“MANAJEMEN LAKTASI”
Di Susun Oleh :
Leo no mersil
1911316056
PROGRAM B KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
1
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah ini dengan judul
“manajemen laktasi”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
DAFTAR ISI
COVER ..........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
3.1 Pengertian....................................................................................................................8
BAB IV PENUTUP........................................................................................................17
4.1 Kesimpulan................................................................................................................17
Daftar Pustaka...............................................................................................................18
4
BAB I
PENDAHULUAN
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang
optimal(Perinasia, 2004). Pencapaian ASI Eksklusif masih kurang, hal ini berdasarkan data
hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002± 2003, pemberian ASI
eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini kemudian menurun cukup
tajam menjadi 46 % pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 % pada bayi berumur 4 ± 5 bulan
(KBI,2005). Permasalahan yang utama adalah perilaku menyusui yang kurang mendukung,
faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, gencarnya promosi susu formula,
pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PPASI,
kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya dan ibu yang bekerja(Pusat
Kesehatan Kerja Depkes RI). Pada ibu yang bekerja, salah satu penyebabnya adalah
eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja, hal ini mengganggu upaya pemberian ASI
eksklusif, yang menyebabkan penggunaan susu botol/susu formula lebih dini (Dwi Sunar
peran ganda wanita dari tahun ke tahun (Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI).
Salah satu profesi yang menyerap wanita bekerja denga prosentase banyakadalah
profesi keperawatan. Sebagai perawat kita dituntut untuk bisa menjadi role model bagi
masyarakat khususnya dalam penerapan manajemen ASI Eksklusif. Namun masih banyak
perawat yang tidak dapat menjalankan peran ini secara efektif karena tingkat pengetahuan,
5
persepsi, sikap dan perilaku perawat sendiri yang kurang mendukung tercapainya Program
PP-ASI(SELASI,2009). Hal ini diperkuat lagi dengan hasil survey awal yang dilakukan
peneliti pada bulan Oktober 2009 bahwa dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10
orang perawat yang menyusui di RSUD Tugurejo Semarang bahwa hanya ada 1 orang
2perawat yang memberikan ASI secara Eksklusif sehingga perlu adanya penelitianlebih
lanjut tentang perilaku perawat dalam manajemen laktasi, terutama manajemen laktasi
periode postnatal.
1.3 Tujuan
postnatal.
1.4 Manfaat
laktasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
payudara dan fisiologi laktasi. Dibedakan menurut struktur internal danstruktur external :
Struktur internal payudara terdiri dari : kulit, jaringan dibawahkulit dan korpus. Korpus
terdiri dari : parenkim atau jaringan kelenjar dan stromaatau jaringan penunjang. Parenkim
1. Saluran kelenjar : duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferusyaitu duktus
Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadialveolus yang
semuanya merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuklobus sedangkan duktus dan
alveolus membentuk lobulus. Sinus duktus danalveolus dilapisi epitel otot (myoepithel) yang
dapat berkontraksi. Alveolus jugadikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada
sel kelenjar untukdiproses sintesis menjadi ASI. Stroma terdiri dari : jaringan ikat, jaringan
Struktur External payudara terdiri dari : puting dan areola yaitu bagian lebih hitam sekitar
puting pada areola terdapat beberapa kelenjar montgomery yang mengeluarkan cairan untuk
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudarabertambah
basar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI. Karena
pengaruh hormon yang dibuat plasenta yaitu laktogen, prolaktin koriogonadotropin, estrogen
dan progesteron. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambanya pembuluh darah. Pada
kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting mulai keluar cairan yang
disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta
dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski
selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya dihambat oleh estrogen. Setelah
persalinan, dengan terlapasnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron menurun, sedangkan
prolaktin tetap tinggi. Karena tak ada hambatan oleh estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada
saat mulai menyusui, maka dengan segera, rangsangan isapan bayi memacu lepasnya
Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibudan ibu
lainya berbeda. Pada kenyataanya komposisi ASI tidak tetap dan tidaksama dari waktu ke
waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bayi.
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum
mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya sekitar 1%
dalam air susu mature, lebih banyak mengandungimunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel
darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi,
terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih
banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na)
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara
langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh
terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu
diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat
gizi yang diperlukan tentu pada akhirnyakelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam
buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap produksi ASI.Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur
gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori
yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter
ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping
untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan makanan,
maka akan terjadi kemunduran da lam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa
kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi
seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak
jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping
bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan
makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin da
lam ASI.
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu
dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gaga l dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2
tersebut adalah:
Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap
payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu.
anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredara n
darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada
payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu.Refleks
memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :´rooting reflex (reflex menoleh).
Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-
down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami
goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let
down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan
akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan
memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin
lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan
anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang
mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau
susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu
beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk
apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil
yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi
ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat
kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara
tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat
merangsangproduksi ASI.
e. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
a. Manajemen Laktasi
Manajemen adalah suatu tata laksana yang mengatur agar keseluruhan proses
menyusui bisa berjalan dengan sukses, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
mengisap dan menelan ASI, yang dimulai pada masa antenatal, perinatal danpostnatal
pada ibu bekerja meliputi ASI Eksklusif, teknik menyusui,memeras ASI, memberikan
ASI Peras, menyimpan ASI Peras, memberikan ASI Peras dan pemenuhan gizi
pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
b. Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan pr oses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus
keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara
Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan
trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan
keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan
Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai
kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat
ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan
dan kehangatan.
c. Masa Neonetus
Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun
Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).
Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan) yang baik dan benar.
13
Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap
mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar produksi
Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu kurang
Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu
menyusui perlu makan 1½ kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan minum
Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan pikiran dan
menghindari kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
keberhasilan menyusui.
Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau
bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas maupun
1) Proses pengembangan jaringan p enghasil ASI dalam payudara Proses ini dicapai
dalam kehamilan dengan adanya rangsangan pada jaringan kelenjar serta salura n
14
2) Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan Setelah plasenta dilahirkan,
penurunan produksi hormon dari organ tersebut terjadi dengan cepat. Hormon
hipofise anterior, yaitu prolaktin, yang tadinya dihambat oleh ka dar estrogen dan
mengaktifkan sel- sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Dalam waktu 3-4
hari setelah bayi dilahirkan, produksi ASI sudah dimulai dan susu yang matur
Proses ini bergantung pada hormon lain, yaitu oksitosin, yang dilepas dari kelenjar
alveoli tersebut berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang s udah diskresikan oleh
kelenjar mammae. Refleks let-down ini tidak terjadi karena tekanan negatif oleh
pengisapan dan juga bukan karena payudara yang penuh, namun disebabkan oleh
mengalami refleks let-down sekitar 30-60 menit setelah bayi mulai menyusu. Refleks
let-down dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor yang murni kejiwaan, seperti
mendengar tangisan bayi, berpikir tentang bayinya atau bahkan berpikir tentang
bayinya atau bahkan berpikir tentang pemberian ASI sendiri. Sebaliknya, refleks
tersebut dapat dihambat oleh kecemasan, ketakutan, perasaan tidak aman atau
payudara. Begitu produksi ASI sudah terjadi dengan baik, pengosongan sakus
15
2001).
ibu yang sedapat mungkin tenang dan tida k mengahadapi banyak permasalahan.
tangan dan kuku jari tangan ibu atau orang lain yang akan merawat bayi juga
ditekankan. Putting susu tidak boleh disentuh dengan tangan yang belum dicuci
bersih dan saputangan tidak boleh digunakan sebagai ganjal di balik BH untuk
keperluan ini dan dapat dikenakan dalam waktu yang relatif singkat jika perembasan
ASI menimbulkan masalah. Ibu harus mengenakan pakaian yang tidak menghalangi
pemberian ASI, jika gaun yang dikenakan harus dinaikkan dahulu ke atas untuk
mengeluarkan payudara, maka cara ini tentunya tidak mengenakkan pada bagian
bawah pakaian semacam ini bisa terdapat lokia. BH khusus untuk laktasi yang bersih
dan dapat juga menyangga payudara harus dikenakan sepanjang siang serta malam
harinya untuk memberikan kenyamanan dan mencegah statis air susu pada daerah-
daerah payudara yang tergantung. Jika ibu tidak memiliki BH khusus semacam ini,
ibu dapat mengggunakan alat penguat (binder) untuk mengatasi untuk mengatasi
masalah ini . BH untuk laktasi harus dapat dibuka dari depan dan talinya bisa
sakit yang satu dan rumah sakit lainnya. Namun, selama puting berada dalam
16
keadaan bersih, apakah dibersihkan dengan cara mengusapnya memakai air yang
steril ataukah dibersihkan secara khusus dengan larutan pembersih, caranya tidak
menjadi masalah. Setiap kerak atau air susu yang mengering dan setiap bekas krim/
salep yang dioleskan sebelumnya harus dibersihkan dengan hati-hati. Larutan alkohol
tidak boleh dipakai untuk membersihkan puting karena dapat membuat puting
menjadi kering dan mudah pecah-pecah. Bayi harus berada dalam keadaan bersih,
tangan, mata, hidung,pakaian, popok dan selimut harus diperiksa dahulu sebelum
bayi disusui Perhatian terhadap semua detail ini akan membantu mengurangi
2001).
Pemberian ASI perah saat ibu bekerja memberikan kesempatan untuk tetap menyusui
saat ibu berada di dekat bayi, beberapa kasus kegagalan pemberian ASI hingga anak 2
tahun karena saat bekerja ibu tidak memberikan ASI sehingga suplai ASI berkurang dan
meningkatkan angka penyapihan dini (early wea ning). Memompa ASI saat bekerja
mengurangi risiko kesehatan yang diasosiasikan dengan pemberian susu formula, Ibu
lebih jarang meninggalkan kantor karena anak yang diberi ASI relatif lebih jarang sakit
Persiapan Memerah.
Cuci bersih kedua tangan Anda dengan benar dan menggunakan sabun.
Kompres payudara dengan air hangat. Gunakan handuk kecil, waslap, atau kain
lembut lainnya.
Teknik memerah ASI dengan tangan metode massage, stroking, dan shaking yang
Massage
Massage Pergunakan 2 jari, yaitu telunjuk dan jari tengah. Tangan kanan
mengurut payudara kiri dan tangan kiri mengurut payudara kanan. Bila payudara
besar, gunakan keempat jari Dengan tekanan ringan, lakukan gerakan melingkar
b) Stroke
dasar payudara ke arah puting susu dengan garis lurus, kemudian dilanjutkan secara
bertahap ke seluruh bagian payudara. Dengan menggunakan sisir yang bergigi lebar,
sisirlah´ payudara secara lembut, dari dasar payudara ke arah puting susu. Dengan
ujung jari, lakukan stroke dari dasar payudara ke arah puting susu.
c) Shake
ASI. Untuk menjamin pengeluaran ASI lancar, lakukan perawatan pemijatan payudara
secara rutin, dan kompres air hangat & air dingin bergantian.
Sering disebut milk ejection reflex adalah sebuah proses hormonal yang menyebabkan
ASI mengalir deras. Ibu biasanya merasakan sensasi geli atau seperti kesemutan
beberapa saat ketika sedang menyusui bayi. Menurut buku The Breastfeeding Answer
Book, saat sedang menyusu, gerakan ritmik rahang, bibir, dan lidah bayi mengirimkan
sinyal pada bagian hipotalamus(otak) ibu sehingga hormon prolaktin dan oksitosin
dilepaskan, dan masuk ke dalam aliran darah. Hormon ini menyebabkan sehingga otot-
otot kecil yang mengelilingi gudang ASI (alveoli) menekan ASI ke dalam saluran
sehingga menuju reservoir ASI (lactiferous sinuses) yang terletak 1 inci di belakang
yang tertera pada pompa Ibu. Berikut adalah cara memerah dengan menggunakan
pompa :
Atur posisi sehingga bisa bersandar dengan santai, jangan sampai bahu tegang,
Atur posisi sehingga bisa bersandar dengan santai, jangan sampai bahu tegang,
Setelah di pompa, simpanlah ASI pada botol steril dengan tutup yang rapat,
Pastikan anda menuliskan label atau tanggal ASI tersebut pada botol, gelas, atau
kantong ASI.
19
Jangan menambahkan ASI yang baru anda pompa kedalam ASI yang sudah
beku.
Aneka Wadah
wadah yang terbuat dari kaca (beling) dengan tutup yang rapat
wadah yang terbuat dari semi kaca atau plastik dengan permukaan yang keras
(jenis yang tembus pandang dan tidak buram) dan tutup yang rapat
Kondisi Wadah
o untuk botol kaca, simpan dalam jumlah 1/2 atau 3/4 saja untuk menghindari
Pindahkan Ke bagian lemari es non freezer hingga mencair Pindahkan ke air dingin
microwave Tes suhu ASI dan bila perlu cicipi sebelum diberikan FIFO = first in
20
First Out hangat Panaskan di atas panci berisi air dengan api kecil Atau gunakan
bottle warmer
BAB IV
PENUTUP
4.2 Kesimpulan
Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Direkt orat Gizi Masyara kat, 2005).
Pemberian ASI perah saat ibu bekerja memberikan kesempatan untuk tetap menyusui saat
ibu berada di dekat bayi. Memompa ASI saat bekerja menimbulkan rasa kedekatan ibu
diasosiasikan dengan pemberian susu formula, Ibu lebih jarang meninggalkan kantor
karena anak yang diberi ASI relatif lebih jarang sakit dibandingkan anak yang tidak diberi
ASI.
.
21
Daftar Pustaka
Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian ASI pada Pekerja Wanita.
Perinasia. Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Baru Lahir Sehat. Cetakan