Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“MANAJEMEN LAKTASI”

Di Susun Oleh :

Leo no mersil

1911316056

PROGRAM B KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020

1
2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami

tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam

semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang

kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,

baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk

menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah ini dengan judul

“manajemen laktasi”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan

kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi

makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen

kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


3

DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3

2.1 Anatomi Payudara.......................................................................................................3

2.2 Fisiologi Laktasi..........................................................................................................4

2.3 Komposisi Asi.............................................................................................................4

2.4 Faktor-faktor yang memperoleh Produksi ASI...........................................................5

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................8

3.1 Pengertian....................................................................................................................8

3.2 Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI (2005) .............8

3.3 Proses Pemberian Asi................................................................................................10

3.4 Manajemn Laktasi Bagi Wanita Karir.......................................................................13

BAB IV PENUTUP........................................................................................................17

4.1 Kesimpulan................................................................................................................17

Daftar Pustaka...............................................................................................................18
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi

kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang

optimal(Perinasia, 2004). Pencapaian ASI Eksklusif masih kurang, hal ini berdasarkan data

hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002± 2003, pemberian ASI

eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini kemudian menurun cukup

tajam menjadi 46 % pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 % pada bayi berumur 4 ± 5 bulan

(KBI,2005). Permasalahan yang utama adalah perilaku menyusui yang kurang mendukung,

faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, gencarnya promosi susu formula,

pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PPASI,

kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya dan ibu yang bekerja(Pusat

Kesehatan Kerja Depkes RI). Pada ibu yang bekerja, salah satu penyebabnya adalah

singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI

eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja, hal ini mengganggu upaya pemberian ASI

eksklusif, yang menyebabkan penggunaan susu botol/susu formula lebih dini (Dwi Sunar

Prasetyo,2009). Kondisi di atas diperberat lagi dengan adanya kecenderungan meningkatnya

peran ganda wanita dari tahun ke tahun (Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI).

Salah satu profesi yang menyerap wanita bekerja denga prosentase banyakadalah

profesi keperawatan. Sebagai perawat kita dituntut untuk bisa menjadi role model bagi

masyarakat khususnya dalam penerapan manajemen ASI Eksklusif. Namun masih banyak

perawat yang tidak dapat menjalankan peran ini secara efektif karena tingkat pengetahuan,
5

persepsi, sikap dan perilaku perawat sendiri yang kurang mendukung tercapainya Program

PP-ASI(SELASI,2009). Hal ini diperkuat lagi dengan hasil survey awal yang dilakukan

peneliti pada bulan Oktober 2009 bahwa dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10

orang perawat yang menyusui di RSUD Tugurejo Semarang bahwa hanya ada 1 orang

2perawat yang memberikan ASI secara Eksklusif sehingga perlu adanya penelitianlebih

lanjut tentang perilaku perawat dalam manajemen laktasi, terutama manajemen laktasi

periode postnatal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Manajemen Laktasi periode antenatal?

2. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan Manaj emen Laktasi?

3. Bagaimanakah proses pemberian Asi?

4. Bagaimanakan manajemen laktasi pada Ibu yang bekerja/Wanita Karir?

5. Bagaimakah tehnik pemerasan susu dan penyimpanan Asi?

1.3 Tujuan

Memperoleh gambaran tentang perilaku perawat dalam manajemen laktasiperiode

postnatal.

1.4 Manfaat

1. menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang manajemenlaktasi.

2. menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang langkahmanajemen

laktasi.

3. memberi gambaran cara manajemen laktasi sebagai bekal terjun dalammasyarakat


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Payudara

Agar memahami tentang manajemen laktasi perlu terlebih dahulu memahamianatomi

payudara dan fisiologi laktasi. Dibedakan menurut struktur internal danstruktur external :

Struktur internal payudara terdiri dari : kulit, jaringan dibawahkulit dan korpus. Korpus

terdiri dari : parenkim atau jaringan kelenjar dan stromaatau jaringan penunjang. Parenkim

merupakan struktur yang terdiri dari :

1. Saluran kelenjar : duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferusyaitu duktus

yang melebar tempat ASI mengumpul (reservoir ASI),selanjutnya saluran mengecil

dan bermuara pada puting. Ada 15-25 sinuslaktiferus.

2. Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI.

Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadialveolus yang

semuanya merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuklobus sedangkan duktus dan

alveolus membentuk lobulus. Sinus duktus danalveolus dilapisi epitel otot (myoepithel) yang

dapat berkontraksi. Alveolus jugadikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada

sel kelenjar untukdiproses sintesis menjadi ASI. Stroma terdiri dari : jaringan ikat, jaringan

lemak,pembuluh darah syaraf dan lymfa.

Struktur External payudara terdiri dari : puting dan areola yaitu bagian lebih hitam sekitar

puting pada areola terdapat beberapa kelenjar montgomery yang mengeluarkan cairan untuk

membuat puting lunak dan lentur ( Depkes RI, 2005).


7

2.2 Fisiologi Laktasi

Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudarabertambah

basar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI. Karena

pengaruh hormon yang dibuat plasenta yaitu laktogen, prolaktin koriogonadotropin, estrogen

dan progesteron. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambanya pembuluh darah. Pada

kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting mulai keluar cairan yang

disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta

dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski

selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya dihambat oleh estrogen. Setelah

persalinan, dengan terlapasnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron menurun, sedangkan

prolaktin tetap tinggi. Karena tak ada hambatan oleh estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada

saat mulai menyusui, maka dengan segera, rangsangan isapan bayi memacu lepasnya

prolaktin dan hipofise yang memperlancar sekresi ASI ( Depkes, 2005).

2.3 Komposisi Asi

Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibudan ibu

lainya berbeda. Pada kenyataanya komposisi ASI tidak tetap dan tidaksama dari waktu ke

waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bayi.

Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum

mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya sekitar 1%

dalam air susu mature, lebih banyak mengandungimunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel

darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi,

terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih

banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na)

dan seng (Zn).


8

2.4 Faktor-faktor yang memperoleh Produksi ASI

Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah :

a. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara

langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh

terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu

diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat

gizi yang diperlukan tentu pada akhirnyakelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam

buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan

berpengaruh terhadap produksi ASI.Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur

gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori

yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter

ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping

untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.

Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan makanan,

maka akan terjadi kemunduran da lam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa

kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi

seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak

jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping

bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan

makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin da

lam ASI.

b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran


9

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu

dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk

ketegangan emosional, mungkin akan gaga l dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2

macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek

tersebut adalah:

 Reflek Prolaktin

Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap

payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu.

Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melaluinervus vagus, terus kelobus

anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredara n

darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan

terangsang untuk menghasilkanASI.

 Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)

Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada

payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu.Refleks

memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :´rooting reflex (reflex menoleh).

Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-

down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami

goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let

down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan

akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin

mengganggu let down reflex.


10

c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan

memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin

lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan

anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang

mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau

susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu

beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk

apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji

penggunaan susu buatan.

d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil

yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi

ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat

kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara

tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat

merangsangproduksi ASI.

e. Perawatan Payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan

mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut

diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan

sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar.


11

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian

a. Manajemen Laktasi

Manajemen adalah suatu tata laksana yang mengatur agar keseluruhan proses

menyusui bisa berjalan dengan sukses, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi

mengisap dan menelan ASI, yang dimulai pada masa antenatal, perinatal danpostnatal

(Dwi Sunar Prasetyono,2009). Ruang lingkup Manajemen Laktasi periode postnatal

pada ibu bekerja meliputi ASI Eksklusif, teknik menyusui,memeras ASI, memberikan

ASI Peras, menyimpan ASI Peras, memberikan ASI Peras dan pemenuhan gizi

selama periode menyusui.Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan

untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai

pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.

(Direktorat Gizi Masyara kat, 2005).

b. Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan pr oses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai

proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus

reproduksi mamalia termasuk manusia. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005)

3.2 Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI (2005) adalah :

a. Masa Kehamilan (Antenatal).

 Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan

keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara

pelaksanaan management laktasi.


12

 Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.

 Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disampingitu, perlu

pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.

 Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk mencegah

kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan

trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan

pada saat sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.

 Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pulaperhatian

keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan

dukungan dan membesarkan hatinya bahwa kehamilanmerupakan anugerah dan

tugas yang mulia.

b. Saat segera setelah bayi lahir.

 Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai

kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat

ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan

mencari payudara ibu secara naluriah.

 Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk memberikanrasa aman

dan kehangatan.

c. Masa Neonetus

 Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun

 Ibu selalu dekat dengan bayi ata u di rawat gabung.

 Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).

 Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan) yang baik dan benar.
13

 Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap

mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar produksi

ASI tetap lancar.

 Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu kurang

dari 30 hari setelah melahirkan.

d. Masa menyusui selanjutnya (post neonatal).

 Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu

hanya memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya.

 Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari.Ibu

menyusui perlu makan 1½ kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan minum

minimal 10 gelas sehari.

 Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan pikiran dan

menghindari kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

 Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang

keberhasilan menyusui.

 Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau

menyusu, puting lecet, dll ).

 Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi berumur 6

bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas maupun

kuantitasnya secara bertahap.

3.3 Proses Pemberian Asi

Pemberian ASI bergantung pada empat macam proses :

1) Proses pengembangan jaringan p enghasil ASI dalam payudara Proses ini dicapai

dalam kehamilan dengan adanya rangsangan pada jaringan kelenjar serta salura n
14

payudara oleh hormon-hormon estrogen, progesteron dan hormon la ktogenik

plasenta (Farrer, 2001).

2) Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan Setelah plasenta dilahirkan,

penurunan produksi hormon dari organ tersebut terjadi dengan cepat. Hormon

hipofise anterior, yaitu prolaktin, yang tadinya dihambat oleh ka dar estrogen dan

progesteron yang tinggi di dalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin a kan

mengaktifkan sel- sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Dalam waktu 3-4

hari setelah bayi dilahirkan, produksi ASI sudah dimulai dan susu yang matur

disekresikan pada akhir minggu pertama (Farrer, 2001).

3) Proses untuk mempertahankan produksi ASI

Proses ini bergantung pada hormon lain, yaitu oksitosin, yang dilepas dari kelenjar

hipofise posterior sebagai reaksi terhadap pengisapan puting. Oksitosin

mempengaruhi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveoli mammae sehingga

alveoli tersebut berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang s udah diskresikan oleh

kelenjar mammae. Refleks let-down ini tidak terjadi karena tekanan negatif oleh

pengisapan dan juga bukan karena payudara yang penuh, namun disebabkan oleh

refleks neurogenik yang menstimulasi pelepasan oksitosin. Ibu menyusui akan

mengalami refleks let-down sekitar 30-60 menit setelah bayi mulai menyusu. Refleks

let-down dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor yang murni kejiwaan, seperti

mendengar tangisan bayi, berpikir tentang bayinya atau bahkan berpikir tentang

bayinya atau bahkan berpikir tentang pemberian ASI sendiri. Sebaliknya, refleks

tersebut dapat dihambat oleh kecemasan, ketakutan, perasaan tidak aman atau

ketegangan. Faktor-faktor ini diperkirakan dapat menigkatkan kadar epinefrin dan

neroinefrin dan selanjutnya akan mengambat transportasi oksitosin ke dalam

payudara. Begitu produksi ASI sudah terjadi dengan baik, pengosongan sakus
15

alveolaris mammae yang teratur akan mempertahankan produksi tersebut (Farrer,

2001).

4) Proses sekresi ASI (refleks let down)

Cara terbaik dalam mempersiapkan pemberian ASI adalah keadaa n kejiwaan

ibu yang sedapat mungkin tenang dan tida k mengahadapi banyak permasalahan.

Higiene perorangan dan kesejahteraan yang normal sangat penting, kebersihan

tangan dan kuku jari tangan ibu atau orang lain yang akan merawat bayi juga

ditekankan. Putting susu tidak boleh disentuh dengan tangan yang belum dicuci

bersih dan saputangan tidak boleh digunakan sebagai ganjal di balik BH untuk

menghentikan perembasan ASI. Bantalan disposabel kini s udah tersedia untuk

keperluan ini dan dapat dikenakan dalam waktu yang relatif singkat jika perembasan

ASI menimbulkan masalah. Ibu harus mengenakan pakaian yang tidak menghalangi

pemberian ASI, jika gaun yang dikenakan harus dinaikkan dahulu ke atas untuk

mengeluarkan payudara, maka cara ini tentunya tidak mengenakkan pada bagian

bawah pakaian semacam ini bisa terdapat lokia. BH khusus untuk laktasi yang bersih

dan dapat juga menyangga payudara harus dikenakan sepanjang siang serta malam

harinya untuk memberikan kenyamanan dan mencegah statis air susu pada daerah-

daerah payudara yang tergantung. Jika ibu tidak memiliki BH khusus semacam ini,

ibu dapat mengggunakan alat penguat (binder) untuk mengatasi untuk mengatasi

masalah ini . BH untuk laktasi harus dapat dibuka dari depan dan talinya bisa

diturunkan sebelum ibu menyusui bayinya. Tali tersebutdapat dipasang kembali

setelah ibu selesai menyusui.Prosedur membersihkan puting berbeda antara rumah

sakit yang satu dan rumah sakit lainnya. Namun, selama puting berada dalam
16

keadaan bersih, apakah dibersihkan dengan cara mengusapnya memakai air yang

steril ataukah dibersihkan secara khusus dengan larutan pembersih, caranya tidak

menjadi masalah. Setiap kerak atau air susu yang mengering dan setiap bekas krim/

salep yang dioleskan sebelumnya harus dibersihkan dengan hati-hati. Larutan alkohol

tidak boleh dipakai untuk membersihkan puting karena dapat membuat puting

menjadi kering dan mudah pecah-pecah. Bayi harus berada dalam keadaan bersih,

tangan, mata, hidung,pakaian, popok dan selimut harus diperiksa dahulu sebelum

bayi disusui Perhatian terhadap semua detail ini akan membantu mengurangi

kemungkinan infeksi pada payudara dan menghidari komplikasi lainnya(Farrer,

2001).

3.4 Manajemn Laktasi Bagi Wanita Karir

Pemberian ASI perah saat ibu bekerja memberikan kesempatan untuk tetap menyusui

saat ibu berada di dekat bayi, beberapa kasus kegagalan pemberian ASI hingga anak 2

tahun karena saat bekerja ibu tidak memberikan ASI sehingga suplai ASI berkurang dan

meningkatkan angka penyapihan dini (early wea ning). Memompa ASI saat bekerja

menimbulkan rasa kedekatan ibu pada anak. Penghematan keuangan keluarga,

mengurangi risiko kesehatan yang diasosiasikan dengan pemberian susu formula, Ibu

lebih jarang meninggalkan kantor karena anak yang diberi ASI relatif lebih jarang sakit

dibandingkan anak yang tidak diberi ASI.

a) Teknik Memerah ASI

 Persiapan Memerah.

 Cuci bersih kedua tangan Anda dengan benar dan menggunakan sabun.

 Usahakan rileks da n pilihlah tempat atau ruangan untuk memerah


17

 ASI yang tenang dan nyaman.

 Kompres payudara dengan air hangat. Gunakan handuk kecil, waslap, atau kain

lembut lainnya.

 Teknik memerah ASI dengan tangan metode massage, stroking, dan shaking yang

disebut metode Marmet dikembangkan oleh Chele Marmet.

 Massage

Massage Pergunakan 2 jari, yaitu telunjuk dan jari tengah. Tangan kanan

mengurut payudara kiri dan tangan kiri mengurut payudara kanan. Bila payudara

besar, gunakan keempat jari Dengan tekanan ringan, lakukan gerakan melingkar

dari dasar payudara dengan gerakan spiral ke arah puting susu.

b) Stroke

Dengan menggunakan jari-jari tangan, tekan-tekanlah payudara secara lembut. Dari

dasar payudara ke arah puting susu dengan garis lurus, kemudian dilanjutkan secara

bertahap ke seluruh bagian payudara. Dengan menggunakan sisir yang bergigi lebar,

sisirlah´ payudara secara lembut, dari dasar payudara ke arah puting susu. Dengan

ujung jari, lakukan stroke dari dasar payudara ke arah puting susu.

c) Shake

Dengan posisi tubuh condong ke depan, kocok/goyangkan payudara dengan lembut

menggunakan tangan, biarkan daya tarik bumi meningkatkan stimulasi pengeluaran

ASI. Untuk menjamin pengeluaran ASI lancar, lakukan perawatan pemijatan payudara

secara rutin, dan kompres air hangat & air dingin bergantian.

d) Let-down reflex (LDR)


18

Sering disebut milk ejection reflex adalah sebuah proses hormonal yang menyebabkan

ASI mengalir deras. Ibu biasanya merasakan sensasi geli atau seperti kesemutan

beberapa saat ketika sedang menyusui bayi. Menurut buku The Breastfeeding Answer

Book, saat sedang menyusu, gerakan ritmik rahang, bibir, dan lidah bayi mengirimkan

sinyal pada bagian hipotalamus(otak) ibu sehingga hormon prolaktin dan oksitosin

dilepaskan, dan masuk ke dalam aliran darah. Hormon ini menyebabkan sehingga otot-

otot kecil yang mengelilingi gudang ASI (alveoli) menekan ASI ke dalam saluran

sehingga menuju reservoir ASI (lactiferous sinuses) yang terletak 1 inci di belakang

puting dan keluar dari payudara.

 Memerah Dengan Pompa

Memerah menggunakan pompa sangat mudah, cukup dengan mengikuti instruksi

yang tertera pada pompa Ibu. Berikut adalah cara memerah dengan menggunakan

pompa :

 Atur posisi sehingga bisa bersandar dengan santai, jangan sampai bahu tegang,

intinya buat posisi senyaman

 Atur posisi sehingga bisa bersandar dengan santai, jangan sampai bahu tegang,

intinya buat posisi senyaman

 Cara Menyimpan ASI

ASI dapat di simpan dengan cara membekukan di freezer atau mendinginkannya

ke dalam lemari es.

Setelah di pompa, simpanlah ASI pada botol steril dengan tutup yang rapat,

cangkir plastik kantong ASI

Pastikan anda menuliskan label atau tanggal ASI tersebut pada botol, gelas, atau

kantong ASI.
19

Jangan menambahkan ASI yang baru anda pompa kedalam ASI yang sudah

beku.

Jangan membekukan kembali ASI yang sudah dicairkan

Simpan dalam jumlah 60 ± 120 ml untuk mencegah mubazir

 Wadah Penyimpanan ASI

Aneka Wadah

 wadah yang terbuat dari stainlees steel

 wadah yang terbuat dari kaca (beling) dengan tutup yang rapat

 wadah yang terbuat dari semi kaca atau plastik dengan permukaan yang keras

(jenis yang tembus pandang dan tidak buram) dan tutup yang rapat

 Kantong plastik khusus untuk menyimpan ASI

 Kantong plastik makanan bening (food Grade)

Kondisi Wadah

o bening tanpa gambar

o tidak mudah bocor

o bisa dibersihkan atau disterilkan

o untuk botol kaca, simpan dalam jumlah 1/2 atau 3/4 saja untuk menghindari

pemuaian yang beresiko menyebabkan botol retak atau pecah

 Mencairkan ASI yang telah di simpan (Beku)

Pindahkan Ke bagian lemari es non freezer hingga mencair Pindahkan ke air dingin

Pindahkan ke dalam baskom air Jangan memanaskan langsung atau dengan

microwave Tes suhu ASI dan bila perlu cicipi sebelum diberikan FIFO = first in
20

First Out hangat Panaskan di atas panci berisi air dengan api kecil Atau gunakan

bottle warmer

BAB IV

PENUTUP

4.2 Kesimpulan

Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan

menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah

persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Direkt orat Gizi Masyara kat, 2005).

Pemberian ASI perah saat ibu bekerja memberikan kesempatan untuk tetap menyusui saat

ibu berada di dekat bayi. Memompa ASI saat bekerja menimbulkan rasa kedekatan ibu

pada anak. Penghematan keuangan keluarga, mengurangi risiko kesehatan yang

diasosiasikan dengan pemberian susu formula, Ibu lebih jarang meninggalkan kantor

karena anak yang diberi ASI relatif lebih jarang sakit dibandingkan anak yang tidak diberi

ASI.

.
21

Daftar Pustaka

Judarwanto.Pemberian ASI saat Ibu Bekerja. 2009.

http://support breas tfeeding. wordpress. com /2009/01/09/breasfeedingworking/.Diakses

tanggal 7 Februari 2011

Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian ASI pada Pekerja Wanita.

http://www.akbideub.ac.id. Diakses tanggal 7 Februari 2011

Manajemen laktasi yang baik. 2009.

http://lifestyle.okezone.com. Diakses tanggal 7 Februari 2011.

Pemberian ASI Eksklusif dan faktor-Faktor yang Mempengaruhi.

http://library.usu.ac.id. Diakses tanggal 7 Februari 2011

Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih Memprihatinkan.2005.

http://kbi.gemari.or.id. Diakses tanggal 7 Februari 2011

Perinasia. Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Baru Lahir Sehat. Cetakan

ke dua. Jakarta. Perinasia. 2004.

Purwanto H. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.1999 Pelatihan

konseling Laktasi. 2009.

http://sentralaktasi.multiply.com/journal?&page_start=20. Diakses tanggal 7 Februari 2011

Anda mungkin juga menyukai