Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak dan Muamalah
Oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah
ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan. Dalam makalah ini, kami penulis
menyajikan materi tentang “Pernikahan Beda Agama”
Dengan selesainya pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Akhlak dan Muamalah yaitu Ibu Dra Sri Susanti, MA yang telah memberikan
tugas ini.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi di masa yang
akan datang khususnya di bidang pendidikan. Namun, Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan dengan hati terbuka
penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi sempurnanya makalah ini
Ponorogo, November2019
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
1.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Menikah merupakan salah satu anjuran yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada
umatnya. Rasulullah bersabda : “Menikah adalah sunnahku, barangsiapa tidak mengamalkan
sunnahku berarti bukan dari golonganku. Ada banyak ayat dalam Al Qur’an yang
menjelaskan anjuran untuk menikah, seperti dalam surat Az-Zariyat ayat 49: “Dan segala
sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. Dalam
ayat di atas maknanya berpasang-pasangan adalah laki-laki dan perempuan.
Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pasangan, yaitu karena hartanya,
nasabnya, kecantikannya, sesuai surat Ar-Ruum ayat 21 artinya “Dan diantara tanda
kekuasaan Allah ialah Ia menciptakan bagimu istri-istri dari jenismu sendiri agar kamu
merasa tentram dengannya.” dan terakhir karena agamanya, sesuai surat Al-Hujurat ayat 13
yang artinya “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah yang palng bertaqwa.”
Memilih pasangan yang utama karena agamanya, agama adalah pondasi dalam membina
rumah tangga yang sakinnah, mawaddah, warohmah. Rumah tangga akan penuh dengan
kasih sayang dan ridho dari Allah SWT, karena hati akan terasa tentram dan nyaman.
Di jaman sekarang ini, banyak anak muda yang tidak memilih pasangan berdasarkan
agama. Mereka lebih mengedepankan kesenangan duniawi daripada akhiratnya. Agama
bukan hal yang penting lagi dalam kehidupan mereka. Harta, kecantikan atau ketampanan
dan keturunan menjadi pilihannya.
Sehingga tak jarang kita temui disekitar kita sebuah pernikahan dengan agama yang
berbeda. Pernikah berbeda agama yang akan menjadi konflik yang tak berkesudahan dalam
hidup bermasyarakat, keturunan mereka yang akan menjadi korbannya dan jauh dari ridho
Allah SWT. Karena permasalahan diatas, kami akan membahas dalam makalah ini dengan
judul “Pernikahan Beda Agama”.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Pernikahan beda agama atau bisa disebut juga pernikahan antar agamaadalah pernikahan
yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang masing- masing berbeda agama.
Pernikahan antara laki-laki atau perempuan muslimdengan laki-laki atau perempuam non
muslim. Permikahan antar agama inikadangkala disebut “pernikahan campuran” (mix
marriage). 1Sedangkan menurut para ahli menurut Rusli, SH dan R. Tama, SHmenyatakan
bahwa perkawinan antar agama merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan
seorang wanita, yang karena berbeda agama,menyebabkan tersangkutya dua peraturan yang
berlainan mengenai syarat-syaratdan tata cara pelaksanaan perkawinan sesuai dengan hukum
agamanya masing- masing, dengan tujuan untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal
berdasar kanketuhanan Yang Maha Esa.
Pengertian lain datang dari I Ketut Mandra, SH dan Iketut Artadi SH yang menyatakan
bahwa perkawinan antar agama adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita yang masing-masing berbeda agamanya dan mempertahankan perbedaan agamanya itu
sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan yang maha Esa.
Dari rumusan pengertian perkawinan antar agama olehpara sarjana tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud adalahperkawinan antara dua orang yang berbeda agama
dan masing-masing tetap mempertahankan agama yang dianutnya.
Larangan perkawinan dalam surat al-Baqarah ayat 221 itu berlaku bagi laki-laki maupun
wanita yang beragama Islam untuk kawin dengan orang-orang yang tidak beragama Islam.
(O.S. Eoh, 1996 : 117)
Perkawinan antara wanita muslim dengan laki-laki non muslim tetapi ahli kitab.
Menganai lelaki Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) haram menikahi wanita Muslimah
tidak ada kesamaan lagi. Sebagaimana ditegaskan dalam Alquran Surat al-Mumtahanah:
10 dan al-Baqarah : 221. Maka Imam Ibnu Qodamah Al-Maqdisi menegaskan: “Dan
tidak halal bagi Muslimah nikah dengan lelaki kafir, baik keadaanya kafir (Ahli Kitab)
ataupun bukan Kitabi.” Karena Allah Ta’ala berfirman: Dan janganlah kamu menikahi
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sehingga mereka beriman.” (al-
Baqarah :221. Dan firman-Nya: “Maka jika telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar)
beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-
rang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada
halal bagi mereka.” (al-Mumtahanah : 10). Syaikh Abu Bakar Al-Jazairy Hafidhahullah
berkata, “Tidak halal bagi muslimah menikah dengan orang kafir secara mutlak, baik
Ahlul Kitab maupun bukan.. Ia mendasarkan kepada firman Allah surat al-Mumtahanah :
10.
Para ulama mengemukakan larangan Muslimah dinikahi oleh lalaki Ahli Kitab
atau non-Muslim itu sebagaian cukup menyebutkanya dengan lafal musyrik atau kafir,
karena maknanya sudah jelas: kafir itu mencakup Ahli Kitab dan musrik. Di samping itu
tidak ada ayat ataupun hadis yang membolehkan lelaki kafir baik Ahli Kitab ataupun
musyrik yang boleh menikahi Muslimah setelah turun ayat 10 Surat Al-Mumtahanah.
Sehingga tidak ada kesamaran lagi walupun hanya disebut kafir sudah langsung
mencakup kafir dari jenis Ahli Kitab dan kafir Musyrik. Bahkan lafal musrik saja, para
ulama sudah memasukan seluruh non-Muslim dalam hal lelaki musrik dilarang dinikahi
dengan wanita Muslimah. 221)ِن تِ ا وا و
“Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)
sehingga mereka beriman.“ (QS. al-Baqarah :221).
Muhammad Ali as-Shabuni menjelaskan, di dalam ayat ini, Allah Ta’ala melarang
para wali (ayah, kakek, saudara, paman dan orang-orang yang memiliki hak perwalian
atas wanita) menikahkan wanita yang menjadi tanggung jawabnya dengan orang musyrik.
Yang dimaksud musyrik di sini adalah semua orang yang tidak beragama Islam,
mencakup penyembahan berhala, Majusi, Yahudi, Nasrani dan orang-orang yang murtad
dari Islam. Al-Imam Al-Qurthubi berkata, “Jangan menikahkan wanita muslimah
dengan orang musyrik. Dan umat ini telah berijma’ bahwa laki-laki musyrik itu tidak
boleh menggauli wanita mukminah, bagaimanapun bentuknya, karena perbuatan itu
merupakan panghinaan terhadap Islam. Ibnu Abdil Barr berkata, (Ulama ijma’) bahwa
muslimah tidak halal menjadi istri orang kafir. Syaikh Shalih Al-Fauzan berkata, “laki-
laki kafir tidak halal menikahi wanita muslimah, berdasarkan firman-Nya : “Dan
janganlah kamu menikahkan orang-orang musrik (dengan wanita-wanita mu’min)
sebelum mereka beriman.” (al-Baqarah :221).
Pendapat ini juga mendapat dukungan dari Syafi’iyyah yang menolak bahwa QS
Al-Maidah: 5 yang bersifat khusus dihapus oleh surat Al-Baqoroh:221, akan tetapi
mereka mensyaratkan bahwa ahli kitab tersebut harus memenuhi kriteria tertentu.
Diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya para ulama’ Islam berbeda pendapat dalam
memandang hukum pernikahan beda agama terkait dengan seorang laki-laki muslim yang
menikahi wanita non muslim yang ahli kitab. Perbedaan ini pada dasarnya berimplikasi
terhadap hukum pernikahan beda agama tersebut, yaitu halal dan haram dari pernyataan
diatas.
Tentang perkawinan atara laki-laki muslimah dengan wanita Ahli Kitab terdapat
perbedaan pendapat. Setelah mempertimbangkan bahwa mafsadahnya lebih besar
daripada maslahatnya, maka MUI memfatwakan perkawinan tersebut haram kukumnya.
Dengan adanya farwa ini maka Majelis Ulama Indonesia mengharapkan agar seorang
pria Islam tidak boleh kawin dengan wanita non Iskam kareka haram hukumnya.
Faktor ini juga sangat penting. Karena pasangan yang menikah beda agama tentu
tidak lepas dari adanya latar belakang orangtua. Banyak pasangan yang menikah dengan
pasangan yang berbeda agama karena melihat orangtuanya juga adalah pasangan yang
berbeda agama.
Mungkin bagi mereka tidak menjadi masalah apabila menikah dengan pasangan
yang berbeda keyakinan karena berdasarkan riwayat orangtua. Tentu jika kehidupan
orangtua tersebut berjalan harmonis, maka akan menjadi contoh bagi anak – anaknya
kelak dalam perkawinan berbeda agama.
Tentu sekarang adalah zaman yang modern, tidak seperti dulu yang dinamakan
zaman siti nurbaya, yang pada zaman tersebut orangtua masih saja mencarikan jodoh
untuk anak –anaknya. Sekarang adalah zaman modern yang dimana para laki – laki dan
perempuan dengan bebasnya memilih pasangan sesuai dengan keinginannya. Dengan
adanya kebebasan memilih pasangan ini, tidak bisa dipungkiri jika banyak yang memilih
pasangan beda agama karena didasari dengan cinta. Jika cinta telah mendasarinya dalam
hubungan seorang laki - laki dan seorang perempuan, tidak jarang pertimbangan secara
matangdalam suatu hubungan juga termasuk menyangkut agama kurang dapat berperan.
Problem yang muncul pasangan suami-istri dari perkawinan beda agama antara lain :
Pada saat semakin menapaki usia lanjut, kebahagiaan yang dicari bukanlah materi,
melainkan bersifat psikologis-spiritual yang sumbernya dari keharmonisan keluarga yang
diikat oleh iman dan tradisi keagamaan. Ketika itu tak ada, maka rasa sepi kian terasa.
Semasa masih berpacaran lalu menikah dan belum punya anak,cinta mungkin diyakini
bisa mengatasi semua perbedaan. Tetapi setelah punya anak berbagai masalah baru akan
bermunculan.
Bagi seorang muslim, ketika usia semakin lanjut, tak ada yang diharapkan kecuali untaian
doa dari anaknya. Mereka yakin doa yang dikabulkan adalah yang datang dari keluarga
yang seiman.
d. Berebut Pengaruh
Dampak psikologis orang tua yang berbeda agama juga akan sangat dirasakan
oleh anakanaknya. Perbedaan agama bagi kehidupan rumah tangga di Indonesia selalu
dipandang serius. Ada suatu kompetisi antara ayah dan ibu untuk memengaruhi anak-
anak, sehingga anak jadi bingung. Namun ada juga yang malah menjadi lebih dewasa dan
kritis. Orang tua biasanya berebut pengaruh agar anaknya mengikuti agama yang
diyakininya. Kalau ayahnya Islam, dia ingin anaknya menjadi muslim. Kalau ibunya
Kristen dia ingin anaknya memeluk Kristen. Anak yang mestinya menjadi perekat orang
tua sebagai suami-isteri, kadang kala menjadi sumber perselisihan. Orang tua saling
berebut menanamkan pengaruh masing-masing. Pasangan yang berbeda agama masing-
masing akan berharap dan yakin suatu saat pasangannya akan berpindah agama. Tetapi
harapan belum tentu terwujud dan bahkan perselisihan demi perselisihan muncul.
Akhirnya suami dan istri tadi masing-masing merasa kesepian di tengah keluarga.
Mereka bingung siapa yang harus diikuti keyakinannya. Terlebih fase anak yang tengah
memasuki masa pembentukan dan perkembangan kepribadian di mana nilai-nilai agama
sangat berperan. Kalau agama malah menjadi sumber konflik, tentulah kurang bagus bagi
anak.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menikah merupakan salah satu anjuran yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada
umatnya. Rasulullah bersabda : “Menikah adalah sunnahku, barangsiapa tidak mengamalkan
sunnahku berarti bukan dari golonganku. Ada banyak ayat dalam Al Qur’an yang menjelaskan
anjuran untuk menikah, seperti dalam surat Az-Zariyat ayat 49: “Dan segala sesuatu Kami
ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. Dalam ayat di atas
maknanya berpasang-pasangan adalah laki-laki dan perempuan. Pernikahan beda agama atau
bisa disebut juga pernikahan antar agamaadalah pernikahan yang dilakukan antara laki-laki dan
perempuan yang masing- masing berbeda agama. Pernikahan antara laki-laki atau perempuan
muslimdengan laki-laki atau perempuam non muslim.
3.2 Saran
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publi
cations/143721-ID-pernikahan-beda-agama-ditinjau-dari-
pers.pdf&ved=2ahUKEwiDv7CvgbrlAhWyW3wKHTboBGcQFjACegQIBxAC&usg=AOvVaw
0GBfrHT1GHSmLxhguHqhis
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.bphn.go.id/data/docume
nts/pkj-2011-
2.pdf&ved=2ahUKEwis26iqnrrlAhXIqY8KHa4rAsYQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVaw3oZOi
YRdtX241WxGzO31Ye&cshid=1572103626761
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph
p/lexprivatum/article/viewFile/1710/1352&ved=2ahUKEwis26iqnrrlAhXIqY8KHa4rAsYQFjA
HegQIBRAB&usg=AOvVaw0-FV23abd1kir7GMJQeNfc
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/10697/1/SANKSI%2520PERKAWINAN%2520BEDA%2520AGAMA%2520DI
TINJAU.pdf&ved=2ahUKEwiP26WyoLrlAhW0V3wKHScmBRkQFjAMegQIAhAB&usg=AO
vVaw3-jLp_ppehmxrUpdlwF7pY
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publi
cations/240404-kajian-hukum-terhadap-perkawinan-beda-ag-
31c2c207.pdf&ved=2ahUKEwiP26WyoLrlAhW0V3wKHScmBRkQFjABegQIChAB&usg=AO
vVaw2ALyOzj0N0O5AC_1yjUMYu
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.uinsby.ac.id/19709/5/B
ab%25202.pdf&ved=2ahUKEwjO5sHTrrrlAhVXfSsKHQRcAPAQFjAEegQIARAB&usg=AOv
Vaw2Lecu7tCJEnNYZM5WW0a35