frustasi, terkait dengan fungsi Kinan
2020 dan kemarahan yang kemarahan, frustasi
sangat bagi pasien dan arti kemarahan
2. Membantu pasien yang sangat bagi
terkait dengan strategi pasien.
perencanaan untuk 2. Pasien mampu
mencegah ekspresi berpartisipasi dalam
kemarahan yang tidak strategi perencanaan
tepat untuk mencegah
3. Memberikan model ekspresi kemarahan
peran yang bisa yang tidak tepat
mengekspresikan 3. Pasien mampu
marah dengan cara menunjukkan model
yang tepat peran yang bisa
4. Mendukung pasien mengekspresikan
untuk mencari bantuan marah dengan cara
dari staf perawat atau cepat
atau yang bertanggung 4. Pasien cukup aktif
jawab (merawat dalam mencari
pasien) selama bantuan dari staff
terjadinya periode perawat atau yang

14
peningkatan bertanggung jawab
ketegangan (merawat pasien)
selama terjadinya
periode peningkatan
ketegangan

2. Rabu/ 09.00 1. Mengenali latar 1. Pasien mulai Ns.


1 April belakang mengenali latar Kinan
2020 budaya/spiritual belakang
pasien budaya/spiritual
2. Membantu pasien 2. Pasien mampu
untuk menyelesaikan bekerja sama dengan
masalah dengan cara perawat dalam
yang konstruktif menyelesaikan
3. Memberikan masalahnya
penilaian mengenai 3. Pasien mampu
dampak dari situasi menilai sendiri
kehidupan pasien mengenai dampak
terhadap peran dan dari situasi dalam
hubungan (yang ada) kehidupannya
4. Mendukung 4. Pasien menerima
hubungan (pasien) dalam menjalin
dengan orang yang hubungan dan berbagi
memiliki ketertarikan cerita kepada orang
dan tujuan yang sama lain.

2.4.5 Evaluasi
No Hari/ Tanggal/ Diagnosa Evaluasi Sumatif
Jam
1 Jum’at/ 3 April Duka Cita S = Klien mengatakan merasa
2020
cukup baik dalam mengontrol
tingkat kemarahannya

15
O = Klien cukup memahami
dalam menunjukkan ekspresi
kemarahannya
A= Masalah teratasisebagian
P = Pertahankan Intervensi

2 Jum’at/ 4 April Duka Cita Terganggu S = Pasien mengatakan mampu


2020
mengenal kembali lingkungan
sekitar
O = Pasien terlihat akrab
kembali dengan orang sekitar
A = Masalah teratasi
P = Hentikan Intervensi

2.5 Asuhan Keperawatan Distress Spiritual


2.5.1 Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan penkajian spiritual terhapa klien yang diduga mengalami
distress spiritual dapat dilakukan dengan menggunakan sistem Puchalski’s FICA
spiritual history tool (puchalski, 1999), yang meliputi :
a. F  faith/ keyakinan :
1). Keyakinan apa yang anda yakini ?
2). Apakah andaberpikiran untuk menjadi seseorang yang religius ?
3). Menurut anda apa tujuan kita diberi kehiudpan di dunia ini ?
b. I  impotance/ influence :
1). apakah hal ini (yang dipermsalahkan klien) penting dalam hidup anda ?
2). apakah hal tersebut mempengaruhi perawatn diri ?
3). apakah keyakinan anda bisa mempengaruhi perilaku selama selam sakit ?
c. C  community :
1). Apakah saudara bagian dari sebuah komunikasi religius atau spiritual ?
2). Apakah komunitas mendukung anda ?
3). Apakah dalam komunitas tersebut ada seseorang yang anda cintai atau anda
anggap saudara ?

16
d. A  adress :
1). Bagaimana anda akan mencintai/ menerima saya sebagai seorang perawat untuk
membantu dalam proses asuhan keperawatan anda ?
2). Pengkajian aktifitas sehari-hari pasien yang mengkarakteristikan distress
spiritual
3). Pengkajian terkait perasaan ketika gagal
4). Pengkajian terhadap perasaan tidak stabil
5). Pengkajian perasaan ketidakmampuan mengontrol diri
6). Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
7). Pengkajian perasaan hampa
2.5.2 Diagnosa Keperawatan
Disrtess spiritual
2.5.3 Intervensi Keperawatan
Dalam melakukan intervensi keperawatan pada penderita disstres spiritual akan
menjadi pengalaman yang sangat membantu perawat dalam meningkatkan
spiritualnya, karena kebanyakn dari pasien distress spiritual memiliki cerita hidup
yang sangat memotivasi. Pengalaman tersebut telah divalidasi oleh Gall yang
merupakan seorang veteran nursing interview, Gall menyatakan bahwa :

Gamabr 1. Kutipan dari buku spirituality in nursing

No Diagnosa Tujuan Intervensi paraf


.
1. Distress 1. Setelah dilakukan 1. Peningkatan Koping Ns. M

17
spiritual tindakan keperawatan o kenali latar belakang
selama 2x24 jam budaya/spiritual
diharapkan pasien
kemampuan klien o dukung identifikasi
dalam membuat nilai hidup yang
keputusan membaik spesifik
dengan kriteria hasil : o dukung pasien untuk
- Mengidentifikasi mengenali kekuatan
informasi yang relevan dan kemampuan diri
dipertahankan pada o berikan suasana
skala 2 ditingkatkan ke penerimaan
skala 4 o evaluasi kemampuan
- Mengidentifikasi pasien dalam
sumber daya yang membuat keputusan
dibutuhkan untuk 2. Dukungan Emosional
mendukung setiap o Diskusikan dengan
alternatif pasien mengenai
dipertahankan pada pengalamn emosinya
skala 2 ke skala 4 o Buat pernyataan yang
2. Setelah dilakukan
mendukung dan
tindakan keperawatan
berempati
selama 2x24 jam
o Dengarkan/ dorong
diharapkan kesehatan
ekspressi keyakinan
spiritual pasien
dan perasaan
membaik dengan
o Barikan bantuan
kriteira hasil :
dalam pembuatan
- Kualitas keyakinan
keputusan
dipertahankan pada
skala 3 ditingkatkan ke
5
- Kualaitas harapan

18
dipertahankan pada
skala 3 ditingkatkan ke
5

2.5.4 Implementasi Keperawatan


No Hari, Tgl Jam Implementasi Evaluasi Formatif
1. Sabtu, 04 07.00 1. Peningkatan Koping 1. Peningkatan Koping
april 2020 o mengenali latar o Pasien berlatar
belakang belakang budaya
budaya/spiritual pasien bali dan menganut
o mendukung identifikasi kepercayaan budha
nilai hidup yang spesifik o Pasien merasa
o mendukung pasien terdukung atas apa
untuk mengenali yang telah ia yaknini
kekuatan dan o Pasien mengenali
kemampuan diri kemampuannya
o memberikan suasana yakni dalam bidang
penerimaan seni musik
o mengevaluasi o Pasien merasa
kemampuan pasien nyaman atas yang
dalam membuat dilakukan perawat
keputusan o Pasien mampu
membuat keputusan
meski hanya dari hal
kecil
08.30 2. Dukungan Emosional 2. Dukungan emosional
o mendiskusikan dengan o Pasein mau
pasien mengenai menceritakan
pengalamn emosinya pengalaman
o membuat pernyataan masa lalunya

19
yang mendukung dan yang menjadi
berempati alasan
o mendengarkan/ dorong kondisinya saat
ekspressi keyakinan dan ini
perasaan o Pasien
o membarikan bantuan menerima
dalam pembuatan dukungan dan
keputusan mampu
merasakan
empati dari
perawat
o Pasien menangis
o Pasien terbantu
membuat
keputusan

2.4.5 Evaluasi
No Hari/ Tanggal/ Diagnosa Evaluasi Sumatif
Jam
1 Minggu/ 5 April Distress spiritual S = Klien mengatakan merasa
2020
lebih nyaman dan bersemangat
kembali.

20
O = Klien mampu
mengidentifikasi kemampuan/
kekuatan/ bakatnya serta mampu
membuat keputusan sendiri dan
upaya untuk meningkatkan
semangatnya dengan mengikuti
suatu kelompok
A= Masalah teratasi sepenuhnya
P = intervensi dihentikan

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu respon dimana seseorang akan merasa kehilangan
sesuatu dari yang dulunya ada menjadi tidak ada. Perasaan kehilangan sangat identik
dengan berduka. Apabila seseorang yang kehilangan sesuatu baik dalam bentuk
manusia maupun barang yang berharga akan meninggalkan perasaan berduka yang
sangat mendalam. Apabila hal tersebut tidak segera dilakukan tindakan, maka individu
tersebut akan cenderung mengalami masalah psikososial sehingga tidak mampu lagi
membedakan perilaku yang baik dan buruk. Hal tersebut memiliki keterkaitan antara
distress spiritual. Distress spiritual merupakan suatu kondisi dimana terdapat kerusakan
kemampuan dalam memahami serta mengartikan tujuan hidupnya. Oleh sebab itu, perlu
adanya tindakan asuhan keperawatan yang bertujuan untuk mengurangi munculnya
kondisi pasien yang semakin buruk dengan harapan pasien dapat mengatasi dan
mengkontrol dirinya terkait dengan perasaan kehilangan berduka dan distress spiritual.

3.2 Saran
Semua orang akan mengalami perasaan kehilangan berduka dan distress
spiritual. Akan tetapi semua itu tergantung kepada individu masing-masing. Apabila
seorang pasien yang mengalami masalah psikososial seperti munculnya perasaan
kehilangan berduka dan distress secara terus menerus dan tindak kunjung ssmbuh, maka
individu tersebut cenderung memiliki gangguan jiwa dan harus segera di lakukan
tindakan medis secara berkala. Akan tetapi tidak semua orang yang mengalami masalah
psikososial akan menderita gangguan jiwa. Individu yang mampu keluar dan mengatasi
kesedihannya akan cenderung mampu mengontrol tingkat stressnya.
Oleh sebab itu, perlu adanya peran tenaga kesehatan seperti perawat dalam
membantu pasien untuk menjadi lebih baik dalam menerapkan tindakan asuhan
keperawatan. Dan perlunya dukungan orang sekitar seperti keluarga, sahabat, dan
pasangan dalam meningkatkan harga diri pasien dengan masalah psikososial tersebut.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Gusti Made Pitri Rahayu., Dewa I Ayu Agung Yuli Umardewi., Agung Anak Ayu
Dwi Irma Riyanti. 2016. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan
Kehilangan dan Berduka. Makalah Kuliah Umum . Denpasar : Politeknik
Kesehatan Denpasar.
Fathoni, f. 2018. ASKEP Distress spiritual. Kupdf. Diakses pada 04 april 2020:
https://kupdf.net/download/askep-distres
spiritual_5b14f892e2b6f5f56733cbcf_pdf
Hatamipour, K., Rassouli, M., Yaghmaie, F., Zendedel, K., & Majd, H.A. (2015).
Spiritual needs of cancer patients: A qualitative study. Indian Journal of
Palliative Care, 21(1), 61.
O’brien, M. 2010. Spirituality in nursing. Ebook. Diakses di google book pada 04 april
2020 di https://books.google.co.id/books?
id=eM5fmkuPiP8C&pg=PA148&dq=spiritual+distress&hl=id&sa=X&ved=0ah
UKEwiB7YTA3s7oAhWX6nMBHTT7CkEQ6AEIKDAA#v=onepage&q=spirit
ual%20distress&f=false
Robins, J.L.W., McCain, N.L., Elswick, R.K., Walter, J.M., Gray, D.P., & Tuck, I.
(2013). Psychoneuroimmunology-based stress management during adjuvant
chemotherapy for early breast cancer. Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine, 2013
Schultz, M., et al. 2018. The cultural expression of spiritual distress in israel. Support
care cancer.
Wita. 2015. Respon Berduka Pada Pasien Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.
SKRIPSI. Sumatera: Universitas Sumatera Utara. Diakses pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49678/Cover.pdf?
sequence=7&isAllowed=y

23

Anda mungkin juga menyukai