Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DI ICU

Disusun oleh Kelompok 3 :

Regif Intan Barany 18631721


Cici Andri Widiasari 18631709
Viseis Nandi Sutomo 18631708
Aprillia Christine Ambar Sari 18631695

Progam Studi S1 Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Ponorogo

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan anugerah - Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan cukup baik dan tepat pada waktunya. Yaitu
“Komunikasi Terapeutik pada Klien di ICU”. Adapun makalah ini kami susun
atas dasar kelengkapan tugas mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan 2.
Kami sampaikan terimakasih kepada Ibu Siti Munawaroh, S.Kep.Ns.,M.Kep
selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan 2 di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam


proses penyusunan laporan ini, semua yang telah memberi informasi yang kami
tidak sebut satu per satu. Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa
masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya, maka untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Ponorogo, 25 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

Bab II. Pembahasan

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik 3

2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik 4

2.3 Komunikasi Terapeutik pada Klien di ICU 4

Bab III. Penutup

3.1 Kesimpulan 10

3.2 Saran 10

1.2 Rumusan Masalah 11

Daftar Pustaka 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan adalah profesi yang paling dekat dengan pasien dan
keluarga karena berinteraksi selama 24 jam penuh. Salah satu hal yang
dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan pasien adalah
membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, melalui berkomunikasi
perawat dapat mendengarkan perasaan pasien, kebutuhan pasien, dan
menjelaskan prosedur tindakan keperawatan. Hubungan saling memberi dan
menerima antara perawat dan pasien dalam pelayanan keperawatan disebut
sebagai komunikasi terapeutik perawat yang merupakan komunikasi
profesional perawat.
Komunikasi terapeutik diharapkan dapat menurunkan kecemasan
keluarga pasien karena keluarga merasa bahwa interaksinya dengan perawat
merupakan kesempatan untuk berbagi pengetahuan, perasaan dan informasi
sehingga dapat mengatasi kecemasan. Keluarga yang anggota keluarganya
masuk rumah sakit akan mengalami perasaan cemas secara psikologis,
perasaan cemas ini akan lebih meningkat ketika salah satu anggota keluarga di
rawat di ruang Intensive Care Unit (ICU). ICU adalah unit perawatan khusus
yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cedera dengan
penyulit yang mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga kesehatan
terlatih, serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus.
Ketika kondisi pasien yang sedang dirawat di ruang ICU kritis, maka
komunikasi terapeutik sangat diperlukan karena keluarga seketika mengalami
kecemasan saat anggota keluarganya di rawat di ruang ICU, perawat perlu
memberikan perhatian untuk memenuhi kebutuhan keluarga melalui
komunikasi. Kebutuhan keluarga pasien di ICU adalah kebutuhan informasi,
dukungan mental, rasa nyaman, berdekatan dengan pasien, dan jaminan
pelayanan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Komunikasi Terapeutik?
2. Apa tujuan Komunikasi Terapeutik?
3. Bagaimana Komunikasi Terapeutik pada Klien di ICU?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian Komunikasi Terapeutik?
2. Mengetahui apa saja tujuan Komunikasi Terapeutik?
3. Mengetahui bagaimana Komunikasi Terapeutik pada Klien di ICU?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Berikut pengertian komunikasi terapeutik dalam keperawatan


menurut beberapa ahli:

1. Menurut Sundeen (1990)


Hubungan Terapeutik merupakan sebuah hubungan kerjasama.
Hubungan ini ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran
dan pengalaman antara perawat dan pasien untuk membina hubungan
intim yang terapeutik
2. Menurut Northouse (1998)
Komunikasi Terapeutik adalah kemampuan perawat dalam
membantu klien untuk dapat beradaptasi dengan stress yang dialaminya.
Serta mengatasi gangguan psikologis, dan belajar untuk berhubungan baik
dengan orang lain.
3. Menurut Stuart G.W (1998)
Komunikasi Terapeutik merupakan hubungan interpersonal
antara perawat dan pasiennya. Dimana dalam hubungan ini, perawat dan
klien bersama - sama belajar untuk memperbaiki pengalaman emosional
klien.
4. Menurut Indrawati (2003)
Komunikasi Terapeutik adalah komunikas yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien.

3
Berdasarkan paparan tersebut, secara ringkas definisi komunikasi
terapeutik sebagai berikut:

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara


perawat dan klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling
memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk
membantu mengatasi masalah klien serta memperbaiki pengalaman
emosional klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien.

2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik

Berdasarkan definisi komunikasi terapeutik, berikut ini tujuan dari


komunikasi terapeutik.

a. Membantu mengatasi masalah klien untuk mengurangi beban perasaan


dan pikiran.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien/pasien.
c. Memperbaiki pengalaman emosional klien.
d. Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.

2.3 Bagaimana Berkomunikasi dengan Klien di ICU

2.3.1 Pengertian ICU

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit
yang mandiri, dengan staf yang khusus dan pelengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan, dan terapi bagi yang menderita
penyakit akut, cedera atau penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa.

2.3.2 Tujuan ICU :

1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui
observasi dan monitaring evaluasi yang ketat disertai kemampuan
menginterpretasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak
lanjut.
3. Meningkatkan kualitas pasien dan mempertahankan kehidupan.
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.

4
5. Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses
penyembuhan pasien
2.3.3 Kriteria Pasien yang memerlukan perawatan di ICU

Adapun beberapa kriteria pasien yang memerlukan perawatan di ICU


adalah:

1. Pasien berat, kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi


intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif
melalui infus secara terus menerus, contoh gagal nafas berat, syok
septik.
2. Pasien yang memerlukan pemantauan intensif invasive atau non
invasive sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi,
contoh paska bedah besar dan luas, pasien dengan penyakit
jantung, paru, ginjal, atau lainnya.
3. Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi
komplikasi akut, sekalipun manfaat ICU sedikit, contoh pasien
dengan tumor ganas metastasis dengan komplikasi, tamponade
jantung, sumbangan jalan nafas.

2.3.4 Jenis - Jenis ICU

Pelayanan ICU dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. ICU Primer

Ruang Perawatan Intensif primer memberikan pelayanan pada


pasien yang memerlukan perawatan ketat (high care). Ruang
perawatan intensif mampu melakukan resusitasi jantung paru dan
memberikan ventilasi bantu 24-48 jam.

2. ICU Sekunder

Pelayanan ICU sekunder adalah pelayanan yang khusus mampu


memberikan ventilasi bantu lebih lama, mampu melakukan bantuan
hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks.

5
3. ICU Tersier

Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek perawatan


intensif, mampu memberikan pelayanan yang tertinggi termasuk
dukungan atau bantuan hidup multi system yang kompleks dalam
jangka waktu yang tidak terbatas serta mampu melakukan bantuan
renal ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskuler invasif dalam
jangka waktu yang terbatas.

2.3.5 Prinsip - Prinsip Berkomunikasi dengan Pasien di ICU

Pada saat berkomunikasi dengan klien di ICU, hal - hal berikut


perlu diperhatikan, yaitu:

 Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien


 Usahakan mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan
memperhatikan materi ucapan yang perawat sampaikan dekat
klien.
 Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini
dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif
pada klien
 Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk
membantu klien fokus terhadap komunikasi yang perawat
lakukan.

2.3.6 Tahap Komunikasi dengan pasien di ICU

Komunikasi terapeutik terdiri atas 4 fase, yaitu fase pra interaksi,


fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Setiap fase atau tahapan
komunikasi terapeutik mencerminkan uraian tugas dari petugas, yaitu

1. Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan
dengan klien. Tugas perawat pada fase ini yaitu :
1) Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya
2) Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia
akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik
bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu belajar kembali,
diskusi teman kelompok;
3) Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat
rencana interaksi

6
4) Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di
implementasikan saat bertemu dengan klien
2. Fase Orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada
saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat
untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam
membina hubungan saling percaya. Tugas perawat pada tahap ini
antara lain :
1) Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap
penerimaan dan komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan
saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ihklas,
menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien
2) Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk
menjaga kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus
disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik
pertemuan
3) Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah
klien. Untuk mendorong klien mengekspresikan perasaannya,
maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan terbuka
4) Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah
masalah klien teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan
menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi

Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :

1) Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan


tangan
2) Memperkenalkan diri perawat
3) Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan
klien untuk berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
4) Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu
melengkapi penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar
klien percaya kepada perawat.
5) Evaluasi dan validasi. Evaluasi ini juga digunakan untuk
mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan
dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada
pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui
kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.
6) Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat
bersama klien mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan
orientasi.

7
Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana
yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi
tindakan pertemuan sebelumnya.

3. Fase Kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses
komunikasi teraeutik. Tahap ini perawat bersama klien mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Perawat dan klien mengeksplorasi
stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien. Tahap ini
berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.
Tekhnik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara
lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai
persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan
4. Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan
saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat
dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada
saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan
pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses
keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui
fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan
konsep kehilangan. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan
perawat, yang dibagi dua yaitu:
1) Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan
2) Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara menyeluruh.
Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah
dilakukan, evaluasi ini disebut evaluasi objektif.
b. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan
perasaan klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan
tindakan tertentu;
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan. Hal ini sering disebut pekerjaan rumah (planning
klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan
interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada
pertemuan berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan
pernah kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam;
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang
perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan.
Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasi akhir,

8
adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup
keseluruhan hasil yang telah dicapai selama interaksi.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan adalah profesi yang paling dekat dengan pasien dan
keluarga karena berinteraksi selama 24 jam penuh. Salah satu hal yang
dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan pasien
adalah membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, melalui
berkomunikasi perawat dapat mendengarkan perasaan pasien, kebutuhan
pasien, dan menjelaskan prosedur tindakan keperawatan.
Ketika kondisi pasien yang sedang dirawat di ruang ICU kritis,
maka komunikasi terapeutik sangat diperlukan karena keluarga seketika
mengalami kecemasan saat anggota keluarganya di rawat di ruang ICU,
perawat perlu memberikan perhatian untuk memenuhi kebutuhan keluarga
melalui komunikasi. Kebutuhan keluarga pasien di ICU adalah kebutuhan
informasi, dukungan mental, rasa nyaman, berdekatan dengan pasien, dan
jaminan pelayanan.

3.2 Saran
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya penulisan
makalah ini.

10
LAMPIRAN

NASKAH ROLEPLAY

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KOMA DI ICU

Aktris

Perawat Christine as Aprillia Christine Ambar Sari

Perawat Cici as Cici Andri Widiasari

Pasien Tn.Viseis as Viseis Nandi Sutomo

Keluarga (istri Tn.Viseis) as Regif Intan Barany

Narator Viseis Nandi Sutomo

Pada hari rabu tanggal 31 Oktober 2019 di Rs Muhammadiyah Ponorogo


terdapat pasien yang mengalami gangguan pada gagal nafas dan menyebabkan
pasien tidak sadar. Pasien tersebut bernama Tn. Viseis Pasien tersebut telah
dirawat diruang ICU selama 2 hari dan sejak itu juga Tn. Viseis tidak sadarkan
diri. Hari kedua itu pukul 08.00 perawat Christine akan memberikan injeksi pada
Tn. Viseis di ruang ICU.

PERAWAT DENGAN KELUARGA PASIEN

(Memanggil keluarga yang berada di ruang umum tunggu untuk keluarga yang
sudah di sediakan oleh rumah sakit tersebut)

Perawat Christine : “Keluarga dari Tn. Viseis”

Keluarga : “iya sus disini…..” (Istri dari Tn. Viseis)

Perawat Christine : “Selamat pagi . Perkenalkan saya perawat Christine


kebetulan saya yang bertugas hari ini dari jam 08.00-
13.00

Keluarga : “Selamat pagi Sus”

Perawat Christine : “Bagaimana kabar Tn. Viseis bu?”

11
Keluarga : “Ya begitu lah Sus, seperti biasanya masih belum
ada perkembangan. Suami saya masih belum sadar
padahal Dokter bilang beliau sudah melewati masa
kritis tapi kenapa suami saya belum sadar ya Sus?”

Perawat Christine : “Sabar ya bu, mungkin saja sebentar lagi suami ibu
akan segera sadar. Lebih baik ibu banyak berdoa
agar suami ibu segera sadar dan bisa berkumpul
dengan keluarga seperti dulu.”

Keluarga : “Aamiin, semoga saja, Sus.”

Perawat Chistine : “Ibu, hari ini saya akan memberikan obat pada
Tn.Viseis, nanti Tn.Viseis akan disuntik
menggunakan obat ini, bu. Bagaimana apakah saya
diperbolehkan memberi obat ini pada Tn.Viseis bu?”

Keluarga : “Silahkan, sus, lakukan yang terbaik untuk suami


saya.”

Perawat memasuki ruangan Tn.Viseis kemudian mempersiapkan alat untuk


injeksi.

Perawat Christine : “Selamat pagi Tn.Viseis perkenalkan saya Perawat


Christine, perawat yang akan merawat bapak hari
ini. Bapak hari ini saya akan memberikan bapak
obat, nanti saya akan menyuntikkan obat pada bapak
ya pak.” (sambil menyentuh pasien)

Perawat Christine : “Bapak saya akan menyuntikkan obatnya sekarang


ya pak”

Perawat selesai melakukan tindakan pada pasien.

Perawat Christine : “Nah, bapak saya sudah selesai memberikan obat


pada bapak, dan saya akan keluar kembali
keruangan saya, semoga obat yang saya berikan bisa
membantu bapak agar bapak bisa cepat sembuh agar
bapak bisa segera bertemu dengan keluarga bapak .

12
Keluarga bapak sudah sangat ingin bertemu dengan
bapak lagi pak.”

Perawat keluar ruangan pasien dan kembali bertemu dengan keluarga pasien

Keluarga : “Bagaimana keadaan suami saya, sus?”

Perawat Christine : “Kondisi suami ibu stabil, tapi masih belum ada
perkembangan yang menunjukkan tanda - tanda
sadar bu. Ibu tetap sabar saja bu, banyak-banyak
berdoa untuk kesembuhan Tn.Viseis . Kalau ibu
tidak pantang menyerah pasti akan membawa
dampak positif pada kesehatan Tn.Viseis bu.”

Keluarga : “Iya sus, pasti. Tapi kira-kira sampai berapa lama


Sus?”

Perawat Christine : “Kalau masalah itu saya belum bisa memastikan


bu, tapi yang pasti kami akan berusaha merawat
Tn.Viseis sebaik mungkin agar membantu proses
penyembuhan Tn.Viseis.

Keluarga : “Baik sus,Terimakasih”

Perawat Christine : “Kalau begitu saya permisi dulu bu, nanti jam 12
akan ada perawat lain yang akan memberi makan
pada Tn.Viseis Kalau ibu membutuhkan bantuan
saya atau perawat lain untuk merawat Tn.Viseis
silahkan datang ke nurse station bu.”

Keluarga : ”Baik sus”.

Perawat kembali ke nurse station untuk melanjutkan pekerjaannya,


beberapa jam kemudian, seorang perawat lain datang membawa troli berisi
makanan yang akan diberikan pada pasien.

Perawat Cici : “Selamat siang ibu. Perkenalkan saya Perawat Cici


yang hari ini bertugas untuk memberikan makan
pada Tn.Viseis nanti saya akan memberikan

13
makanan ini pada Tn.Viseis melalui selang NGT
yang sudah terpasang pada Tn.Viseis ya bu.”

Keluarga : “Baik sus”

Perawat Cici : “Selamat Siang pak, perkenalkan saya Perawat


Cici, kebetulan saya yang bertugas hari ini pak.
Bagaimana keadaan bapak sekarang? Saya berharap
bapak cepat siuman. Baik pak kedatangan saya
kesini untuk memberikan obat sekaligus
memberikan nutrisi kepada bapak dimana tujuannya
agar bapak tetap bisa makan walaupun dalam
keadaan koma ya pak. disini kira-kira saya
membutuhkan waktu 5-10 menit ya pak. Permisi ya
pak (sambil melakukan prosedur). (sesudah
melakukan prosedur). Baik pak saya sudah selesai
melakukan prosedur pak, saya berharap bapak cepat
siuman.

Perawat keluar ruangan pasien dan kembali bertemu dengan keluarga pasien

Perawat Cici : (dengan keluarga pasien) ”Bu, saya sudah selesai


memberi makanan ke Tn.Viseis melalui selang.
Semoga makanannya dapat memberi pengaruh pada
kesembuhan Tn.Viseis . Saya permisi dulu ya.. nanti
silahkan panggil saya atau perawat lain bila ibu
memerlukan bantuan.

Keluarga : “Terimakasih sus”

14
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Armiyadi. Komunikasi Terapeutik Dan Kecemasan Keluarga Di Ruang Icu

Anjaswarni, Tri. 2016. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta Selatan

Ismi Maulida, dkk. Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan


Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit.
https://nersindonesiablog.wordpress.com/2016/12/09/konsep-icu/

15

Anda mungkin juga menyukai