DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah AIK V makalah kelompok ini dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan tugas-tugas ini tidak sedikit hambatan penulis. Namun penulis menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas-tugas ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan seorang dosen pembimbing mata kuliah AIK V sehingga kendala-kendala dapat
teratasi.
Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu wawasan dalam
meningkatkan keterampilan media menulis yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber info referensi dan berita. Makalah ini penulis susun dengan berbagai
rintangan baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Penulis sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Menikah merupakan sunnah...........................................................................................3
B. Menikah untuk menjaga pandangan dan kehormatan.....................................................3
C. Menikah merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah swt..................................................4
D. Menikah untuk meraih separuh agama...........................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................7
PENUTUP..................................................................................................................................7
A. Kesimpulan.....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam memandang bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang luhur dan sakral,
bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah dan dilaksanakan atas
dasar keikhlasan, tanggungjawab, dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum yang
harus diindahkan. Dalam Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan Bab I pasal 1, perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Tujuan pernikahan, sebagaimana difirmankan Allah s.w.t. dalam surat Ar-Rum ayat
21 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang (mawaddah warahmah).
Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda kebesaran-Nya bagi
orang-orang yang berfikir”. Mawaddah warahmah adalah anugerah Allah yang
diberikan kepada manusia, ketika manusia melakukan pernikahan. Pernikahan
merupakan sunah nabi Muhammad saw. Sunnah dalam pengertian mencontoh tindak
laku nabi Muhammad saw. Perkawinan diisyaratkan supaya manusia mempunyai
keturunan dan keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia di dunia dan akhirat, di
bawah naungan cinta kasih dan ridha Allah SWT, dan hal ini telah diisyaratkan dari
sejak dahulu, dan sudah banyak sekali dijelaskan di dalam al-Qur’an: “Dan
kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan
kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
mengetahui. (QS. Al Nuur/24 : 32).
iv
dengan yang tercantum di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, yang berbunyi “perkawinan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Maka dari itu, perkawinan atau pernikahan bisa dikatakan sebagai salah
satu perilaku manusia yang baik atau terpuji yang telah diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa dengan tujuan untuk membuat hidup manusia
menjadi lebih baik lagi. Selain itu, pernikahan yang baik juga bisa membuat
hubungan suami istri menjadi lebih harmonis dan kebahagiaan akan
menghampiri. Setiap terlaksananya suatu pernikahan pasti berdasarkan
perkembangan zaman dan perkembangan budaya yang ada di dalam
kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa
pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat sederhana akan berbeda
dengan masyarakat maju. Masyarakat sederhana, biasanya akan
menyelenggarakan pernikahan dengan budaya pernikahan yang
sederhana dan tertutup. Sementara itu, masyarakat yang lebih modern
(maju) umumnya penyelenggaraan pernikahan dilakukan dengan budaya
yang modern dan terbuka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana itu menikah merupakan sunnah
2. Bagaimana itu menikah untuk menjaga pandangan dan kehormatan
3. Bagaimana itu menikah merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah swt
4. Bagaimana itu menikah untuk meraih separuh agama
C. Tujuan Masalah
5. Untuk Mengetahui menikah merupakan sunnah
6. Untuk Mengetahui menikah untuk menjaga pandangan dan kehormatan
7. Untuk Mengetahui menikah merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah
8. Untuk Mengetahui menikah untuk meraih separuh agama
v
BAB II
PEMBAHASAN
''Hai Ali! Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya.
Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun yang berikutnya tidak
boleh.'' (HR Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).
3. Membangun rumah tangga dengan kasih sayang murni. Rasulullah SAW
bersabda:
، َف ِإْن َذ َهْبَت ُتِقيُم ُه َك َس ْر َتُه، َو ِإَّن َأْع َو َج َش ْي ٍء ِفي الِّض َلِع َأْعَالُه، َفِإَّنُهَّن ُخ ِلْقَن ِم ْن ِض َلٍع،اْسَتْو ُصوا ِبالِّنَس اِء َخْيًرا
َفاْسَتْو ُصوا ِبالِّنَس اِء َخْيًرا، َو ِإْن َتَر ْك َتُه َلْم َيَز ْل َأْع َو َج
“Berwasiatlah untuk para wanita karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari
tulang rusuk dan yang paling bengkok dari bagian tulang rusuk adalah bagian
atasnya. Jika engkau ingin meluruskan tulang rusuk tersebut maka engkau akan
mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya maka dia akan tetap bengkok,
maka berwasiatlah untuk para wanita.”
4. Menjaga agama anak dan istri. Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat
Abdullah bin Umar, radhiyallahu 'anhuma:
َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُع َم َر َرِض َي ُهَّللا َع ْنُهَم ا َأَّن َر ُس وَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل َأاَل ُك ُّلُك ْم َر اٍع َو ُك ُّلُك ْم َم ْس ُئوٌل َع ْن
َرِع َّيِتِه َفاِإْل َم اُم اَّلِذ ي َع َلى الَّناِس َر اٍع َو ُهَو َم ْس ُئوٌل َع ْن َرِع َّيِت ِه َو الَّرُج ُل َر اٍع َع َلى َأْه ِل َبْيِت ِه َو ُه َو َم ْس ُئوٌل َع ْن
َرِع َّيِتِه َو اْلَم ْر َأُة َر اِعَيٌة َع َلى َأْهِل َبْيِت َز ْو ِج َها َو َو َلِدِه َو ِهَي َم ْس ُئوَلٌة َع ْنُهْم َو َع ْبُد الَّرُج ِل َر اٍع َع َلى َم اِل َس ِّيِدِه َو ُه َو
َم ْس ُئوٌل َع ْنُه َأاَل َفُك ُّلُك ْم َر اٍع َو ُك ُّلُك ْم َم ْس ُئوٌل َع ْن َرِع َّيِتِه
vi
Dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian
akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang
memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang
dipimpinnya.
5. Menghasilkan keturunan yang lebih baik. Rasulullah SAW bersabda:
يناLLه ال ختصLLو أذن لLL ول،ه وسلم على عثمان بن مظعون التبتلLL رد رسول هللا صلي هللا عليRasulullah
SAW pernah melarang Utsman bin Mazh'un untuk membujang selamanya, karena
semata-mata tidak ingin melakukan ibadah kepada Allah. Andaikan sudah
mengizinkannya, tentulah kami mengebiri diri kami sendiri.
َف ْلَي َّت ِق َهللا ِفي الِّن ْص ِف الَب اِقي، ِإَذ ا َتَز َّو َج الَع ْبُد َفَقْد َك َّمَل َن ْص َف الِّدْي ِن
“Siapa yang menikah berarti telah menyempurnakan setengah agamanya. Karena itu bertaqwalah
kepada Allah untuk setengah yang kedua.” Makna hadis ini bahwa nikah akan melindungi orang dari
zina. Sementara menjaga kehormatan dari zina termasuk salah satu yang mendapat jaminan dari
vii
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan surga. Beliau mengatakan, ‘Siapa yang dilindungi
Allah dari dua bahaya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, yaitu dilindungi dari
dampak buruk mulutnya dan kemaluannnya.’ [Tafsir al-Qurthubi, 9/327].
Allah berjanji akan menolong dan membantu orang yang menikah untuk menjaga kehormatannya,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اْلُم َج اِه ُد ِفْي َس ِبْي ِل ِهللا َو اْلُم َك اَت ُب اَّلِذْي ُيِر ْيُد اَأْلَد اَء َو الَّن اِكُح اَّلِذْي ُيِر ْيُد اْلَع َفاَف: َثاَل َثٌة َح ٌّق َع َلى ِهللا َت َع اَلى َع ْو ُنُهْم
“Ada tiga golongan, Allah mewajibkan atas Dzatnya untuk membantunya: (yaitu) Orang yang
berjihad di jalan Allah, orang yang menikah untuk menjaga kehormatan diri dan budak yang
berusaha membeli dirinya sendiri hingga menjadi orang merdeka “. [HR. Ahmad & at-Tirmidzi]
Dan kita tentu yakin bahwa Allah tidak akan menyelisihi janjinya. Allah Ta’ala berfirman,
Bagi para pemuda dan jomblo, apabila ingin menikah janganlah ragu-ragu. Hendaknya luruskan niat
menikah dan sebelum mengambil keputusan hendaknya berdiskusi serta musyawarah dahulu
dengan orang tua, ustadz dan teman-teman yang dahulu punya pengalaman yang sama, yaitu ingin
segera menikah untuk menjaga kehormatan.
Memilih pasangan hidup tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Seorang Muslim dan Muslimah
harus mendasari pilihan jodohnya berdasarkan tuntunan agama dan juga kriteria yang diinginkan.
Menurut Ustadz Imam, memuliakan pasangan sejati adalah penegasan agama yang kuat
sebagaimana disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an dalam ayat-ayat penciptaan langit dan
bumi dan manusia.
اِتِه َلَق َلُك ْم اًج ا ِلَت ْس ُكُنوا َلْي َه ا َل ِلَك آَل َي اٍت ِلَقْو ٍم
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, agar kamu cenderung dan merasa nyaman dengan mereka, dan Dia menjadikan di antara
kamu perasaan cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang itu ada benar-benar tanda-tanda
tanda bagi orang-orang yang berpikir.” (QS An Nur ayat 21).
“Ketika kita menyebut pasangan, Allah menggunakan kata wa min aayatihi/ dan dari tanda-tanda
kebesaran Allah. Apa artinya ini? Bahwa pasangan kita selaras dengan ciptaan langit dan bumi,
karena kita manusia juga adalah ciptaan Tuhan yang patut dimuliakan," ujarnya.
“Jika seseorang telah menikah, berarti ia telah menyempurnakan separuh agama. Maka
hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada separuh sisanya.” Menikah adalah salah satu
peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Nilai penting menikah, bukan saja dilihat
dari respon manusia yang antusias dan bergembira dengan pernikahan. Namun lebih
mendasar dari itu adalah, bagaimana Nabi saw meletakkan pernikahan sebagai separuh
agama. Separuh, berarti 50 % atau setengah. Ini menandakan pengaruh pernikahan yang
viii
sangat penting untuk kebaikan agama seseorang. Nabi saw menyatakan pernikahan
sebagai nishfu ad-din. Dari Anas bin Malik ra, Nabi saw bersabda, "Ketika seorang
hamba menikah, berarti dia telah menyempurnakan separuh agamanya (nishfu ad-din).
Maka bertaqwalah kepada Allah pada separuh sisanya" (Dinilai hasan li ghairihi, dalam
Shahih Targhib wa Tarhib 2/192).
Mengapa menikah disebut sebagai nishfu ad-din (separuh agama)? Terdapat banyak
keterangan dari para ulama. Kita coba menyimak penjelasan dari Imam Al-Ghazali dan
Imam Al-Qurthubi tentang makna nishfu ad-din. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya
Ulumiddin menjelaskan, dua hal yang paling potensial merusak manusia adalah syahwat
kemaluan dan syahwat perut. Menikah telah menyelamatkan manusia dari syahwat
kemaluan, inilah makna nishfu ad-din. Imam Al-Ghazali menyatakan,
"Rasulullah saw bersabda, 'Siapa yang menikah, berarti telah melindungi setengah
agamanya. Karena itu bertaqwalah kepada Allah untuk setengah yang kedua'. Ini
merupakan isyarat tentang keutamaan nikah, yaitu dalam rangka melindungi diri dari
penyimpangan, agar terhindar dari kerusakan. Karena yang merusak agama manusia
umumnya adalah kemaluan dan perutnya. Dengan menikah, maka salah satu telah
terpenuhi". Menurut Imam Al-Ghazali, menikah akan melindungi manusia dari
penyimpangan dan menghindarkan dari kerusakan. Sangat banyak kerusakan akibat dari
dibebaskannya syahwat kemaluan, bukan hanya kerusakan yang menimpa pelaku, namun
menimpa masyarakat, bangsa bahkan negara. Kebebasan seksual dalam berbagai
bentuknya, telah menimbulkan kerusakan sistemik yang menimpa sebuah komunikas,
masyarakat atau bangsa. Pelajaran penting harus kita ambil dari kaum Nabi Luth yang
melakukan penyimpangan seksual secara massif.
ix
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam memandang bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang
luhur dan sakral, bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah dan
dilaksanakan atas dasar keikhlasan, tanggungjawab,dan mengikuti ketentuan-
ketentuan hukum yang harus diindahkan. Tujuan utama pernikahan dalam
Islam ialah menjauhkan dari perbuatan maksiat. Sebagai seorang muslim, kita
memiliki panutan dalammenjalankan kehidupan sehari-hari. Alangkah baiknya bisa
meniru yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satunya menjalankan
pernikahan dengan niat yang baik.
B. Saran
Dengan melihat adanya banyak orang yang majemuk dengan beraneka ragam
suku, budaya, dan agama, maka Penulis menyampaikan beberapa saran yang
dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam memperbaiki permasalahan
tersebut kedepannya, yaitu :
x
xi
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/pakcah/5ea6817fd541df03fb4f0082/mengapa-menikah-disebut-
separuh-agama
https://www.republika.co.id/berita/r6diae320/rahasia-ayat-pernikahan-disandingkan-dengan-
tanda-kekuasaan-allah-swt
https://muslim.or.id/26590-menundukkan-pandangan-mata.html
https://www.republika.co.id/berita/qz63cy320/5-tujuan-menikah-menurut-hadits-nabi-muhammad-
saw
xii