Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PERSYARAFAN

Di susun oleh : kelompok 1

Jelvin dey g.p. dewi mardatilah

Maftuha ririn sri cindrayana

Harma listiawati nurfadillah

Musdalifah risky syamsudin

Jamaludin mucthar husnia sallang

Pika puspita sari serlyn tondu

Yopan novelia djeo

Afrianti ntindi alfadandi

Astuti ekris a. w.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU

JURUSAN S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
A. PENGERTIAN

Proses sensori dibagi menjadi dua komponen yakni resepsi dan persepsi. Sensori resepsi
adalah proses menerima stimulus atau data, baik eksternal atau internal dari tubuh. Stimulus
eksternal yaitu visual, auditori, olfactori, tactile, dan gustatori. Stimulus gustatori juga
termasuk kedalam stimulus internal. Tipe lain dari stimulus internal adalah kinesthetic dan
visceral. Kinesthatic merujuk kepada kesadaran terhadap posisi dan pergerakan bagian tubuh.
Stereognosis adalah kesadaran terhadap ukuran objek, bentuk, dan tekstur. Visceral merujuk
kepada organ-organ besar dalam tubuh (Muttaqin, 2008).

Persepsi adalah kemampuan untuk merasakan, mengenal, mengorganisasikan, dan


menginterpretasikan stimuli sensori. Persepsi sering berhubungan dengan kognitif yaitu
kemampuan intelektual untuk berpikir. Proses organisasi dan interpretasi seseorang
tergantung pada tingkat fungsi intelektualnya. Kognitif termasuk elemen memoti, penilaian,
dan orientas (Muttaqin, 2008).

Persepsi sensori adalah proses sadar terhadap seleksi, organisasi, dan mengartikan data
dari indera ke informasi yang berarti atau kemampuan untuk menerima kesan sensori, melalui
asosiasi kortikal, menghubungkan stimuli ke pengalaman masa lalu dan membentuk kesan
dasar dari stimuli. Macam-macam indera antara lain : olfaktori (penciuman), visual
(penglihatan), taktil (perabaan), auditori (pendengaran), gustatori (pengecapan), kinesttetik
(merasakan posisi tubuh), dan viseral (merasakan organ-organ dalam tubu) (Muttaqin, 2008).

A. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem persarafan dan sistem hormonal merupakan bagian-bagian tubuh yang saling
berkomunikasi dan saling berhubungan. Sistem ini mempunyai kemampuan untuk
mengoordinasi, menafsirkan, dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Secara ringkas sistem persarafan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sistem Saraf Pusat (SSP)


Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis.
2. Sistem Saraf Tepi (SST)
Sistem saraf tepi terdiri atas neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis (SSS)
serta neuron sistem saraf otonom/viseral (SSO).

- JARINGAN SARAF

2
a. Neuron

Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional sistem
persarafan. Neuron terdiri dari bagian dendrit sebagai penerima rangsangan dari saraf-saraf
lain; Badan sel yang mengandung inti sel; akson yang menjadi perpanjangan atau serat
tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit, dan badan sel; terminal akson yang
menjadi pengirim sinyal listrik untuk disampaikan ke dendrit atau badan sel neuron kedua
dan apabila disusunan saraf perifer, sinyal disampaikan ke sel otot atau kelenjar.

Neuron yang membawa informasi dari susunan saraf perifer ke sentral disebut neuron
sensorik atau aferen. Neuron yang membawa informasi keluar dari susunan saraf pusat ke
berbagai organ sasaran (sel otat/kelenjar) disebut neuron motorik atau eferen. Kelompok
neuron ketiga, yang membuat sebagian besar neuron susunan saraf pusat, menyampaikan
pesan-pesan antara neuron aferen dan eferen. Neuron-neuron ini disebut interneuron. Hampir
90% dari semua neuron di tubuh adalah interneuron dan semua interneuron terletak di sistem
saraf pusat.

a. Transmisi Sinaps

Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang
dikenal dengan impuls saraf. Secara anatomis, neuron-neuron tidak bersambungan satu
dengan yang lain, tempat neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ-
organ efektor disebut sinaps. Setiap sinaps harus melibatkan dua neuron, dan impuls saraf
tersebut berjalan dari neuron prasinaps menuju neuron postsinaps. Setiap sinaps akan
melibatkan sel-sel postsinaps.

b. Neutotransmitter

Neurotransmitter merupakan zat kimia yang disintetis dalam neuron dan disimpan dalam
gelombang sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui
eksositosis dan juga direabsorbsi untuk daur ulang. Neurotransmitter merupakan cara
komunikasi antarneuron. Setiap neuron melepaskan satu transmitter. Zat-zat kimia ini
menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga dengan bantuan zat-zat kimia ini
maka neuron dapat lebih mudah dalam menyalurkan impuls, bergantung pada jenis neuron
dan transmitter tersebut.

3
- OTAK

Otak dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu serebrum, batang otak, dan serebelum.
Batang otak dilindungi oleh tulang tengkorak dari cidera. Empat tulang yang berhubungan
membentuk tulang tengkorak, yaitu tulang frontal, parietal temporal, dan oksipital. Dasar
tengkorak terdiri atas tiga bagian, fosa (fossa) yaitu bagian fosa anterior (berisi lobus frontal
serebral bagian hamisfer), bagian fosa tengah (berisi lobus parietal, temporal, dan oksipital),
dan bagian fosa posterior (berisi batang otak dan medula).

- Meningen

Bagian bawah tengkorak dan medula spinalis ditutupi oleh tigas membran atau meningen.
Kompoisis meningen berupa jaringan serabut penghubung yang melindungi, mendukung, dan
memelihara otak. Meningen terdiri dari durameter, arakhnoid, dan piameter.

 Duramater

Duramater adalah lapisan paling luar yang menutupi otak dan medula spinlasi. Duramater
merupakan serabut berwarna abu-abu yang bersifat liar, tebal, dan tidak elastis.

 Arakhnoid

Arakhnoid merupakan membran bagian tengah yang tipis dan lembut yang menyerupai
sarang laba-laba. Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri alirah darah. Pada dinding
arakhnoid terdapat pleksus khoroid yang memproduksi cairan serebrospinal.

 Piamater

Piamater adalah membran yang paling dalam berupa dinding tipis dan transparan yang
menutupi otak dan meluas ke setiap bagian otak.

- Serebrum

Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri atas dua hemisfer serebri dan
dihubungkan oleh masa substansia alba yang disebut korpus kolosum dan empat lobus, yaitu
lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital, dan lobus temporal. Hemisfer dipisahkan oleh
suatu celah dalam yaitu fisura longitudinalis serebri, dimana ke dalamnya terjulur falx
cerebri. Lapisan permukaan hemisfer disebut korteks, disusun oleh substansia grisea.
Substansia grisea terbentuk dari badan-badan sel saraf memenuhi korteks serebri, nukleus,

4
dan basal ganglia. Sebagian besar hemisfer serebri berisi jaringan sistem saraf pusat. Area
inilah yang mengontrol fungsi motorik tertinggi, yaitu fungsi individu dan intelegensia.

 Lobus frontal

Lobus frontal merupakan lobus terbesar yang terletak pada fosa anterior. Area ini
mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian, dan menahan diri.

 Lobus parietal

Lobus parietal/lobus sensorik, area ini menginterpretasikan sensasi. Sensasi rasa yang
tidak berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu untuk mengetahui posisi dan
letak bagian tubuhnya.

 Lobus temporal

Lobus temporal berfungsi untuk menginterpretasikan sensasi pengecap, penciuman, dan


pendengaran. Memori jangka pendek sangat berhubungan dengan daerah ini.

 Lobus oksipital

Lobus oksipital terletak pada lobus posterior hemisfer serebri. Bagian ini bertanggung
jawab menginterpretasikan penglihatan.

- Korpus kalosum

Korpus kalosum adalah kumpulan serat saraf tepi. Korpus kalosum menghubungkan
kedua hemisfer otak dan bertanggung jawab dalam transmisi informasi dari salah satu sisi
otak ke bagian lain. Informasi ini meliputi sensorik memori dan belajar menggunakan alat
gerak kiri.

- Korteks serebral
 Bagian posterior pada masing-masing hemisfer berperan pada semua aspek persepsi
penglihatan. Bagian lateral atau lobus temporal berperan sebagai pusat pendengaran.
Daerah pusat bagian tengah atau zona parietal, posterior, sampai fisura Rollando
berkaitan dengan gerakan otot yang disadari.
 Daerah bawah dahi yaitu lobus frontal terdapat sekumpulan jaras saraf yang berperan
memutuskan sikap emosi dan responnya serta berperan dalam mengolah pikiran.
Kerusakan daerah lobus frontal akibat trauma atau penyakit akan mempengaruhi

5
kepribadian, perilaku, rasa humor, sopan santun, pengendalian diri, dan motivasi
seseorang.

- Batang otak

Batang otak terletak pada fosa anterior. Batang otak terdiri atas mesenfalon, pons, dan
medulla oblongata. Mesenfalon adalah bagian sempit otak yang melewati incisura tertori
yang menghubungkan pons dan sebellum dengan hemisfer serebrum. Bagian ini terdiri atas
jalur sensorik dan motorik serta sebagai pusat pendengaran dan penglihatan. Pons terletak
didepan serebellum, diantara mesenfalon dan medula oblongata dan merupakan jembatan
antara dua bagian sereblum, serta antara medula dan serebrum. Pons berisi jaras sensorik dan
motorik.

Medula onlongata meneruskan serabut-serabut motorik dari medula spinalis ke otak. Pons
berisi pusat penting dalam mengontrol jantung, pernapasan, dan tekanan darah serta sebagai
inti saraf otak. Serebelium terletak di posterior pons dan medula oblongata. Serebelium
mempunyai beberapa aktivitas, yaitu merangsang, menghambat, dan bertanggung jawab
terhadap koordinasi dan gerakan halus. Serebelium juga berperan dalam mengontrol gerakan,
keseimbangan, posisi, dan menginterpretasikan impuls sensorik.

- SARAF KRANIAL

Saraf kranial merupakan bagian dari sistem saraf sadar yang memiliki jumlah 12 pasang
saraf. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I,II, VIII); 5 pasang jenis
motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan (saraf V, VII, IX, X). Saraf
kranial merupakan bagian dari sistem saraf tepi namun berlokasi di dekat sistem saraf pusat
yaitu kranium/tengkorak.

Saraf Kranial Komponen Fungsi


I Olfaktori Sensorik Penciuman
II Optikus Sensorik Penglihatan
III Okulomotorius Motorik Mengangkat kelopak mata atas
Konstriksi pupil
Sebagian besar gerakan ekstraokular
IV Troklearis Motorik Gerakan mata ke bawah dan ke
dalam
V Trigominus Motorik Otot temporalis dan masober
(menutup rahang dan mengunyah)

6
gerakan rahang ke lateral
Sensorik Kulit wajah; dua pertiga depan kulit
kepala; mukosa mata; mukosa
hidung dan rongga mulut; lidah dan
gigi
Refleks kornea atau refleks
mengedip
VI Abdusens Motorik Devisi mata ke lateral
VII Fasialis Motorik Otot-otot ekspresi wajah termasuk
dahi, sekeliling mata serta mulut
Lakrimasi dan salivasi
Sensorik Pengecapan dua pertiga depan lidah
(rasa manis, asam, dan asin)
VIII Cabang vestibularis Sensorik Keseimbangan
vestibulokoklearis
IX Glosofaringus Motorik Faring;menelan, refleks muntah
Parotis: saliva
Sensorik Faring, lidah posterior, termasuk
rasa pahit
X Vagus Motorik Faring; menelan, refleks muntah,
fonasi; visera abdomen
Sensorik Faring, laring, refleks muntah,
visera leher, thoraks, dan abdomen
XI Asesoris Motorik Pergerakan kepala dan bahu
XII hipoglesus Motorik Pergerakan lidah

7
(sumber : Simon dan Schuster, Fundamental of Anatomy and Physiology, 4th ed,
New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1998)
3. NILAI-NILAI NORMAL
1. GCS (Glasgow Coma Scale)
Total nilai normal 15. Nilai terendah 3. Nilai 7 atau dibawah 7 dikatakan koma
dan pasien tersebut memerlukan perawatan.
2. Refleks
Reflek biseps, triseps, brakiordialis, patela, achiles, superfisial, isap normalnya
mendapat derajat + atau ++ yang aktif atau meningkat.
3. Kekuatan otot
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah normalnya mendapat nilai maksimal 5
(kekuatan otot maksimal).
4. Pengkajian sensorik
Hasil pengkajian sensorik normalnya didapatkan hasil negatif.
5. Pemeriksaan 12 saraf kranial

8
Saraf Teknik pemeriksaan Normal

9
I Mata klien ditutup dan Mampu membedakan zat
pada saat yang sama satu aromatis lemah
lubang hidung ditutup,
klien diminta
membedakan zat aromatis
lemah
II Penialaian ketajaman Visus normal
penglihatan (tes Snellen)
Lapangan penglihatan (tes Lapangan penglihatan
konfrontasi jari tangan) normal.
Mampu melihat jari-jari
yang bergerak pada jarak
yang sama dengan
pemeriksa.
Pemeriksaan fundus Keadaan lensa, iris, retina,
Pemeriksaan dengan
pupil tidak ada kelainan.
optalmoskop
Papiledema tidak ada
III, IV, VI Observasi kelopak mata Kelopak mata normal
Observasi bentuk dan Bentuk pupil bundar dan
ukuran pupil batasnya rata dan licin.
Diameter pupil antara 2-
6mm
Perbandingan pupil kanan Pupil sama besar,
dan kiri perbedaan kurang dari 1
mm.
Pemeriksaan reflek pupil
1. Reflek cahaya Cahaya meninggalkan
langsung pupil, pelebaran pupil
akan terlihat
2. Reflek konsensual Miosis pupil pada kedua
sisi
3. Reflek pupil Pupil semakin menyempit
akomodatif atau pada pendekatan objek
konvergensi yang dilihatnya
Pemeriksaan gerakan bola Gerakan normal
mata volunter
Pemeriksaan gerakan bola Mata dapat meilikir ke

10
mata involunter satu atau lain arah.
V Pemeriksaan fungsi Koordinasi otot-otot yang
motorik saraf trigeminus melakukan gerakan
mengunyah normal
Pemeriksaan fungsi Kemampuan
sensorik saraf trigeminus menunjukkan batas-batas
daerah defisit sensorik
menurut perasaannya
sendiri.
Pemeriksaan reflek Reflek masester,
trigeminal konstraksi otot penutupan
mulut.
Reflek kornea, kedipan
mata reflektorik secara
bilateral.
VII Inspeksi wajah Wajah simetris
VIII Pemeriksaan pendengaran Pendengaran normal
Pemeriksaan fungsi Sikap berdiri dan sikap
vestibular badan sewaktu bergerak
seimbang
IX & X Mekanisme menelan Proses menelan normal.
pengecapan Pengecapan ½ bagian
belakang lidah normal
XI Inspeksi fungsi otot Otot normal
sternokleidomastoideus
dan otot trapozius
XII Pemeriksaan lidah Lidah simetris

4. JENIS KELAINAN / GANGGUAN


1. GCS (Glasgow Coma Scale)
Nilai terendah 3. Nilai 7 atau dibawah 7 dikatakan koma dan pasien tersebut
memerlukan perawatan.
2. Refleks
Reflek biseps, triseps, brakiordialis, patela, achiles, superfisial, isap mendapat
derajat 0 (nol) yang berarti tidak ada.
3. Kekuatan otot

11
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah mendapat nilai 0 (nol) tidak mampu
atau tidak ada kontraksi.
4. Pengkajian sensorik
Hasil pengkajian sensorik normalnya didapatkan hasil positif.
5. Pemeriksaan 12 saraf kranial

Saraf Teknik pemeriksaan Abnormal


I Mata klien ditutup dan Kehilangan kemampuan
pada saat yang sama satu untuk membedakan bau.
lubang hidung ditutup,
klien diminta
membedakan zat aromatis
lemah
II Penialaian ketajaman Visus menurun
penglihatan (tes Snellen)
Lapangan penglihatan (tes Lapangan penglihatan
konfrontasi jari tangan) menurun.
Tidak Mampu melihat
jari-jari yang bergerak
pada jarak yang sama
dengan pemeriksa.
Pemeriksaan fundus Ditemukan adanya :
Pemeriksaan dengan
miopia, hipomotropia,
optalmoskop
emetropia, dan
papiledema
III, IV, VI Observasi kelopak mata Adanya retraksi kelopak
mata bilateral dan
unilateral
Observasi bentuk dan Midriasis dan miosis
ukuran pupil unilateral
Perbandingan pupil kanan Anisokor, perbedaan lebih
dan kiri dari 1 mm.
Pemeriksaan reflek pupil
1. Reflek cahaya Cahaya meninggalkan
langsung pupil, pelebaran pupil
tidak ada

12
2. Reflek konsensual Miosis pupil unilateral
3. Reflek pupil Pupil tidak menyempit
akomodatif atau pada pendekatan objek
konvergensi yang dilihatnya
(gangguan refleks
konvergensi)
Pemeriksaan gerakan bola Diplopia.
mata volunter
Pemeriksaan gerakan bola Adanya gerakan abnormal
mata involunter nistagmus dan gerakan
okulogirik.
V Pemeriksaan fungsi Penyimpangan rashang
motorik saraf trigeminus bawah ke sisi ipsilateral,
kelumpuhan seisi otot-
otot pterigoideus internus
dan eksternus.
Pemeriksaan fungsi Ketidak mampuan
sensorik saraf trigeminus menunjukkan batas area
defisit sensorik.
Pemeriksaan reflek Reflek masester hilang
trigeminal atau meningkat.
Reflek kornea tidak ada
kedipan kelopak mata.
VII Inspeksi wajah Wajah asimetris
VIII Pemeriksaan pendengaran Tuli saraf.
Tuli konduktif.
Pemeriksaan fungsi Gangguan keseimbangan.
vestibular
IX & X Mekanisme menelan Gangguan menelan berat,
pengecapan gangguan pengecapan,
dan kemampuan
mobilisasi sekret.
XI Inspeksi fungsi otot Tortikolis.
sternokleidomastoideus Atrofi otot sternokleido
dan otot trapozius mastoideus dan trapezius
bilateral dan unilateral.
XII Pemeriksaan lidah Lidah asimetris

13
5. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS

1. MENINGITIS
Meningitis adalah infeksi yang menyebabkan peradangan pada selaput/membran yang
menyelubungi otak dan syaraf-syaraf di tulang belakang.
Penyebab dari meningitis adalah : virus, bakteri, jamur, iritasi kimia dan alergi obat atau
tumor.

1. meningitis virus : disebabkan ole virus herpes dan virus penyebab flu perut
2. meningitis jamur : disebabkan kriptokokus yaitu kuman yang berada pada tanah
dan kotoran burung yang sudah kering.

2. ENSEFALITIS
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme. Pada
encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak
dan medula spinalis.Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus.Bakteri penyebab
adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus, E. coli, M. tuberculosis  dan  T.
pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer,
2000). Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak
dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus.
Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi
sistemik atau vaksinasi terdahulu.
3. ABSES OTAK
Abses otak adalah penumpukan nanah di otak. Biasanya tumpukan nanah ini
mempunyai selubung yang disebut kapsel. Tumpukan bisa tunggal atau terletak beberapa
tempat di otak.Abses otak timbul karena ada infeksi pada otak. Infeksi ini bisa berasal dari
bagian tubuh lain, menyebar lewat jaringan secara langsung atau melalui pembuluh darah.
Infeksi juga dapat timbul karena ada benturan hebat pada kepala, misalnya pada kecelakaan
lalu lintas.Penyebab: bakteri (streptokokus, bacteroides, propionibacterium, dan proteus,
jamur)
4. ATAKSIA
Ataksia sering muncul ketika bagian dari sistem saraf yang mengendalikan gerakan
mengalami kerusakan. Penderita ataksia mengalami kegagalan kontrol otot pada tangan dan

14
kaki mereka, sehingga menghasilkan kurangnya keseimbangan dan koordinasi atau gangguan
gait (Glucosamine/chondroitin Arthritis Intervention Trial).
5.  PARKINSON
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf, yang ditandai
dengan adanya tremor pada saat beristirahat, kesulitan untuk memulai pergerakan dan
kekakuan otot. Parkinson menyerang sekitar 1 diantara 250 orang yang berusia diatas 40
tahun dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia diatas 65 tahun.
6. DISTONIA
Distonia adalah sebuah gangguan gerak yang disebabkan gerakan kontraksi tak
disengaja oleh otot. Kontraksi tersebut menghasilkan gerakan berulang-ulang. Distonia dapat
menyebabkan nyeri pada satu, sekelompok, atau bahkan semua otot.
7. BLEFAROSPASME
Blefarospasme merupakan penutupan kelopak mata yang tidak disadari.
Gejala awalnya bisa berupa hilangnya pengendalian terhadap pengedipan mata.
Pada awalnya hanya menyerang satu mata, tetapi akhirnya kedua mata biasanya terkena.

8. TREMOR
Tremor adalah suatu gerakan gemetar yang berirama dan tidak terkendali, yang terjadi
karena otot berkontraksi dan berelaksasi secara berulang-ulang,terjadi karena adanya
gangguan pada persarafan yang menuju ke otot yang terkena.
Tremor dikelompokkan berdasarkan kecepatan dan irama gerakannya, dimana dan seberapa
sering terjadi serta beratnya:

 Tremor aksi, terjadi ketika otot dalam keadaan aktif.


 Tremor istirahat, terjadi ketika otot sedang beristirahat. Meskipun penderita sedang
beristirahat total, lengan atau tungkainya bisa terus gemetaran. Tremor ini bisa
merupakan pertanda dari penyakit Parkinson.
 Tremor yang disengaja
 Tremor esensial
 Tremor senilis adalah tremor esensial yang timbul pada usia lanjut.
 Tremor familial merupakan tremor esensial yang terjadi di dalam satu keluarga.
9. DEMENSIA

15
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian., timbul perlahan,
menyerang usia >60 tahun
10. ALZHEIMER
Alzheimer  merupakan sejenis penyakit penurunan fungsi saraf otak yang kompleks dan
progresif yang di sebabkan karena berkurangnya gizi di otak. Penyakit Alzheimer bukannya
sejenis penyakit menular. Penyakit Alzheimer adalah keadaan di mana daya ingatan
seseorang merosot dengan parahnya sehingga pengidapnya tidak mampu mengurus diri
sendiri.

11. SKLEROSIS MULTIPLE

Sklerosis Multipel adalah suatu kelainan dimana saraf-saraf pada mata, otak dan tulang
belakang kehilangan selubung sarafnya (mielin).Istilah sklerosis multipel berasal dari
banyaknya daerah jaringan parut (sklerosis) yang mewakili berbagai bercak  demielinasi 
dalam sistem saraf. Pertanda neurologis yang mungkin dan gejala dari sklerosis multipel
sangat beragam sehingga penyakit ini tidak terdiagnosis ketika gejala pertamanya muncul.

12. AYAN atau EPILEPSI


Ayan atau epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan
mendadak berulang-ulang tak beralasan. Kata ‘epilepsi’ berasal dari bahasa
Yunani (Epilepsia) yang berarti ‘serangan’. disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses
kelahiran, luka kepala, pita otak (strok), tumor otak, alkohol. Kadang-kadang, ayan mungkin
juga karena genetika, tapi ayan bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap
belum diketahui.
Epilepsi Jenis:
1. Kejang parsial simplek
2. Kejang Jacksonian
3. Kejang parsial (psikomotor) kompleks
4. Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal)
5. Epilepsi primer generalisata
6. Kejang petit mal

16
7. Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana kejang terjadi terus
menerus,tidakberhenti.Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu bernafas sebagaimana
mestinyadanmuatanlistrikdidalamotaknyamenyebarluas.Jika tidak segera ditangani, bisa
terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap dan penderita bisa meninggal.
Pencetus :  faktor sensoris, faktor sistemis, dan  faktor mental

13.  MIGRAINE
Migraine adalah nyeri berdenyut hebat dan berulang, yang biasanya mengenai salah
satu sisi kepala tetapi kadang mengenai kedua sisi kepala.
Nyeri timbul secara mendadak dan bisa didahului atau disertai dengan gejala-
gejala visual (penglihatan), neurologis atau saluran pencernaan.
Penyebab : genetik, vasokonstriksi pembuluh darah yang diikuti vasodilatasi tiba-tiba.
Cluster headache adalah Nyeri kepala tipe klaster adalah jenis nyeri kepala yg berat,
terjadi pd satu sisi, timbul dalam serangan2 mendadak, sering disertai dgn rasa hidung
tersumbat dan berair, keluar air mata, kepala seperti ditusuk2 di sisi nyeri, terutama di sekitar
mata sehingga mata juga tampak merah dan bengkak, muka berkeringat. Dalam klinik
dikenal dua tipe yaitu tipe episodik dan tipe kronik

Tension type headache (sakit kepala tipe tegang) adalah nyeri kepala tipe tegang
merupakan hasil dari proses kontraksi (ketegangan) otot kepala, wajah, rahang, dan leher.
Biasanya ditimbulkan antara lain oleh stres fisik maupun psikis, juga sikap dan posisi badan
serta kepala yg salah dan terus menerus dalam waktu lama. Nyeri akan terasa di kedua sisi
kepala terutama di bagian belakang sampai leher dan bahu terasa tegang. Nyeri akan
bertambah hebat saat beraktifitas fisik seperti berjalan atau naik tangga. Keadaan ini bisa
berlangsung singkat yaitu 30 menit atau bahkan lebih lama, sekitar 7 hari, tanpa ada pemicu
khusus.

Nyeri kepala post traumatik à bila terdapat  riwayat trauma kepala yang jelas yang
disertai dengan salah satu gejala:
 Kehilangan kesadaran
 Amnesia paska trauma
 Minimal 2 hasil laboratorium : pemeriksaan neurologis klinis, foto rontgen polos
kepala, neuroimaging, potensial cetusan, cairan serebrospinal, tes fungsi vestibular,
pemeriksaan neuropsikologis

17
14. SLEEP DISORDERS (Kelainan Tidur)

1. Narkolepsi : serangan tidur dimana penderitanya amat sulit mempertahankan


keadaan sadar. Hampir sepanjang waktu ia mengantuk.
2. Sleep apnoe: gangguan tidur dengan kesulitan bernafas (apnea = “tanpa
nafas”) berulang kali ketika sedang tidur. Ada dua jenis sleep apnea: Central dan
Obstructive. Terdapat juga jenis campuran.
3. Insomnia : kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur.  Biasanya
disebabkan oleh gangguan di dalam waktu dan mekanisme tidur, hal ini biasanya
diperberat dengan perilaku yang tidak sehat, seperti tidak teratur jam tidur, seringnya
bergadang dan
15. NEURALGIA TRIGEMINAL
Neuralgia Trigeminal (Ticdouloureux)  adalah  kelainan fungsi dari saraf
trigeminal (saraf kranial V), yang membawa sensasi dari wajah ke otak. Kelainan fungsi saraf
trigeminal menyebabkan serangan nyeri tajam yang hebat selama beberapa detik sampai
beberapa menit. Penyebab : tidak diketahui Neuralgia trigeminal terjadi pada dewasa, tetapi
lebih sering ditemukan pada usia lanjut.

16. BELL’S PALSY


Bell’s palsy adalah suatu kelainan pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan
atau kelumpuhan tiba-tiba pada otot di satu sisi wajah. Saraf wajah adalah saraf kranial yang
merangsang otot-otot wajah. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga terjadi
pembengkakan pada saraf wajah sebagai reaksi terhadap infeksi virus, penekanan atau
berkurangnya aliran darah.
17. GUILLAIN BARRE SYNDROME
Guillain Barre syndrome adalah merupakan penyakit autoimun, dimana sistem imun
tubuh menyerang bagian dari sistem saraf tepi yaitu mielin (demielinasi) dan akson
(degenerasi aksonal). GBS ditandai dengan polineuropati yang menyeluruh: paralisis
ekstremitas, badan atas dan wajah; menghilangnya refleks tendon; berkurangnya fungsi
sensoris (nyeri dan suhu) dari badan ke otak; disfungsi otonom dan depresi pernafasan.
Gejalanya biasanya perlahan, mulai dari bawah ke atas

18. MIASTHENIA GRAVIS

18
Miasthenia Gravis adalah kelemahan otot yang cukup berat dimana terjadi kelelahan
otot-otot secara cepat dengan lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu 10 hingga 20 kali
lebih lama dari normal). Etiologi : diduga autoimun.
19. PALSI SEREBRAL
Palsi Serebral adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat,
bersifat  kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum
selesai pertumbuhannya.
20. HIDROSEFALUS

Hidrosefalus àkeadaan saat cairan otak (cairan jernih yang mengelilingi otak dan
susunan saraf dan sebagai bantalan) tidak dapat dialirkan keluar dari otak. Cairan tersebut
menumpuk di dalam otak.

21. STROKE
Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh
penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.Stroke dibagi menjadi dua
jenis yaitu: stroke iskemik maupun stroke hemorragik.
1. Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah
ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik
2. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Foto Rontgen
- Computed Tomography
- PET
- MRI
- Angiografi Serebral
- Mielogram
- Elektroensefalografi
- Lumbal pungsi dan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS)
- Pemeriksaan laboratorium klinik
- Analisa gas darah

19
7. PENATALAKSANAAN KOLABORATIF
- Ahli gizi = kolaborasi dalam menentukan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
pasien.
- Fisioterapi = kolaborasi dalam mencegah kekakuan tubuh pasien yang lama
dirawat di rumah sakit.
- Dokter = kolaborasi dalam meresepkan obat yang akan diberikan pada pasien.
- Petugas laboratorium = kolaborasi dalam melakukan analisis cek kesehatan
pasien meliputi urine, darah, dll.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Komponen pengkajian
 Identitas klien
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit saat ini, dahulu, dan keluarga.
 Pengkajian psiko-sosio-spiritual.
b. Anamnesis
c. Pemeriksaan fisik neurologis
 Tingkat kesadaran.
 Pemeriksaan GCS.
 Fungsi serebri.
 Saraf kranial.
 Sistem motorik.
 Respon refleks.
 Sistem sensorik.

20
d. Pemeriksaan diagnostik
 Foto Rontgen
 Computed Tomography
 CT-scan
 ultra
 PET
 MRI
 Angiografi Serebral
 Mielogram
 Elektroensefalografi
 Lumbal pungsi dan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS)
 Pemeriksaan laboratorium klinik
 Analisa gas darah

B. Diagnose dan Intervensi

No. Diagnosa
Tujuan Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
1. Perubahan perfusi Tujuan: kesadaran - Pantau/catat status - Mengkaji adanya
jaringan serebral penuh, tidak neurologis secara kecenderungan pada
berhubungan dengan gelisah teratur dengan skala tingkat kesadaran.
oedema serebral. Kriteria hasil: koma glascow. - autoregulasi
tingkat kesadaran - Pantau tanda-tanda mempertahankan
membaik, tanda- vital terutama tekanan aliran darah otak yang
tanda vital stabil darah konstan
tidak ada tanda- - aktivitas/ stimulasi
tanda peningkatan - Pertahankan keadaan yang kontinu dapat
tekanan tirah baring. meningkatkan
intrakranial. Tekanan Intra Kranial
(TIK).
- menurunkan tekanan
arteri dengan
- Letakkan kepala
meningkatkan
dengan posisi agak
drainase dan
ditinggikkan dan

21
dalam posisi anatomis meningkatkan
(netral). sirkulasi/ perfusi
serebral.
- meningkatkan/
- Berikan obat sesuai memperbaiki aliran
indikasi: contohnya darah serebral dan
antikoagulan (heparin) selanjutnya dapat
mencegah
pembekuan..
2. kerusakan mobilitas Tujuan: - Kaji kemampuan klien - mengidentifikasi
fisik berhubungan Dapat melakukan dalam melakukan kelemahan/
dengan kelemahan. aktivitas secara aktifitas kekuatan dan dapat
minimum. memberikan
Kriteria hasil : informasi bagi
mempertahankan pemulihan
posisi yang - menurunkan resiko
optimal, - Ubah posisi minimal terjadinya trauma/
meningkatkan setiap 2 jam (telentang, iskemia jaringan.
kekuatan dan miring). - meminimalkan atrofi
fungsi bagiantubuh otot, meningkatkan
yang terkena, - Mulailah melakukan sirkulasi, membantu
mendemonstrasika latihan rentang gerak mencegah
n perilaku yang aktif dan pasif pada kontraktur.
memungkinkan semua ekstremitas - dapat berespons
aktivitas. dengan baik jika
- Anjurkan pasien untuk
daerah yang sakit
membantu pergerakan
tidak menjadi lebih
dan latihan dengan
terganggu.
menggunakan
ekstremitas yang tidak
program khusus dapat
sakit.
dikembangkan untuk
menemukan kebutuhan
yang berarti/
- menjaga kekurangan

22
tersebut dalam
- Konsultasikan dengan
keseimbangan,
ahli fisioterapi secara
koordinasi, dan
aktif, latihan resistif,
kekuatan.
dan ambulasi pasien.
3. Kerusakan Tujuan: - Kaji tingkat - Perubahan dalam isi
komunikasi verbal Dapat kemampuan klien kognitif dan bicara
berhubungan dengan berkomunikasi dalam berkomunikasi. merupakan indikator
kerusakan sesuai dengan dari derajat gangguan
neuromuskuler. keadaannya. serebral.
Kriteria hasil: - Minta klien untuk - Melakukan penilaian
Klien dapat mengikuti perintah terhadap adanya
mengemukakan sederhana. kerusakan sensorik.
bahasa isyarat - Tunjukkan objek dan - Melakukan penilaian
dengan tepat, minta pasien terhadap adanya
terjadi menyebutkan nama kerusakan motorik.
kesapahaman benda tersebut.
bahasa antara klien, - Ajarkan klien tekhnik - Bahasa isyarat dapat
perawat dan berkomunikasi non membantu untuk
keluarga verbal (bahasa isyarat). menyampaikan isi
pesan yang dimaksud.

- Untuk
- Konsultasikan dengan/
mengidentifikasi
rujuk kepada ahli terapi
kekurangan/
wicara.
kebutuhan terapi.
4. Perubahan sensori Tujuan : - Kaji kesadaran - Penurunan kesadaran
persepsi Tidak ada sensorik seperti terhadap sensorik dan
berhubungan dengan perubahan membedakan panas/ kerusakan perasaan
stress psikologis. perubahan persepsi. dingin, tajam/ tumpul, kinetic berpengaruh
Kriteria hasil : rasa persendian. buruk terhadap
mempertahankan keseimbangan.
tingkat kesadarann - Catat terhadap tidak - Adanya agnosia
dan fungsi adanya perhatian pada (kehilangan
perseptual, bagian tubuh. pemahaman terhadap

23
mengakui pendengaran,
perubahan dalam penglihatan, atau
kemampuan. sensasi yang lain).
- Berikan stimulasi
- Membantu melatih
terhadap rasa sentuhan
kembali jaras sensorik
seperti berikan pasien
untuk
suatu benda untuk
mengintegrasikan
menyentuh dan
persepsi dan
meraba.
interprestasi stimulasi.

- Anjurkan pasien untuk


- Penggunaan stimulasi
mengamati kakinya
penglihatan dan
bila perlu dan
sentuhan membantu
menyadari posisi
dalam
bagian tubuh tertentu.
mengintergrasikan
kembali sisi yang
sakit.
- Bicara dengan tenang
- Pasien mungkin
dan perlahan dengan
mengalami
menggunakan kalimat
keterbatasan dalam
yang pendek.
rentang perhatian atau
masalah pemahaman.
5. kurang perawatan Tujuan: - Kaji kemampuan klien - Jika klien tidak
diri berhubungan kebutuhan dan keluarga dalam mampu perawatan
dengan kerusakan perawatan diri perawatan diri. diri perawat dan
neuromuskuler, klien terpenuhi keluarga membantu
penurunan kekuatan dalam perawatan
dan ketahanan, Kriteria hasil : diri.
kehilangan kontrol/ klien bersih dan - Bantu klien dalam - Klien terlihat bersih
koordinasi otot. klien dapat personal hygiene. dan rapi dan
melakukan memberi rasa
kegiatan personal nyaman pada klien.
hygiene secara - Rapikan klien jika - Memberi kesan yang
minimal klien terlihat indah dan klien tetap

24
berantakan dan ganti terlihat rapi.
pakaian klien setiap
hari.
- Libatkan keluarga - Dukungan keluarga
dalam melakukan sangat dibutuhkan
personal hygiene. dalam program
peningkatan
aktivitas klien.
- Konsultasikan dengan - Memberikan
ahli fisioterapi/ ahli bantuan yang
terapi okupasi. mantap untuk
mengembangkan
rencana terapi
6. Gangguan harga diri Tujuan: - Kaji luasnya - penentuan faktor-
berhubungan dengan tidak terjadi gangguan persepsi dan faktor secara
perubahan biofisik, gangguan harga hubungkan dengan individu membantu
diri derajat dalam
 psikososial, Kriteria hasil: ketidakmampuannya. mengembankan
perseptual kognitif. mau berkomunikasi  perencanaan
dengan orang asuhan/ pilihan
terdekat tentang intervensi.
situasi dan - Bantu dan dorong - membantu
perubahan yang kebiasaan berpakaian peningkatan rasa
terjadi, dan berdandan yang harga diri dan
mengungkapkan baik. kontrol atas salah
penerimaan pada satu bagian
diri sendiri dalam kehidupan.
situasi. - Berikan dukungan - mengisyaratkan
terhadap perilaku/ kemampuan adaptasi
usaha seperti untuk mengubah dan
peningkatan minat/ memahami tentang
partisipasi dalam peran diri sendiri
kegiatan rehabilitasi. dalam kehidupan
selanjutnya.

25
- Dorong orang terdekat - membangun kembali
agar member rasa kemandirian
kesempatan pada dan menerima
melakukan sebanyak kebanggan diri dan
mungkin untuk meningkatkan proses
dirinya sendiri. rehabilitasi.
- Rujuk pada evaluasi - dapat memudahkan
neuropsikologis dan/ adaptasi terhadap
atau konseling sesuai perubahan peran
kebutuhan. yang perlu untuk
perasaan/
merasa menjadi
orang yang
produktif.
7. Resiko tinggi Tujuan: - Tinjau ulang patologi/ - intervensi nutrisi/
kerusakan menelan kerusakan dalam kemampuan menelan pilihan rute makan
berhubungan dengan menelan tidak pasien secara ditentukan oleh
kerusakan terjadi. individual. faktor-faktor ini.
neuromuskuler/ - Letakkan pasien pada - menggunakan
perseptual. Kriteria hasil : posisi duduk/ tegak gravitasi untuk
mendemonstrasika selama dan setelah memudahkan proses
n metode makan makan. menelan dan
tepat untuk situasi menurunkan
individual dengan resiko terjadinya
aspirasi tercegah, aspirasi.
mempertahankan - Anjurkan pasien - menguatkan otot
berat badan yang menggunakan sedotan fasiel dan otot
diinginkan. untuk meminum menelan dan
cairan. menurunkan resiko
terjadinya aspirasi.
- Anjurkan untuk - meningkatkan
berpartisipasi dalam pelepasan endorphin
program latihan/ dalam otak yang

26
kegiatan. meningkatkan
perasaan senang dan
meningkatkan nafsu
makan.
- Berikan cairan melalui
- memberikan cairan
intra vena dan/ atau
pengganti dan juga
makanan melalui
makanan jika pasien
selang.
tidak mampu untuk
memasukkan segala
sesuatu melalui
mulut.
8. Kurang pengetahuan Tujuan: - Kaji tingkat - untuk mengetahui
tentang kondisi dan klien mengerti dan pengetahuan keluarga tingkat pengetahuan
pengobatan paham tentang klien. klien.
berhubungan dengan penyakitnya - Berikan informasi - untuk mendorong
Keterbatasan terhadap pencegahan, kepatuhan terhadap
kognitif, kesalahan Kriteria hasil : faktor penyebab, serta program teraupetik
interprestasi berpartisipasi perawatan. dan meningkatkan
informasi, kurang dalam proses pengetahuan
mengingat belajar keluarga klien.
- Beri kesempatan - memberi
kepada klien dan kesempatan kepada
keluarga untuk orang tua dalam
menanyakan hal- hal perawatan anaknya
yang belum jelas. .
- Beri feed back/ umpan - mengetahui tingkat
balik terhadap pengetahuan dan
pertanyaan yang pemahaman klien
diajukan oleh keluarga atau keluarga.
atau klien.
- Sarankan pasien - stimulasi yang
menurunkan/ beragam dapat
membatasi stimulasi memperbesar
lingkungan terutama gangguan proses

27
selama kegiatan berfikir.
 berfikir

C. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tindakan perawat sesuai dengan intervensi yang
telah di rencanakan dan di lakukan sesuai dengan kebutuhan klien / pasien tergantung pada
kondisinya. Implementasi keperawatan merupakan langkah nyata yang dilakukan perawat
pada klien untuk melaksanakan rencana perawatan yang telah dirancang untuk menangani
masalah klien seperti memberikan rasa nyaman,menjamin kesehatan klien dan mencegah
terjadinya kompilkasi serta menyesuaikan implementasi yang dilakukan dokter dengan
perawat.

Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, antara lain:

1. Independent adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk


membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan.misalnya :
membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri,
mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan
dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-spiritual, perawatan alat
invasive yang dipergunakan klien, melakukan dokumentasi, dan lainlain.
2. Interdependen/ Collaborative adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama
sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya
dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube
(NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya dalam
pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan tanggungjawab
dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian, ketepatan cara pemberian,
ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan klien, serta respon klien setelah pemberian
merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian perawat.
3. Dependent adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti
ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian
nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik
(mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi

D. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara

28
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Sehingga perawat dapat mengambil
keputusan :
1. Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien menunjukkan
perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukkan perubahan
dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru
Evaluasi disusun berdasarkan SOAP :
S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
O (Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.

P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan


berdasarkan hasil analisa

29
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Penerbitan Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MediAction.

30

Anda mungkin juga menyukai