Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

Diajukan Untuk Memenuh Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Dalam
Praktik kebidanan

Dosen Indrawati Aris tyarini, S.SiT., M.Kes.

Disusun oleh :

Usnatul Khusna(2022190002)

Nenden Intan Febriani(2022190005)

Fadwa Fauziyah(2022190007)

Zahrotun Nurul Faidah(2022190013)

Sevina Devi Nazaria(2022190020)

PROGAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
penulisan makalah “komunikasi dalam asuhan kebidanan” ini dapat diselesaikan.
Penulisan makalah “komunikasi dalam asuhan kebidanan” ini dilakukan untuk
memenuhi tugas mandiri mata kuliah Komunikasi Dalam Praktek Kebidanan.
Selama penyusunan Makalah “komunikasi dalam asuhan kebidanan”, penulis
mengalami banyak kendala. Namun, semua kendala tersebut dapat diatasi karena
penulis dibantu berbagai pihak.
Adanya kekurangan atau kesilapan peneliti merupakan kondisi yang tak dapat
dielakan. Karena itu, penulis mohon maaf dan mengharapkan adanya kritikan atau
sumbang saran dari pembaca. Semoga makalah “komunikasi dalam asuhan
kebidanan” ini dapat memberikan manfaat bagi pribadi penulis, pembaca, dan
pemerhati kemajuan peserta didik. majalah pendidik dan pendidikan Indonesia.

Wonosobo, 24 Oktober 2022


Tim Penyusun

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Komunikasi Efektif.......................................................................3
B. Unsur-Unsur Dan Komponen Komunikasi...................................................................4
C. Pengertian proses komunikasi......................................................................................7
D. Faktor-Faktor Komunikasi...........................................................................................9
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan................................................................................................................12
DAFTAR PUSAKA...............................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan ibu menyusui ditentukan oleh manajemen dirinya, Manajemen


diri ibu yang positif berhubungan dengan sikap dan emosi yang positif,
manajemen diri ibu yang kuat dengan fokus pada diri dan pada anak dalam proses
menyusui sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan ASI Eksklusif.

Manajemen diri yang positif berhubungan dengan perubahan sikap dan emosi
yang positif. Keadaan positif merupakan elemen yang esensial untuk
mendapatkan fungsi optimal dan mengurangi emosi negative yang dapat
mempengaruhi perilaku dalam hal ini perilaku menyusui, manajemen diri juga
dapat meninkatkan semangat serta membangun sumber-sumber personal, dan
merupakan bibit pengembangan diri menuju kesejahteraan yang optimal1.

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya


beberapa masalah, baik masalah ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang
tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap permasalahan pada
anak saja. Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak
sebelum persalinan (periode antenatal), masa pasca persalinan dini, dan pasca
masa persalinan lanjutan. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena
keadaan khusus. Selain itu, ibu sering benar mengeluhkan bayinya menangis
bahwa ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik atau apapun
1
Alfianrisa, Salimo, & Pamungkasari, 2017
pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk
menghentikan menyusui2

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Air Susu Ibu


2. Bagaimana Manajemen Laktasi Waktu Perawatan Payudara
3. Bagaimana Praktik Pemberian ASI Eksklusif
4. Apa saja Faktor yang Mendukung Keberhasilan ASI Eksklusif

C. Tujuan Penelitian

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian Air Susu Ibu


2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Manajemen Laktasi Waktu
Perawatan Payudara
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Praktik Pemberian ASI
Eksklusif
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang factor yang Mendukung
Keberhasilan ASI Eksklusif

2
Sutanto, 2018; 93
BAB II

PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN BAB II PEMBAHASAN


A. Pengertian Air Susu Ibu
Air susu ibu (ASI) merupakan emulsi lemak dalam larutan laktosa, protein
dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bagi bayi. Proses produksi ASI terjadi di alveoli
kelenjar mammae, yang nantinya akan berkembang untuk laktasi selama
kehamilan. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh perubahan hormon
estrogen, progesteron, prolaktin, dan oksitosin3. Selain itu, ASI diproduksi
atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Refleks prolaktin dan
refleks pengeluaran ASI akan terjadi ketika bayi menghisap ASI. Sedangkan
proses menyusui sesering mungkin serta sugesti positif dari ibu jika ASI nya
cukup yang didukung oleh mood mempengaruhi kuantitas ASI. Kualitas ASI
sendiri akan selalu baik karena dalam proses produksinya ASI akan selalu
mengambil zat penting yang ada dalam tubuh ibu4.

Pada ibu menyusui hormon yang berperan dalam produksi ASI adalah hormon
oksitosin dan prolaktin. Hormon prolaktin yang keluar dapat menstimulasi sel
di dalam alveoli untuk memproduksi ASI. Kadar prolaktin akan meningkat
jika produksi ASI lebih banyak pada jam 2-6 pagi, namun sebaliknya kadar
prolaktin akan menjadi rendah saat payudara terasa penuh. Sedangkan,
hormon oksitosin bermanfaat untuk mengencangkan otot-otot halus di sekitar
alveoli yang selanjutnya dapat memerah ASI menuju saluran air susu5. ASI
memiliki manfaat yang baik bagi bayi maupun bagi ibu yang menyusui.
Nutrisi yang terkandung di dalam ASI selain digunakan untuk perkembangan
3
Darsono et al., 2014
4
Falikhah, 2017
5
Suwanti et al., 2016
daya tahan tubuh, juga digunakan untuk tumbuh kembang otak bayi. Bayi
yang mengkonsumsi ASI dapat terhindar dari leukemia dan mencegah diare.
Berbeda dengan mengkonsumsi susu formula, bayi akan lebih rentan
mengalami diare6.

United Nation Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization


(WHO) merekomendasikan Air Susu Ibu (ASI) diberikan sekurangnya selama
6 bulan dilanjutkan dengan pemberian makanan padat setelah anak berumur 6
bulan dan tetap dilakukan pemberian ASI hingga anak berusia 2 tahun
tujuannya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Secara
global praktik pemberian ASI yang sub-optimal dan tidak ASI eksklusif turut
menyumbang sekitar 11.6% kematian anak yan berusian dibawah 5 tahun
karena menyusui eksklusif adalah landasan Kesehatan anak dan kelangsungan
hidup anak7.

Berdasarkan World Breastfeeding Trends Initiative (WBTI) pada tahun 2020


menyebutkan secara global ibu di Indonesia yang berhasil memberi ASI
Eksklusif hanya 27,5%, dari hasil tersebut Indonesia berada di peringkat 66
dari 98 negara yang mendukung pemberian ASI Eksklusif8. Kemenkes RI
tahun 2020 menyebutkan Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI
eksklusif di Indonesia tahun 2020 yaitu sebesar 66,06% namun angka tersebut
masih sangat jauh dari target yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan RI
yaitu 80%. Di Indonesia persentase tertinggi cakupan pemberian ASI
eksklusif ada pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (87,33%), sedangkan yang
menduduki persentase terendah terdapat di Provinsi Papua Barat (33,96%).
Terdapat dua provinsi yang belum mencapai target Renstra tahun 2020, yaitu
Maluku dan Papua Barat9.
6
Ritonga et al., 2017
7
Greiny & Sukriani, 2020
8
Gupta, Nalubanga, Trejos, Dandhich, & Bidla, 2020
9
Kemenkes RI, 2020
Masalah utama rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya pengetahuan yang buruk tentang menyusui, sosial
budaya yang berkaitan dengan perilaku, dilakukan pemberian makanan padat
sebelum usia 6 bulan, legislasi cuti hamil yang tidak memadai, kebijakan
fasilitas kesehatan dan praktik yang tidak mendukung pemberian ASI,
promosi susu formula, kurang adanya dukungan terhadap keterampilan yang
memadai di fasilitas kesehatan dan masyarakat, kebijakan tempat kerja yang
juga tidak mendukung wanita menyusui saat kembali bekerja dan manajemen
laktasi yang buruk10.

B. Manajemen Laktasi Waktu Perawatan Payudara


Perawatan payudara merupakan upaya yang dilakukan untuk merawat
payudara agar terjadi kelancaran produksi ASI. Perawatan payudara harus
dilakukan sedini mungkin karena payudara merupakan satu-satunya penhasil
ASI yang menjadi makanan pokok bayi. Berdasarkann hasil analisis pada
jurnal menunjukkan bahwa pengetahuan memang peran pentin dalam
terlaksananya perawatan payudara. Responden yang tidak melakukan
perawatan payudara sesuai dengan aturan yang tepat disebabkan karena tidak
mendapatkan pengetahuan baik selama kehamilan maupun ketika sudah
melahirkan. Salah satu faktor untuk memperoleh produksi ASI yang cukup
yaitu ibu rutin melakukan perawatan payudara. Dalam perawatan payudara
terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan secara bersamaan. Cara tersebut
yaitu pengurutan dan penyiraman payudara. Pengurutan atau masase selama
10-15 menit dilakukan bertujuan memberikan rangsangan pada kelenjar ASI
aar dapat memproduksi ASI. Pengurutan sebaiknya dilakukan sebelum mandi
pada pagi dan sore hari kemudian dilanjutkan denan penyiraman pada saat ibu
mandi, hal ini diketahui efektif dalam membantu kelancaran produksi ASI.
Pada kasus bayi cukup bulan frekuensi memberikan ASI sebaiknya dilakukan

10
Greiny & Sukriani, 2020
10 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan. Pada periode
awal melahirkan sebaiknya penyusuan paling sedikit minimal 8 kali perhari,
hal ini karena semakin sering bayi menyusui, maka produksi dan pengeluaran
ASI akan semakin meningkat pula.

1) Durasi Menyusui
Ibu yang menyusui dengan durasi yang tidak sesuai cenderung
mengalami gagal ASI eksklusif (79,4%). Sangatlah penting
memperhatikan durasi menyusui karena berkaitan dengan
pertumbuhan bayi foremilk (ASI awal) dan hindmilk (ASI akhir)
merupakan zat gizi penting bai pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Gizi yang lengkap dipengaruhi oleh durasi menyusui, karena durasi
yang lama akan memungkinkan bayi untuk mendapat ASI yang awal
sampai ASI akhir. Banyaknya bayi yang mengalami berat badan tidak
naik sebagian besar disebabkan oleh durasi yang singkat, karena ASI
yang didapat hanya ASI awal dan tidak sampai ASI akhir sehingga
bayi kemudian tidak mendapat gizi yang optimal. Jika kondisi ini tidak
segera dihentikan maka akan berakibat buruk pada bayi dan beresiko
mengalami gizi kurang dan gizi buruk.
2) Cara Menyusui
Perlekatan menyusu (Latch On) adalah menempelnya mulut bayi di
payudara ibu.Cara menyusui sangat penting diperhatikan yaitu dengan
memperhatikan perlekatan bayi dimana tubuh bayi harus sejajar dan
kepala bayi tidak menoleh, perlekatan yang benar akan menghidari
terjadinya masalah baru seperti puting susu lecet, pada posisi
menyusui yang benar posisi puting tidak tergesek langit-langit mulut
bayi yang keras melainkan akan jatuh di tengah-tengah rongga
tenggorokan bayi, sehingga tidak akan tergesek dan tidak akan luka.
Cara menyusui yang benar dianggap sebagai jantung menyusui karena
begitu pentingnya proses ini.
Apabila bayi menghisap maka akan merangsan ASI dikeluarkan dari
laktiferus yang disebut sebagai gudang ASI. ujung saraf disekitar
payudara dirangsang oleh adanya proses menghisap untuk selanjutnya
membawa pesan ke kelenjar hipofise anterior agar hormon prolaktin
dapat diproduksi. Prolaktin inilah yang akan dialirkan ke kelenjar
payudara sehingga merangsang pembentukan ASI. Hal ini disebut
dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin.
3) Frekuensi Menyusui
Frekuensi menyusui yang baik adalah >8 kali dalam 24 jam, karena
lambung bayi menjadi kosong kembali setelah 2 jam pemberian ASI.
gizi yang lebih optimal dapat dicapai melalui frekuensi pemberian ASI
yang lebih sering, pemberian ASI yang lebih sering akan mencegah
lambung bayi menjadi kosong sehingga setiap saat bayi bisa mencerna
gizi untuk pertumbuhannya.

C. Praktik Pemberian ASI Eksklusif


Berdasarkan hasil scooping review diketahui bahwa praktik pemberian ASI
Eksklusif berhasil dilakukan diantaranya dengan adanya dukungan dan
bantuan dari lingkungan sekitar, sesuai dengan penelitian Ernawati (2014)
praktik pemberian ASI Eksklusif berhasil dilakukan dalam penelitiannya yaitu
ketika ibu bekerja,bayi diberi ASI perah dengan bantuan saudara atau
pengasuh. Pada Praktik pemberian ASI yang berhasil dilakukan ibu pekerja
yaitu dengan cara ASI diambil melalui pompa ASI diruang tertentu di kantor
karena belum semua kantor atau tempat bekerja menyediakan fasilitas ruang
ASI bagi ibu menyusui. ASI perah kemudian disimpan didalam cooler bag.
Setelah sampai rumah, ASI perah kemudian dimasukkan dalam lemari es. ASI
perah ini selanjutnya akan diberikan kepada bayi saat ibu bekerja. Pada
praktiknya pemberian ASI dengan cara ini sangat membutuhkan kesabaran
sehingga tidak semua ibu berhasil dalam praktiknya.

Sebagian besar faktor kegagalan dalam praktik pemberian ASI Eksklusif


karena diberi susu formula pada saat baru lahir ibu menganggap ASI belum
lancar. Sebagian yang lain karena menganggap ASI kurang sehingga bayi
perlu susu tambahan. Selain itu karena diberi susu formula sebelum bayi
berusia 6 bulan dengan alasan sibuk bekerja sehingga tidak sempat memerah
ASI11 faktor yang mendorong atau menghambat ibu untuk melakukan praktik
pemberian ASI eksklusif salah satunya adalah dukungan keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian Greiny (2020) diperoleh hasil terdapat hubungan


yang bermakna kearah positif antara dukungan keluarga dengan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif. Social Support System termasuk dukungan dari
suami dan orang tua memiliki pengaruh tersendiri yang signifikan terhadap
keberhasilan praktik menyusui secara eksklusif. Dukungan suami dan orang
tua ibu merupakan support system yang mendorong ibu untuk terus
mempertahankan laktasi terutama ibu-ibu baru yang akan memulai proses
laktasi. Melibatkan dan suami dan anggota keluarga lainnya dalam pendidikan
menyusui dapat membantu memaksimalkan dukungan menyusui dan
mendorong ibu untuk menyusui secara eksklusif terutama bagi ibu-ibu baru
dan intervensi yang mempromosikan pemberian ASI eksklusif harus fokus
pada keterlibatan suami dan anggota keluarga lainnya dalam program
perawatan kesehatan yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI12

D. Faktor yang Mendukung Keberhasilan ASI Eksklusif


Faktor pendukung keberhasilan ASI mayoritas adalah dukungan sosial,
adanya dukungan sosial yang diberikan oleh suami, keluarga, teman dan
petugas kesehatan dapat meningkatkan motivasi ibu untuk terus memberikan
11
Ernawati, 2014
12
Greiny & Sukriani, 2020
ASI terutama pada bayi dengan berat lahir rendah, karena melalui dukungan
yang diberikan ibu akan merasa bahwa dirinya lebih diperhatikan, sehingga
rasa percaya diri ibu akan sangat meningkat13.

Dukungan sosial merupakan faktor pendukung dalam keberhasilan ASI


ekslusif. Dukungan sosial ini merupakan suatu kegiatan yang bersifat
emosional maupun psikologis yang diberikan oleh subjek lingkungan di
sekitar ibu menyusui dalam mendukung terlaksananya pemberian ASI. Hal ini
berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan sensasi yang dapat memperlancar
produksi ASI. Suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam pemberian ASI
dengan cara memberikan dukungan emosional atau bantuan praktis lainnya.

Para ibu tertarik pada dukungan online karena kurangnya dukunga


profesional, keluarga, dan pasangan. Dukungan online meyakinkan, empati
tersedia setiap saat ibu membutuhkan dan tidak menakutkan daripada
menghadiri kelompok tatap muka. Dalam penelitian yang dilakukan di
Amerika menunjukan bahwa seluruh partisipan menyatakan dukungan sosial
secara virtual menambah rasa percaya diri dalam menyusui. Hasil penelitian di
Inggris juga menunjukan bahwa ibu yang menyusui beralih ke grup online ketika
mereka merasa terisolasi, tidak memiliki dukungan profesional dan lebih memilih
dukungan online daripada dukungan tatap muka. Dukungan sebaya menyusui online
dicirikan sebagai komunitas virtual, dengan akses mudah, ketersediaan, dan banyak
sumber daya dari pengalaman nyata para ibu. Ini memberdayakan ibu menyusui
dan menghasilkan perubahan dalam hasil dan persepsi menyusui 14.

Nutrisi dan status gizi ibu selama hamil dan menyusui merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan kurangnya produksi ASI. Salah satu penyebab
produksi ASI tidak maksimal karena asupan nutrisi ibu yang kurang baik,
menu makanan yang tidak seimbang dan juga mengkonsumsi makanan yang
13
Widiastuti, Rustina, & Agustini, 2019
14
Moon & Kyungmi, 2021
kurang teratur maka produksi ASI tidak mencukupi untuk bayi. Nutrisi dan
gizi memegang peranan penting dalam hal menunjang produksi ASI yang
maksimal karena produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang
berkaitan dengan nutrisi ibu.

Produksi ASI dapat ditingkatkan salah satu diantaranya dengan


mengkonsumsi sayur-sayuran. Adapun jenis sayuran yang dapat
memperbanyak produksi ASI antara lain daun katuk, daun pepaya muda, daun
kelor dan daun lembayung. Konsumsi daun pepaya muda dan daun
lembayung masih jarang dilakukan oleh ibu-ibu menyusui. Daun pepaya
muda dan daun lembayung merupakan tumbuhan alam yang berperan sebagai
laktogogum karena dapat meningkatkan dan memperlancar ASI15

BAB III

PENUTUPAN

BAB III PENUTUPAN


BAB III PENUTUPAN

15
Aliyanto; Rosmadewi, 2019: 34
A. Kesimpulan

DAFTAR PUSAKA

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta, Gramedia Widiasarana


Indonesia, 2004)

Taylor, Komunikasi, (Bandung, Pustaka Setia, 1993)

Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal (Jakarta, Remaja Rosdakarya,


2011)

Deddy Mulyana, Pengantar Ilmu Komunikasi (Bandung, Remaja Rosdakarya,


2010)

https://press.umsida.ac.id/index.php/umsidapress/article/download/978-623-
7578-06-2/865/

https://senikomunikasi.com/proses-komunikasi/

Potter dan Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik (Jakarta, EGC, 1993)

https://www.academia.edu/22977206/
Komponen_Proses_dan_Faktor_faktor_Komunikasi

Anda mungkin juga menyukai