Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERWATAN MATERNITAS 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DISTOSIA

Disusun oleh:

1. Devi Putriani 163210053


2. Debby Nabrina 163210052

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Konsep Asuhan
Keperawatan Distosia”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah di semester 4
Keperawatan Maternitas 2. Akhirnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas
perhatian terhadap makalah ini dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
penulis dan khususnya bermanfaat bagi pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan dari pembaca guna meningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain pada
waktu mendatang.

Jombang, Maret 2018

Penyusun

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi…………………………………………………………………………….. 2
2.2 Etiologi…………………………………………………………………………….. 2
2.3 Klasifikasi………………………………………………………………………….. 2
2.4 Patofisiologi………………………………………………………………………... 10
2.5 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………………. 11
2.6 Penatalaksanaan……………………………………………………………………. 12
2.7 Komplikasi…………………………………………………………………………. 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian………………………………………………………………………….. 15
3.2 Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………… 16
3.3 Intervensi…………………………………………………………………………… 17
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….. 20
4.2 Saran………………………………………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan normal adalah suatu keadaan fisiologis, normal dapat sendiri tanpa
intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor “P” utama yaitu kekuatan
ibu (power), keadaan jalan lahir (passage), dan keadaan janin (passanger), faktor
lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu), penolong saat bersalin dan posisi ibu saat
melahirkan. Dengan keseimbangan dengan faktor “P” tersebut persalinan normal
diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini,
cepat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan
persalinan ini disebut distosia. Salah satu penyebab adalahgawat janin. Distosia
berpengaruh buruk terhadap ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat
menentukan prognosis ibu dan janin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Distosia?
2. Apa saja etiologi Distosia?
3. Bagaimana Patofisiologi Distosia?
4. Bagaimana Klasifikasi Distosia ?
5. Bagaimana manifestasi klinis Distosia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Distosia?
7. Apa komplikasi dari Distosia?
8. Bagaimana asuhan keperawatan Distosia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui itu Distosia?
2. Mengetahui etiologi Distosia?
3. Mengetahui Patofisiologi Distosia?
4. Mengetahui Klasifikasi Distosia ?
5. Mengetahui manifestasi klinis Distosia?
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Distosia?
7. Mengetahui komplikasi dari Distosia?
8. Mengetahui asuhan keperawatan Distosia?
4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan (Rustam Mukhtar, 1994).
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi (Bobak, 2004 : 784).
Distosia secara harfiah, berarti persalinan sulit, ditandai oleh kemajuan persalinan
yang terlalu lambat. Secara umum, persalinan abnormal sering terjadi jika terdapat
ketidakseimbangan ukuran antara bagian presentasi janin dan jalan lahir. Distosia
merupakan akibat dari beberapa kelainan berbeda yang dapat berdiri sendiri atau
kombinasi (Leveno, 2009).
Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandi dengan adanya hambatan
kemajuan dalam persalinan (tim obstetric.FKUNPAD, 2005)

2.2 Etiologi
Distosia dapat disebabkan oleh :
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan/power)
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/passage)
3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah
bayi (passengger)
4. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,
persiapan, budaya, serta sistem pendukung

2.3 Klasifikasi

a. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan)


Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat
kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/effacement (kekuatan
primer), dan atau kemajuan penurunan (kekuatan sekunder). Gilbert (2007)
menyatakan beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya
distosia uterus sebagai berikut:

5
1. Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
2. Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi
yangberlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)
3. Kelainan bentuk dan posisi janin
4. Disproporsi cephalopelvic (CPD)
5. Overstimulasi oxytocin
6. Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan
7. Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya
Kontraksi uterus abnormal terdiri dari disfungsi kontraksi uterus primer
(hipotonik) dan disfungsi kontraksi uterus sekunder (hipertonik).
a. Disfungsi Hipotonik
Perempuan yang semula membuat kemajuan normal tahap kontraksi
persalinan aktif akan menjadi lemah dan tidak efisien, atau berhenti sama sekali.
Uterus mudah “indented”, bahkan pada puncak kontraksi. Tekanan intrauterin
selama kontraksi (biasanya kurang dari 25 mmHg) tidak mencukupi untuk
kemajuan penipisan serviks dan dilatasi. CPD dan malposisi adalah penyebab
umum dari jenis disfungsi dari uterus.
HIS bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dahulu daripada bagian lain, kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi
uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita
biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya
tidak banyak bahaya baik bagi ibu ataupun janin. Apabila his terlampau kuat maka
akan terjadi disfungsi hipertonik
b. Disfungsi Hipertonik
Ibu yang mengalami kesakitan/ nyeri dan frekuensi kontraksi tidak efektif
menyebabkan dilatasi servikal atau peningkatan effacement. Kontraksi ini biasa
terjadi pada tahap laten,yaitu dilatasi servikal kurang dari 4 cm dan tidak
terkoordinasi. Kekuatan kontraksi pada bagian tengah uterus lebih kuat dari pada
di fundus, karena uterus tidak mampu menekan kebawah untuk mendorong
sampai ke servik. Uterus mungkin mengalami kekakuan diantara kontraksi
(Gilbert, 2007).
Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada servik,
misalnya karena jaringan parut atau karsinoma. Dengan HIS kuat serviks bisa
robek, dan robekan ini bisa menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu
6
setiap wanita yang pernah mengalami operasi pada serviks selalu harus diawasi
persalinannya di rumah sakit. Kondisi distosia ini jarang ditemukan kecuali pada
wanita yang tidak diberi pengawasan yang baik waktu persalinan.
Perbedaan antara Disfungsi Hipertonik dan Disfungsi Hipotonik
Disfungsi Hipertonik Disfungsi Hipotonik
Kontraksi
· -Tidak teratur dan tidak · -Terkoordinasi tetapi lemah
terorganisasi · - Frekuensi kurang dan pendek
· -Intensitas lemah dan pendek, selama durasi kontraksi
tetapi nyeri dan kram · -Ibu mungkin kurang nyaman
karena kontraksi lemah

Uteri resting tone · -Tidak meningkat


· -Diatas normal, hampir sama
dengan karakteristik ablusio
plasenta.
-Aktif, biasanya terjadi setelah dilasi 4
Fase persalinan cm
· -Laten, terjadi sebelum dilasi 4 · - Lebih sering terjadi dari pada
cm. hipertonik
· -Lebih jarang terjadi daripada
hypotonik disfungsi - Amniotomy
· - Augmentasi oksitoksin
Manajemen terapeutik · - seksio sesaria jika tidak ada
· -Koreksi penyebab jika bisa peningkatan
diidentifikasi
· -Pemberian obat penenang untuk
bisa beristirahat
· -Hidrasi
· -Tocolytics untuk mengurangi
“high uterine tone”
dan promoteperfusi plasenta · -Intervensi berhubungan dengan
amniotomy dan augmentasi oksitosin.

7
Nursing Care · -Mendorong perubahan posisi.
· - Promote aliran darah uterus · -Ambulasi jika tidak kontraindikasi
· -Promote istirahat, kenyamanan, dan bisa diterima oleh ibu
dan relaksasi · -Dukungan emosional: jelaskan
· -Menghilangkan nyeri tindakan yang diambil untuk
· -Dukungan emosional: terima meningkatkan ketidakefektifan
kenyataan tentang nyeri dan kontraksi. Libatkan anggota keluarga
frustasi. Jelaskan alasan tindakan dalam mendukung emosi ibu untuk
untuk menyelesaikan persalinan mengurangi kecemasan
abnormal, tujuan dan akibat yang
dipresiksi.

b. Distosia karena Kelainan jalan lahir


Karena struktur pelvis
Jenis-jenis panggul:
1. Panggul Ginekoid
Pintu atas panggul bundar dengan diameter transversa yang lebih panjang
sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah dan pintu
bawah panggul yang cukup luas.
2. Panggul Antropoid
Diameter anteroposterior yang lebih panjang dari diameter transversa
dengan arkus pubis menyempit sedikit
3. Panggul Android
Pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan
penyempitan kedepan, dengan spina iskiadika menonjol kedalam dan arkus pubis
menyempit.

4. Panggul Platypelloid
Diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada diameter
transversa pada pintu atas panggul dengan arkus pubis yang luas.
Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang
mengurangi kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul),
pelvis bagian tengah,pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau kombinasi dari
ketiganya.
8
Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum dari distosia.Kontraktur
pelvis mungkin disebabkan oleh ketidak normalan kongenital, malnutrisi
maternal, neoplasma atau kelainan tulang belakang. Ketidakmatangan ukuran
pembentukan pelvis pada beberapa ibu muda dapat menyebabkan distosia pelvis.

Kesempitan pada pintu atas panggul


Kontraktur pintu atas panggul terdiagnosis jika diagonal konjugata kurang
dari 11,5 cm. Insiden pada bentuk wajah dan bahu meningkat. Karena bentuk
interfere dengan engagement dan bayi turun, sehingga beresiko terhadap prolaps
tali pusat.

Kesempitan panggul tengah


Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis
posterior persisten atau posisi kepala dalam posisi lintang tetap.

Kesempitan pintu bawah panggul


Agar kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada
bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan distansi tuberum bersama dengan
diameter sagittalis posterior kurang dari 15 cm, timbul kemacetan pada kelahiran
janin ukuran normal.

Kelainan traktus ginetalis


a. Vulva
Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema, stenosis,
dan edema biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia dan terkadang karena
gangguan gizi. Pada persalinan jika ibu dibiarkan mengejan terus jika dibiarkan
dapat juga mengakibatkan edema. Stenosis pada vulva terjadi akibat perlukaan
dan peradangan yang menyebabkan ulkus dan sembuh dengan parut-parut yang
menimbulkan kesulitan. Tumor dalam neoplasma jarang ditemukan. Yang sering
ditemukan kondilomata akuminata, kista, atau abses glandula bartholin.
b. Vagina
Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina, dimana septum
ini memisahkan vagina secara lengkap atau tidak lengkap dalam bagian kanan dan
bagian kiri. Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian
9
vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun untuk lahirnya
janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada
persalinan dan harus dipotong terlebih dahulu.
Stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan
untuk lahirnya bayi, perlu dipertimbangkan seksio sesaria. Tumor vagina dapat
menjadi rintangan pada lahirnya janin per vaginam.
c. Servik uteri
Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana pada kala I
servik uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan
lembaran kertas dibawah kepala janin. Karsinoma servisis uteri, merupakan
keadaan yang menyebabkan distosia.
d. Uterus
Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat menyebabkan
distosia apabila mioma uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam, adanya
kelainan letak janin yang berhubungan dengan mioma uteri, dan inersia uteri yang
berhubungan dengan mioma uteri.
e. Ovarium
Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi lahirnya janin
pervaginam. Dimana tumor ini terletak pada cavum douglas. Membiarkan
persalinan berlangsung lama mengandung bahaya pecahnya tumor atau ruptura
uteri atau infeksi intrapartum.

c. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin


Kelainan letak, presentasi atau posisi
1. Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui
pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-
ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan
depan, kiri belakang atau kanan belakang. Namun keadaan ini pada umumnya
tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala
janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal.
Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian
kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.

10
2. Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat
defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau
presentasimuka. Presentasi puncak kepala (presentasi sinsiput) terjadi apabila
derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun besar berada dibawah. Keadaan ini
merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi
belakang kepala.
3. Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga
muka bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin
besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang menyebabkan
persentasi muka.
4. Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga
dahi merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan
yang bersifat sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi muka atau
presentasi belakang kepala. Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan
presentasi muka.
5. Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa
jenis letak sungsang yakni :
a. Presentasi bokong
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.
Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
b. Presentasi bokong kaki sempurna
Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang lain
terangkat keatas.
d. Presentasi kaki
Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.

11
6. Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin berada di depa,
di belakang, di atas, atau di bawah.
7. Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul
dijumpai tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin
dijumpai tangan.

Kelainan bentuk janin


1. Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000
gram. Kepala dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu
distensi uterus oleh janin yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama
persalinan dan kelahirannya. Pada panggul normal, janin dengan berat badan
4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
2. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan
serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan
disproporsi sefalopelvic
3. Kelainan bentuk janin yang lain
a. Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus (pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat
yang paling sering menimbulkan kesukaran persalinan.
b. Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau
tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.
4. Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah
janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus
12
funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit
antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan
oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi
bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup
oleh bagian bawah janin.

d. Distosia karena respon psikologis


Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti
catecholamines) dapat menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap wanita
bervariasi, tetapi nyeri dan tidak adanya dukungan dari seseorang merupakan faktor
penyebab stress.
Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara normal,
persalinan berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga menyebabkan
peningkatan level strees yang berkaitan dengan hormon (seperti: β endorphin,
adrenokortikotropik, kortisol, dan epinephrine). Hormon ini dapat menyebabkan
distosia karena penurunan kontraksi uterus.

2.7 Patofisiologi
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar
merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus
uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara
merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya +10 mmHg
Incoordinate uterin action yaitu sifat his yang berubah. Tonus otot uterus meningkat juga
di luar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi
kontraksi bagian-bagiannya Tidak adanya koordinasi antara kontraksi atas, tengah dan
bawah menyebabkan tidak efisien dalam mengadakan pembukaan
Disamping itu tonus otot yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan
lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga disebut
sebagai incoordinate hipertonic uterin contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama
dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler
setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uterin pada tempat itu. Ini dinamakan
lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi
dimana-mana, tapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen
13
bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui degan pemeriksaan dalam, kecuali
kalau pembukaan sudah lengkap sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
2.8 Manifestasi Klinik
a. Ibu :
1. Gelisah
2. Letih
3. Suhu tubuh meningkat
4. Nadi dan pernafasan cepat
5. Edem pada vulva dan servik
6. Bisa jadi ketuban berbau
b. Janin
1. DJJ cepat dan tidak teratur
2. Distress janin
3. Keracunan mekonium

2.9 Pemeriksaan Penunjang


a. MRI
Menggunakan kekuatan magnet dan gelombang radio. Signal dari medan
magnet memantulkan gambaran tubuh dan mengirimkannya ke computer, dimana
yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk gambar. Tidak seperti X-ray dan CT-
scan yang menggunakan radiasi. Namun penggunaan MRI masih terbatas dikarenakan
biaya mahal, waktu pemeriksaan yang sulit dan lama, serta ketersediaan alat.
Kegunaannya :
1. pelvimetri yang akurat
2. gambaran fetal yang lebih baik
3. gambaran jaringan lunak di panggul yang dapat menyebabkan distosia
b. USG
Menggunakan gelombang suara yang dipantulkan untuk membentuk
gambaran bayi di layar komputer yang aman untuk bayi dan ibu.
Kegunaan :
1. Menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
2. Masalah dengan plasenta. USG dapat menilai kondisi plaasenta dan menilai
adanya masalah2 seperti plasenta previa dsb.

14
3. Kehamilan ganda/ kembar. USG dapat memastikan apakah ada 1 / lebih fetus di
rahim.
Kelainan letak janin. Bukan saja kelainan letak janin dalam rahim tapi juga
banyak kelainan janin yang dapat di ketahui dengan USG, seperti: hidrosefalus,
anesefali, sumbing, kelainan jantung, kelainan kromoson (syndrome down), dll.
4. Dapat juga untuk menilai jenis kelamin bayi jika anda ingin mengetahuinya.

2.10 Penatalaksanaan
Penanganan Umum
1. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
2. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
3. Kolaborasi dalam pemberian :
a. Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
b. Berikan analgesia berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg
(IM)
4. Perbaiki keadaan umum
a. Dukungan emosional dan perubahan posisi
b. Berikan cairan
Penanganan Khusus
1. Kelainan His
a. TD diukur tiap 4 jam
b. DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
c. Pemeriksaan dalam : VT
Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)
Berikan analgetik seperti petidin, morfin
Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his
2. Kelainan letak dan bentuk janin
a. Pemeriksaan dalam
b. Pemeriksaan luar
c. MRI
d. Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksio sesaria baik
primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan.
3. Kelainan jalan lahir
a. Persalinan percobaan
15
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada
hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul
dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan
setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat
berlangsung per vaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk
menyelenggarakan persalinan percobaan. Dengan demikian persalinan ini
merupakan suatu test terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk
moulage kepala janin; kedua fakto ini tidak dapat diketahui sebelum persalinan
berlangsung selama beberapa waktu.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan
dengan cermat. Di atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio sesarea
elektif; keadaan-keadaan ini dengan sendirinya merupakan kontra indikasi
untuk persalinan percobaan. Selain itu, janin harus berada dalam presentasi
kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Karena kepala janin
bertambah besar serta lebih sukar mengadakan moulage, dan berhubung
dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta, janin mungkin kurang mampu
mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalina percobaan. Perlu
disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada
panggul picak, lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa
bidang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Pengawasan terhadap keadaan ibu dan janin. Pada persalina yang agak lama
perlu dijaga agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis.
2. Pengawasan terhadap turunnya kepala janin dalam rongga panggul. Karena
kesempitan pada panggul tidak jarang dapat menyebabkan gangguan pada
pembukaan serviks.
3. Menentukan berapa lama partus percobaan dapat berlangsung.
b. Simfisiotomi
Simfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari
tulang panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas.
Tindakan ini tidak banyak lagi dilakukan karena terdesak oleh seksio sesarea.
Satu-satunya indikasi ialah apabila pada panggul sempit dengan janin masih
hidup terdapat infeksi intrapartum berat, sehingga seksio sesarea dianggap
terlalu berbahaya.

16
c. Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janin
sudah meninggal, sebaiknya persalina diselesaikan dengan kraniotomi dan
kranioklasi. Hanya jika panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat
dilahirkan dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio sesarea.

d. Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada
kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau
karena terdpat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut
diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada factor-faktor lain yang
merupakan komplikasi, seperti primigrvida tua, kelainan letak janin yang tidak
dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang
lama, penyakit jantung dan lain-lain.
Seksio sesarea sekundar dilakukan karena persalinan percobaan dianggap
gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum
dipenuhi.

2.8 Komplikasi
a. Komplikasi Maternal
1. Perdarahan pasca persalinan
2. Robekan perineum derajat III atau IV
3. Rupture Uteri
b. Komplikasi Fetal
1. Fraktura Clavicle
2. Kematian janin
3. Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
4. Fraktura humerus

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku/bangsa.
2. Keluhan utama : proses persalinan yang lama menyebabkan adanya keluhan nyeri dan
cemas.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia
sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi,
anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar
dll.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak
janin (lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalamkeluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM,
eklamsi dan pre eklamsi
4. Pengkajian pola fungsional
a. Aktifitas/istirahat
b. Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan
c. Sirkulasi
d. Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu
hipertensi karena kehamilan
e. Eliminasi
f. Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai
g. Integritas ego
h. Mungkin sangat cemas dan ketakutan
i. Nyeri atau ketidaknyamanan
j. Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses kehamilan,kontraksi
jarang,dengan intensitas ingan sampa sedang,dapat terjadi sebelum awitan
persalinan atau sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang,
k. Keamanan
18
l. Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat menunjukkan janin
dalam malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara
atau kurang dari 2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat
mengalami versi eksternal setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala.
m. Seksualitas
n. Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan
karena hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
b. rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe
c. Mata
d. Biasanya konjungtiva anemis
e. Thorak
f. Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian
paru yang tertinggal saat pernafasan
g. Abdomen
h. Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal
persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan
sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak
kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk
mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih.
i. Vulva dan Vagina
j. Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/ servik,
biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya
teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa
k. Panggul
l. Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentukpanggul dan
kelainan tulang belakang

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif.
2. Cemas b/d persalinan yang lama.
3. Gangguan pertukaran gas b/d hipoksia pada janin.
19
3.3 Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Nyeri akut b/d tekanan NOC NIC
kepala janin pada servik,  Kepuasan Klien: Pain Management
partus lama, kontraksi Manajemen Nyeri 1. Lakukan pengkajian
tidak efektif  Status Kenyamanan: nyeri secara
Fisik komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
Kriteria Hasil: durasi, frekuensi,
Kepuasan Klien: kualitas dan faktor
Manajemen Nyeri presipitasi
1. Nyeri terkontrol (5) 2. Observasi reaksi
2. Tingkat nyeri dipantau nonverbal dari
secara regular (5) ketidaknyamanan
3. Efek samping obat 3. Gunakan teknik
terpantau (5) komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
Status Kenyamanan: pengalaman nyeri
Fisik pasien
1. Nyeri otot (5) 4. Gali bersama pasien
2. Kontrol terhadap gejala factor-faktor yang
(5) dapat menurunkan atau
3. Relaksasi otot (5) memperberat nyeri.
5. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
6. Tingkatkan istirahat
7. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil

20
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur.
2. Cemas b/d lamanya NOC NIC
persalinan Kontrol Kecemasan Diri Penguranagan
1. Memantau Kecemasan
intensitas 1. Gunakan pendekatan
kecemasan (5) yang tenang dan
2. Mengurangi menyakinkan.
penyebab 2. Nyatakan dengan jelas
kecemasan (5) harapan terhadap
3. Mengurangi perilaku klien.

21
rangsangan 3. Jelaskan semua prosedur
lingkungan ketika termasuk sensasi yang
cemas (5) akan dirasakan yang
mungkin akan dialami
klien selama prosedur.
4. Berada di sisi klien
untuk menigkatkan rasa
aman dan mengurangi
ketakutan.
5. Dorong keluarga untuk
mendampingin klien
dengan cara yang tepat.
6. Amati tanda-tanda
abnormal (misalnya:
distress janin) tanda-
tanda denyut jantung
janin, seperti bradikardi,
takikardi, nonreactivity,
deselerasi variable,
deselerasi melambat,
deselerasi
berkepanjangan,
penurunan jangka
panjang dan atau
variabilitas jangka
pendek dan pola
sinusoid.
7. Pantau tanda-tanda vital
ibu.
8. Lakukan pemeriksaan
vagina dengan stimulasi
pada kulit kepala janin.

22
3. Gangguan pertukaran gas NOC NIC
b/d hipoksia pada janin. Status Pernafasan Manajemen Jalan Nafas
1. Buka jalan napas
Kriteria Hasil: dengan teknik chin lift
atau jaw thrust, sebagai
1. Frekuensi pernafasan mana mestinya.
(5) 2. Posisikan pasien untuk
2. Irama pernapasan (5) memaksimalkan
3. Kedalaman inspirasi (5) ventilasi.
4. Kepatenan jalan nafas 3. Identifikasi kebutuhan
(5) actual/potensial pasien
5. Saturasi oksigen (5) untuk memasukkan alat
membuka jalan napas.
4. Lakukan fisiotrapi dada,
sebagaimana mestinya.

Terapi Oksigen
1. Bersihkan mulut,
hidung, dan sekresi
trakea dengan tepat.
2. Pertahankan kepatenan
jalan napas.
3. Berikan oksigen
tambahan seperti yang
diperintahkan.
4. Monitor aliran oksigen.
5. Monitor efektifitas
terapi oksigen.

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784).
Distosia dapat disebabkan oleh kelainan tenaga atau power, kelainan jalan lahir atau
passage, kelainan letak dan bentuk janin atau passager. Jika distosia tidak ditangani
dengan cepat dan tepat akan menimbulkan kompliksi yang fatal baik komplikasi maternal
maupun fetal.

4.2 Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tenaga kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang
distosia dan problem solving. Selain itu memberikan informasi atau health educatioan
mengenai distosia kepada masyarakat.
b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan distosia
dan meningkatkan pola hidup sehat dan perlu diketahui bahwa distosia yang tidak
ditangani dengan tepat dapat menyebabkan kompliksai yang fatal.

24
DAFTAR PUSTAKA

Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC


FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan ginekologi.
Bandung : Eleman
Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo
Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa kebidanan.
Jakarta:EGC
Farrer, Helen. 2001. Perawatan meternitas edisi II. Jakarta: EGC
Badger, J. M. (1994). Calming the anxious patient. American Journal of Nursing, 94(5), 46-
50.
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An
Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis: Elsevier.

25

Anda mungkin juga menyukai