Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadis
Dosen Pengampuh :
Oleh ;
FATHUL GHAFFARI
NIM : 233206080011
segala taufiq dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah sejarah pemikiran islam pada semester
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Yang telah mampu menuntun kita dari masa kelam
menuju masa yang penuh dengan sinar-sinar keindahan dan keselamatan dalam
beragama.
Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasi kepada bapak Dr. H. Rafid
Abbas, M.A. dan Dr. Kasman, M.Fil.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Studi
Al-qur’an dan Hadist yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.
Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati makalah ini tidak akan
luput dari salah dan jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritikan yang
Selanjutnya penulis berdoa dengan hati yang ikhlas dan penuh dengan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
perempuan termasuk dari dua macam jenis manusia itu sendiri. Pada keduanya
perkawinan / pernikahan.
dilakukan oleh pria dan wanita yang sama akidah, akhlak dan tujuannya,
disamping cinta dan ketulusan hati. Dengan keterpaduan itulah, kehidupan suami
istri akan tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Sehingga akan menimbulkan
manfaat yang sangat besar berupa kebahagiaan dan anak-anak yang sejahtera.
Pernikahan adalah sebuah kegiatan yang dianggap sakral oleh umat islam,
karenanya dua insan yang menjadi satu padu untuk menuju kehidupan yang kekal
figure yang berbeda keyakinan. Pernikahan seseorang tidak akan lepas dari latar
orang yang tetap menjalankan sebuah pernikahan tanpa melirik latar belakang
perbedaan agama, yang nantinya akan mempengaruhi cara pandang hidup, nilai-
nilai yang mereka jadikan pedoman dan juga tradisi keagamaan yang mereka
jalankan. Kedua, perbedaan budaya dan adat, yang akan mempengaruhi cara
dua pedoman dalam menjalani kehidupan sebagai seorang hamba, yaitu Al-qur’an
dan Hadist. Untuk menyikapi permasalahan yang terdaji perlu peninjauan dan
pengkajian dalam Al-qur’an dan Hadis. Yang mana hal ini akan dijabarkan
dimakalah ini secara ringkas. Dengan merujuk pada buku-buku dan artikel yang
B. Rumusan Masalah
Setelah memaparkan latar belakang masalah kemudian penulis rumuskan
permasalah yang akan menjadi fokus pembahasan di makalah ini, sebagaimana
berikut:
1. Bagaimana pandangan Al-qur’an mengenai pernikahan beda agama ?
2. Bagaimana pandangan Hadis mengenai pernikahan beda agama ?
1
hakim, l. (2023). Perkawinan beda agama dalam perspektif hukum islam. Jurnal hukum keluarga
islam, 2(1).
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penyusunan
makalah kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pandangan Al-qur’an mengenai pernikahan beda agama
2. Mengetahui pandangan Hadist mengenai pernikahan beda agama
3. Mengetahui berbagai pendapat para ulama dalam memahami sebuah nash
yang menyinggung pernikahan beda agama
4. Bisa dengan bijak untuk memanfaatkan perbedaan yang terjadi di kalangan
para ulama dengan berbagai sudut pandang yang berbeda demi bisa
menyesuaikan penetapan hukum dengan situasi dan kondisi yang menuntut
berbeda.
BAB II
PEMBAHASAN
َو اَل َتْنِكُحوا اْلُم ْش ِر ٰك ِت َح ّٰت ى ُيْؤ ِم َّن ۗ َو َاَلَم ٌة ُّم ْؤ ِم َن ٌة َخ ْي ٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّو َل ْو َاْع َجَبْتُك ْم ۚ َو اَل ُتْنِكُح وا
ٰۤل
ۖ اْلُم ْش ِر ِكْيَن َح ّٰت ى ُيْؤ ِم ُنْو اۗ َو َلَع ْبٌد ُّم ْؤ ِم ٌن َخْيٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر ٍك َّو َل ْو َاْع َج َبُك ْم ۗ ُاو ِٕى َك َي ْدُع ْو َن ِاَلى الَّن اِر
٢٢١ ࣖ َو ُهّٰللا َيْدُع ْٓو ا ِاَلى اْلَج َّنِة َو اْلَم ْغ ِفَر ِة ِبِاْذ ِنٖۚه َو ُيَبِّيُن ٰا ٰي ِتٖه ِللَّناِس َلَع َّلُهْم َيَتَذَّك ُرْو َن
Juga menurut Al-Muqatil ayat ini diturunkan kepada Ibnu Abi Martsad Al-
Ghanawi. Suatu hari, ia meminta izin untuk menikahi seorang wanita musyrik
yang berparas cantik dan kaya raya kepada Rasulullah. Oleh karena itu, turunlah
ayat ini.6
َاْلَيْو َم ُاِح َّل َلُك ُم الَّطِّيٰب ُۗت َو َطَع اُم اَّلِذ ْيَن ُاْو ُت وا اْلِكٰت َب ِح ٌّل َّلُك ْم ۖ َو َطَع اُم ُك ْم ِح ٌّل َّلُهْم ۖ َو اْلُم ْح َص ٰن ُت ِم َن
اْلُم ْؤ ِم ٰن ِت َو اْلُم ْح َص ٰن ُت ِم َن اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِكٰت َب ِم ْن َقْبِلُك ْم ِاَذ ٓا ٰا َتْيُتُم ْو ُهَّن ُاُج ْو َر ُهَّن ُم ْح ِص ِنْيَن َغْي َر
ࣖ ُم ٰس ِفِح ْيَن َو اَل ُم َّتِخ ِذ ْٓي َاْخ َد اٍۗن َو َم ْن َّيْكُفْر ِباِاْل ْيَم اِن َفَقْد َح ِبَط َع َم ُلٗه ۖ َو ُهَو ِفى اٰاْل ِخ َر ِة ِم َن اْلٰخ ِس ِر ْيَن
٥
Artinya : Pada hari ini dihalalkan bagimu segala (makanan) yang baik. Makanan
(sembelihan) Ahlulkitab itu halal bagimu dan makananmu halal (juga) bagi
mereka. (Dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga
kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-
perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab suci
sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya,
tidak dengan maksud berzina, dan tidak untuk menjadikan (mereka) pasangan
gelap (gundik). Siapa yang kufur setelah beriman, maka sungguh sia-sia amalnya
dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.7
5
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Gema Insani. 2015),1, 424
6
Hamka, (Jakarta: Gema Insani. 2015),1, 426
7
Departemen Agama RI, alhidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka, (Jakarta: Kalim
2011), 108
Menurut Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar, ayat pertama—Surah Al-
Baqarah ayat 221—mengatakan haramnya menikah dengan orang musyrik. Ia
mengklaim bahwa arti kata "musyrik" dalam ayat ini mengacu pada individu yang
mengamalkan politeisme dalam bentuknya yang paling murni. Ringkasnya,
perempuan muslim tidak boleh menikah dengan laki-laki musyrik, dan laki-laki
muslim tidak boleh menikah dengan perempuan musyrik. Bagi umat Islam dan
musyrik dilarang menikah. Hal ini nampaknya merupakan pandangan yang dianut
oleh sebagian besar ulama mufassir. Namun Hamka berpendapat dalam Surat Al-
Maidah ayat 5 bahwa laki-laki Muslim diperbolehkan menikahi wanita dari
golongan ahli kitab. Karena tokoh perempuan dalam golongan ahli kitab tersebut
mempunyai landasan teologis yang sama dengan tokoh tersebut Kebolehan dalam
menikahi Perempuan ahli kitab hamka menekankan sebuah persyaratan
diantaranya :
a. Wanita ahli kitab tersebut ialah Perempuan yang baik-baik dan terjaga
kehormatannya yaitu Perempuan merdeka.
b. Alasan menikahi Perempuan tersebut haruslah baik. Tidak dengan hawa bafsu
yang dapat menjerumuskan kepada api neraka.
c. Kebolehan ini hanya untuk orang yang memiliki keimanan yang kokoh dan
mempunyai pendirian yang teguh
Para ulama berselisih paham mengenai makna wanita musyrik dalam surat
Al-Baqarah ayat 221 dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur
perkawinan antar aliran. Salah satu dari mereka, Imam Jarir Al-Thabari, misalnya,
berpendapat bahwa satu-satunya perempuan musyrik yang dilarang menikah
adalah mereka yang berasal dari dunia Arab, karena mereka adalah penyembah
berhala dan tidak memiliki pengetahuan tentang kitab suci. Oleh karena itu,
8
Anggraeni, D., kuswaya, A., & hidayati, T. W. (2022). al Dhikra| Jurnal Studi Qur'an dan
Hadis, 4(2), 159-172. https://doi.org/10.57217/aldhikra.v4i2.1112
wanita musyrik dari negara non-Arab yang memiliki kitab suci atau jenis teks
lain, seperti di India, Tiongkok, atau Jepang, diperbolehkan menikahi pria
Muslim. Rasyid Ridha dan Muhammad Abduh juga mempunyai pandangan yang
sama..9
9
Husni, Z. M. I. (2015). Pernikahan beda agama dalam perspektif Al-Qur’an dan sunnah serta
problematikanya. At-turas: Jurnal Studi KeIslaman, 2(1). https://doi.org/10.33650/at-
turas.v2i1.169
10
Husni, Z. M. I. (2015). At-turas: Jurnal Studi KeIslaman, 2(1). https://doi.org/10.33650/at-
turas.v2i1.169
11
Husni, Z. M. I. (2015). AT-TURAS: Jurnal Studi KeIslaman, 2(1). https://doi.org/10.33650/at-
turas.v2i1.169
12
Al-Qurthubi A.M. (2004). Al-Jami’ li Al-Ahkam Al-Qur’an. Maktabah Al-Shafa, 3-4.53.
dan dimmi, menghukumi haram dinikahi perempuan yang kafir harbi dan
menghalalkan menikahi perempuan yang kafir dimmi.13
Terlepas dari perbedaan pandangan yang dianut oleh para ilmuwan islam
mengenai topik-topik tersebut di atas, penelitian ini bersifat menyeluruh, tidak
memihak, dan seimbang. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan
landasan normatif-tekstual hukum yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadits,
serta putusan hukum yang diambil dari sumber-sumber tersebut.
13
Al-Qurthubi A.M. (2004). Maktabah Al-Shafa, 3-4.53
Menceritakan kepada kami Tamim bin muntasir dari ishak al-arzaq dari syarik
dari asy’ast bin sawar dari hasan dari jabir bin abdillah meriwayatkan
bahwa,Rasulullah saw. Bersabda: “Kami (muslim boleh) mengawini wanita ahli
kitab, namun (pria-pria) mereka tidak (boleh / terlarang) mengawini wanita-
wanita kami (muslimah).14
Di sisi lain, ada satu catatan sejarah Imam Al-Thabari dari Umar Bin
Khattab yang sedikit janggal. Menurut penuturan ini, Hudzaifah Bin Al-Yaman
sebelumnya pernah menikah dengan seorang wanita Yahudi, namun Umar
kemudian memberikan surat cerai kepada Hudzaifah melalui surat. "Apakah kamu
menganggap dia haram?" Hudzaifah kemudian bertanya. Umar menjawab, “Saya
tidak mengatakan haram, tapi saya khawatir umat Islam akan menyukai pelacur di
antara wanita ahli kitab.” Ketika Thalhah menikah dengan seorang wanita
14
Sawaun, S. (2016). Pernikahan Lintas Agama dalam Perspektif Hadits. Syariati: Jurnal Studi
Al-Qur'an dan Hukum, 2(01), 29-46. https://doi.org/10.32699/syariati.v2i01.1120
15
Sawaun, S. (2016). Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hukum, 2(01), 29-46.
https://doi.org/10.32699/syariati.v2i01.1120
16
Sawaun, S. (2016). Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hukum, 2(01), 29-46.
https://doi.org/10.32699/syariati.v2i01.1120
Nasrani, Umar memberinya perintah serupa. Syekh Muhammad As-Shabuni
memberikan komentar tentang kebijakan Umar, menyoroti pertimbangannya
terhadap kepentingan umat Islam..
17
Husni, Z. M. I. (2015). Pernikahan beda agama dalam perspektif Al-Qur’an dan sunnah serta
problematikanya. AT-TURAS: Jurnal Studi KeIslaman, 2(1). https://doi.org/10.33650/at-
turas.v2i1.169
18
Farid, M. (2017). Perkawinan Beda Agama Dalam Perspektif Hadis Ahkam. Al-Bayyinah, 1(2),
1-16. https://doi.org/ 10.35673/al-bayyinah.v1i2.13
19
Husni, Z. M. I. (2015). AT-TURAS: Jurnal Studi KeIslaman, 2(1). https://doi.org/10.33650/at-
turas.v2i1.169
a. Sebagai motivasi bagi istri agar masuk islam
b. Mempererat hubungan antara komunitas muslim dan komunitas ahli kitab
c. Membangun toleransi antara pemeluk ketiga agama samawi
d. Mendorong adanya interaksi positif antara komunitas muslim dan komunitas
ahli kitab
Akan tetapi dalam mewujudkan harap tersebut perlu pembatasan atau syarat
untuk karena berdasarkan surat Al-baqarah ayat 221 di atas selama tidak ada
potensi orang islam tertarik pada agama pasangannya yang dapan menjerumuskan
pada kemurtadan sehingga sebagai mana sabda Nabi, barangsiapa yang murtad
setelah islam maka amal yang ia lakukan selama dia masih islam akan terhapus
sia-sia.
BAB III
PEMUTUP
A. Kesimpulan
Pernikahan termasuk salah satu dari pengaplikasian Maqasid As-Syari’ah
yang berupa menjaga agama dan menjaga keturunan. Oleh karena itu seorang
muslim wajib menjaga kelestarian agama islam dengan membagun keluarga yang
sesuai dengan ajaran agama dan menjaga garis keturunan agar tidak terjerumus
pada kesesatan yang akan menghantarkannya pada gerbang kegelapan nanti di
akhirat.
Sekalipun ada berbagai perbedaan dalam pendapat ualama mengenai
pernikahan beda agama, akan tetapi mereka memiliki tujuan yang sama yaitu
demi menyelamatkan umat islam, dengan mengaplikasikan Maqasid As-Syari’ah
dari berbagai sudut pandang dan cara pemahaman teks Nash. Pada dasarnya
perbedaan yang terjadi dalam kalangan ulama bukan untuk membingungkan umat
islam melainkan sebagai penawaran hukum dalam situasi dan kondisi yang
berbeda. Yang mana semua penawaran tersebut dikembalikan pada diri seseorang
untuk memilih dengan bijak tanpa dilandasi ego dan nafsu.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi A.M. (2004). Al-Jami’ li Al-Ahkam Al-Qur’an. Maktabah Al-Shafa.
Farid, M. (2017). Perkawinan Beda Agama Dalam Perspektif Hadis Ahkam. Al-
Bayyinah, 1(2), 1-16. https://doi.org/ 10.35673/al-bayyinah.v1i2.13