KHITBAH
Disusun Oleh :
M. Zulfikrullah 22104010009
Kelas B
2023
KATA PENGANTAR
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fiqih 2 di Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang kami miliki, maka kami
membutuhkan peran serta dari pihak lain dalam proses penyelesaian makalah ini. Oleh
karena itu kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Drs. Radino, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqih 2 atas bimbingan
beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis
1
DAFTAR ISI
C. Tujuan ....................................................................................................................4
BAB II ............................................................................................................................5
PEMBAHASAN ............................................................................................................5
A. Pengertian Khitbah ..............................................................................................5
B. Saran ....................................................................................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang dianugerahi rasa cinta, yang dengan
adanya cinta manusia berkeinginan untuk saling berpasangan.
Allah berfirman:
“Dan segala sesuatu kami jadikan berjodoh-jodoh, agar kamu sekalian berfikir. ”(Q.S.
Ad-Zariat 49. Untuk menjadikan manusia sebagai pasangan halal adalah dengan jalan
menikah. Di mana pernikahan ini yang nantinya akan mengikat pasangan tersebut untuk
saling mencintai dan mengasihi
Pernikahan adalah salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan manusia.
Di berbagai budaya dan agama di seluruh dunia, pernikahan adalah simbol dari ikatan
kasih sayang, komitmen, dan persatuan antara dua individu yang saling mencintai.
Untuk mencapai tahap ini, ada sejumlah proses dan ritus yang harus dijalani, dan salah
satu tahapan awal dalam pernikahan dalam agama Islam adalah "Khitbah."
Khitbah, juga dikenal sebagai lamaran, adalah proses dimana seorang pria secara
resmi menyatakan niatnya untuk menikahi seorang wanita kepada keluarga wanita
tersebut. Ini adalah langkah awal yang penting dalam pernikahan Islam yang menandai
keseriusan pria untuk membentuk ikatan pernikahan. Praktik Khitbah memiliki akar
dalam tradisi Islam yang kaya dan dalam budaya Arab pra-Islam, dan hingga saat ini,
proses ini masih dijalani oleh banyak Muslim di seluruh dunia sebagai langkah penting
dalam perjalanan menuju pernikahan.
B. Rumusan Masalah
3
3. Bagaimana hukum meminang pinangan orang lain ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian khitbah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khitbah
Khitbah menurut bahasa berasal dari akar kata khathaba, yakhtubu, khatban,
wa khitban artinya adalah pinangan. Menurut istilah syara’ khitbah adalah
permintaan seorang pria kepada seorang wanita agar mau menikah dengannya. Dan
lelaki tersebut datang kepada perempuan dan keluarganya yang bersangkutan untuk
meminta restu kepada keluarga perempuan yang bersangkutan.1
Kata khitbah (pinangan ) dikenal juga dengan istilah lamaran, yaitu upaya
untuk meminta perjodohan dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan.
Peminangan dapat dilakukan baik terhadap seorang wanita yang masih perawan
maupun terhadap seorang janda. Janda yang sudah habis masa idahnya boleh
dipinang secara terang-terangan, sedangkan terhadap janda yang belum habis masa
idahnya hanya boleh dipinang secara sindiran.4
1
Ismail, “KHITBAH MENURUT PERSPEKTIF ISLAM,” Al-Hurriyah 10, no. 2 (July 2009): 64.
2
Tihami, dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2010), 24
3
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), 380.
4
Hamdi, I. (2017). Ta’aruf Dan Khitbah Sebelum Perkawinan. JURIS (Jurnal Ilmiah
Syariah), 16(1), 43-52.
5
Menurut Wahbah az-Zuhaily khitbah adalah pernyataan keinginaan dari
seorang laki laki untuk menikah dengan wanita tertentu, lalu pihak wanita
memberitahukan hal tersebut pada walinya. Pernyataan ini bisa disampaikan
langsung atau melalui keluarga lelaki tersebut. Apabila wanita yang di khitbah atau
keluarganya sepakat, maka pertunangan tersebut dinyatakan sah.5
B. Melihat Pinangan
5
Wahbah az-Zuhaily, al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1997), juz 9, h.
6492
6
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Depok: Rajawali Pers, Cet.3, 2017), 80
7
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terj._(Jakarta: Nada Cipta Raya, 2006), h.503.
6
فإن استطاع أن ينظر إلى ما يدعوه إلى نِكاحها فَ ْليَ ْفعَ ْل،خطب أحدُكم المرأة
َ إذا
8
Ulya, M. N., Faidah, N., & Rokim, N. (2022). HADIS TENTANG PEMINANGAN (KAJIAN
PENAFSIRAN HADIS NABI). Al-Bayan: Journal of Hadith Studies, 1(2), 14-26.
9
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, jilid 9 (Jakarta:
Gema Insani, 2011), h.32.
7
memang semuanya itu asalnya adalah haram. Syariat membolehkan
berkenalan dengan perempuan yang dikhitbah dari dua segi saja:
Meminang seorang wanita yang masih berada dalam pinangan orang lain
hukumnya haram. Barangsiapa yang meminang seorang wanita, kemudian wanita
tersebut memberikan jawaban yang positif, maka orang lain dilarang untuk
meminang wanita tersebut, sampai ia memberi izin atau telah membatalkan
pinangannya yang pertama. Hal ini sebagaimana ada pada Hadits Rasulullah SAW,.
ْ ِعلَى ح
َطبَ ِة أَخِ ْي ِه َحتَّى يَ ْن ِك َح أ َ ْو يَتْ ُرك َ الر ُج ُل ُ َوَلَ يَ ْخ
َّ ُطب
“Dilarang meminang seorang wanita yang berada dalam pinangan seorang laki-
laki sampai ia menikahinya atau meninggalkan pinangannya.” (HR Bukhrai dan
Nasa’i)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar disebutkan,
ْ ِعلَى خ
ط َب ِة أَخِ ي ِه َحتَّى َي ْن ِك َح أ َ ْو َيتْ ُرك َ طب أ َ َحدُ ُك ْم
ُ َلَ َي ْخ
“Dilarang bagimu meminang atas pinangan saudaranya.” (Muttafaq Alaih)
10
Azizah, N. (2016). Prinsip dan batasan melihat calon pinangan perspektif Hizbut Tahrir:
Kajian atas Kitab Nizhâm Al-Ijtimâ ‘î Fî Al-Islâm karya Taqiy al-Dîn al-Nabhani (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
8
Beberapa hadits yang telah disebutkan tersebut memiliki satu maksud dan
makna yang sama, hal ini menunjukkan betapa diharamkannya seorang muslim
meminang wanita yang masih berada dalam pinangan saudaranya yang lain. Karena,
hal itu bisa merusak hak peminang pertama dan menimbulkan permusuhan di antara
manusia. Hal itu juga melanggar hak-hak mereka, seandainya sampai terjadi
penolakan kepada peminang pertama, yang menyebabkan diterimanya pinangan
laki-laki kedua. Seandainya laki-laki yang meminang pertama telah meninggalkan
wanita tersebut, maka laki-laki kedua baru boleh diizinkan untuk meminangnya,
sebagaimana pada hadits Rasulullah SAW yang artinya “Sampai ia (laki-laki
pertama yang meminang) mengizinkan atau meninggalkannya.”
Inilah etika dan kehormatan yang diajarkan oleh syariat kepada umat muslim.
Terutama beberapa larangan yang dapat menimbulkan permusuhan satu sama lain.
Tetapi, sekarang ini sebagian orang tidak peduli akan hal itu. Dia tetap
mengajukan lamaran kepada seorang wanita, bahkan dia mengetahui bahwa wanita
tersebut telah dipinang orang lain sebelumnya dan pinangan tersebut disetujui.
Dalam hal itu, maka ia sedang berusaha mengambil hak saudaranya dengan
menggagalkan pinangan yang telah sempurna atau telah diterima. Hal ini ternasuk
larangan yang sangat ditegaskan dalam agama. Bahkan, perilaku ini terdapat dosa
yang besar dan ancaman siksa yang berat.
Sebagai seorang muslim harus senantiasa memperhatikan hal ini dan
menghormati sesama kaum muslimin. Karena sesungguhnya menjaga hak seorang
muslim terhadap saudaranya itu sangat mulia. Maka, janganlah seorang meminang
seorang wanita yang sedaag berada dalam pinangan orang lain.11
Perempuan yang sedang dalam masa iddah termasuk dalam kategori perempuan
yang haram dikhitbah secara terang-terangan. Para ulama ahli fiqih bersepakat bahwa
mengkhitbah secara sharih (jelas) atau berjanji kepada perempuan tersebut untuk
menikahinya, hukumnya haram. Baik iddah tersebut adalah iddah wafat, iddah talak
11
Al-Fauzan,saleh. Al-Mulakhkhasul Fiqhi. (Jakarta:Gema Insani,2006)
9
raj’i, atau iddah talak ba’i. Hal ini sebagaimana sesuai dengan firman Allah SWT,
QS Al-Baqarah: 235 sebagai berikut:
10
Dengan demikian, mengkhitbah pada saat itu dapat mengganggu haknya, karena
perempuan tersebut masih berstatus istri atau semakna dengan itu.
Apabila thalaqnya ba’in sugra (kecil) ataupun kubra (besar) maka
mengkhitbah perempuan dalam kondisi ini terdapat dua pendapat:
Hanafiah: khitbah haram karena dalam kondisi thalaq ba’in sugra, si lelaki
masih memiliki kesempatan untuk akad nikah ulang sebelum masa iddah selesai,
sebagaimana setelah selesai iddah. Adapun ketika perempuan dalam kondisi thalaq
ba’in kubra, maka khitbah secara ta’ridh dilarang ketika masih dalam masa iddah.
Hal ini bertujuan agar si perempuan tidak berbohong bahwa dirinya telah selesai
masa iddahnya. Juga agar lelaki yang mengkhitbah tidak tertuduh bahwa ia
merupakan sebab keretakan rumah tangga si perempuan.
Jumhur: khitbah boleh karena keumuman firman Allah SWT dalam QS Al-
Baqarah: 235 yang memiliki maksud, kalimat “kecuali sekadar mengucapkan
perkataan yang ma’ruf” artinya jangan kamu mengadakan janji nikah dengan mereka
kecuali dengan cara sindiran. Itu karena kekuasaan lelaki yang menthalaq telah
selesai. Thalaq ba’in dapat memutus ikatan pernikahan. Oleh karenanya,
mengkhitbah secara ta’ridh, bukan bentuk penistaan terhadap hak lelaki yang
menalaq. Dengan demikian, perempuan dalam kondisi ini sama dengan masa iddah
ditinggal wafat suaminya.12
12
Az-Zuhaili,wahbah.(2011) Fiqih Islam 9. Jakarta: Gema Insani, 26-28
11
Belum. Sabda Nabi: Lihatlah dia lebih dahulu agar nantinya kamu bisa hidup
bersama lebih langgeng. (H.R. Annasa’i,Ibnu Majah, dan Atturmudzi)”13
Namun khitbah atau pertunangan hanya suatu janji yang mengikat antara
laki-laki dan seorang perempuan sebelum melanjutkan ke jenjang perkawinan, maka
tidak diperbolehkan untuk mengikuti aturan terhadap pasangan yang sudah
menikah, karena hubungan keduanya belum dikatakan halal sebagai pasangan suami
istri yang sah menurut agama, seperti pergi bersama, bercanda-tawa dan hal lain
yang mengarah pada perbuatan maksiat. Mengenai pergaulan terhadap pasangan
yang belum melakukan pernikahan, dan mengikat janji dengan petunangan, maka
terdapat aturan-aturan yang dijadikan sebagai tolak ukur pergaulan dengan
perempuan yang telah dipinang.
سمعت النبى صلى علیھ وسلم یخطب یقول ال یخلون رجل بامراة اال ومعھا ذو مھرم: عن ابن عباس یقول
وال تسافر المراة اال مع ذى محرم فقام رجل فقال یا رسول هللا ان امراتى خرجت حاجة وانى اكتتبت فى
( غزوة كذا وكذا قال انطلق فحج مع امراتك ) رواه مسلم
Artinya: "Dari Ibnu Abbas r.a katanya dia mendengar Nabi SAW berkhutbah,
sabdanya : " Seorang laki-laki tidak boleh berada di tempat sunyi dengan seorang
perempuan, melainkan harus disertai muhrim. Begitu pula seorang perempuan tidak
boleh berjalan sendirian, melainkan harus bersama-sama muhrim." Tiba-tiba berdiri
seorang laki-laki, lalu dia bertanya : "Isteriku hendak menunaikan ibadah haji,
sedangkan aku ditugaskan pergi berperang ke sana dan ke situ ; bagaimana itu ya
13
Prof. Dr. Abdul Rahman Ghozali, M.A., Fiqh Munakaht, (Jakarta: Prenadamedia
Group,2003.)
14
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media Group,2003), 83
12
Rasulullah?" Jawab Rasulullah SAW. " Pergilah kamu haji bersama isterimu!15"
(H.R Muslim)
15
Muslim, Shahih Muslim, Jilid II (Beirut: Darul Kutub Al-Alamiyah, 2004) hlm. 978
16
Yusuf Qardhawi, Halal Wa Haram , Penterjemah H. Mu’ammal Hamidy, (Surabaya :PT Bina
Ilmu, 2007 ), Edisi Revisi, hlm. 233
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini, kita telah menjelajahi konsep khitbah dalam konteks
pernikahan dalam Islam dan budaya yang lebih luas. Khitbah, atau lamaran, adalah
tahap awal penting yang menandai keseriusan seorang pria dalam membentuk ikatan
pernikahan. Dalam proses khitbah, calon pengantin pria secara resmi menyatakan
niatnya untuk menikahi calon pengantin wanita kepada keluarga perempuan tersebut.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, N. (2016). Prinsip dan batasan melihat calon pinangan perspektif Hizbut
Tahrir: Kajian atas Kitab Nizhâm Al-Ijtimâ ‘î Fî Al-Islâm karya Taqiy al-Dîn al-
Nabhani (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim).
Az-Zuhaili,wahbah.(2011) Fiqih Islam 9. Jakarta: Gema Insani.
Az-Zuhaily, Wahbah al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu, Juz 9, Damaskus: Dar alFikr, 1997
Hamdi, I. (2017). Ta’aruf Dan Khitbah Sebelum Perkawinan. JURIS (Jurnal Ilmiah
Syariah),
Sahrani, Drs. Sohari dan Prof. Dr. H.M.A. Tihami, M.A.,M.M. Fikih Munakahat.
Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2010.
15