Anda di halaman 1dari 12

KHITBAH DAN KAFA’AH DALAM PERNIKAHAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fikih munakahat

Dosen pengampu:

Sirojudin Ahmad, MH.

Disusun oleh:

Albita suhaili (103220010)

Binti Khairiyah (103220025)

Dea Ayu Nur Azhari (103220026)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala curahan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas
karya tulis yang berjudul “Khitbah dan Kafa’ah dalam pernikahan”.

Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat dan para pengikut beliau
sampai akhir zaman.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah fikih
munakahat. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk mempermudah
pembaca dalam mempelajari materi Khitbah dan Kafa’ah dalam pernikahan.

Dengan adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami dalam


pembuatan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ponorogo, 7 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang………..............................................................................1

B. Rumusan Masalah…….............................................................................1

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 2

A. Pengertian Khitbah……………...............................................................3

B. Wanita Yang Boleh Di Khitbah................................................................5

C. Akibat Hukum Khitbah…….....................................................................6

D. Pengertian Kafa’ah……...........................................................................6

E. Hal- Hal Yang Menjadi Pertimbangan Kafa’ah ……...............................7

BAB III PENUTUP .................................................................................................8

A. Simpulan…….......................................................................................... 8

B. Saran………………................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Islam, persoalan nikah adalah salah satu persoalan urgen yang
diatur dalam berbagai ajarannya. Al-Qur’an dan as-Sunah, dua sumber utama
ajaran Islam, banyak berbicara tentang persoalan itu. Secara lebih sistematis
dan komprehensif, tema ini dipaparkan di dalam kitab-kitab fiqh dari empat
madzhab. Pernikahan juga merupakan pondasi yang baik untuk membangun
keluarga muslim yang ideal sehingga menjadi unsur pembentuk komunitas
muslim yang juga baik. Salah satu persoalan yang terkait dengan persoalan
pranikah adalah persoalan khitbah, yakni pinangan (melamar) atau maknanya
meminta seorang wanita untuk menikah dengan cara dan media yang biasa
dikenal ditengah masyarakat1.
Kafâ’ah dalam pernikahan antara calon suami dan calon istri dimaksudkan
agar adanya keseimbangan dalam mengarungi bahtera rumah tangga kehidupan,
persoalan kafâ’ah sering difahami secara tidak proposional dalam arti seseorang
diharuskan menikah dengan lawan jenis yang sama derajatnya, kekayaannya dan
kecantikan dan sebagainya, padahal semuanya itu hanyalah bersifat lahiriyah
semata. Pasangan yang serasi diperoleh untuk mewujudkan rumah tangga yang
tenang (sakinah), cinta (mawaddah), kasih(rahmah), banyak cara yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah upaya mencari
calon suami atau istri yang baik, upaya tersebut bukanlah suatu kunci namun
keberadannya dalam rumah tangga akan menentukan mampu atau tidaknya
seseorang dalam membangun bahtera rumah tangga2.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud khitbah dan kafa’ah?
2. Bagaimana wanita yang boleh di khitbah?
3. Bagaimana akibat hukum khitbah?

1
Ahmad Mustakim, Kholipah, ”Konsep Khitbah Dalam Islam”, 2 (2017), 29.
2
Otong Husni Tufiq, “Kafa’ah dalam Pernikahan Menurut Hukum Islam”, 2 (2017), 168.

1
2

4. Bagaimana pengertian kafa’ah dan apa saja hal yang perlu dijadikan sebagai
pertimbangan kafa’ah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian mengenai khitbah dan kafa’ah
2. Untuk mengetahui wanita seperti apa yang boleh di khitbah
3. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum khitbah
4. Untuk mengetahui pengertian dan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
kafa’ah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khitbah

Secara etimologi khitbah dalam Bahasa Indonesia adalah pinangan atau lamaran
yang berasal dari kata pinang, meminang. Meminang dimaknai sebagai thalabah al
mar’ah li al zawaj permintaan kepada wanita untuk dijadikan istri.

Secara terminologi khitbah adalah pernyataan permintaan untuk menikah dari


seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau sebaliknya dengan perantaraan
seseorang yang dipercayai maupun secara langsung tanpa seorang perantara. Adapun
salah satu tujuan disyariatkanya khitbah adalah agar masing- masing pihak dapat
mengetahui calon pendamping hiduupnya.

Sedangkan menurut Mahmud Al Mashri yang dimaksud dengan khitbah adalah


meminnta seorang wanita untuk menikah dengan cara dan media yang dikenal di
tengah masyarakat. Hal serupa diungkapkan Sayyid Sabiq bahwa meminang adalah
seorang laki-laki meminta kepada seorang perempuan untuk menjadi istrinya, dengan
cara-cara yang sudah umum berlaku di tengah masyarakat.

Dengan begitu khitbah dapat dimaknai sebagai ungkapan seorang laki-laki


terhadap seorang perempuan untuk dijadikan istri yang menemani dalam
kehidupanya sampai tibanya ajal kelak, dengan cara yang telah berlaku di masyarakat
secara umum di tempat tinggalnya dan tidak melanggar aturan agamanya.3

B. Wanita Yang Boleh Di Khitbah


Berikut Berdasarkan Pasal 12 ayat (2), (3), dan, (4) KHI di atas, dapat dikemukakan
bahwa wanita yang boleh untuk dipinang menurut Al-Qur'an adalah sebagai
berikut:
1. Wanita yang dipinang bukan istri orang.

3
R . M. Dahlan, Fikih Munakahat (Yogyakarta: Budi Utama, 2015), 10.

3
2. Wanita yang dipinang tidak dalam keadaan dipinang oleh laki-laki lain.
3. Wanita yang dipinang tidak menjalani masa iddah raj 'i, berarti bekas suami
masih ada hak untuk rujuk kembali.
4. Wanita yang menjalani masa iddah wafat, hanya dapat dipinang dalam
bentuk sindiran.
5. Wanita yang menjalani masa iddah bain sughra dari bekas suaminya.
6. Wanita yang menjalani masa iddah bain kubra dapat dipinang oleh bekas
suaminya sesudah kawin dengan laki-laki lain (ba'da dukhul) kemudiaan
diceraikan. Sementara bekas suami dimaksud juga sudah menikah dengan
perempuan lain. 4
Dengan demikian dapat dipahami bahwa wanita yang mempunyai status dari yang
dijelaskan di atas terhalang untuk dipinang.

C. Dasar Hukum Khitbah

Meski khitbah dalam masyarakat sangat sering dilakukan,namun dalam


mayoritas fuqoha' menyatakan bahwa khitbah memang syari'at islam.Tetapi
seseorang tidak wajib melakukan khitbah sebelum menikah karena tidak ada satu
dalil pun, baik al-Qur'an atau Sunnah, yang menunjukkan secara eksplisit akan
kewajiban melakukan. khitbah. Jadi Khitbah tidak bisa di sebut bagian dari rukun
nikah.

Sungguh Islam menjadikan khitbah sebagai perantara untuk mengetahui


sifat-sifat perempuan yang dicintai, yang laki-laki menjadi tenang terhadapnya,
dengan orang yang diinginkannya sebagai suami baginya sehingga menuju
pelaksanaan pernikahan. Ia seorang yang menyenangkan untuk ketinggian istrinya
secara indrawi dan maknawi sehingga tidak menyusahkan hidupnya dan
mengeruhkan kehidupannya. Adapun hukum meminang itu ada dua yaitu:

4
Kumedi Ja’far, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Bandar Lampung: Arjasa Pratama,
2021), 6.

4
1. Jaiz (diperbolehkan)

a. Yaitu apabila perempuan yang dipinang itu tidak dalam status perkawinan
(bersuami) dengan orang lain.

b. Perempuan itu tidak dalam 'iddah.

Adapun dalil yang memperbolehkannaya adalah

‫للاُ أَنَّ ُك ْام‬


‫ا‬ ‫ضتُم بِِها ِم ْان ِخطْبَِاة النِ َس ِااء أ ْاَو أَ ْكنَنتُ ْام ِ ا‬
‫ف أَن ُف ِس ُك ْام َعلِ َما‬ ْ ‫يما َعَر‬ِ
َ ‫اح َعلَْي ُك ْما ف‬
‫َوَال ُجنَ َا‬

‫وه َّنا ِس ًريا إَِّلا أَن تَ ُقولُوا قَ ْوًلا َم ْع ُروفًا َوَلا تَ ْع ِزُموا عُ ْق َدةاَ النِ َك ِا‬
‫اح‬ ِ ِ
ُ ‫وَنُ َّان َولكن َّال تُ َواع ُد‬
َ ‫َستَ ْذ ُك ُر‬
ِ ‫َح َّّتا يَْب لُ َغا الْ ِكتَ ُا‬
َ‫اّلل‬
‫َن َّا‬ ْ َ‫للاَ يَ ْعلَ ُما َما ِفا أَن ُافس ُك ْما ف‬
‫اح َذ ُروهاُ َو ْاعلَ ُموا أ َّا‬ َّ ‫َجلَاهُ َو ْاعلَ ُموا أ‬
‫َنا ا‬ َ ‫اب أ‬
]٢:٢٣٥[ ‫َغ ُفورا َحلِيما‬

"Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau
kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah
mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, oleh karena itu janganlah
kamu mengadakan janji nikah dengan mereka dengan secara rahasia, kecuali sekedar
mengucapkan kepada mereka perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah kamu ber'azam
(bertetap hati) untuk berakad nikah, sebelum habis iddahnya. Dan ketahuilah
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-
Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun" (Al-
Baqoroh ayat 235).5

1. Haram (dilarang)

a. Yaitu apabila perempuan itu dalam status perkawinan (bersuami).

b. Apabila perempuan itu telah dipinang lebih dahulu oleh laki-laki lain.

5
Ibid, 5.

5
c. Apabila perempuan itu dalam masa 'iddah baik dalam iddah thalak raj'I, thalak bain
maupun 'iddah karena ditinggal mati oleh suaminya.

Mayoritas ulama' mengatakan bahwa tunangan hukumnya mubah, sebab tunangan


ibarat janji dari kedua mempelai untuk menjalin hidup bersama dalam ikatan
keluarga yang harmonis.Tunangan bukan hakekat dari perkawinan melainkan
langkah awal menuju tali perkawinan. 6

Namun sebagian ulama' cenderung bahwa tunangan itu hukumnya sunah dengan
alasan akad nikah adalah akad luar biasa bukan seperti akad-akad yang lain sehingga
sebelumnya disunahkan khitbah sebagai periode penyesuaian kedua mempelai dan
masa persiapan untuk menuju mahligai rumah tanggapun akan lebih mantab. Di
dalam hadits disebutkan:

‫وعن جابر قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا خطب أحدكم المرأة فإن استطاع أن ينظر منها إلى ما‬
‫يدعوه إلى نكاحها فاليفعل قالفخطبت جارية من نهي سلمة فكنت اختى ها تحت الكرب حتى رأيت منها بعض‬
‫ما دعاني إلى نكاحها فتزوجتها‬

"Dari Jabir bin Abdullah berkata: Rasulullah bersabda: jika seseorang meminang
perempuan, maka jika mampu hendaknya ia melihatnya sehingga ia menginginkan
untuk melihatnya, maka lakukanlah sehingga engkau melihatnya sesuatu yang
menarik untuk menikahinya maka nikahilah".7

D. Pengertian Kafa’ah
Pengertian kafâ`ah secara bahasa adalah kesamaan, sepadan dan sejodoh.
Secara istilah adalah keseimbangan, keserasian antara calon istri dan suami dalam
hal tingkatan sosial, moral, dan ekonomi. Dari keterangan di atas, bahwa prinsip
dalam memilih jodoh yang baik dikehendaki Islam adalah ketekunan beragama dan
akhlak yang mulia. Kemegahan harta, nasab dan lain-lain semua itu tetap diakui
Islam, karena Islam memandang semua manusia adalah sama, tidak ada perbedaan
di antara kaya dan miskin, putih dan hitam, maupun kuat dan lemah. Kelebihan

6
Ibid, 7.
7
Sudarto, Fikih Munakahat (Yogyakarta: Budi Utama, 2012), 31.

6
antara seorang dengan yang lain hanya didasarkan pada taqwa masing-masing
kepada Allah Swt.8

E. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam kafaah

jika seorang muslim bermaksud memeluk Islam secara kafah, ia harus melakukan
dua hal berikut;

1. Pertama, ia harus beriman secara penuh kepada Allah SWT dan mengakui kenabian
Rasulullah SAW. Keimanan dalam Islam mengharuskan untuk meyakini lima
rukun iman yang harus dipegang teguh setiap muslim.
2. Kedua, untuk menjadi muslim kafah, seseorang harus menjalankan syariat Islam
sesuai petunjuk ajaran agama.

Selain itu, KH Ali Maksum, ulama Indonesia pengasuh pesantren Al-Munawwir


Krapyak menyatakan bahwa untuk menjadi muslim kafah, seseorang harus
menempuh empat jalan berikut.

1. Seorang muslim harus menuntut ilmu dan belajar mengenai ajaran Islam sesuai Al-
Quran dan sunah.
2. Setelah mempelajari ilmu, ia harus mengamalkan dan mengajarkan kembali ajaran
tersebut.
3. Ia sabar berjuang dalam Islam.
4. Mempunyai keyakinan terhadap perjuangan Islam.

Karena keyakinannya, tetap menjalankan syareat/aturan Islam, dalam kondisi


apapun baik Islam sedang berjaya maupun Islam sedang terpuruk.

Untuk memeluk Islam secara kafah, seseorang harus belajar Islam secara konsisten
dan tidak instan, ia wajib mengambil ajarannya secara keseluruhan, tidak boleh
memilih hukum Islam yang ia senangi dan meninggalkan yang tidak disukai.9

8
Otong Husni Taufiq, “Kafa’ah dalam pernikahan menurut hukum islam”, 2 (2017), 168.
9
Yayasan Al Ma’some, “Cara- cara untuk menjadi muslim kafa’ah” Cara-cara untuk Menjadi
Seorang Muslim Kaffah – Yayasan Al Ma'soem Bandung (almasoem.sch.id) (Diakses 13-2-23)

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Makalah diatas dapat disimpulkan bahwa khitbah merupakan
permintaan untuk menikah dari seorang laki-laki kepada seorang
perempuan atau sebaliknya dengan perantaraan ataupun langsung tanpa
perantara. Sedangkan kafa’ah adalah keseimbangan, keserasian antara
calon istri dan suami dalam hal tingkatan sosial, moral, serta ekonomi.
Menurut Pasal 12 ayat (2), (3), dan, (4) KHI, dapat dikemukakan
bahwa wanita yang boleh untuk dipinang menurut Al-Qur'an adalah wanita
yang dipinang bukan istri orang, wanita yang dipinang tidak dalam keadaan
dipinang oleh laki-laki lain,wanita yang dipinang tidak menjalani masa
iddah raj 'i, berarti bekas suami masih ada hak untuk rujuk kembali.dsb.
Seorang muslim yang ingin ber-kafaah ia harus beriman secara
penuh kepada Allah SWT dan mengakui kenabian Rasulullah SAW.
Keimanan dalam Islam mengharuskan untuk meyakini lima rukun iman
yang harus dipegang teguh setiap muslim, untuk menjadi muslim kafah,
seseorang harus menjalankan syariat Islam sesuai petunjuk ajaran agama
dsb.

B. Saran
Setelah kita mempelajari makalah diatas semoga dapat menambah
wawasan dalam materi khitbah dan kafaah dalam pernikahan. Mohon maaf
atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik dan saran
sangat dibutuhkan dalam pembuatan makalah selanjutanya agar lebih baik
dan benar

8
DAFTAR PUSTAKA

Al Ma’som,Yayasan, 2021. “Cara- cara untuk menjadi muslim kafa’ah” Cara-


cara untuk Menjadi Seorang Muslim Kaffah – Yayasan Al Ma'soem
Bandung (almasoem.sch.id) (Diakses 13-2-23 pukul 19.28)

Ja’far, Kumedi,2021. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Bandar Lampung:


Arjasa Pratama,

Mustakim, Ahmad, 2017. Kholipah, Konsep Khitbah Dalam Islam.

R . M. Dahlan, 2017. Fikih Munakahat. Yogyakarta: Budi Utama.

Sudarto, 2012. Fikih Munakahat, Yogyakarta: Budi Utama.

Taufiq , Otong Husni,2017. Kafa’ah dalam Pernikahan Menurut Hukum Islam.

Anda mungkin juga menyukai