Anda di halaman 1dari 17

A.

PENGERTIAN
Proses sensori dibagi menjadi dua komponen yakni resepsi dan persepsi.
Sensori resepsi adalah proses menerima stimulus atau data, baik eksternal atau
internal dari tubuh. Stimulus eksternal yaitu visual, auditori, olfactori, tactile, dan
gustatori. Stimulus gustatori juga termasuk kedalam stimulus internal. Tipe lain dari
stimulus internal adalah kinesthetic dan visceral. Kinesthatic merujuk kepada
kesadaran terhadap posisi dan pergerakan bagian tubuh. Stereognosis adalah
kesadaran terhadap ukuran objek, bentuk, dan tekstur. Visceral merujuk kepada
organ-organ besar dalam tubuh (Muttaqin, 2008).
Persepsi adalah kemampuan untuk merasakan, mengenal, mengorganisasikan,
dan menginterpretasikan stimuli sensori. Persepsi sering berhubungan dengan kognitif
yaitu kemampuan intelektual untuk berpikir. Proses organisasi dan interpretasi
seseorang tergantung pada tingkat fungsi intelektualnya. Kognitif termasuk elemen
memoti, penilaian, dan orientas (Muttaqin, 2008).
Persepsi sensori adalah proses sadar terhadap seleksi, organisasi, dan
mengartikan data dari indera ke informasi yang berarti atau kemampuan untuk
menerima kesan sensori, melalui asosiasi kortikal, menghubungkan stimuli ke
pengalaman masa lalu dan membentuk kesan dasar dari stimuli. Macam-macam
indera antara lain : olfaktori (penciuman), visual (penglihatan), taktil (perabaan),
auditori (pendengaran), gustatori (pengecapan), kinesttetik (merasakan posisi tubuh),
dan viseral (merasakan organ-organ dalam tubu) (Muttaqin, 2008).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem persarafan dan sistem hormonal merupakan bagian-bagian tubuh yang saling
berkomunikasi dan saling berhubungan. Sistem ini mempunyai kemampuan untuk
mengoordinasi, menafsirkan, dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Secara ringkas sistem persarafan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Sistem Saraf Pusat (SSP)
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis.
2. Sistem Saraf Tepi (SST)
Sistem saraf tepi terdiri atas neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis (SSS)
serta neuron sistem saraf otonom/viseral (SSO).

- JARINGAN SARAF
a. Neuron
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional
sistem persarafan. Neuron terdiri dari bagian dendrit sebagai penerima
rangsangan dari saraf-saraf lain; Badan sel yang mengandung inti sel; akson
yang menjadi perpanjangan atau serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan
di dendrit, dan badan sel; terminal akson yang menjadi pengirim sinyal listrik
untuk disampaikan ke dendrit atau badan sel neuron kedua dan apabila
disusunan saraf perifer, sinyal disampaikan ke sel otot atau kelenjar.
Neuron yang membawa informasi dari susunan saraf perifer ke sentral disebut
neuron sensorik atau aferen. Neuron yang membawa informasi keluar dari
susunan saraf pusat ke berbagai organ sasaran (sel otat/kelenjar) disebut

1
neuron motorik atau eferen. Kelompok neuron ketiga, yang membuat sebagian
besar neuron susunan saraf pusat, menyampaikan pesan-pesan antara neuron
aferen dan eferen. Neuron-neuron ini disebut interneuron. Hampir 90% dari
semua neuron di tubuh adalah interneuron dan semua interneuron terletak di
sistem saraf pusat.
b. Transmisi Sinaps
Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini
yang dikenal dengan impuls saraf. Secara anatomis, neuron-neuron tidak
bersambungan satu dengan yang lain, tempat neuron mengadakan kontak
dengan neuron lain atau dengan organ-organ efektor disebut sinaps. Setiap
sinaps harus melibatkan dua neuron, dan impuls saraf tersebut berjalan dari
neuron prasinaps menuju neuron postsinaps. Setiap sinaps akan melibatkan
sel-sel postsinaps.
c. Neutotransmitter
Neurotransmitter merupakan zat kimia yang disintetis dalam neuron dan
disimpan dalam gelombang sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini
dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis dan juga direabsorbsi untuk
daur ulang. Neurotransmitter merupakan cara komunikasi antarneuron. Setiap
neuron melepaskan satu transmitter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan
permeabilitas sel neuron, sehingga dengan bantuan zat-zat kimia ini maka
neuron dapat lebih mudah dalam menyalurkan impuls, bergantung pada jenis
neuron dan transmitter tersebut.
- OTAK
Otak dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu serebrum, batang otak, dan
serebelum. Batang otak dilindungi oleh tulang tengkorak dari cidera. Empat tulang
yang berhubungan membentuk tulang tengkorak, yaitu tulang frontal, parietal
temporal, dan oksipital. Dasar tengkorak terdiri atas tiga bagian, fosa (fossa) yaitu
bagian fosa anterior (berisi lobus frontal serebral bagian hamisfer), bagian fosa
tengah (berisi lobus parietal, temporal, dan oksipital), dan bagian fosa posterior
(berisi batang otak dan medula).
- Meningen
Bagian bawah tengkorak dan medula spinalis ditutupi oleh tigas membran atau
meningen. Kompoisis meningen berupa jaringan serabut penghubung yang
melindungi, mendukung, dan memelihara otak. Meningen terdiri dari durameter,
arakhnoid, dan piameter.
 Duramater
Duramater adalah lapisan paling luar yang menutupi otak dan medula
spinlasi. Duramater merupakan serabut berwarna abu-abu yang bersifat
liar, tebal, dan tidak elastis.
 Arakhnoid
Arakhnoid merupakan membran bagian tengah yang tipis dan lembut
yang menyerupai sarang laba-laba. Membran ini berwarna putih karena
tidak dialiri alirah darah. Pada dinding arakhnoid terdapat pleksus
khoroid yang memproduksi cairan serebrospinal.
2
 Piamater
Piamater adalah membran yang paling dalam berupa dinding tipis dan
transparan yang menutupi otak dan meluas ke setiap bagian otak.
- Serebrum
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri atas dua hemisfer
serebri dan dihubungkan oleh masa substansia alba yang disebut korpus kolosum
dan empat lobus, yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital, dan lobus
temporal. Hemisfer dipisahkan oleh suatu celah dalam yaitu fisura longitudinalis
serebri, dimana ke dalamnya terjulur falx cerebri. Lapisan permukaan hemisfer
disebut korteks, disusun oleh substansia grisea. Substansia grisea terbentuk dari
badan-badan sel saraf memenuhi korteks serebri, nukleus, dan basal ganglia.
Sebagian besar hemisfer serebri berisi jaringan sistem saraf pusat. Area inilah
yang mengontrol fungsi motorik tertinggi, yaitu fungsi individu dan intelegensia.
 Lobus frontal
Lobus frontal merupakan lobus terbesar yang terletak pada fosa
anterior. Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,
kepribadian, dan menahan diri.
 Lobus parietal
Lobus parietal/lobus sensorik, area ini menginterpretasikan sensasi.
Sensasi rasa yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus parietal
mengatur individu untuk mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
 Lobus temporal
Lobus temporal berfungsi untuk menginterpretasikan sensasi
pengecap, penciuman, dan pendengaran. Memori jangka pendek sangat
berhubungan dengan daerah ini.
 Lobus oksipital
Lobus oksipital terletak pada lobus posterior hemisfer serebri. Bagian
ini bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan.
- Korpus kalosum
Korpus kalosum adalah kumpulan serat saraf tepi. Korpus kalosum
menghubungkan kedua hemisfer otak dan bertanggung jawab dalam transmisi
informasi dari salah satu sisi otak ke bagian lain. Informasi ini meliputi sensorik
memori dan belajar menggunakan alat gerak kiri.
- Korteks serebral
 Bagian posterior pada masing-masing hemisfer berperan pada semua
aspek persepsi penglihatan. Bagian lateral atau lobus temporal
berperan sebagai pusat pendengaran. Daerah pusat bagian tengah atau
zona parietal, posterior, sampai fisura Rollando berkaitan dengan
gerakan otot yang disadari.
 Daerah bawah dahi yaitu lobus frontal terdapat sekumpulan jaras saraf
yang berperan memutuskan sikap emosi dan responnya serta berperan
dalam mengolah pikiran. Kerusakan daerah lobus frontal akibat trauma

3
atau penyakit akan mempengaruhi kepribadian, perilaku, rasa humor,
sopan santun, pengendalian diri, dan motivasi seseorang.
- Batang otak
Batang otak terletak pada fosa anterior. Batang otak terdiri atas mesenfalon,
pons, dan medulla oblongata. Mesenfalon adalah bagian sempit otak yang
melewati incisura tertori yang menghubungkan pons dan sebellum dengan
hemisfer serebrum. Bagian ini terdiri atas jalur sensorik dan motorik serta sebagai
pusat pendengaran dan penglihatan. Pons terletak didepan serebellum, diantara
mesenfalon dan medula oblongata dan merupakan jembatan antara dua bagian
sereblum, serta antara medula dan serebrum. Pons berisi jaras sensorik dan
motorik.
Medula onlongata meneruskan serabut-serabut motorik dari medula spinalis ke
otak. Pons berisi pusat penting dalam mengontrol jantung, pernapasan, dan
tekanan darah serta sebagai inti saraf otak. Serebelium terletak di posterior pons
dan medula oblongata. Serebelium mempunyai beberapa aktivitas, yaitu
merangsang, menghambat, dan bertanggung jawab terhadap koordinasi dan
gerakan halus. Serebelium juga berperan dalam mengontrol gerakan,
keseimbangan, posisi, dan menginterpretasikan impuls sensorik.
- SARAF KRANIAL
Saraf kranial merupakan bagian dari sistem saraf sadar yang memiliki jumlah 12
pasang saraf. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I,II,
VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis
gabungan (saraf V, VII, IX, X). Saraf kranial merupakan bagian dari sistem saraf
tepi namun berlokasi di dekat sistem saraf pusat yaitu kranium/tengkorak.
Saraf Kranial Komponen Fungsi
I Olfaktori Sensorik Penciuman
II Optikus Sensorik Penglihatan
III Okulomotorius Motorik Mengangkat kelopak mata atas
Konstriksi pupil
Sebagian besar gerakan ekstraokular
IV Troklearis Motorik Gerakan mata ke bawah dan ke
dalam
V Trigominus Motorik Otot temporalis dan masober
(menutup rahang dan mengunyah)
gerakan rahang ke lateral
Sensorik Kulit wajah; dua pertiga depan kulit
kepala; mukosa mata; mukosa
hidung dan rongga mulut; lidah dan
gigi
Refleks kornea atau refleks
mengedip
VI Abdusens Motorik Devisi mata ke lateral
VII Fasialis Motorik Otot-otot ekspresi wajah termasuk

4
dahi, sekeliling mata serta mulut
Lakrimasi dan salivasi
Sensorik Pengecapan dua pertiga depan lidah
(rasa manis, asam, dan asin)
VIII Cabang vestibularis Sensorik Keseimbangan
vestibulokoklearis
IX Glosofaringus Motorik Faring;menelan, refleks muntah
Parotis: saliva
Sensorik Faring, lidah posterior, termasuk
rasa pahit
X Vagus Motorik Faring; menelan, refleks muntah,
fonasi; visera abdomen
Sensorik Faring, laring, refleks muntah,
visera leher, thoraks, dan abdomen
XI Asesoris Motorik Pergerakan kepala dan bahu
XII hipoglesus Motorik Pergerakan lidah

(sumber : Simon dan Schuster, Fundamental of Anatomy and Physiology, 4th ed,
New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1998)
C. NILAI-NILAI NORMAL
1. GCS (Glasgow Coma Scale)

5
Total nilai normal 15. Nilai terendah 3. Nilai 7 atau dibawah 7 dikatakan koma
dan pasien tersebut memerlukan perawatan.
2. Refleks
Reflek biseps, triseps, brakiordialis, patela, achiles, superfisial, isap normalnya
mendapat derajat + atau ++ yang aktif atau meningkat.
3. Kekuatan otot
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah normalnya mendapat nilai maksimal 5
(kekuatan otot maksimal).
4. Pengkajian sensorik
Hasil pengkajian sensorik normalnya didapatkan hasil negatif.
5. Pemeriksaan 12 saraf kranial
Saraf Teknik pemeriksaan Normal
I Mata klien ditutup dan Mampu membedakan zat
pada saat yang sama satu aromatis lemah
lubang hidung ditutup,
klien diminta
membedakan zat aromatis
lemah
II Penialaian ketajaman Visus normal
penglihatan (tes Snellen)
Lapangan penglihatan (tes Lapangan penglihatan
konfrontasi jari tangan) normal.
Mampu melihat jari-jari
yang bergerak pada jarak
yang sama dengan
pemeriksa.
Pemeriksaan fundus Keadaan lensa, iris, retina,
Pemeriksaan dengan pupil tidak ada kelainan.
optalmoskop Papiledema tidak ada
III, IV, VI Observasi kelopak mata Kelopak mata normal
Observasi bentuk dan Bentuk pupil bundar dan
ukuran pupil batasnya rata dan licin.
Diameter pupil antara 2-
6mm
Perbandingan pupil kanan Pupil sama besar,
dan kiri perbedaan kurang dari 1
mm.
Pemeriksaan reflek pupil
1. Reflek cahaya Cahaya meninggalkan
langsung pupil, pelebaran pupil
akan terlihat
2. Reflek konsensual Miosis pupil pada kedua
sisi

6
3. Reflek pupil Pupil semakin menyempit
akomodatif atau pada pendekatan objek
konvergensi yang dilihatnya
Pemeriksaan gerakan bola Gerakan normal
mata volunter
Pemeriksaan gerakan bola Mata dapat meilikir ke
mata involunter satu atau lain arah.
V Pemeriksaan fungsi Koordinasi otot-otot yang
motorik saraf trigeminus melakukan gerakan
mengunyah normal
Pemeriksaan fungsi Kemampuan
sensorik saraf trigeminus menunjukkan batas-batas
daerah defisit sensorik
menurut perasaannya
sendiri.
Pemeriksaan reflek Reflek masester,
trigeminal konstraksi otot penutupan
mulut.
Reflek kornea, kedipan
mata reflektorik secara
bilateral.
VII Inspeksi wajah Wajah simetris
VIII Pemeriksaan pendengaran Pendengaran normal
Pemeriksaan fungsi Sikap berdiri dan sikap
vestibular badan sewaktu bergerak
seimbang
IX & X Mekanisme menelan Proses menelan normal.
pengecapan Pengecapan ½ bagian
belakang lidah normal
XI Inspeksi fungsi otot Otot normal
sternokleidomastoideus
dan otot trapozius
XII Pemeriksaan lidah Lidah simetris

D. JENIS KELAINAN / GANGGUAN


1. GCS (Glasgow Coma Scale)
Nilai terendah 3. Nilai 7 atau dibawah 7 dikatakan koma dan pasien tersebut
memerlukan perawatan.
2. Refleks
Reflek biseps, triseps, brakiordialis, patela, achiles, superfisial, isap mendapat
derajat 0 (nol) yang berarti tidak ada.
3. Kekuatan otot

7
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah mendapat nilai 0 (nol) tidak mampu
atau tidak ada kontraksi.
4. Pengkajian sensorik
Hasil pengkajian sensorik normalnya didapatkan hasil positif.
5. Pemeriksaan 12 saraf kranial

Saraf Teknik pemeriksaan Abnormal


I Mata klien ditutup dan Kehilangan kemampuan
pada saat yang sama satu untuk membedakan bau.
lubang hidung ditutup,
klien diminta
membedakan zat aromatis
lemah
II Penialaian ketajaman Visus menurun
penglihatan (tes Snellen)
Lapangan penglihatan (tes Lapangan penglihatan
konfrontasi jari tangan) menurun.
Tidak Mampu melihat
jari-jari yang bergerak
pada jarak yang sama
dengan pemeriksa.
Pemeriksaan fundus Ditemukan adanya :
Pemeriksaan dengan miopia, hipomotropia,
optalmoskop emetropia, dan
papiledema
III, IV, VI Observasi kelopak mata Adanya retraksi kelopak
mata bilateral dan
unilateral
Observasi bentuk dan Midriasis dan miosis
ukuran pupil unilateral
Perbandingan pupil kanan Anisokor, perbedaan lebih
dan kiri dari 1 mm.
Pemeriksaan reflek pupil
1. Reflek cahaya Cahaya meninggalkan
langsung pupil, pelebaran pupil
tidak ada
2. Reflek konsensual Miosis pupil unilateral
3. Reflek pupil Pupil tidak menyempit
akomodatif atau pada pendekatan objek
konvergensi yang dilihatnya
(gangguan refleks
konvergensi)
Pemeriksaan gerakan bola Diplopia.

8
mata volunter
Pemeriksaan gerakan bola Adanya gerakan abnormal
mata involunter nistagmus dan gerakan
okulogirik.
V Pemeriksaan fungsi Penyimpangan rashang
motorik saraf trigeminus bawah ke sisi ipsilateral,
kelumpuhan seisi otot-
otot pterigoideus internus
dan eksternus.
Pemeriksaan fungsi Ketidak mampuan
sensorik saraf trigeminus menunjukkan batas area
defisit sensorik.
Pemeriksaan reflek Reflek masester hilang
trigeminal atau meningkat.
Reflek kornea tidak ada
kedipan kelopak mata.
VII Inspeksi wajah Wajah asimetris
VIII Pemeriksaan pendengaran Tuli saraf.
Tuli konduktif.
Pemeriksaan fungsi Gangguan keseimbangan.
vestibular
IX & X Mekanisme menelan Gangguan menelan berat,
pengecapan gangguan pengecapan,
dan kemampuan
mobilisasi sekret.
XI Inspeksi fungsi otot Tortikolis.
sternokleidomastoideus Atrofi otot sternokleido
dan otot trapozius mastoideus dan trapezius
bilateral dan unilateral.
XII Pemeriksaan lidah Lidah asimetris

E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS

1. MENINGITIS
Meningitis adalah infeksi yang menyebabkan peradangan pada
selaput/membran yang menyelubungi otak dan syaraf- syaraf di tulang belakang.
Penyebab dari meningitis adalah :virus,bakteri,jamur,iritasi kimia dan alergi obat atau
tumor.
1. meningitis virus : disebabkan ole virus herpes dan virus penyebab flu perut
2.meningitis jamur : disebabkan kriptokokus yaitu kuman yang berada pada tanah dan
kotoran burung yang sudah kering.
2. ENSEFALITIS
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme. Pada
encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak

9
dan medula spinalis. Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab
adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus, E. coli, M. tuberculosis dan T.
pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer,
2000). Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak
dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus.
Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi
sistemik atau vaksinasi terdahulu.
3. ABSES OTAK
Abses otak adalah penumpukan nanah di otak. Biasanya tumpukan nanah ini
mempunyai selubung yang disebut kapsel. Tumpukan bisa tunggal atau terletak beberapa
tempat di otak. Abses otak timbul karena ada infeksi pada otak. Infeksi ini bisa berasal dari
bagian tubuh lain, menyebar lewat jaringan secara langsung atau melalui pembuluh darah.
Infeksi juga dapat timbul karena ada benturan hebat pada kepala, misalnya pada kecelakaan
lalu lintas. Penyebab: bakteri (streptokokus, bacteroides, propionibacterium, dan proteus,
jamur)
4. ATAKSIA
Ataksia sering muncul ketika bagian dari sistem saraf yang mengendalikan gerakan
mengalami kerusakan. Penderita ataksia mengalami kegagalan kontrol otot pada tangan dan
kaki mereka, sehingga menghasilkan kurangnya keseimbangan dan koordinasi atau gangguan
gait (Glucosamine/chondroitin Arthritis Intervention Trial).
5. PARKINSON
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf, yang ditandai
dengan adanya tremor pada saat beristirahat, kesulitan untuk memulai pergerakan dan
kekakuan otot. Parkinson menyerang sekitar 1 diantara 250 orang yang berusia diatas 40
tahun dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia diatas 65 tahun.
6. DISTONIA
Distonia adalah sebuah gangguan gerak yang disebabkan gerakan kontraksi tak
disengaja oleh otot. Kontraksi tersebut menghasilkan gerakan berulang-ulang. Distonia dapat
menyebabkan nyeri pada satu, sekelompok, atau bahkan semua otot.
7. BLEFAROSPASME
Blefarospasme merupakan penutupan kelopak mata yang tidak disadari.
Gejala awalnya bisa berupa hilangnya pengendalian terhadap pengedipan mata.
Pada awalnya hanya menyerang satu mata, tetapi akhirnya kedua mata biasanya terkena.
8. TREMOR
Tremor adalah suatu gerakan gemetar yang berirama dan tidak terkendali, yang terjadi
karena otot berkontraksi dan berelaksasi secara berulang-ulang,terjadi karena adanya
gangguan pada persarafan yang menuju ke otot yang terkena.
Tremor dikelompokkan berdasarkan kecepatan dan irama gerakannya, dimana dan seberapa
sering terjadi serta beratnya:

 Tremor aksi, terjadi ketika otot dalam keadaan aktif.

10
 Tremor istirahat, terjadi ketika otot sedang beristirahat. Meskipun penderita sedang
beristirahat total, lengan atau tungkainya bisa terus gemetaran. Tremor ini bisa
merupakan pertanda dari penyakit Parkinson.
 Tremor yang disengaja
 Tremor esensial
 Tremor senilis adalah tremor esensial yang timbul pada usia lanjut.
 Tremor familial merupakan tremor esensial yang terjadi di dalam satu keluarga.
9. DEMENSIA
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian., timbul perlahan,
menyerang usia >60 tahun
10. ALZHEIMER
Alzheimer merupakan sejenis penyakit penurunan fungsi
saraf otak yang kompleks dan progresif yang di sebabkan karena berkurangnya gizi di otak.
Penyakit Alzheimer bukannya sejenis penyakit menular. Penyakit Alzheimer adalah keadaan
di mana daya ingatan seseorang merosot dengan parahnya sehingga pengidapnya tidak
mampu mengurus diri sendiri.

11. SKLEROSIS MULTIPLE

Sklerosis Multipel adalah suatu kelainan dimana saraf-saraf pada mata, otak dan
tulang belakang kehilangan selubung sarafnya (mielin).
Istilah sklerosis multipel berasal dari banyaknya daerah jaringan parut (sklerosis) yang
mewakili berbagai bercak demielinasi dalam sistem saraf.
Pertanda neurologis yang mungkin dan gejala dari sklerosis multipel sangat beragam
sehingga penyakit ini tidak terdiagnosis ketika gejala pertamanya muncul.

12. AYAN atau EPILEPSI


Ayan atau epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan
mendadak berulang-ulang tak beralasan. Kata ‘epilepsi’ berasal dari bahasa
Yunani (Epilepsia) yang berarti ‘serangan’. disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses
kelahiran, luka kepala, pita otak (strok), tumor otak, alkohol. Kadang-kadang, ayan mungkin
juga karena genetika, tapi ayan bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap
belum diketahui.
Epilepsi:
Jenis:

1. Kejang parsial simplek


2. Kejang Jacksonian
3. Kejang parsial (psikomotor) kompleks
4. Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal)
5. Epilepsi primer generalisata

11
6. Kejang petit mal
7. Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana kejang terjadi terus
menerus, tidak berhenti.
Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu bernafas sebagaimana mestinya dan muatan
listrik di dalam otaknya menyebar luas.
Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap dan
penderita bisa meninggal.
Pencetus : faktor sensoris, faktor sistemis, dan faktor mental

13. MIGRAINE
Migraine adalah nyeri berdenyut hebat dan berulang, yang biasanya mengenai
salah satu sisi kepala tetapi kadang mengenai kedua sisi kepala.
Nyeri timbul secara mendadak dan bisa didahului atau disertai dengan gejala-
gejala visual (penglihatan), neurologis atau saluran pencernaan.. Penyebab : genetik,
vasokonstriksi pemb,darah yang diikuti vasodilatasi tiba-tiba.
Cluster headache adalah Nyeri kepala tipe klaster adalah jenis nyeri kepala yg
berat, terjadi pd satu sisi, timbul dalam serangan2 mendadak, sering disertai dgn rasa
hidung tersumbat dan berair, keluar air mata, kepala seperti ditusuk2 di sisi nyeri,
terutama di sekitar mata sehingga mata juga tampak merah dan bengkak, muka
berkeringat. Dalam klinik dikenal dua tipe yaitu tipe episodik dan tipe kronik

Tension type headache (sakit kepala tipe tegang) adalah nyeri kepala tipe
tegang merupakan hasil dari proses kontraksi (ketegangan) otot kepala, wajah, rahang,
dan leher. Biasanya ditimbulkan antara lain oleh stres fisik maupun psikis, juga sikap
dan posisi badan serta kepala yg salah dan terus menerus dalam waktu lama. Nyeri
akan terasa di kedua sisi kepala terutama di bagian belakang sampai leher dan bahu
terasa tegang. Nyeri akan bertambah hebat saat beraktifitas fisik seperti berjalan atau
naik tangga. Keadaan ini bisa berlangsung singkat yaitu 30 menit atau bahkan lebih
lama, sekitar 7 hari, tanpa ada pemicu khusus.

Nyeri kepala post traumatik à bila terdapat riwayat trauma kepala yang jelas yang
disertai dengan salah satu gejala:
 Kehilangan kesadaran
 Amnesia paska trauma
 Minimal 2 hasil laboratorium : pemeriksaan neurologis klinis, foto rontgen polos kepala,
neuroimaging, potensial cetusan, cairan serebrospinal, tes fungsi vestibular, pemeriksaan
neuropsikologis
14. SLEEP DISORDERS (Kelainan Tidur)
1. Narkolepsi : serangan tidur dimana penderitanya amat sulit mempertahankan keadaan
sadar. Hampir sepanjang waktu ia mengantuk.
2. Sleep apnoe: gangguan tidur dengan kesulitan bernafas (apnea = “tanpa nafas”) berulang
kali ketika sedang tidur. Ada dua jenis sleep apnea: Central dan Obstructive. Terdapat
juga jenis campuran.

12
3. Insomnia : kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Biasanya disebabkan
oleh gangguan di dalam waktu dan mekanisme tidur, hal ini biasanya diperberat dengan
perilaku yang tidak sehat, seperti tidak teratur jam tidur, seringnya bergadang dan
16. NEURALGIA TRIGEMINAL
Neuralgia Trigeminal (Tic douloureux) adalah kelainan fungsi dari saraf
trigeminal (saraf kranial V), yang membawa sensasi dari wajah ke otak. Kelainan fungsi saraf
trigeminal menyebabkan serangan nyeri tajam yang hebat selama beberapa detik sampai
beberapa menit. Penyebab : tidak diketahui Neuralgia trigeminal terjadi pada dewasa, tetapi
lebih sering ditemukan pada usia lanjut.
17. BELL’S PALSY
Bell’s palsy adalah suatu kelainan pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan
atau kelumpuhan tiba-tiba pada otot di satu sisi wajah. Saraf wajah adalah saraf kranial yang
merangsang otot-otot wajah. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga terjadi
pembengkakan pada saraf wajah sebagai reaksi terhadap infeksi virus, penekanan atau
berkurangnya aliran darah.
18. GUILLAIN BARRE SYNDROME
Guillain Barre syndrome adalah merupakan penyakit autoimun, dimana sistem imun
tubuh menyerang bagian dari sistem saraf tepi yaitu mielin (demielinasi) dan akson
(degenerasi aksonal). GBS ditandai dengan polineuropati yang menyeluruh: paralisis
ekstremitas, badan atas dan wajah; menghilangnya refleks tendon; berkurangnya fungsi
sensoris (nyeri dan suhu) dari badan ke otak; disfungsi otonom dan depresi pernafasan.
Gejalanya biasanya perlahan, mulai dari bawah ke atas
19. MIASTHENIA GRAVIS
Miasthenia Gravis adalah kelemahan otot yang cukup berat dimana terjadi kelelahan
otot-otot secara cepat dengan lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu 10 hingga 20 kali
lebih lama dari normal). Etiologi : diduga autoimun.
20. PALSI SEREBRAL
Palsi Serebral adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat,
bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum
selesai pertumbuhannya.
21. HIDROSEFALUS

Hidrosefalus àkeadaan saat cairan otak (cairan jernih yang mengelilingi otak dan
susunan saraf dan sebagai bantalan) tidak dapat dialirkan keluar dari otak. Cairan tersebut
menumpuk di dalam otak.
22. STROKE
Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh
penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik maupun stroke hemorragik.
1. Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke
otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik
2. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi
13
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Foto Rontgen
- Computed Tomography
- PET
- MRI
- Angiografi Serebral
- Mielogram
- Elektroensefalografi
- Lumbal pungsi dan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS)
- Pemeriksaan laboratorium klinik
- Analisa gas darah
G. PENATALAKSANAAN KOLABORATIF
- Ahli gizi = kolaborasi dalam menentukan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
pasien.
- Fisioterapi = kolaborasi dalam mencegah kekakuan tubuh pasien yang lama
dirawat di rumah sakit.
- Dokter = kolaborasi dalam meresepkan obat yang akan diberikan pada pasien.
- Petugas laboratorium = kolaborasi dalam melakukan analisis cek kesehatan
pasien meliputi urine, darah, dll.
- Dkk.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
- PENGKAJIAN

a. Komponen pengkajian
 Identitas klien
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit saat ini, dahulu, dan keluarga.

14
 Pengkajian psiko-sosio-spiritual.
b. Anamnesis
c. Pemeriksaan fisik neurologis
 Tingkat kesadaran.
Pemeriksaan GCS.

 Fungsi serebri.

 Saraf kranial.
 Sistem motorik.
 Respon refleks.
 Sistem sensorik.
d. Pemeriksaan diagnostik
 Foto Rontgen
 Computed Tomography
 PET
 MRI
 Angiografi Serebral
 Mielogram
 Elektroensefalografi
 Lumbal pungsi dan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS)
 Pemeriksaan laboratorium klinik
 Analisa gas darah
- DIAGNOSA dan INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa keperawatan Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan - Kaji nyeri yang dirasakan pasien.
dengan sitostomi suprapubik. - Lakukan teknik relaksasi utk
mengurangi nyeri (relaksasi napas
dalam, relaksasi progresif, terapi

15
musik/murottal).
- Atur ruangan, suhu, pencahayaan
tempat istirahat pasien agar
nyaman.
- Ajarkan keluarga dan pasien untuk
dapat melakukan teknik relaksasi
dengan mandiri.
- Kolaborasi obat analgesik.
2. Gangguan eliminasi urine - Kaji perkemihan pasien (output
berhubungan dengan urine, pola berkemih, fungsi
sitostomi suprapubik. kognitif, masalah kencing)
- Pantau asupan makanan dan
tingkat distensi kandung kemih.
- Pasang kateter urine jika perlu.
- Ajarkan keluarga untuk merawat
kebersihan kateter urine.
- Kolaborasi obat anti kolinergik.
3. Resiko infeksi berhubungan - Kaji kebersihan lingkungan dan
dengan pemasangan kateter. diri pasien.
- Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
- Inspeksi kulit, membran mukosa,
luka.
- Ganti letak IV sesuai dengan
petunjuk umum.
- Anjurkan pasien, keluarga, dan
pengunjung untuk mencuci tangan
dan menjaga kebersihan.
- Bantu pasien menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.
- Ajarkan pasien dan keluarga
tentang cara menghindari infeksi
dan menjaga kebersihan diri dan
lingkungan pasien.
- Kolaborasi obat anti antibiotik bila
perlu.
6. Hipertermia berhubungan - Observasi suhu tubuh pasien,
dengan proses infeksi IWL, warna dan suhu kulit, TTV,
intake dan output.
- Beri kompres pada lipat paha dan
aksila.
- Tingkatkan sirkulasi udara.
- Selimuti pasien.
- Ajarkan pasien cara melakukan
kompres.
- Kolaborasi obat anti piretik.
7. Ketidak seimbangan nutrisi - Kaji BB pasien sebelum dan
kurang dari kebutuhan tubuh setelah dirawat di RS
berhubungan dengan intake - Monitor jumlah nutrisi dan
nutrisi kurang kandungan kalori pasien.

16
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi pasien.
- Berikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasikan ahli gizi).
- Beri informasi pada pasien dan
keluarga makanan dan minuman
yang sebaiknya ditingkatkan utk
dikonsumsi dan dikurangi
konsumsinya.
- Kolaborasi dengan ahli gizi utk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
8. Defisit perawatan diri - Kaji kemampuan diri pasien utk
berhubungan dengan nyeri melakukan perawatan diri secara
pada jaringan kulit. mandiri.
- Kaji kebiasaan pasien dalam
perawatan diri.
- Sediakan lingkungan dan fasilitas
utk perawatan diri pasien.
- Bantu pasien dalam perawatan
diri.
- Ajarkan keluarga cara melakukan
perawatan diri pasien selama sakit.
- Kolaborasi dengan

I. DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Penerbitan Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MediAction.

17

Anda mungkin juga menyukai