Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENYULUHAN

MANAJEMEN LAKTASI

Penyaji :
Sanny
130100236

Supervisor :
dr. Hj. Sri Sofyani, M.Ked(Ped), Sp.A(K)
dr. Lili Rahmawati, Sp.A, IBCLC
dr. Monalisa Elizabeth, M.Ked(Ped), Sp.A
dr. Ika Citra Dewi Tanjung, M.Ked(Ped), Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah penyuluhan ini dengan
judul “Manajemen Laktasi”.
Penulisan makalah penyuluhan ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Penulis menyadari
bahwa penulisan makalah penyuluhan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun
susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sebagai masukan dalam penulisan makalah penyuluhan selanjutnya.Semoga makalah
penyuluhan ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 29 November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 4
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 6
2.1 Definisi ASI…………....................................................................................................... 6
2.2 Klasifikasi ASI……………………….............................................................................. 6
2.3 Kandungan ASI………………………………………………………………………… 6
2.4. Manajemen laktasi …..................................................................................................... 8
BAB 3 KESIMPULAN .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menyusui (laktasi) merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui
anatomi payudara dan bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu
para ibu mengerti proses kerja menyusui yang pada akhirnya dapat menyusui secara
eksklusif. Manajemen laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan
dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan
sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai anak
berumur 2 tahun (postnatal). 1
ASI adalah sumber nutrisi yang primer bagi anak sejak dilahirkan sampai ia
mampu mencernakan asupan lain setelah usia enam bulan. Lemak, protein, karbohidrat,
vitamin, mineral, enzim, dan hormon yang terdapat dalam ASI tidak dapat digantikan
oleh susu buatan industri.1 Komposisi ASI berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan
bayi dan bila diberikan dengan baik dan benar sebagai makanan tunggal dapat memenuhi
kebutuhan bayi untuk tumbuh secara optimal sampai 6 bulan. Selain itu ASI mengandung
makrofag, limfosit dan antibodi yang dapat mencegah bayi terinfeksi dengan penyakit
tertentu. Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga
berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi
terutama protein. 2
Pemberian ASI mempunyai pengaruh biologis dan emosional yang luar biasa
terhadap kesehatan ibu dan anak serta terdapat hubungan yang erat antara menyusui
eksklusif dan program keluarga berencana. Belum lagi keuntungan secara ekonomi.3
Keberhasilan pemberian ASI tidak terlepas dari pelaksanaan manajemen laktasi,
motivasi bidan sebagai pemberi pelayanan terdepan sejak kehamilan, persalinan dan masa
nifas. Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela
untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan
waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
dan menuaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dari berbagai sasaran yang
telah ditentukan sebelumnya.1
Menyadari manfaat ASI maka seharusnya setiap bayi baru lahir sampai berusia 6
bulan hanya mendapat ASI dari ibunya (ASI eksklusif). Namun kadangkala hal ini tidak

4
terjadi oleh karena ada beberapa kondisi dan situasi yang oleh para petugas kesehatan
atau ibu tidak ditatalaksana dengan baik sehingga dapat terjadi kegagalan menyusui.2
Kepentingan mendasar adalah tentang penatalaksanaan laktasi bagi ibu hamil ini
didasarkan pada konsekuensi proses pertumbuhan dan perkembangan bayi sejak dalam
kandungan sampai saat dilahirkan dan pada masa emas kehidupan awalnya. Janin
kekurangan nutrisi akan mengalami hambatan pertumbuhan intrauterine dan akan
beresiko setelah lahir dapat terjadinya retardasi pertumbuhan awal, rentan terhadap
penyakit menular, keterlambatan perkembangan IQ poin rendah hanya mencapai 10 -13
% dan dapat menyebabkan kematian masa bayi dan kanak kanak. Oleh sebab itu, petugas
kesehatan harus mampu memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai
manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara
pelaksanaan manajemen laktasi. Meyakinkan ibu hamil, agar ibu mau dan mampu
menyusui bayinya.
Berhasil atau tidaknya ibu menyusui banyak faktor yang mempengaruhinya, salah
satunya adalah tindakan bidan atau petugas kesehatan. Pengaruh ini dapat berupa sikap
negatif secara pasif, yang tidak menganjurkan dan tidak membantu bila ada kesulitan
laktasi kemudian sikap ragu – ragu mengenai indikasi dan kontraindikasi menyusui serta
tindakan petugas kesehatan yang menasehatkan dan menganjurkan ibu untuk memberikan
susu botol dengan alasan kesulitan menyusui.

1.2 Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang manajemen laktasi yang tepat dan
benar.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ASI


Air susu ibu adalah cairan biologis kompleks yang mengandung semua nutrien
yang diperlukan untuk pertumbuh fisik dan perkembangan seorang anak. ASI disesuaikan
dengan keperluan, laju pertumbuhan bayi, dan kebiasaannya menyusui.5

2.2 Klasifikasi ASI


Terdapat 3 jenis ASI menurut waktu nya yaitu kolostrum, ASI transisional, dan
ASI matur.6
2.2.1 Kolostrum
Kolostrum merupakan tahap pertama dalam ASI. Kolostrum keluar sejak
awal kelahiran sampai 4 hari setelah kehamilan. Kolostrum mengandung protein tinggi,
vitamin yang mudah larut, dan imunoglobulin. Imunoglobulin merupakan antibodi yang
diberikan dari ibu ke anak sehingga meningkatkan imunitas si anak. Imunitas yang tinggi
dapat mencegah infeksi penyakit virus dan bakteri.7
2.2.2 ASI transisional
ASI transisional muncul setelah habis masa dari kolostrum dan
berlangsung selama lebih kurang 10 hari. ASI transisional mengandung lemak dan
laktosa yang lebih tinggi dari kolostrum, tetapi mengandung protein yang lebih sedikit
dari kolostrum.6
2.2.3 ASI matur
ASI Matur merupakan tahap akhir dari ASI. 90 % kandungan dari ASI
matur adalah air yang fungsinya sebagai hidrasi dan sisanya merupakan nutrisi berupa
karbohidrat, lemak, dan protein yang berfungsi untuk pertumbuhan dan energi untuk
anak.6

2.3 Kandungan ASI


ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup
ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai
suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu
formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya
diare pada bayi yang mendapat susu formula.3 Laktosa adalah karbohidrat utama dalam

6
ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang
terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi
atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak
dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat
ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu
sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi
jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).
Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.3
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein
yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey
dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah
diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein
yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI
hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%).
Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di
protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis
protein yang potensial menyebabkan alergi.3
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu
formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak
yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang
ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6
yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping
itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam
dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap
perkembangan jaringan saraf dan retina mata.3
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin
C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar
vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar
vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena
vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistem saraf maka pada ibu yang
menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat
dari makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian.3

7
2.4 Manajemen Laktasi
2.4.1. Manfaat ASI
ASI dapat menurunkan risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan
bawah (ISPA) (72%), infeksi telinga tengah (50%), pilek yang serius, infeksi saluran
telinga dan tenggorokan (63%), infeksi saluran pencernaan nonspesifik (64%), kanker
darah putih atau leukemia (20%), penyakit peradangan usus (31%), asma dan alergi kulit
(42%), hingga sindrom kematian bayi tiba-tiba (73%). Efek positif dari pemberian ASI
eksklusif dapat terasa saat si anak beranjak dewasa. Hal ini terbukti dengan menurunnya
risiko diabetes melitus tipe I dan II, dan obesitas. Saat si anak menyusui, tubuh ibu akan
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini penting untuk mengurangi pendarahan
setelah persalinan dan mempercepat proses penyusutan rahim. Hormon ini juga berperan
dalam membangun ikatan emosi ibu dengan bayinya. Lebih luas lagi, ekonomi keluarga
dapat diuntungkan dengan melakukan pemberian ASI. Dana yang dianggarkan untuk
membeli berbagai suplemen dan nutrisi tambahan dapat dialihkan ke hal-hal bermanfaat
lainnya, seperti persiapan makanan pendamping ASI dan makanan bergizi seimbang
untuk sang ibu. Biaya pengobatan juga lebih akan lebih rendah pada si kecil yang
diberikan ASI eksklusif. Penggunaan ASI eksklusif juga turut menguntungkan
lingkungan, karena sifatnya tidak memerlukan kemasan dan bahan bakar berpolusi untuk
pendistribusiannya. Berdasarkan alasan-alasan di atas, organisasi-organisasi kesehatan
dunia (WHO) sangat menyarankan pemberian ASI eksklusif oleh ibu selama tidak
dikontra indikasikan.3

2.4.2. Cara Pemberian


Seringkali kegagalan menyusui disebabkan karena kesalahan
memposisikan dan melekatkan bayi. Puting ibu menjadi lecet sehingga ibu jadi segan
menyusui, produksi ASI berkurang dan bayi menjadi malas menyusu. Langkah menyusui
yang benar :
1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya. Manfaatnya
adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
3. Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung.
4. Posisikan bayi dengan benar
5. Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku
ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

8
6. Perut bayi menempel ke tubuh ibu.
7. Mulut bayi berada di depan puting ibu.
8. Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh ibu
dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada
ibu.
9. Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus.
10. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian
dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta areola
dimasukkan ke dalam mulut bayi.
11. Cek apakah perlekatan sudah benar (Dagu menempel ke payudara ibu, Mulut
terbuka lebar, Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke
dalam mulut bayi, Bibir bayi terlipat keluar, Pipi bayi tidak boleh kempot (karena
tidak menghisap, tetapi memerah ASI), Tidak boleh terdengar bunyi decak,
hanya boleh terdengar bunti menelan, Ibu tidak kesakitan, dan bayi tenang).7

2.4.3. Frekuensi Pemberian ASI


Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata bayi
menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat mengukur sendiri
kebutuhannya. Pada hari-hari pertama atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500
gram), proses menyusu terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal yang wajar.
Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai selesai baru kemudian bila bayi
masih menginginkan dapat diberikan pada payudara yang satu lagi sehingga kedua
payudara mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan ASI.8
Menyusu bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih
dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat sering, namun pada usia 2
minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi sebaiknya disusui sesering dan selama
bayi menginginkannya bahkan pada malam hari. Menyusui pada malam hari membantu
mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam
hari. Bayi yang puas menyusu akan melepaskan payudara ibu dengan sendirinya, ibu
tidak perlu menyetopnya.8

Cara menilai kecukupan ASI:8


a. Asi akan cukup bila posisi dan perlekatan benar

9
b. Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urin yang tidak pekat
dan bau tidak menyengat
c. Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi berat
lahir pada usia 2 minggu
d. Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari payudara ibu

10
BAB III
KESIMPULAN

Air Susu Ibu (ASI) sangatlah penting bagi anak yang baru lahir dikarenakan
kandungan yang tidak pernah dimiliki oleh susu formula lain sehingga dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi maupun peningkatan imunitas oleh karena itu, bayi hanya diberikan
ASI dan selanjutnya disusui sesering mungkin tanpa dibatasi. Kita hanya perlu
meluangkan waktu dan memberi kesempatan padanya untuk mendapat yang terbaik yang
ia butuhkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Maryunani, Anik. 2012. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen.
Jakarta: TIM
2. Tikolau JR, Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pada Berbagai Situasi dan Kondisi,
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013
3. Hendarto A, Nilai Nutrisi Air Susu Ibu, Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013
4. Kristian WG, Manfaat Air Susu Ibu (ASI), Nutriclub. 2016
5. Sekartini R, Air Susu Ibu dan Tumbuh Kembang Anak, Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2013
6. Olds, London, and Ladewig’s Maternal Newborn Nursing Melloni’s Illustrated
Dictionary of Obstetrics and Gynecology. 2017
7. Suradi R, Posisi dan Perlekatan Menyusui dan Menyusu Yang Benar, Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2013
8. Utami Roesli dan Elizabeth Yohmi. Manajermen Laktasi. IDAI 2013

12

Anda mungkin juga menyukai