Anda di halaman 1dari 13

TUJUAN DAN HIKMAH DISYARI’ATKAN PERNIKAHAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Fiqih Nikah dan Waris”

Dosen Pengampu :

Dr. Nicky Estu Putu M, M.Pd

Disusun oleh :

Hakimatuz Zaidiyah (012010020)

In’am Arzaki (012010023)

Umi Nurul Khasanah (012010160)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt. Yang maha Pengasih lagi maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji Syukur kami haturkan kepada allah taala yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Tujuan dan Hikmah Disyariatkan Perkawinan.

Alhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu atas usaha, do’a, serta
dukungan dari anggota kelompok. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen
yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini kemudian
mempresentasikannya untuk bahan diskusi kelas. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makal ini.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca. Atas kekurangan tersebut, kami mohon maaf, dan kami juga sampaikan
terima kasih kepada temanteman yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah
ini, semoga Allah SWT. Senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Lamongan, 11 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 4

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4

1.3. Tujuan ..................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 6

2.1. Pengertian Pernikahan ............................................................................................ 6

2.2. Tujuan Disyari’atkan Pernikahan ........................................................................... 6

2.3. Hikmah Disyari’atkan Pernikahan ........................................................................ 10

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 12

3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 12

3.2. Saran ..................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Islam disyariatkan hanya untuk memberikan kemaslahatan kepada seluruh
manusia dan menghindarkannya dari kemafsadatan. Salah satu pentunjuk Allah Swt
dalam syariat Islam adalah diperintahkannya menikah dan diharamkannya zinah.
Perintah nikah merupakan salah satu implementasi maqashid syariah yang lima
yaitu hifzhul nasl (menjaga keturunan). Kendati demikian, bagi yang hendak
melangsungkan pernikahan, demi menjaga ke absahannya, hendaknya memahami
pentujuk agama dan negara agar samapai pada hakikat pernikahan
Islam memandang bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang luhur dan sakral,
bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah dan dilaksanakan
atas dasar keikhlasan, tanggungjawab, dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum
yang harus diindahkan. Dalam Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan Bab I pasal 1, perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pernikahan merupakan sunah nabi Muhammad saw. Sunnah dalam pengertian
mencontoh tindak laku nabi Muhammad saw. Perkawinan diisyaratkan supaya
manusia mempunyai keturunan dan keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia
di dunia dan akhirat, di bawah naungan cinta kasih dan ridha Allah SWT, dan hal
ini telah diisyaratkan dari sejak dahulu. Selain itu masih banyak lagi tujuan dan
hikmah disyari’atkan pernikahan yang akan kami bahan dalam makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pernikahan?

2. Apa Tujuan Disyari’atkan Pernikahan?

3. Apa Hikmah Disyari’atkan Pernikahan?

4
1.3. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Pernikahan.

2. Mengetahui Tujuan Disyari’atkan Pernikahan.

3. Mengetahui Apa Hikmah Disyari’atkan Pernikahan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan

Nikah menurut bahasa artinya menyatu dan bersetubuh. Sedangkan menurut


syariat adalah suatu aqad yang menyebabkan bolehnya bersetubuh dengan lafadz
nikah atau kawin atau terjemahannya.1

Para ulama fiqh pengikut mazhab yang empat (Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan
Hanbali) pada umumnya mereka mendefinisikan perkawinan adalah Akad yang
membawa kebolehan (bagi seorang laki-laki untuk berhubungan badan dengan
seorang perempuan) dengan (diawali dalam akad) lafazh nikah atau kawin, atau
makna yang serupa dengan kedua kata tersebut.2

Dalam kompilasi hukum islam dijelaskan bahwa perkawinan adalah


pernikahan, yaitu akad untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah. Dari beberapa terminologi yang telah dikemukakan nampak
jelas sekali terlihat bahwa perkawinan adalah fitrah ilahi.3

B. Tujuan Disyari’atkan Perkawinan

Tujuan pernikahan dalam Islam tidak hanya sekadar pada batas pemenuhan
nafsu biologis atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi.memiliki tujuan-tujuan
penting yang berkaitan dengan sosial, psikologi, dan agama.4 Di antaranya
adalah sebagai berikut:

1
S. Alwi bin Assegaf. 2018. Kunci Memahami Hukum Pernikahan. Bandung : Cahaya Ilmu Publisher.
h.15
2
Wahyu Wibisana. (2016). Pernikahan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim. Vol. 14
No. 2. h.186.
3
Ibid. h.186
4
Abdul Wahhab Sayyyed Hawwaz, Abdul Aziz Muhammad Azzam. 2009. Fiqh Munakahat. Jakarta :
Amzah. h.39

6
1. Mendapatkan dan Melangsungkan Keturunan

Seperti telah diungkapkan di muka bahwa naluri manusia mempunyai


kecenderungan untuk mempunyai keturunan yang sah keabsahan anak keturunan
yang diakui oleh dirinya sendiri, masyarakat, negara dan kebenaran keyakinan
agama Islam memberi jalan untuk itu. Agama memberi jalan hidup manusia agar
hidup bahagia di dunia dan akhirat. Kebahagia an dunia dan akhirat dicapai
dengan hidup berbakti kepada Tuhan secara sendiri-sendiri, berkeluarga dan
bermasyarakat. Kehidupan keluarga bahagia, umumnya antara lain ditentukan
oleh kehadiran anak-anak. Anak merupakan buah hati dan belahan jiwa. Banyak
hidup rumah tangga kandas karena tidak mendapat karunia anak.5

2. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia


Perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi
kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan
dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini
dengan berpacaran, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah
menyimpang dan diharamkan oleh Islam.6
3. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah
dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga
adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat
dan amal-amal shalih yang lain, sampai sampai menyetubuhi istri-pun termasuk
ibadah (sedekah).7
4. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih
Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan dan
mengembangkan bani Adam dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan
hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk
generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada
Allah. Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan
pendidikan Islam yang benar.8

5
Abdul Rahman Ghazaly. 2019. Fiqh Munakahat. Jakarta : Prenadamedia Group. h.18.
6
Sudarto. 2021. Fikih Munakahat. Sleman : CV Budi Utama. h.11.
7
Ibid. h.13.
8
Ibid. h.14.

7
5. Menjalankan sunnah Rasul
Nikah adalah ajaran para Nabi dan Rasul. Hal ini menunjukkan,
pernikahan bukan semata-mata urusan kemanusiaan semata, namun ada sisi
Ketuhanan yang sangat kuat. Oleh karena itulah menikah dicontohkan oleh para
Rasul dan menjadi bagian dari ajaran mereka, untuk dicontoh oleh umat
manusia. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam al-Qur,an surat(13) Ar Ra'
du ayat 38 yang artinya : “dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa
Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan
keturunan. dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat
(mukjizat) melainkan dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang
tertentu).”9
6. Membangun keluarga sakinah mawaddah wa rahmah
Tujuan pernikahan dalan islam adalah membangun keluarga sakinah
mawaddah wa rahmah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat ar-
rum ayat 21 yang artinya : “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir.”10
7. Untuk menjaga diri dari perbuatan zina
Salah satu tujuan dari pernikahan adalah supaya terhindar dari perbuatan
dosa, karena semua manusia memilikiinsting dan kecenderungan kepada
pasangan jenisnya yang menuntut secara biologis disalurkan secara benar.
Apabila tidak disalurkan secara benar, yang muncul adalah penyimpangan dan
kehinaan. Banyaknya pergaulan bebas, fenomena aborsi di kalangan mahasiswa
dan pelajar, kehamilan di luar pernikahan, perselingkuhan, dan lain sebagainya,
menjadi buktibahwa kecenderungan syahwat ini sangat alami sifatnya. Untuk itu
harus disalurkan secara benar dan bermartabat, dengan pernikahan.11

9
Kosim. 2019. Fiqh Munakahat I. Depok : PT Rajagrafindo Persada. h.12.
10
Ibid. h.13.
11
Ibid. h.14.

8
8. Menjadi motivasi untuk sungguh-sungguh berusaha mencari rezki yang
halal
Hidup sehari-hari menunjukkan bahwa orang-orang yang belum
berkeluarga tindakannya sering masih dipengaruhi oleh emosinya sehingga
kurang mantap dan kurang bertanggung jawab. Orang-orang yang telah
berkeluarga lebih efektif dan hemat, karena mengingat kebutuhan keluarga di
rumah. Rasa tanggung jawab akan kebutuhan itu mendorong semangat untuk
mencari rezeki sebagai bekal hidup sekeluarga dan hidupnya tidak hanya untuk
dirinya, tetapi untuk diri dan keluarganya. Dengan demikian, melalui rumah
tangga dapat ditimbulkan gairah bekerja dan bertanggung jawab serta berusaha
mencari harta yang halal.12
9. Untuk memperbanyak dan menghindari kepunahan sampai akhirnya Allah
menggariskan kehancuran bagi alam raya dan seluruh isinya ini
Salah satu tujuan pernikahan adalah supaya mendapatkan keturunan.
Semua orang memiliki kecenderungan dan perasaan senang dengan anak.
Bahkan Nabi menuntutkan agar menikahi perempuan yang penuh kasih sayang
serta bisa melahirkan banyak keturunan. Dengan memiliki anak keturunan, akan
memberikan jalan bagi kelanjutan generasi kemanusiaan di muka bumi. Jenis
kemanusiaan akan terjaga dan tidak punah, yang akan melaksanakan misi
kemanusiaan dalam kehidupannya.13
10. Nikah sebagai perisai diri manusia
Nikah dapat Syaikh.menjaga diri kemanusiaan dan menjauhkan dari
pelanggaran-pelanggaran yang diharamkan dalam agama.14 Sesuai dengan surah
ar-Rum ayat 21 di atas yang lalu, bahwa ketenangan hidup dan cinta serta kasih
sayang keluarga dapat ditunjukkan melalui perkawinan. Orang-orang yang tidak
melakukan penyalurannya dengan perkawinan akan mengalami ketidakwajaran
dan dapat menimbulkan kerusakan, entah kerusakan dirinya sendiri ataupun
orang lain bahkan masyarakat, karena manusia mempunyai nafsu, sedangkan
nafsu itu condong untuk mengajak kepada perbuatan yang tidak baik. Dorongan

12
Rusdata Basri. 2019. Fiqh Munakahat 4 Mazhab dan Kebujakan Pemerintah. Sulawesi Selatan : CV
Kaaffah Learning Center. h.16
13
Syaikh Mutawalli As-Sya’rawi. 2018. Fikih Perempuan(Muslimah). Jakarta : Amzah. h.173.
14
Abdul Wahhab Sayyed Hawwaz, Abdul Aziz Muhammad Azzam. 2009. Fiqh Munakahat. Jakarta :
Amzah. h.40.

9
nafsu yang utama ialah nafsu seksual, karenanya perlulah menyalurkannya
dengan baik, yakni perkawinan. Perkawinan dapat mengurangi dorongan yang
kuat atau dapat mengembalikan gejolak nafsu seksual.15

C. Hikmah Disyari’atkan Perkawinan

Hikmah disyariatkan perkawinan ada banyak antara lain meliputi hikmah


dari segi psikologi, sosiologi, kesehatan, dan hikmah pernikahan menurut al-
jurjawi 16 :

a. Hikmah Psikologi

Sesungguhnya naluri seks merupakan naluri yang paling kuat dan keras
yang selamanya menuntut adanya jalan keluar. Bilamana jalan keluar tidak
dapat memuaskannya maka banyaklah manusia yang mengalami goncangan
dan kacau serta menerobos jalan yang jahat. Kawin merupakan jalan alami
dan biologis yang paling baik. Dengan kawin badan jadi segar, jiwa jadi
tenang, mata terpelihara dari melihat yang haram dan perasaan tenang
menikmati barang yang halal. Allah swt berfirman dalam al-Qur'an Surat (3)
al-Imran ayat 14 yang artinya : “dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam


suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan ramah,
cinta dan sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan
kemanusiaan seseorang.

b. Hikmah Sosiologi
Nikah adalah jalan terbaik dalam rangka memperbanyak keturunan
dengan menjaga terpeliharanya nasab, membuat anak-anak menjadi mulia
serta melestarikan hidup manusia. Menyadari tanggung jawab beristri dan
15
Abdul Rahman Ghazaly. 2019. Fiqh Munakahat. Jakarta : Prenadamedia Group. h.20-21.
16
Kosim. 2019. Fiqh Munakahat I. Depok : PT Rajagrafindo Persada. h.16-17

10
menanggung anak-anak akan menimbulkan sikap sungguh-sungguh dalam
mengembangkan bakat dan rajin dalam mencari penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan perkawinan dapat membuahkan tali
kekeluargaan, rasa cinta antar keluarga dan memperkuat hubungan
kema/syarakatan yang memang oleh islam direstui, ditopang dan ditunjang.

c. Hikmah Nikah Dari Segi Kesehatan


Sayyid Sabiq mengutip salah satu pernyataan hasil penelitian tentang
nikah dan kesehatan yang dilakukan PBB yang dimuat dalam harian nasional
bahwa orang yang bersuami umurnya lebih panjang daripada orang yang
tidak bersuami istri baik karena menjanda, bercerai ataupun sengaja
membujang. Pernyataan itu selanjutnya menjelaskan di berbagai Negara,
orang-orang kawin pada umur yang masih muda, akan tetapi bagaimanapun
juga umur orang-orang yang bersuami istri umurnya lebih panjang.
d. Hikmah nikah menurut al-Jurjawi
Dengan pernikahan maka banyaklah keturunan. Ketika keturunan itu
banyak, maka proses memakmurkan bumi berjalan dengan mudah, karena
suatu perbuatan yang harus dikerjakan bersama-sama akan sulit jika
dilakukan secara individual. Keadaan hidup manusia tidak akan tentram
kecuali jika keadaan rumah tangganya teratur. Kehidupan tidak akan tenang
kecuali dengan adanya ketertiban rumah tangga. Ketertiban tersebut tidak
mungkin terwujud kecuali harus ada perempuan yang mengatur rumah
tangga itu. Laki-laki dan perempuan adalah dua sekutu yang berfungsi
memakmurkan dunia masing-masing dengan ciri khasnya berbuat dengan
berbagai macam pekerjaan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Nikah menurut bahasa artinya menyatu dan bersetubuh. Sedangkan
menurut syariat adalah suatu aqad yang menyebabkan bolehnya bersetubuh
dengan lafadz nikah atau kawin atau terjemahannya.
Tujuan pernikahan dalam Islam tidak hanya sekadar pada batas
pemenuhan nafsu biologis atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi memiliki
tujuan-tujuan penting yang berkaitan dengan sosial, psikologi, dan agama
seperti Mendapatkan dan Melangsungkan Keturunan, Untuk menjaga diri dari
perbuatan zina, dan Nikah sebagai perisai diri manusia
Hikmah disyariatkan perkawinan ada banyak antara lain meliputi hikmah
dari segi psikologi, sosiologi, kesehatan, dan hikmah pernikahan menurut al-
jurjawi
3.2. Saran
Demikian makalah dari kelompok kami tentang tujuan dan hikmah
disyariatkannya pernikahan. Semoga dengan makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghazaly. 2019. Fiqh Munakahat. Jakarta : Prenadamedia Group.

Abdul Wahhab Sayyed Hawwaz, Abdul Aziz Muhammad Azzam. 2009. Fiqh
Munakahat. Jakarta : Amzah.

Kosim. 2019. Fiqh Munakahat I. Depok : PT Rajagrafindo Persada.

Rusdata Basri. 2019. Fiqh Munakahat 4 Mazhab dan Kebujakan Pemerintah. Sulawesi
Selatan : CV Kaaffah Learning Center.

S. Alwi bin Isa Asseggaf. 2018. Kunci Memahami Hukum Pernikahan. Bandung :
Cahaya Ilmu Publisher.

Sudarto. 2021. Fikih Munakahat. Sleman : CV Budi Utama.

Syaikh Mutawalli As-Sya’rawi. 2018. Fikih Perempuan(Muslimah). Jakarta : Amzah.

Wahyu Wibisana. (2016). Pernikahan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam-
Ta’lim. Vol. 14 No. 2.

13

Anda mungkin juga menyukai