Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN

KEPERAWATAN
ANAK DENGAN
LABIOPALATOS
CHIZIS
Hayati Nufus, S.Kep., Ners
Definisi
 Labio/Palato schizis merupakan kongenital yang berupa
adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah,
2005 : 167)
 Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh
gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk
menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna
L. 2003)
 Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum
yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu
karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003)
 Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat
terjadi pada daerah mulut, palato skisis (sumbing
palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk
menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz,
2005:21)
Beberapa jenis bibir sumbing :
A. Unilateral Incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya
di salah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.
B. Unilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya
di salah satu bibir
dan memanjang hingga ke hidung.
C. Bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi di
kedua sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
ETIOLOGI

 Faktor herediter
 Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui
 Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus
medialis menyatu
 Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan
teratogen (agen/faktor yang menimbulkan cacat pada
embrio).
 Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).
 Mutasi genetic atau teratogen.
PATOFISIOLGI

 Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak


dan atau tulang selama fase embrio pada trimester I.
 Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses
nosal medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama
kehamilan 6-8 minggu.
 Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato
yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato
pada masa kehamilan 7-12 minggu. penggabungan komplit
garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
 
MANIFESTASI KLINIS
 Deformitas pada bibir
 Kesukaran dalam menghisap/makan Kelainan susunan
archumdentis.
 Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
 Gangguan komunikasi verbal
 Regurgitasi makanan. Pada Labio skisis
 Distorsi pada hidung
 Tampak sebagian atau keduanya Adanya celah pada bibir Pada
Palati skisis
 Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan
faramen incisive.
 Ada rongga pada hidung. Distorsi hidung
 Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dg
jari
 Kesukaran dalam menghisap/makan.
KOMPLIKASI

 Gangguan bicara
 Terjadinya atitis media
 Aspirasi
 Distress pernafasan
 Resiko infeksi saluran nafas
 Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
 Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis
media rekureris sekunder akibat disfungsi tuba
eustachius.
 Masalah gigi
 Perubahan harga diri dan citra tubuh yang
dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan paruh.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan pra bedah rutin (misalnya hitung
darah lengkap)
 Pemeriksaan Diagnosis Foto Rontgen
 MRI untuk evaluasi abnormal
PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan
bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu
untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan
teknik bedah, ortodantis,dokter anak, dokter THT,
serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan
fungsional menjadi lebih baik.
Tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara
bertahap.
 Biasanya penutupan celah bibir melalui
pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah
berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan
penambahan berat badan yang memuaskan dan
bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau
sistemis.
Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan Pra-Operasi:
 Fasilitaspenyesuaian yang positif dari orangtua
terhadap bayi.
 Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
Dorong orangtua untuk mengekspresikan
perasaannya. Diskusikan tentang pembedahan
 Berikan informasi yang membangkitkan harapan
dan perasaan yang positif terhadap bayi.
 Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
 Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua
tentang prognosis dan pengobatan bayi.
 Tahap-tahap intervensi bedah Teknik pemberian
makan Penyebab devitasi
 Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi
yang adequate. Posisi menyusui bayi
bibir sumbing
Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan Pra-Operasi:
 Fasilitasimenyusui dengan ASI atau susu
formula dengan botol atau dot khusus yang
cocok.
 Monitor atau mengobservasi kemampuan
menelan dan menghisap.
 Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan
arahkan aliran susu ke dinding mulut.
 Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
Akhiri pemberian susu dengan air.
 Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan
nafas Pantau status pernafasan
 Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit
ditinggikan Letakkan selalu alat penghisap di
dekat bayi
Perawatan Pasca-Operasi
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adequate
 Berikan makan cair selama 3 minggu
mempergunakan alat penetes atau sendok.
 Lanjutkan dengan makanan formula sesuai
toleransi. Lanjutkan dengan diet lunak
 Sendawakan bayi selama pemberian
makanan.
 Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan
integritas daerah insisi anak.
 Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
 Oleskan salep antibiotik pada garis sutura
(Keiloskisis)
 Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah
pemberian makan.
Perawatan Pasca-Operasi
 Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian
makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.
 Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
 Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
 Monitor keutuhan jaringan kulit
 Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak
steril, missal alat tensi
PENGKAJIAN
Riwayat Kesehatan
 Riwayat kehamilan, riwayat keturunan,
labiotalatos kisis dari keluarga, berat/panjang bayi
saat lahir, pola pertumbuhan,
pertambahan/penurunan berat badan, riwayat otitis
media dan infeksi saluran pernafasan atas.
Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk
mengidentifikasi karakteristik sumbing.
 Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
 Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas. Kaji
tanda-tanda infeksi
 Palpasi dengan menggunakan jari Kaji tingkat
nyeri pada bayi
Pengkajian Keluarga
 Kaji harga diri / mekanisme koping dari
anak/orangtua Kaji reaksi orangtua terhadap
operasi yang akan dilakukan
 Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan
kesanggupan mengatur perawatan di rumah.
 Kaji tingkat pengetahuan keluarga
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang
menghambat elevasi tubuh bagian atas.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menaikkan zat-zat
gizi berhubungan dengan faktor biologis.
3. Koping Keluarga melemah berhubungan dengan situasi
lain atau krisis perkembangan /keadaan dari orang terdekat
mungkin muncul ke permukaan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera


fisik
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif
6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan ketidakseimbangan.
TINDAKAN KEPERAWATAN
DX.I: Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi
yang menghambat elevasi tubuh bagian atas.

1. Monitor lingkungan faktor resiko


2. Gunakan strategi kontrol resiko yang efektif
3. Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
4. Monitor perubahan status kesehatan
5. Monitor faktor resiko individu
 DX. II : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menaikkan zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis.
NOC : Status Nutrisi
KH :
 Stamina Tenaga
 Penyembuhan jaringan Daya tahan tubuh
Pertumbuhan (untuk anak) Indikator skala :
 Tidak pernah dilakukan Jarang dilakukan Kadang
dilakukan Sering dilakukan Selalu dilakukan
NIC :
 Nutrition Monitoring BB dalam batas normal
 Monitor type dan jumlah aktifitas yang biasa
dilakukan Monitor interaksi anak/orangtua selama
makan Monitor lingkungan selama makan
 Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
 Monitor rambut kusam, kering dan mudah patah
Monitor pertumbuhan danperkembangan
DX.III : Koping keluarga melemah berhubungan dengan
situasi lain dan krisis perkembangan / keadaan dari
orang lain terdekat mungkin muncul ke permukaan.
NOC.: Family koping
KH :
 Mengatur masalah
 Mengekspresikan perasaan dan emosional dengan
bebas Menggunakan startegi pengurangan stress
 Membuat jadwal untuk rutinitas dan kegiatan keluarga
Indikator skala :
 Tidak pernah dilakukan Jarang dilakukan Kadang
dilakukan Sering dilakukan Selalu dilakukan
NIC : Family Support
 Dengarkan apa yang diungkapkan
 Bangun hubungan kepercayaan dalam keluarga
 Ajarkan pengobatan dan rencana keperawatan
untuk keluarga Gunakan mekanisme kopoing
adaptif
 Mengkonsultasikan dengan anggota keluarga utnk
menambahkan kopoing yang efektif.
DX. IV : Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik
NOC : Tingkat Kenyamanan
 KH :
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan managemen nyeri.
 Mampu mengenali nyeri (skal), intensitas,
frekwensi, dan tanda nyeri. TTV dalam batas
normal
 Indikator skala :
 Tidak pernah dilakukan Jarang dilakukan Kadang dilakukan
Sering dilakukan Selalu dilakukan
NIC : Pain Management
 Kaji secara komprehensif tentang nyeri meiputi : Lokasi,
karkteristik, durasi, frekwensi, kualitas dan intensitas nyeri.
 Observasi isarat-isarat non verbal dari ketidaknyamanan
 Gunakan komunikasi teraupeutikagar pasien dapat
nyaman mengekspresikan nyeri.berikan dukungan kepada
pasien dan keluarga.
 DX. V : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
infasif
 NOC : Risk Control
 NIC : Identifikasi Resiko
 Identifikasi pasien dengan kebutuhan perawatan rencana
berkelanjutan Menentukan sumber yang finansial
 Identifikasi sumber agen penyakit untuk mengurangi
faktor resiko Menentukan pelaksanaan dengan treatment
medis dan perawatan
 DX. III : Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan ketidak seimbangan
 NOC :
 Menggunakan pesan tertulis Menggunakan bahasa
percakapan vokal Menggunakan percakapan yang
jelas Menggunakan gambar/lukisan Menggunakan
bahasa non verbal
 NIC : Perbaikan Komunikasi
 Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan pasien
Berbicara kepada pasien dengan lambat dan dengan suara
yang jelas. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
 Mendengarkan pasien dengan baik
 Memberikan reinforcement/pujian positif pada keluarga
 Anjurkan pasien mengulangi pembicaraannya jika belum
jelas

Anda mungkin juga menyukai