Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Ns. Risna Yuningsih, M.Kep., Sp.Kep. An


• Mahasiswa mampu
menjalankan fungsi
advokasi bagi
anak/keluarga untuk
mempertahankan hak
klien agar dapat
mengambil keputusan
untuk dirinya
• Disabilitas mencakup kondisi
yang luas dan kompleks sehingga
tidak mudah untuk menentukan
jumlah atau prevalensinya
(Kemenkes RI, 2014).

Disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus


masih menjadi masalah  dari 4,6 juta anak
yang tidak sekolah, satu juta di antaranya
adalah ABK

Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (2016)


DISABILITAS/ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
• Anak yang mempunyai hambatan
fisik dan / atau mental sehingga
mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak yang tidak
sesuai dengan kondisi normalnya
(Infodatin, 2014).
• Terrmasuk didalamnya
ketidakmampuan perkembangan,
kondisi kesehatan, dan fokus kepada
fisik dan perilaku (Collins, Fischer, &
Lalich, 2014).
• Dapat mengalami hambatan dan
kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan anak lainnya
berdasarkan kesamaan hak
KLASIFIKASI
ABK dapat dibagi dalam 2
kelompok besar antara lain:
Klasifikasi:
1. Masalah kesehatan yang Disabilitas tubuh ringan
Disabilitas tubuh sedang
dibawa sejak lahir Disabilitas tubuh berat

2. Masalah kesehatan yang Penggolongan disabilitas:


Disabilitas fisik
didapat akibat kondisi tertentu Disabilitas mental
Disabilitas fisik dan mental
(Kemenkes RI, 2010)
(Infodatin, 2014)
• Mempunyai ketergantungan akan pemenuhan kebutuhan
ABK...? • Berhak mendapat beberapa pelayanan kesehatan seperti
pelayanan kesehatan sesuai tumbuh kembang (imunisasi,
gizi seimbang, dan pemantauan tumbuh kembang);
pelayanan dokter spesialis atau psikolog sesuai dengan
derajat disabilitas; informasi kesehatan (kesehatan
reproduksi dan kesehatan diri)
• Berhak mendapat jaminan pemeliharaan kesehatan
(Infodatin, 2014).
• Contoh pelayanan Kesehatan dan Pendidikan untuk anak
kebutuhan khusus adalah Klinik terapi, SLB, Sekolah Inklusi,
dll.
INSIDEN...

• Sekitar 15 persen dari jumlah penduduk di dunia


adalah penyandang disabilitas
• 82 persen dari penyandang disabilitas berada di
negara-negara berkembang dan hidup di bawah
garis kemiskinan
• Lebih dari 90 persen anak-anak dengan disabilitas
di negara-negara berkembang tidak bersekolah
(UNESCO)
• Diperkirakan 10 persen dari penduduk Indonesia
(24 juta) adalah penyandang disabilitas
RETARDASI MENTAL

• Mental retardation (MR) is a condition in which a person has the


mental capacity is insufficient. Mental retardation is a subnormal
intellectual function abnormalities occur during development and
is associated with one or more disorders of maturation, learning
and social adjustment.

Mental retardation is defined as weakness / inability cognitive


appeared in childhood (before the age of 18 years) is
characterized by the function under normal intelligence (IQ 70-75
or less), and accompanied by at least two other limitations in the
following areas: speech and language; self-care skills, ADL; social
skills; using community facilities, health and safety; functional
academic, work and relax, etc..
RETARDASI MENTAL
PENGERTIAN

• Kecacatan yang ditandai dengan keterbatasan yang signifikan, baik dalam fungsi
intelektual dan perilaku adaptif,
• Gangguan keterampilan adaptif konseptual, sosial, dan praktis
• Terjadi kecacatan yang berasal sebelum usia 18 tahun
• DSM-IV TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Edition,
Text Revision) mengklasifikasikan kecacatan intelektual sebagai keterbelakangan
mental (MR).
• Memiliki kecerdasan < (IQ) 70 yang diukur pada tes IQ dengan kesalahan
pengukuran 5 poin
• Menunjukkan kesulitan dengan fungsi adaptif mereka dalam dua bidang
komunikasi berikut, perawatan diri, kehidupan di rumah, keterampilan sosial /
interpersonal, penggunaan sumber daya komunitas, pengarahan diri sendiri,
keterampilan akademisi fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan atau
keselamatan
RETARDASI MENTAL
PREVALENSI

Di negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5%


di negara berkembang berkisar 4,6%.

Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus


baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian
anak retardasi mental berkisar 24 per 1000 kelahiran hidup.

Di Indonesia prevalensi retardasi mental dari dari populasi


umum sekitar 1-4%
Faktor Genetik ETIOLOGI
• Chromosomal abnormalities: Down’s syndromes, Fragile X syndrome, Trisomy X
syndrome, Turner’s syndrome, Cat-cry syndrome, Prader-willi syndrome
• Metabolic disorders: Phenylketonuria, Wilson’s disease, Galactosemia
• Gross disease of brain: Tuberous scleroses, Neurofibromatosis, Epilepsy
• Cranial malformation: Hydrocephaly

Prenatal Factors
• Infection: Cytomegalovirus, Syphilis, Toxoplasmosis, herpes simplex
• Physical damage & disorders: Injury, Hypoxia, Radiation and Hypertension
• Endocrine disorders: Hypothyroidism, Hypoparathyrodism, Diabetes mellitus
• Intoxication: Rubella, Anemia, Emphysema
• Placental dysfunction: Toxemia of pregnancy, Placenta previa, Cord prolapse,
Nutrition growth retardation
Perinatal Factors: Birth asphyxia, Prolonged or difficult birth,
Prematurity, Kernicterus, Instrumental delivery

Environmental & socio-cultural Factors: Cultural deprivation, Low


socio-economic status, Inadequate caretakers, Child abuse

Postnatal Factors: Infections Encephalitis , Measles, Meningitis,


Septicemia, Accidents, Lead poisoning
RETARDASI MENTAL
KLASIFIKASI
Moderate Retardation (IQ 35-50)
10% of mentally retarded
Mild Retardation (IQ 50-70), 85-90% • Sudah tampak sejak anak masih kecil
of all cases  keterlambatan dalam
• Mulai tampak gejalanya pada usia
perkembangan, misalnya
sekolah dasar  sering tidak naik
kelas, selalu memerlukan bantuan perkembangan wicara atau
untuk mengerjakan pekerjaan rumah perkembangan fisik lainnya.
atau kebutuhan pribadi. • Hanya mampu dilatih untuk merawat
• Dapat menempuh pendidikan Sekolah dirinya sendiri
Dasar kelas VI hingga tamat SMA. • Umumnya tidak mampu menyelesaikan
• Tampak lamban dan membutuhkan pendidikan dasarnya
bantuan tentang masalah • Membutuhkan pelayanan pendidikan
kehidupannya yang khusus dan dukungan pelayanan.
RETARDASI MENTAL
KLASIFIKASI
Profound Retardation (IQ below 20), 1-2%
of all mentally retarded.
• Sudah tampak sejak lahir  gangguan
Severe Retardation (IQ 20-35), 8% dari kognitif, motorik, dan komunikasi yang
seluruh RM pervasif.
• Tampak sejak lahir  perkembangan • Gangguan fungsi motorik dan sensorik
motorik yang buruk dan kemampuan sejak awal masa kanak-kanak
bicara yang sangat minim. • Memerlukan latihan yang ekstensif untuk
• Hanya mampu untuk dilatih belajar bicara melakukan self care yang sangat mendasar
dan keterampilan untuk pemeliharaan seperti makan, BAB, BAK
tubuh dasar • Memerlukan supervisi total dan perawatan
• Memiliki lebih dari 1 gangguan organik sepanjang hidupnya
yang menyebabkan keterlambatannya • Pasien benar-benar tidak mampu mengurus
• Memerlukan supervisi yang ketat dan dirinya sendiri.
pelayanan khusus
RETARDASI MENTAL
MANIFESTASI KLINIS

• Cognitive impairment (pattern, thought process)


• The slow reception skills and language expression
• Failed to get past the main stages of development
• Head circumference is above or below normal (sometimes larger or
smaller than normal size)
• Possibility of slow growth
• Possibility of abnormal muscle tone (more frequent weak muscle
tone)
• Possibility of dysmorphic features
• Delays in fine and gross motor development.
RETARDASI MENTAL
PENGKAJIAN

Riwayat Kehamilan, persalinan dan post partum


Riwayat tumbuh kembang anak
Mengenali sindrom yang terjadi
Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan
indikator RM
Gangguan neurologis yang progresif

16
RETARDASI MENTAL
PENGKAJIAN
Pemeriksaan fisik :
• Kepala: Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala
tdk simetris)
• Rambut: Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus,
mudah putus dan cepat berubah
• Mata: mikroftalmia, juling, nistagmus
• Hidung: jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran
kecil, cuping melengkung ke atas
• Mulut: bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-
langit lebar/melengkung tinggi
• Geligi: odontogenesis yang tdk normal
• Telinga: keduanya letak rendah
17
RETARDASI MENTAL
PENGKAJIAN

 Muka: panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia


 Leher: pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
 Tangan: jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing,
ibujari gemuk dan lebar,
 Dada & Abdomen: tdp beberapa putting, buncit
 Genitalia: mikropenis, testis tidak turun
 Kaki: jari kaki saling tumpang tindih, panjang &
tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar,
gemuk
18
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kromosom
Pemeriksaan urin, serum
atau titer virus
Test diagnostik spt : EEG,
CT Scan untuk identifikasi
abnormalitas perkembangan
jaringan otak, injury jaringan
otak atau trauma yang
mengakibatkan perubahan.

19
AUTISME

Just watch it... https://www.youtube.com/watch?v=f34R0Aa7Nv8

And watch https://youtu.be/fb76x6hi5xo


this...
Autis merupakan gangguan perkembangan pervasif
yang ditandai dengan kondisi abnormalitas perkembangan
yang muncul sebelum usia 3 tahun dalam 3 bidang yakni,
interaksi social, komunikasi, dan perilaku yg
terbatas dan berulang

Gangguan yang terjadi pada anak autis dapat


Anak tidak
mempengaruhi bagaimana anak belajar, berkomunikasi,
keberadaan anak dalam ligkungan serta hubungan dengan
dapat tumbuh
orang lain (Elder& D'Alessandro, 2009; Ung, Selles, Small, & dan
Storch, 2015). berkembang
secara
Autis diklasifikasikan dalam Diagnostic and Statistical optimal
Manual of Mental Disorders IV (DSM –IV yang diterbitkan
oleh American Psychiatric Association
PREVALENSI

WHO sekitar 7-10 % ABK dari populasi anak, termasuk di Indonesia

(Kemenkes RI, 2010 )


35 juta orang penyandang autisme di seluruh dunia (UNESCO, 2011)

Asia: prevalensi autisme 1,68 per 1000 untuk anak di bawah 15 tahun
 Indonesia: > 112 ribu anak penyandang autisme pada rentang usia

5-19 tahun (Dirjen Bina Upaya Kesehatan KemenKes RI, 2013)


ETIOLOGI...

• Factor prenatal, perinatal, dan pasca natal


• Teori Imunologi
• Antibodi ibu terhadp antigen tertentu • Gangguan pada proses
• Infeksi karena anak lahir dengan rubella, Pembentukan akson,
ensefalitis herpes simpleks, infeksi sitomegalovirus dendrit, dan sinaps
• Genetic: Kelainan genetic pada hampir semua • Peningkatan neurokimia
mitokondria dan kromosom kec. Kromoson 14 & otak secara abnormal
20  Kromosom terkait autisme : 7q, 2q, 15q11-
13
• Neuro anatomi : Kerusakan pada system limbic
(pusat emosi)
• Neurokimiawi/ neuro transmitter Penyebab terbanyak salah satunya
• Serotonin, Dopamin, opiate endogen faktor genetik (James et all, 2013)
PATOFISIOLOGI...
Gangguan pada otak
kecil Reaksi atensi lebih lambat,
Berkurangnya sel kesulitan memproses
Purkinye (sel saraf persepsi atau
• Hiperaktif
tempat keluar hasil membedakan target,
• acuh tak acuh thp
pemrosesan indera overselektivitas, dan
orang lain
Abnormalitas dan impuls saraf) di kegagalan mengeksplorasi
• Perubahan perasaan
pertumbuhan otak kecil lingkungan
tiba-tiba
otak dan sel • IQ beragam
saraf • >> Retradasi mental 
ukuran sel neuron
Beberapa anak
berkurang di hipokampus
Pembesaran otak secara Kognitifnya luar biasa
(bagian otak besar yang
abnormal juga terjadi • Keterlambatan dalam
berperan dalam fungsi
pada otak besar berbahasa
luhur dan proses memori)
• Respon yg
dan amigdala (bagian otak
hipo/hipersensitif
besar yang berperan
dalam proses memori).
Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

• Tujuan:
– menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme
dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak
• Jenis pemeriksaan:
– Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) usia 36-72 bulan
– Ceklis autis anak prasekolah (Checklist for Autism in Toddler/CHAT)
untuk usia 18 – 36 bulan
– Formulir deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale
bagi anak usia 36 bulan ke atas.
Deteksi Dini Masalah Mental Emosional
• Tujuan: mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental
emosional anak pra sekolah
• Jadwal: rutin tiap 6 bulan pada usia 36-72 bulan
• Alat: KMME, yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem
mental emosional anak umur 36-72 bulan
• Cara:
– Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas, dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada KMME kepada ortu/pengasuh
anak
– Catat jawaban YA, kemudian hitung jawaban YA
Deteksi Dini Masalah Mental Emosional
• Intepretasi:
– Bila ada jawaban YA, kemungkinan anak mengalami masalah mental
emosional
• Intervensi:
– Bila jawaban YA hanya 1 (satu):
• Lakukan konseling kepada ortu menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh yang
mendukung perkembangan anak
• Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke RS dengan
fasilitas Tumbang Anak
– Bila jawaban YA ada 2 atau lebih:
• Rujuk ke RS dengan fasilitas Tumbang Anak, rujukan disertai informasi tentang
jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan
DETEKSI DINI AUTISM

1. Checklist for Autism inToddler (CHAT)/ Modified Checklist for


Autism inToddler (M-CHAT)
2. Autism Diagnostic Interview
3. Detection of autism in Two Year-Olds
4. Autism Diagnostic Observation Schedule Generic (ADOS-G)
5. Childhood Autism Rating Scale (CARS)
(Ball, 2010)
M-CHAT

• Alat berupa kuesioner Modified


Checklist For Autism In Toddlers (M-
CHAT)
• Digunakan pada anak usia 18-24 bulan
• Berisi tentang perilaku yang selalu
dilakukan anak sehari-hari.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ABK

Diagnosa keperawatan:
1. Gangguan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan
dengan kondisi psikologi
2. Perubahan interaksi sosial
3. Gangguan perkembangan
4. Gangguan Proses Keluarga berhubungan dengan memiliki anak
dengan kebutuhan khusus
5. Gangguan persepsi dan sensori
6. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitif
Perencanaan dan intervensi keperawatan

Fokus pada upaya menstabilkan stimulasi lingkungan


Memberikan perawatan suportif
Meningkatkan komunikasi
Mempertahankan lingkungan yang aman
Memberikan bimbingan antisipasi (anticipatory guidance)
pada orang tua
EVALUASI

• Tercapainya management perilaku pada anak


• Memaksimalkan self-care
• Terjaganya keamanan lingkungan
• Progress perkembangan yang konsisten
• Suksesnya strategi komunikasi
Peran Perawat

• Perawatan dasar: indentifikasi, screening, dan deteksi dini, rujukan


untuk anak yang beresiko autis pada usia dini (Pinto-Martin,
Sauders, Giarelli dan Levy, 2005 dalam Margareta, 2012)
• Perawat yang telah mengikuti pelatihan khusus dapat juga
berperan sebagai konsultan bagi keluarga (Hockenberry , 2009) 
Menjalankan fungsi advokasi bagi anak, orangtua dan keluarga
PERAN ORANGTUA DALAM
MENANGANI ABK

• Mengetahui masa perkembangan anak secara fisik dan mental


(developmental milestones)
• Mengetahui lembaga-lembaga yang menangani anak-anak autis
dan lembaga konsultasi khusus untuk anak
• Mengetahui berbagai bentuk penyimpangan dalam perkembangan
• Mempersiapkan segala sesuatu kemungkinan dan deteksi secara
dini kelainan atau gangguan pada anak
• Mengetahui apa yang menjadi kebutuhan anak
EDUKASI YG BISA DIBERIKAN KEPADA
KELUARGA

• Jelaskan pada keluarga bahwa Autisme dan retardasi mental


merupakan gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable),
namun bisa diterapi (treatable).
• Kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki, tetapi gejala yang
ada dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak dapat
berinteraksi dengan anak lain secara normal.
• Penanganan pada autisme harus dilakukan dengan intensif dan terpadu.
Seluruh keluarga harus terlibat untuk memacu komunikasi dengan anak.
• Penanganan ABK memerlukan kerjasama tim yang terpadu yang berasal
dari berbagai disiplin ilmu antara lain perawat, psikiater, psikolog,
neurolog, dokter anak

Anda mungkin juga menyukai