Dosen Pengampu:
H. Mulkan Hamid LC., MHi
Oleh:
Kelompok 2
Aryani Cindy Gloria 190200384
Thomas Jefferson Pindonta S. 200200105
Yosua Samosir 200200342
Gerhard Mikael H. Napitupulu 200200639
Widya Panjaitan 200200642
Friendly Bonatua 200200643
KELAS H
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak H. Mulkan Hamid
LC., MHi sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Islam Lanjutan yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN...........................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN PEMINANGAN...........................................................3
2.2 SYARAT-SYARAT DALAM PEMINANGAN....................................4
2.3 TATA CARA PEMINANGAN..............................................................6
2.4 HALANGAN DALAM PEMINANGAN..............................................8
2.5 AKIBAT HUKUM DARI PEMINANGAN..........................................9
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN......................................................................................10
3.2 SARAN...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN PENULISAN
a. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Dari Peminangan
b. Untuk Memahami Tentang Syarat-Syarat Dari Peminangan
c. Untuk Memahami Tentang Halangan Peminangan
d. Untuk Memahami Tentang Akibat Hukum Peminangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tihami,Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm., 24
2
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Kencana, Jakarta, 2010, hlm., 74.
3
W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1993,
hlm., 753.
4
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga, Amzah, Jakarta, 2010, hlm., 66
3
pihak laki-laki kepada pihak perempuan untuk dijadikan calon istrinya menurut
ketentuan atau kebiasaan yang sudah di tentukan di daerahnya.
Dapat disimpulkan bahwa khitbah merupakan proses awal yang harus
dilakukan oleh masing-masing pihak (laki-laki maupun perempuan) untuk
menyampaikan keinginan menikah berdasarkan tata cara yang berlaku secara
umum dengan penuh kesadaran sebelum terjadi perkawinan. Hal tersebut
dilakukan dengan harapan mereka dapat saling menyesuaikan karakter dan
bertoleransi ketika telah terikat dalam perkawinan, sehingga tujuan mulia
perkawinan untuk
membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah dapat tercapai.
4
dan atau karena agamanya. Tetapi pilihlah yang beragama, agar
selamatlah dirimu.” (H.R. Bukhari Muslim).
2. Wanita yang dipinang itu hendaklah mempunyai sifat kasih sayang
dan bisa memberikan keturunan, sesuai dengan anjuran Rosulullah
SAW: “Kawinlah kalian dengan perempuan pecinta lagi bisa
beranak banyak, biar Saya bisa membanggakan jumlah kalian yang
banyak di hadapan umat-umat lainnya di hari kiamat.” ( H.R. Abu
Daud)
3. Wanita yang akan dipinang itu sebaiknya jauh hubungan darahnya
dengan laki-laki yang meminangnya. Karena agama melarang
seorang laki-laki mengawini seorang wanita yang sangat dekat
hubungan darahnya. Menurut Umar bin Khatab menyatakan bahwa
perkawinan antara seorang laki-laki yang dekat hubungan darahnya
akan menurunkan keturunan yang lemah jasmani dan rohaninya.
4. Sebaiknya mengetahui keadaan jasmani, budi pekerti dan
sebagainya dari wanita yang dipinang, sebaliknya wanita yang
dipinang harus mengetahui pula keadaan orang yang
meminangnya.
Syarat Lazimah
Yang dimaksud syarat lazimah adalah syarat yang wajib dipenuhi sebelum
peminangan dilakukan. Dengan demikian sahnya pinangan tergantung dengan
adanya syarat-syarat lazimah diantaranya;
1. Wanita yang dipinang tidak dalam pinangan laki-laki lain atau
apabila sedang dipinang oleh laki-laki lain, laki-laki tersebut telah
melepaskan hak pinangannya, berdasarkan hadits Nabi saw:
Janganlah seseorang dari kamu meminang (wanita) yang dipinang
saudaranya, sehingga peminang sebelumnya meninggalkannya atau
lebih mengijinkannya”. (Mutafaq ‘Alaih)
2. Wanita yang dipinang tidak dalam masa iddah. Haram hukumnya
meminang wanita yang dalam masa iddah talak raj’I, karena yang
5
lebih berhak mengawininya adalah bekas suaminya. Bekas
suaminya boleh merujuknya kapan saja dia kehendaki dalam masa
iddah itu. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt: “ Dan suaminya
berhak merujuknya dalam masa iddah menanti itu. Jika (para
suami) itu menghendaki ishlah….” (Al Baqarah: 228)
5
Cahyadi Takariawan, Izinkan Aku meminangmu, (Solo: PT. Eradicitra Intermidia, 2009), 49
6
c. Meminang dengan sindiran dimasa Iddah / jeda waktu nikah. Perempuan
yang berada dalam masa iddah haram dinikahi sampai masa Iddahnya
selesai. Akan tetapi hukum agama tidak melarang adanya khitbah yang
dilakukan laki-laki kepada perempuan yang sedang menjalani iddah.
Seorang laki-laki bisa melakukan peminangan dengan sendiran kepada
perempuan yang sedang dalam masa iddah tersebut.
6
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan UU
Perkawinan, 51.
7
meminang diperbolehkan.7 Melihat perempuan yang hendak dipinang adalah
ketika hendak menyampaikan pinangan, bukan setelahnya. Karena jika ia telah
melihat perempuan tersebut sebelum pinangan disampaikan, ia dapat
meninggalkan perempuan itu tanpa menyakitinya jika ternyata ia tidak suka pada
perempuan itu setelah melihatnya.8
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Peminangan merupakan upaya membangun pernikahan yang harapannya
kelak menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, dimana seorang pria
meminta seorang wanita untuk dijadikan istri/ pasangan hidup, dengan cara yang
diberkati dengan pernikahan dalam kemudahan proses pelamaran, menegaskan
dan tidak membebani. Peminangan dalam Islam (khitbah) dapat menguatkan hati
kedua calon pasangan suami-istri, oleh sebab itu untuk menguatkan dan
memantapkan hati keduanya, dibolehkan untuk melihat atau memandang terlebih
dahulu (sebelum dikhitbah), agar tidak penyesalan yang muncul setelah akad
dilaksanakan, dengan pemahaman ini diharapkan masyarakat lebih mendalam
pemahamannya terkait konsep khitbah dalam Islam, khususnya yang tertera dalam
kitab hadis nabi saw.
3.2 SARAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11