Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH GIZI DAN DIET

KEBUTUHAN NUTRISI

Kelompok 1

Feby Febriana Djoni 105111104521


Melyana Kwesaputra 105111100121
Dinda Nur Wahyuni Adnan 105111100321
Sri Sulastri 105111104121

PRODI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas selesainya makalah yang berjudul kebutuhan nutrisi. Atas dukungan
moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
terlah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar,5 Okt 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I .......................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ........................................................................................ 4

A. Latar Belakang ................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

C. Tujuan .............................................................................................. 5

BAB II ......................................................................................................... 6

PEMBAHASAN .......................................................................................... 6

A. Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi ........................................................... 6

B. Kebutuhan Nutrisi Pada Balita ....................................................... 13

C. Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Prasekolah ..................................... 16

D. Kebutuhan Nutrisi Pada Usia Remaja ............................................ 23

BAB III ...................................................................................................... 34

PENUTUP ................................................................................................ 34

A. Kesimpulan .................................................................................... 34

B. Saran ............................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat
penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan
pada bayi dan anak. Menurut Hidayat (2008), zat gizi merupakan
unsur yang paling penting dalam nutrisi, mengingat zat gizi tersebut
dapat memberikan fungsi tersendiri bagi nutrisi.
Auliana (1999), menambahkan zat gizi mempunyai peranan
penting dalam upaya meningkatkan kesehatan pada balita. Zat gizi
dibutuhkan guna memperoleh energi untuk melakukan kegiatan
fisik sebagai zat tenaga, untuk proses tumbuh kembang anak,
pengganti jaringan yang rusak atau sebagai zat pembangun, serta
mengatur semua fungsi tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit
atau sebagai zat pengatur. Ada beberapa komponen zat gizi seperti
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan mineral yang
dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya berbeda
untuk setiap usia (Berhman dalam Hidayat, 2008).
Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh dalam membantu
proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta mencegah
terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh,
seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, 2
defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A, defisiensi tiamin,
defisiensi kalium, dan lain-lain yang dapat menghambat proses
tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).
Menurut Kurniasih et al. (2010), balita membutuhkan asupan
gizi yang seimbang untuk pertumbuhan sel-sel otak sehingga dapat

4
meningkatkan kecerdasan anak, selain itu pada usia ini
kemampuan motorik, kognitif, dan sosial emosi mulai berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan kebutuhan nutrisi pada bayi ?
2. Jelaskan kebutuhan nutrisi pada balita ?
3. Jelaskan kebutuhan nutrisi pada usia pra sekolah ?
4. Jelaskan kebutuhan nutrisi pada usia remaja ?

C. Tujuan
1. Mengetahui kebutuhan nutrisi pada bayi
2. Mengetahui kebutuhan nutrisi pada balita
3. Mengetahui kebutuhan nutrisi pada usia pra sekolah
4. Mengetahui kebutuhan nutrisi pada usia remaja

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi


1. Peranan Penting Pemberian ASI untuk Bayi
Peranan dan pentingnya pemberian ASI Air susu ibu (ASI)
adalah makanan ideal yang tiada bandingnya untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi karena mengandung
nutrient yang dibutuhkan untuk membangun dan penyediaan
energi, pengaruh biologis dan emosional antara ibu dan bayi,
serta meningkatkan sistem kekebalan pada bayi (Hanson, 2003)
ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi karena
kandungan gizinya lengkap dan seimbang, selain itu
komposisinya sangat ideal bagi proses tumbuh kembang anak.
Penelitian telah membuktikan bahwa peningkatan pemberian
ASI dapat menurunkan insiden penyakit pada anak dalam
kelompok tersebut (Wright et all, 1998), menurunkan risiko
penyakit diare dan infeksi pernafasan akut (Arifeen, Black,
Antelman, Baqui, Caulfield, Becker, 2001; Quigley, Kelly,
Sacker, 2007).
2. Keuntungan Pemberian ASI
ASI memiliki unsur-unsur yang memenuhi semua kebutuhan
bayi akan nutrien selama periode 6 bulan, kecuali jika ibu
mengalami keadaan gizi kurang yang berat. Komposisi ASI
akan berubah sejalan dengan kebutuhan bayi. Kolostrum
adalah cairan yang pertama kali keluar dari payudara setelah
bayi dilahirkan. Meski jumlahnya sedikit, namun kolostrum
mengandung lemak dan karbohidrat yang rendah, tetapi protein
tinggi. Kolostrum juga mengandung immunoglobulin dan

6
berbagai zat lainnya yang melindungi bayi dari infeksi (La Leche
League Internasional, 1997).
Menurut Worthington (1991), ASI dapat menurunkan infeksi
pada bayi karena:
- ASI bersih dan bebas bakteria, sehingga tidak membuat
sakit.
- ASI mengandung antibodi immunoglobulin terhadap bakteri.
- ASI mengandung leukosit hidup yang membantu memerangi
infeksi.
- ASI mengandung faktor bifidus yang membantu bakteria
khusus, yaitu lactobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus
bayi. Lactobacillus bifidus mencegah bakteria berbahaya
lainnya tumbuh dan menyebabkan diare.
- ASI mengandung laktoferin yang mengikat zat besi. Hal ini
mencegah pertumbuhan beberapa bakteria berbahaya yang
memerlukan zat besi.
- ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna
lemak. ASI lebih cepat dan mudah dicerna dan bayi yang
diberi ASI mungkin ingin makan lagi lebih cepat daripada
bayi yang diberi makanan buatan.
- ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak
memerlukan persiapan. ASI tidak pernah basi atau jelek
dalam payudara, walau ibu tidak menyusu bayinya dalam
beberapa hari.
3. Kendala Yang Menghalangi Keberhasilan Pemberian ASI
Masalah lazim dijumpai pada ibu
Masalah lazim yang dijumpai pada ibu dan berpotensi
mengganggu proses menyusui antara lain:
- ASI terasa tidak cukup Banyak ibu yang merasa ASI-nya
tidak keluar atau tidak cukup karena tidak mengetahui
bahwa kolostrum yang berjumlah sedikit sebenarnya sudah

7
memenuhi kebutuhan bayi. Ketidaktahuan atau
ketidakpercayaan diri ini menyebabkan tiga hari pertama
saat ASI matang belum keluar menjadi waktu dimana
asupan pre lakteal seringkali diberikan kepada bayi.
- Putting lecet Kadangkala seorang ibu, terutama yang baru
pertama kali melahirkan anak, mengeluh putingnya sakit. Hal
ini biasa terjadi dan akan hilang dengan sendirinya (La
Leche League International, 1997). Namun dalam banyak
kasus, ibu mengeluhkan putting sakit karena lecet. Putting
lecet seringkali dipicu teknik pelekatan (menempelnya mulut
bayi pada payudara ibu) yang salah (WHO, 1993).
- Payudara bengkak, penyumbatan saluran ASI, infeksi
payudara (mastitis) dan abses. Pada beberapa ibu, gelaja
payudara bengkak sering disertai demam ringan. Kondisi ini
dapat dengan mudah disembuhkan dengan kompres hangat
pada payudara dan memerah sebelum menyusui untuk
mempermudah aliran ASI keluar dari payudara. Bila
payudara tidak dikosongkan dengan maksimal dan sering
bengkak, bisa memicu permasalahan baru yaitu sumbatan
pada saluran ASI. Penggunaan pakaian dalam yang ketat
pada payudara juga dapat menyebabkan penyumbatan
saluran ASI, karena itu ibu menyusui disarankan untuk
menggunakan pakaian dalam yang longgar (La Leche
League International, 1997).
- Ukuran payudara dan bentuk putting Putting datar dan
masuk kedalam (inverted) adalah beberapa bentuk putting
yang sering dikhawatirkan oleh ibu. Beberapa ibu juga
khawatir bahwa benuk payudara akan berubah sehingga
ragu-ragu untuk menyusui bayinya (La Leche League
International, 1997).

8
- Refleks Okstosin terganggu Ibu bekerja rentan terhadap
risiko menderita gangguan refleks oksitoksin karena relatif
sering mengalami tekanan dalam pekerjaan dibanding ibu
rumah tangga (La Leche League International, 1997). Ibu
yang stres mungkin merasakan berkurangnya jumlah ASI
yang biasa diperah dan berkurangnya jumlah hasil perahan
ini dapat menyebabkan stres baru.
- Ibu sakit Ada ibu yang menghentikan proses menyusui
ketika dirinya sakit karena khawatir anaknya akan tertular.
Umumnya tindakanini tidak diperlukan, teruatama bila ibu
hanya menderita penyakit ringan saja seperti batuk, pilek
atau flu. Kuman-kuman penyakit tersebut tidak ditularkan
melalui ASI, bahkan ASI memberikan kekebalan tambahan
karena mengandung antibodi yang diciptakan oleh tubuh ibu
saat ia sakit (Riordan, 2005)

Masalah lazim pada bayi

Masalah lazim yang dijumpai pada bayi dan berpotensi


mengganggu proses menyusui antara lain:

- Kuning pada bayi (Ikterus) Ikterus adalah kondisi dimana


kulit bayi berubah menjadi kekuningan karena dilepaskannya
suatu zat bernama bilirubin, yang merupakan hasil
pemecahan sel-sel darah merah. Kondisi ini sering
menakutkan bagi ibu, karena jumlah bilirubin berlebihan
dapat merusak jaringan dan menyebabkan berbagai
gangguan fungsi otak (Riordan, 2005)
- Percepatan pertumbuhan Banyak ibu yang tidak mengetahui
bahwa bayi secara alami melewati suatu fase dimana
kebutuhan asupannya melonjak secara tibatiba. Fase ini
dikenal dengan fase percepatan pertumbuhan (growth

9
spurt). Bayi yang tadinya menyusu dengan tenang dan
teratur tiba-tiba menjadi gelisah dan lebih sering menyusu.
Percepatan pertumbuhan ini lazim terjadi saat bayi berusia 3
minggu, 6 minggu dan 3 bulan dalam masa menyusui
eksklusif (6 bulan) (La Leche League International, 1997).
Saat bayi mengalami percepatan pertumbuhan, tidak ada
tindakan khusus yang perlu dilakukan oleh ibu selain
menyusu lebih sering dan lebih lama, sesuai dengan
permintaan bayi.
- Bayi sakit Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memang
terbukti lebih sehat, namun bukan berarti tidak akan pernah
sakit sama sekali. Mereka juga bisa saja terkena batuk,
pilek, diare dan sebagainya. Keadaan ini biasanya
mengkhawatirkan bagi ibu sehingga kadang ibu merasa
perlu untuk memberikan asupan non ASI bagi bayi sebelum
usianya 6 bulan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.
- Bayi menangis dan kolik Tangisan bayi merupakan suatu hal
yang sering membuat seorang ibu dan orang-orang
disekitarnya cemas. Mereka beranggapan bahwa lapar
adalah alasan bayi menangis, tanpa memikirkan
kemungkinan lainnya. Kolik adalah kondisi saat bayi
menangis secara terus menerus tanpa alasan yang jelas dn
kadang tangisannya memiliki pola tertentu, seperti menangis
pada waktu-waktu tertentu atau menangis pada petang hari.
Gejala ini akan berkurang pada saat bayi berusia 3 bulan.
(La Leche League International, 1997).
- Bingung putting Bingung putting adalah kondisi dimana bayi
kebingungan setelah menggunakan putting buatan atau dot,
karena menyusui pada dot memerlukan teknik yang berbeda
(La Leche League International, 1997).

10
4. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah
makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada
bayi atau anak yang berumur 6 – 24 bulan untuk memenuhi
kebutuhan gizinya (Depkes, 2006).
a) Jenis-Jenis MP-ASI
Jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik
tekstur, frekuensi, dan porsi makan harus disesuaikan
dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan bayi.
Kebutuhan energi dari makanan adalah sekitar 200 kkal per
hari untuk bayi usia 6-8 bulan dan 300 kkal per hari untuk
bayi usia 9-11 bulan (Depkes dan Kessos, 2000).
b) Tahap Pemberian MP-ASI
Menurut Depkes, 2009 dalam buku Kesehatan Ibu
dan Anak, pemberian makanan pada bayi yang baik dan
benar adalah sebagai berikut:
1. Umur 0 – 6 bulan
a. Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna
kekuningan (kolostrum)
b. Berikan hanya ASI (ASI eksklusif)
c. Jangan berikan makanan/minuman selain ASI
d. Susui bayi sesering mungkin
e. Susui setiap bayi menginkann, paling sedikit 8 kali
sehari
f. Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan, lalu susui
g. Susui dengan payudara kanan dan kiri secara
bergantian
h. Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah
ke payudara sisi lainnya.
2. Umur 6 – 9 bulan
a. Terus berikan ASI

11
b. Mulai berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Contohnya bubur susu dan bubur tim yang dilumat
c. Berikan MP-ASI secara bertahap sesuai umur
d. Contoh MP-ASI:
- 6 bulan
Pagi : bubur susu 3 sendok makan
Sore : bubur susu 3 sendok makan
- 7 bulan
Pagi : bubur susu 3 ½ sendok makan
Sore : bubur susu 3 ½ sendok makan
- 8 bulan
Pagi : bubur tim lumat 2 sendok makan
Siang : bubur tim lumat 3 sendok makan
Malam : bubur tim lumat 3 sendok makan
3. Umur 9 – 12 bulan
a. Terus berikan ASI
b. Berikan MP-ASI yang lebih padat. Contohnya bubur
nasi, nasi tim, dan nasi lembek
c. Contoh MP-ASI
- 9 bulan
Pagi : bubur nasi 3 sendok makan
Siang : bubur nasi 3 sendok makan
Malam : bubur nasi 3 sendok makan
- 10 bulan
Pagi : nasi tim 3 sendok makan
Siang : nasi tim 3 sendok makan
Malam : nasi tim 4 sendok makan
- 11 bulan
Pagi : nasi lembek 3 sendok makan
Siang : nasi lembek 4 sendok makan
Malam : nasi lembek 4 sendok makan

12
5. Masalah-masalah dalam Pemberian MP-ASI
Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi/anak umur 0 – 24
bulan menurut Depkes, 2000 adalah sebagai berikut:
- Pemberian makanan prelaktal (Makanan sebelum ASI
keluar)
- Kolostrum dibuang
- Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat
- MP-ASI yang diberikan tidak cukup
- Pemberian MP-ASI sebelum ASI
- Frekuensi pemberian MPASI kurang
- Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja
- Kebersihan kurang
- Prioritas gizi yang salah pada keluarga

B. Kebutuhan Nutrisi Pada Balita


1. Kebutuhan Pokok Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan
AUD
Penggolongan zat gizi berdasarkan kebutuhan yang
dibutuhkan oleh tubuh terbagi menjadi dua: zat makro dan
mikro. Zat gizi makro merupakan zat gizi yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah yang besar. Beberapa zat gizi yang tergolong
pada gizi makro antara lain: air, karbohidrat, protein.
Sedangakan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit. Namun zat
tersebut juga harus terpenuhi setipa harinya agar menunjang
aktivitas anak sehari-hari. Berikut jenis makanan serta
kegunaannya bagi tubuh. Aktivitas anak usia dini sangat banyak
dan juga membutuhkan asupan karbohidrat yang tinggi, hal ini
dikarenakan karbohidrat. Asupan kalori yang butuhkan anak
usia dini dalam setiap aktivitasnya sebagai berikut:

13
- Aktivitas fisik anak membutuhkan sebanyak 15-25 kcal/kg
perhari. Namun jika aktivitasnya sangat aktif kebutuhan
kalori anak mampu mencapai hingga 50-80 kcal/kg perhari.
- Metabolisme pada bayi membutuhkan 55 kcal dan berkurang
hingga 25-30 kcal setelah menjadi dewasa.
- Anak yang sedang mengalami fase pertumbuhan
membutuhkan 20-40 kcal/kg pada hari-hari pertama
kemudian berkurang hingga mencapai masa balita menjadi
15-25 kcal/kg perhari. Dan mengalimi peningkatan pada
masa remaja.

Nilai protein yang dibutuhkan oleh tubuh ditentukan oleh


kadar asam amino esensial, yaitu asam yang dibutuhkan pada
proses metabolisme. Namun biasanya nilai protein hewani lebih
tinggi dibandingkan protei nabati. Rata-rata masyarakat
Indonesia mengonsumsi sekitar 60% protein yang berasal dari
telur.

Lemak merupakan zat yang tidak terlalu banyak dibutuhkan


oleh tubuh, kecuali asam lemak ensensial. Ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam menentukankebutuhan
lemak.

1) Apabila kadar lemak kurang dari 20% kalori, protein dan


karbohidran harus dinaikkan
2) Lemak merupakan bahan makana yang memiliki kadar kalori
tinggi dan sangat dibutuhkan oleh anak usia dini
3) Lemak mengandung asam lemak esensial yang dibutuhkan
untuk proses metabolisme, jika kurang dari 1%, akan
mengakibatkan gangguan kulit, rambut akan mudah rontok,
serta akan terjadinya hambatan dalam pertumbuhan pada
anak usia dini

14
4) Lemak mempermudah absorsi vitamin A,D,E dan K
2. Nutrisi Untuk Perkembangan Anak
a. Perkembangan Otak
Konsumsi makanan yang tidak memenuhi kebutuhan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jangka waktu yang
lama akan menyebabkan perubahan metabolisme otak. Hal
ini mengakibatkan otak tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, hingga dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan pertumbuhan badan dan membuat manusia
bertubuh kerdil dan diikuti oleh ukuran otak yang berkurang
dan berdapat pada kecerdasaan anak. Pertubuhan otak dan
sel saraf berlangsung sangat cepat sejak dari janin hingga
bayi dilahirkan kedunia dan menjadi bayi. Umunya gangguan
masalah gizi dialami oleh anak usia dini dan membawa
dampak hingga masa selanjutnya. Sehingga ini
mengakibatkan anak akan sulit untuk memiliki konsentrasi,
anak akan mejadi lebih cepat lemas/lelat secara mental,
tidak berprestasi dalam belajar, dan memiliki motivasi belajar
yang rendah. Ditinjau dari segi struktur dan funsinga otak
manusia merupakan jaringan yang paling sempurna. Namun
kinerja otak akan sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi
yang berasa dari makan yang dikonsumsi. Daya kerja otak
dikendalikan oleh neurotransmiliter yang terdapat pada otak
dan sekresi neurotransmiliter dan akan terjadi jika adanya
ransangan.
b. Perkemgangan motorik.
Apabila kandungan nutrisi dalam tubuh tidak
terpenuhi maka akan menyebabkan keterlambatan pada
perkembangan motori yang meliputi perkembangan emosi
dan tingkah laku.nanak yang mengalami gangguan tersebut
biasanya akan menarik diri kelompok, apatis, pasif dan akan

15
sulit untuk berkonsentrasi, dan mengakibatkann
perkembangan kogniti anak akan terhambat. Hakikatnya
pemenuhan asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan
merupakan suatu yang sangat penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak. Dalam hal pemberian asupan
makan sesuai dengan kebutuhan, lingkungan, dan interasi
anak dengan orang tua juga memberikan pengaruh yang
sangat baik. Tanpa adanya jalinan emosional dan kasih
sayang makan pertumbuhan anak tidak akan optimal. Oleh
sesba itu perlu diterapkanya pola asah, asih, dan asuh.

C. Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Prasekolah


1. Pola Makan Anak Usia Prasekolah
Anak Kebutuhan cairan tergantung kepada aktivitas anak,
biasanya meningkat dari kebutuhan cairan dan pada anak usia
toddler mempunyai karakteristik yang khas, yang bergerak
terus, tidak bisa diam, dan sulit untuk diajak duduk dalam waktu
relatif lama. Pada usia 12 sampai 18 bulan pertumbuhan sedikit
lambat sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori menurun yaitu 100
kkal per kg berat badan (BB). Kebutuhan protein sekitar 2,4
gram perhari (Whaley & Wong dalam Supartini, 2008).
Pola makan anak terbentuk pada usia satu atau dua tahun
dan akan mempengaruhi kebiasaan makan tahun-tahun
berikutnya (Arvin & Kliesma, 2000 dalam Juliana, 2010).
Ketika anak memasuki usia 4 tahun, mereka memasuki
periode Finickty eating, yaitu anak yang lebih rewel dan lebih
memberontak dalam hal makan. Mereka menjadi lebih pemilih
dalam hal makanan dan tidak berkeinginan untuk mencoba
makanan yang baru. Usia lima tahun, anak sudah bisa mencoba
makanan yang baru, tetapi orang tua sangat berperan dalam hal

16
ini, yaitu membiarkan anak untuk ikut mempersiapkan makanan
didapur (Whaley & Wong dalam Juliana, 2010).
Anak usia prasekolah yang sedang dalam fase meniru,
seringkali meniru pola makan orang tua sebagai role model.
Oleh karena itu, jika orang tua memiliki pola makan yang baik,
maka anak akan memiliki pola makan yang sama pula
(Widyaningsih & Poeirah dalam Juliana, 2010).
Sudjatmoko (2011), menyatakan bahwa terdapat enam
situasi makan yang merupakan bagian dari dinamika tumbuh
kembang anak yang normal yaitu: 1) Food jag (makan hanya
satu jenis makanan) 2) Food strikers ( menolak apa yang
disajikan dan minta makanan yang lain) 3) TV habbit (akan
makan bila menonton televisi) 4) The complainers (selalu
mengeluh apa yang disajikan) 5) White food diet (hanya makan
yang berwarna putih seperti roti, kentang, makaroni,atau nasi
saja).
2. Praktek Pemberian Makan
Pemberian makan yang tidak tepat dapat mengakibatkan
anak mengalami malnutrisi, gizi buruk, kecerdasan otak tidak
maksimal, menurunkan daya tahan tubuh dan pertumbuhan
serta perkembangan terhambat. Pemberian makan yang tepat
pada bayi dan anak dapat mempengaruhi kenaikan berat badan
secara optimal sehingga anak dapat mengalami pertumbuhan
dan berkembangan dengan sehat dan baik. Berat badan
digunakan untuk memonitor pertumbuhan anak apabila ada
masalah dapat diketahui sejak awal sehingga pencegahan dan
penanganan dapat segera dilakukan.
3. Makanan untuk Anak Pra Sekolah
Seorang anak usia TK sedang mengalami masa tumbuh
kembang yang amat pesat. Pada masa ini, proses perubahan

17
fisik, emosi, dan sosial anak berlangsung dengan cepat
(Sundari Rumini, 2004).
Makanan untuk anak harus mengandung kualitas dan
kuantitas cukup untuk menghasilkan kesehatan yang baik.
Kekurangan gizi akan mengakibatkan anak mudah diserang
penyakit karena daya tahan tubuh menurun.
Menurut (Santoso & Ranti 2004), jika dilihat dari segi umur,
anak TK berusia tiga sampai dengan lima tahun. Maka anak ini
dikelompokkan dalam anak balita (bawah lima tahun).
Pemberian makan anak merupakan hal penting yang
memerlukan pemikiran dan usaha. Pemberian makan anak
yang harus diperhatikan mulai dari bahan makanan (termasuk
gizi seimbang untuk anak), menu makanan, dan peralatan yang
di gunakan (Santoso, 1999)
4. Konsep Status Gizi Anak
1) Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi
tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang
dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.
Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi
kurang, gizi 6 normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005).
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi
dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang
masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar
tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk
ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein,
lemak dan zat gizi lainnya (Nix,2005).
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut
undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana
jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang
dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang

18
masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu
(Wardlaw, 2007).
Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan
gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam
tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan (Nix,
2005).
2) Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang
berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan
berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi
atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun
gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Penilaian status gizi
terdiri dari dua jenis, yaitu :
a. Penilaian Langsung
1. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara
penilaian status gizi yang berhubungan dengan
ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan
tingkat gizi seseorang. Pada umumnya antropometri
mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang
(Supariasa, 2001).
Metode antropometri sangat berguna untuk
melihat ketidakseimbangan energi dan protein. Akan
tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk
mengukur zat-zat gizi yang spesifik (Gibson, 2005).
2. Klinis Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian
status gizi berdasarkan perubahan yang terjadi yang
berhubungan erat dengan kekurangan maupun
kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat
dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata,
kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat

19
dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid) (Hartriyanti
dan Triyanti,2007).
3. Biokimia Pemeriksaan biokimia disebut juga cara
laboratorium. Pemeriksaan biokimia pemeriksaan
yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi
zat gizi pada kasus yang lebih parah lagi, dimana
dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi
sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya
simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap
deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain
adalah dengan menggunakan uji gangguan
fungsional yang berfungsi untuk mengukur besarnya
konsekuensi fungsional daru suatu zat gizi yang
spesifik Untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya
digunakan perpaduan antara uji biokimia statis dan uji
gangguan fungsional (Baliwati, 2004).
4. Biofisik Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu
penilaian status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur
jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan
tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa,
2001).
b. Penilaian Tidak Langsung
1. Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan
merupakan salah satu penilaian status gizi dengan
melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat
dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data
kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan
yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat
diketahui frekuensi makan dan cara seseorang

20
maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai
dengan kebutuhan gizi (Baliwati, 2004).
2. Statistik Vital Statistik vital merupakan salah satu
metode penilaian status gizi melalui data-data
mengenai statistik kesehatan yang berhubungan
dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur
tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian,
statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit
infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi
(Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
3. Faktor Ekologi Penilaian status gizi dengan
menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi
dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi,
seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan
budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi
digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi
salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang
nantinya akan sangat berguna untuk melakukan
intervensi gizi (Supariasa, 2001).
4. Indeks antropometri Indeks antropometri adalah
pengukuran dari beberapa parameter. Indeks
antropometri bisa merupakan rasio dari satu
pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau
yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi.
Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan
Body Mass Index (Supariasa, 2001). IMT merupakan
alat sederhana untuk memantau status gizi
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat
badan normal memungkinkan seseorang dapat

21
mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
Adapun rumus dari Indeks Massa Tubuh (IMT) seperti
berikut: Rumus : IMT = BB kg (TB)² m
a. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu parameter
massa tubuh yang paling sering digunakan yang
dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi
seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk
mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan
dihubungkan dengan tinggi badan (Gibson, 2005).
b. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter ukuran
panjang dan dapat merefleksikan pertumbuhan
skeletal (tulang) (Hartriyanti dan Triyanti,2007).
c. Klasifikasi status gizi
Dalam menentukan status gizi anak peneliti
menggunakan standar antropometri WHO 2005
berdasarkan indeks 1995/MENKES/SK/XII/2010
dengan katagori dan ambang batas status gizi
anak yakni sebagaimana terdapat pada tabel 1. di
bawah ini:

22
D. Kebutuhan Nutrisi Pada Usia Remaja
1. Nutrisi Pada Remaja
Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut
kebutuhan nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan
secara maksimal karena nutrisi dan pertumbuhan merupakan
hubungan integral. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada
masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan
hambatan pertumbuhan linear. Pada masa ini pula nutrisi
penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait
nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis.
Sebelum masa remaja, kebutuhan nutrisi anak lelaki dan
anak perempuan tidak dibedakan, tetapi pada masa remaja
terjadi perubahan biologik dan fisiologik tubuh yang spesifik
sesuai gender (gender specific) sehingga kebutuhan nutrienpun

23
menjadi berlainan. Sebagai contoh, remaja perempuan
membutuhkan zat besi lebih banyak karena mengalami
menstruasi setiap bulan.
Selain perubahan biologik dan fisiologik, remaja juga
mengalami perubahan psikologik dan sosial. Terdapat variasi
waktu dan lamanya berlangsung masa transisi dari anak
menjadi manusia dewasa yang dipengaruhi oleh faktor sosio-
kultural dan ekonomi. Selain itu, remaja bukanlah kelompok
yang homogen walaupun berada dalam lingkungan sosio-
kultural yang sama dengan variasi lebar dalam hal
perkembangan, maturitas dan gaya hidup. Penelitian Blum
(1991) pada remaja 15-18 tahun, didapatkan bahwa remaja
lelaki lebih percaya diri, merasa lebih bahagia dan sehat serta
lebih tidak rentan dibandingkan remaja perempuan yang
cenderung merasa kurang puas akan keadaan tubuhnya,
kepribadian serta kesehatannya.
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi
mikronutrien, khususnya anemia defisiensi zat besi, serta
masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek
maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya
yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan
salah.
Tingginya kebutuhan energi dan nutrien pada remaja
dikarenakan perubahan dan pertambahan berbagai dimensi
tubuh (berat badan, tinggi badan), massa tubuh serta komposisi
tubuh sebagai berikut:
a) Tinggi badan
- Sekitar 15 - 20% tinggi badan dewasa dicapai pada
masa remaja.
- Percepatan tumbuh anak lelaki terjadi lebih belakangan
serta puncak ypercepatan lebih tinggi dibanding anak

24
perempuan. Pertumbuhan linear dapat melambat atau
terhambat bila kecukupan makanan / energi sangat
kurang atau energy expenditure meningkat misal pada
atlet.
b) Berat badan
- Sekitar 25 - 50% final berat badan ideal dewasa dicapai
pada masa remaja.
- Waktu pencapaian dan jumlah penambahan berat badan
sangat dipengaruhi yasupan makanan / energi dan
energy expenditure.
c) Komposisi tubuh
- Pada masa pra-pubertas proporsi jaringan lemak dan
otot maupun massa ytubuh tanpa lemak (lean body
mass) pada anak lelaki dan perempuan sama.
- Anak lelaki yang sedang tumbuh pesat, penambahan
jaringan otot lebih ybanyak daripada jaringan lemak
secara proporsional, demikian pula massa tubuh tanpa
lemak dibanding anak perempuan.
- Jumlah jaringan lemak tubuh pada orang dewasa normal
adalah 23% pada yperempuan dan 15% pada lelaki.
- Sekitar 45% tambahan massa tulang terjadi pada masa
remaja dan pada yakhir dekade ke-dua kehidupan 90%
massa tulang tercapai.
- Terjadi kegagalan penambahan massa tulang pada
perempuan dengan ypubertas terlambat sehingga
kepadatan tulang lebih rendah pada masa dewasa.
Nutrisi merupakan salah satu faktor lingkungan yang
turut menentukan awitan pubertas.
- Pemantauan pertumbuhan selama pubertas dapat
menggunakan indeks TB/U, BB/TB dan IMT/U (indeks
massa tubuh menurut umur). Rumus IMT = BB/TB.

25
Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi
beberapa hal di bawah ini:

- Mengandung nutrien yang diperlukan untuk


pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif serta
maturasi seksual.
- Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.
- Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti
penyakit kardiovaskular, diabetes, osteoporosis dan
kanker.
- Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.

Pada remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik


pesat serta perkembangan dan maturasi seksual,
pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hal yang mutlak
dan hakiki. Defisiensi energi dan nutrien yang terjadi pada
masa ini dapat berdampak negatif yang dapat melanjut
sampai dewasa. Kebutuhan nutrisi remaja dibahas berikut
ini:

1. Energi
Kebutuhan energi remaja dipengaruhi oleh aktivitas,
metabolisme basal dan peningkatan kebutuhan untuk
menunjang percepatan tumbuh-kembang masa remaja.
Metabolisme basal (MB) sangat berhubungan erat
dengan jumlah massa tubuh tanpa lemak (lean body
mass) sehingga MB pada lelaki lebih tinggi daripada
perempuan yang komposisi tubuhnya mengandung
lemak lebih banyak. Karena usia saat terjadinya
percepatan tumbuh sangat bervariasi, maka perhitungan
kebutuhan energi berdasarkan tinggi badan (TB) akan
lebih sesuai.

26
Percepatan tumbuh pada remaja sangat rentan
terhadap kekurangan energi dan nutrien sehingga
kekurangan energi dan nutrien kronik pada masa ini
dapat berakibat terjadinya keterlambatan pubertas dan
atau hambatan pertumbuhan.
2. Protein
Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh
jumlah protein untuk rumatan masa tubuh tanpa lemak
dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan
massa tubuh tanpa lemak selama percepatan tumbuh.
Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak
percepatan tinggi terjadi (perempuan 11-14 tahun, lelaki
15-18 tahun) dan kekurangan asupan protein secara
konsisten pada masa ini dapat berakibat pertumbuhan
linear berkurang, keterlambatan maturasi seksual serta
berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak.
3. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam
makanan, selain juga sebagai sumber serat makanan.
Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari
energi total serta tidak lebih dari 10-25% berasal dari
karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau fruktosa.
Di Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft
drinks) memasok lebih dari 12% kalori yang berasal dari
karbohidrat dan konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada
dua dekade terakhir ini. Penelitian Josep di Jakarta
(2010) pada remaja siswa SMP didapatkan bahwa siswa
yang mengonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per
minggu berisiko untuk terjadi gizi lebih.

27
4. Lemak
Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak
esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan normal.
Pedoman makanan di berbagai negara termasuk
Indonesia (gizi seimbang), menganjurkan konsumsi
lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan tidak
lebih dari 10% berasal dari lemak jenuh.
Sumber utama lemak dan lemak jenuh adalah susu,
daging (berlemak), keju, mentega / margarin, dan
makanan seperti cake, donat, kue sejenis dan es krim,
dan lain-lain.
5. Mineral
Kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium pada masa remaja
merupakan yang tertinggi dalam kurun waktu kehidupan
karena remaja mengalami pertumbuhan skeletal yang
dramatis. Sekitar 45% dari puncak pembentukan massa
tulang berlangsung pada masa remaja, sehingga
kecukupan asupan kalsium menjadi sangat penting
untuk kepadatan masa tulang serta mencegah risiko
fraktur dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun, remaja
telah mencapai hampir 90% dari masa tulang dewasa,
sehingga masa remaja merupakan peluang (window of
opportunity) untuk perkembangan optimal tulang dan
kesehatan masa depan.
Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan
untuk kelompok remaja adalah 1.300 mg per hari. Susu
merupakan sumber kalsium terbaik, disusul keju, es
krim, yogurt. Kini banyak makanan dan minuman yang
difortifikasi dengan kalsium yang setara dengan
kandungan kalsium pada susu (300mg per saji).
Terdapat pula kalsium dalam bentuk sediaan farmasi

28
(dalam bentuk karbonat, sitrat, laktat atau fosfat) dengan
absorpsi sekitar 25-35%. Preparat kalsium akan
diabsorpsi lebih efisien bila dikonsumsi bersama
makanan dengan dosis tidak lebih dari 500 mg.
Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium, kebutuhan zat
besi pada remaja baik perempuan maupun lelaki
meningkat sejalan dengan cepatnya pertumbuhan dan
bertambahnya massa otot dan volume darah. Pada
remaja perempuan kebutuhan lebih banyak dengan
adanya menstruasi. Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12
mg/hari dan perempuan 15 mg/hari. Besi dalam bentuk
neme yang terdapat pada sumber hewani lebih mudah
diserap dibanding besi non-heme yang terdapat pada
biji-bijian atau sayuran.
Seng (Zn).Seng berperan sebagai metalo-enzyme
pada proses metabolisme serta penting pada
pembentukan protein dan ekspresi gen. Konsumsi seng
yang adekuat penting untuk proses percepatan tumbuh
dan maturasi seksual. Seperti halnya dengan
kekurangan energi dan protein, kekurangan seng dapat
mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan dan
kematangan seksual. Daging merah, kerang dan biji-
bijian utuh merupakan sumber seng yang baik.
6. Vitamin
- Vitamin A. Selain penting untuk fungsi penglihatan,
vitamin A juga diperlukan untuk pertumbuhan,
reproduksi dan fungsi imunologik. Kekurangan
vitamin A awal ditandai dengan adanya buta senja.
Sumber vitamin A utama : serealia siap saji, susu,
wortel, margarin dan keju. Sumber β- karoten
sebagai pro-vitamin A yang sering dikonsumsi

29
remaja berupa wortel, tomat, bayam dan sayuran
hijau lain, ubi jalar merah dan susu.
- Vitamin E. Vitamin E dikenal sebagai antioksidan
yang penting pada remaja karena pesatnya
pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan
yang mengandung vitamin E merupakan tantangan
karena makanan sumber vitamin E umumnya
mengandung lemak tinggi.
- Vitamin C . Keterlibatannya dalam pembentukan
kolagen dan jaringan ikat menyebabkan vitamin ini
menjadi penting pada masa percepatan
pertumbuhan dan perkembangan. Status vitamin C
pada remaja perokok lebih rendah walaupun telah
mengonsumsinya dalam jumlah cukup dikarenakan
stres oksidatif sehingga mereka memerlukan
tambahan vitamin C hingga 35 mg per hari.
- Folat. Folat berperan pada sintesis DNA, RNA dan
protein sehingga kebutuhan folat meningkat pada
masa remaja. Kekurangan folat menyebabkan
terjadinya anemia megaloblastik dan kecukupan folat
pada masa sebelum dan selama kehamilan dapat
mengurangi kejadian spina bifida pada bayi.
7. Lain-lain
Serat (fiber). Serat makanan penting untuk menjaga
fungsi normal usus dan mungkin berperan dalam
pencegahan penyakit kronik seperti kanker, penyakit
jantung koroner dan diabetes mellitus tipe-2. Asupan
serat yang cukup juga diduga dapat menurunkan kadar
kolesterol darah, menjaga kadar gula darah dan
mengurangi risiko terjadinya obesitas. Kebutuhan serat

30
per hari dapat dihitung dengan rumus : ( umur + 5 ) gram
dengan batas atas sebesar ( umur + 10 ) gram.
2. Masalah nutrisi pada remaja
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi
mikronutrien, khususnya anemia defisiensi zat besi, serta
masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek
maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya
yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan
salah dan gaya hidup.
Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa kebanyakan remaja kekurangan vitamin
dan mineral dalam makanannya antara lain folat, vitamin A dan
E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata pada
perempuan dibanding lelaki, tetapi sebaliknya tentang asupan
makanan yang berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol,
garam dan gula) terjadi lebih banyak pada lelaki daripada
perempuan.
3. Isu masalah nutrisi pada remaja
1) Defisiensi besi, anemia defisiensi besi dan defisiensi
mikronutrien lain.
Anemia merupakan masalah nutrisi utama pada
remaja dan umumnya pola makan salah sebagai
penyebabnya di samping infeksi dan menstruasi. Prevalensi
anemia pada remaja cukup tinggi. Sukarjo dkk di Jawa Timur
(2001) mendapatkan prevalensi sebesar 25.8% pada remaja
perempuan dan 12.1% pada remaja lelaki usia 12-15 tahun,
sedangkan laporan Sunarno dan Untoro (2002) pada SKRT
1995 menunjukkan angka 45.8% dan 57.1% masing-masing
pada anak sekolah lelaki dan perempuan usia 10-14 tahun.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan

31
defisiensi besi dengan gangguan proses kognitif yang
membaik setelah mendapat suplementasi zat besi.
2) Gizi kurang dan perawakan pendek
Perawakan pendek pada remaja seringkali ditemukan
pada populasi dengan kejadian malnutrisi tinggi, prevalensi
berkisar antara 27 - 65% pada 11 studi oleh ICRW
(International Centre for Research on Women). Gizi kurang
kronik yang mengakibatkan perawakan pendek merupakan
penyebab terjadinya hambatan pertumbuhan dan maturasi,
memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya kapasitas
kerja.
3) Obesitas
Obesitas pada masa remaja cenderung menetap
hingga dewasa dan makin lama obesitas berlangsung makin
besar korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas.
Obesitas sentral (rasio lingkar pinggang dengan panggul)
terbukti berkorelasi terbalik dengan profil lipid padal
penelitian longitudinal Bogalusa. Obesitas juga menimbulkan
masalah besar kesehatan dan sosial, dan pengobatan tidak
saja memerlukan biaya tinggi tetapi seringkali juga tidak
efektif. Karenanya pencegahan obesitas menjadi sangat
penting dan remaja merupakan target utama.
4) Perilaku dan pola makan remaja.
Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang
merupakan risiko terjadinya masalah nutrisi. Bila tidak ada
masalah ekonomi ataupun keterbatasan pangan, maka
faktor psiko-sosial merupakan penentu dalam memilih
makanan. Gambaran khas pada remaja yaitu : pencarian
identitas, upaya untuk ketidaktergantungan dan diterima
lingkungannya, kepedulian akan penampilan, rentan
terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman

32
sekelompok (peer group) serta kurang peduli akan masalah
kesehatan, akan mendorong remaja kepada pola makan
yang tidak menentu tersebut. Kebiasaan makan yang sering
terlihat pada remaja antara lain ngemil (biasanya makanan
padat kalori), melewatkan waktu makan terutama sarapan
pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast foods,
jarang mengonsumsi sayur dan buah ataupun produk
peternakan (dairy foods) serta diet yang salah pada remaja
perempuan. Hal tersebut dapt mengakibatkan asupan
makanan tidak sesuai kebutuhan dan gizi seimbang dengan
akibatnya terjadi gizi kurang atau malahan sebaliknya
asupan makanan berlebihan menjadi obesitas. Remaja
perempuan cenderung pada asupan makanan yang kurang,
terlebih bila terjadi kehamilan.
Di negara berkembang, sering terjadi gangguan
perilaku makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia
terutama pada perempuan yang berkorelasi dengan body
image yang negatif. Karenanya penting membangun body
image dan self esteem yang positif pada remaja dalam
upaya promosi kesehatan dan gizi serta pencegahan
obesitas.

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting
dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi dan anak. menambahkan zat gizi mempunyai peranan penting
dalam upaya meningkatkan kesehatan pada balita. Ada beberapa
komponen zat gizi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air
dan mineral yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang
jumlahnya berbeda untuk setiap usia .
Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh dalam membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak serta mencegah terjadinya
berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh, seperti
kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, 2
defisiensi seng , defisiensi vitamin A, defisiensi tiamin, defisiensi
kalium, dan lain-lain yang dapat menghambat proses tumbuh
kembang anak .

B. Saran
Kami selaku mahasiswa berharap dapat memberikan manfaat
dalam proses belaja mengajar. Dan tetap mengharapkan
bimbingan lebih dalam lagi dari para Dosen pembimbing mengenai
kebutuhan nutrisi pada usia bayi, usia balita, usia pra sekolah, dan
usia remaja.

34
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka.


Jakarta.

Depkes RI, 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI


(MP-ASI) Lokal Tahun 2006. Dirjen Kesehatan masyarakat Direktorat Gizi
Masyarakat. Jakarta.

Santoso, 2009.Perkembangan dan Pertumbuhan anak. Jakarta: Bumi


A.ksara

Depkes RI. 2005. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar.

IDAI, S. R. (2013, september 10). Nutrisi Pada Remaja. Dipetik oktober 6,


2022, dari Ikatan Dokter Anak Indonesia:
https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-
remaja

35

Anda mungkin juga menyukai