Disusun Oleh :
Ismail Marzuki Abdullah
NIM : 821213006
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu
sistem organ terdiri dari berbabagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam
melaksanakan kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau
kerjasama anatara alat-alat tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar
kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun atas banyak alat itu berjalan
dengan harmonis (serasi), maka diperlukan adanya sistem pengendalian atau
pengatur. Sistem pengendali itu disebut sebagai sitem koordinasi (Lita, 2006).
Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indera, dan sistem
endokrin. Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap
adanya perubahan keadaan lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan
tubuh manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat
pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh, susunan saraf mempunyai
kemampuan menerima rangsang dan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau
impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan selanjutnya memberikan tanggapan
atau reaksi terhadap rangsang tersebut (Kus Irianto, 2004).
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini,sebuah virus yang polio
virus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini
dapat memasuki darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini menular
melalui air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan selalu
menyerang anak balita. Dua puluh tahun silam, polio melumpuhkan 1.000
anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tetapi pada tahun 1988 muncul
Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya 1.266 kasus
polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini :
1. Bagaimana anatomi system persarafan manusia ?
2. Bagaimana fisiologi system persarafan manusia ?
3. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan polio.?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapan tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang anatomi sistem persarafan manusia.
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang system fisiologi persaraan manusia
3. Agar mahasiswa mengetahui tentang konsep penyakit polio
4. Agar mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien
polio
BAB II
KONSEP TEORI
1. Neuron
Neuron merupakan unit dasar dari SSP dan sistem saraf tepi. Terdapat
berjuta-juta neuron dalam sistem saraf. Setiap neuron terdiri dari sel saraf
dan seratnya. Setiap sel memiliki nukleus dan sejumlah granula dan fibril
dalam sitoplasmanya. Dendrit adalah serat pendek seperti sikat yang
melekat pada bagian luar sel, melalui dendrit ini impuls memasuki sel dari
sel-sel lain. Akson adalah serat yang dilalui impuls meninggalkan sel
untuk ditransmisikan ke sel lain. Setiap sel saraf memiliki satu akson, yang
dapat mempunyai panjang yang bervariasi dari beberapa milimeter sampai
beberapa sentimeter. Satu akson sering bercabang banyak di dekat
ujungnya, dan setiap ujung cabang membentuk pembesaran seperti
kancing, yang merupakan bagian pengantar informasi. Sebuah neuron
tidak pernah terbagi atau digantikan, banyak neuron yang mati dan
menghilang setiap tahun sejak lahir [ CITATION Joh03 \l 1057 ].
C. Perjalanan Syaraf
Saraf keluar dari otak menuju organ-organ tubuh seperti mata,
telinga, wajah, hidung, dan medulla spinalis. Dari medulla spinalis saraf
diteruskan menuju bagian tubuh yang lebih rendah seperti tangan dan kaki.
Neuron sensoris menerima rangsangan dari lingkungan diteruskan ke
medulla spinalis dan secara cepat diteruskan ke otak. Otak mengolah pesan
dan memberikan respon. Respon diteruskan oleh neuron motoris ke bagian
tubuh yang lain [ CITATION Cha13 \l 1057 ].
D. Penyakit pada sistem persarafan
Penentuan diagnosa adanya keabnormalitasan atau penyakit pada
sistem saraf diperlukan anamnesa, dan pemeriksaan fisik Indikator riwayat
penyakit pada gangguan neurologis adalah, nyeri, parestesia, sakit kepala,
perubahan kesadaran, serangan kejang, gangguan fungsi atau defisit fisik
dan mental [ CITATION Joh95 \l 1057 ]. Penyakit atau gangguan yang
berhubungan dengan sistem saraf diantaranya: Alzheimer, Epilepsi,
Miastenia Gravis, Parkinson, Stroke, cerebral palsy, erb palsy, muscular
distrophy, contracture, club foot, polio, rickets, spina bifida, artrogriposis,
hidrocephalus, mikrocephaly[ CITATION Cha13 \l 1057 ]
BAB III
PEMBAHASAN
A. DEFINISI POLIO
Poliomyelitis adalah penyakit kelumpuhan yang disebabkan oleh
infeksi virus yang bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi. Polio virus
termasuk dalam kelompok enterovirus dan mempunyai tiga tipe 1,2,dan 3.
Paling banyak infeksi polio virus disebabkan oleh tipe 1, dimana infeksi
didapat dari vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan tipe 3. (Elzouki, 2012)
Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan
virus polio. Kerusakan pada motor neuron medulla spinalis dapat
mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat flaksid, sehingga nama lain
poliomyelitis adalah infantile paralysis, acute anterior poliomyelitis.
Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala sampai adanya gejala kelumpuhan total dan atropi otot, pada
umumnya mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris, dan dapat
menetap selamanya sampai dengan kematian. Penyakit polio pertama kali
ditulis secara klinik oleh Heine pada tahun 1840 dan diuraikan secara
epidemiologis oleh Medine pada tahun 1891, sehingga penyakit ini disebut
juga Heine-Medine disease. Kata polio berasal dari bahasa Yunani berarti
grey (abu-abu) dan myelitis berasal dari myelon (marrow). Artinya
predileksi virus ini pada sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang
dan init motorik batang otak. Penyakit ini hanya menyerang manusia dan
dapat menimbulkan kejadian luar biasa endemi dan epidemic. (Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2011)
Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun. Bahkan
ada benda-benda Mesir yang melukiskan individu-individu dengan fitur-
fitur khusus dari kelumpuhan setelah polio. Polio telah disebut dengan
banyak nama-nama yang berbeda, termasuk kelumpuhan anak-anak,
kelemahan dari anggota-anggota tubuh bagian bawah (kaki-kaki dan
tangan-tangan), dan spinal paralytic paralysis. Virus dan penyakit polio
adalah kependekan untuk poliomyelitis dan mempunyai asal usul Yunani:
polios (abu-abu), myelos (sumsum), dan itis(peradangan).
B. ETIOLOGI
C. KLASIFIKASI
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Infeksi virus polio
a.Poliomielitis Absortif.
Sakit demam singkat terjadi dengan satu atau lebih gejala-gejala
berikut : malaise, anoreksia, mual, muntah, nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, konstipasi, dan nyeri perut. Koryza, batuk, eksudat
faring, diare, dan nyrei perut local serta kekauan jarang. Demam
jarang melebihi 39,5°C (103°F), dan faring biasanya menunjukan
sedikit perubahan walaupun sering ada keluhan nyeri tenggorok.
b.Poliomielitis Nonparalitik.
Gejala-gejalanya seperti gejala poliomyelitis abortif, kecuali bahwa
nyeri kepala, mual, dan muntah lebih parah, dan ada nyaeri dan
kekauan oto leher posterior, badan dan tungkai. Paralisis kandung
kencing yang cepat menghilang sering dijumpai, dan konstipasi
sering ada.
c.Poliomielitis Paralitik.
Manifestasinya adalah manifestasi poliomielitis nonparalitik yang
disebutkan satu persatu ditambah dengan satu atau lebih kelompok
otot, skelet atau cranial. Gejala-gejala ini dapat disertai dengan jeda
tanpa gejala beberapa hari dan kemudian pada puncak berulang
dengan paralisis. Paralisis kandung kencing lamanya 1-3 hari pada
sekitar 20% penderita dan atoni usus besar adalah lazim, kadang-
kadang sampai mengarah pada ileus paralitikus.
d.Infeksi Enterovirus Nonpolio
Infeksi koksakivirus dan ekovirus sangat lazim, dan spectrum
penyakit adalah mudah berubah. Karena banyak hubungan klinis-
viriologis yang didasarkan pada jumlah kasus yang terbatas dan
karena enterovirus sering tanpa gejala dalam saluran cerna, beberapa
dari penyakit yang diamati yang secara bersamaan ditemukan virus
mungkin tidak mempunyai hubungan sebab akibat. Namun
pengamatan ulang telah meperkuat beberapa hubungan virus
penyakit, walaupun kejadiannya sporadic. Lebih dari 90% infeksi
yang disebabkan oleh enterovirus nonpolio tidak bergejala atau
menyebabkan sakit demam tidak spesifik. Beberapa sindrom klinis
sangat tinggi tetapi tidak selalu terkait dengan serotype tertentu.
e.Infeksi Tidak Bergejala
Koksakivirus dan ekovirus sering dapat ditemukan dari tinja anak
sehat, tetapi ada beberapa data frekuensi infeksi enterovirus
nonpolioyang tidak bergejala
f.Penyakit Demam Nonspesifik
ini adalah manifestasi infeksi enterovirus yang paling lazim. Semua
tipe virus menimbulkan tanda klinis ini, tetapi sering sangat
bervariasi antara masing-masing virus. Mulainya penyakit biasanya
mendadak dan tanpa gejala yang mendahului. Pada anak lebih muda
awal adalah demam dan malaise terkait. Pada anak yang lebih tua
biasanya juga ditemukan nyeri kepala dan mialgia.
E. PATHWAY
Polio
VIRUS
multiplik
infeks orofharing asi Mukosa usus
Sulit menelan
i
Virus ada
Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d sulit disekresi
menelan System limfatik/pembuluh darah
Menyebar ke organ
target
G. PENATALAKSANAAN
Mendukung untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan menggunakan
analgetik. Untuk meningkatkan status pernafasan artifisial ventilasi mungkin
dibutuhkan dan untuk mendukung status nutrisi digunakan NGT atau TPN.
Latihan ROM aktif dan pasif mungkin dibutuhkan untuk mencegah
kontraktur dan deformitas.
H. PEMERIKSAAN
Diambil dari daerah faring atau tinja pada orang yang dicurigai terkena
poliomyelitis selama rentan waktu 2 minggu setelah gejala kelumpuhan.
Isolasi virus dari cairan cerebrospinal sangat diagnostic, tetpi hal itu jarang
dikerjakan.
1. Bila virus polio dapat diisolasi dari tinja seseorang dengan paralisis
flaksit akut harus dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan cara
oligonukleotide mapping (finger printing) atau genomic sequencing
untuk menetukan apakah virus tersebut termasuk virus liar atau virus
vaksin serta serotipenya, yang penting untuk respon epidemiologi.
2. Pengukuran neutralizing antibody jarang dilakukan kecuali pada kasus
yang sulit.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, alamat, diagnosa medik, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama
Keluhan tersebut dipandang sebagai topik dari penyakit saat ini
sebagai deskripsi masalah, keluhan utama didapat dengan
menanyakan pertanyaan terbuka yang netral kepada klien.
Keluarga klien membawa anaknya kepelayanan kesehatan
terdcekat dengan keluhan kelemahan ekstremitas bawah.
c. Riwayat Penyakit sekarang
Merupakan narasi dari keluhan utama mulai gejala paling awal
sampai perkembangan saat ini , meliputi komponen :
a. Rincian awitan :
Awal mulai keluarga menemukan anaknya demam
b. Riwayat interval yang lengkap
Perjalanan penyakit dari demam sampai terjadi kelumpuhan
ekstremitas
c. Status saat ini
Klien mengalami kelumpuhan/ paralisis kaki
d. Alasan untuk mencari bantuan saat ini
Keluarga cemas, takut, khawatir dan ingin anaknya sehat
seperti sebelum sakit.
c. Riwayat kelahiran
Meliputi :
1. Kesehatan ibu selama kehamilan
2. Proses persalinan dan kelahiran
3. Kondisi bayi segera setelah lahir
4. Faktor emosional mempengaruhi hasil akhir kelahiran dan
hubungan orang tua dan anak lebih lanjut, selidiki :
a) krisis yang terjadi selama masa kehamilan
b) sikap terhadap fetus selama prenatal
d. Riwayat diet
Bagaimana asupan nutrisi : jumlah asupan makanan , pola makan
,jenis makanan yang sulit diterima oleh klien, faktor-faktor finansial
dan budaya yang mempengaruhi pemilhan dan persiapan makanan.
e. Penyakit, cedera dan pembedahan sebelumnya
Tanyakan secara spesifik tentang demam, sakit telinga dan penyakit
masa kanak-kanak seperti campak, rubella , cacar air , gondongan,
pertusis, difteri , demem scarlet, radang tergorokan , tonsilitis atau
manifestasi alergi. Selain penyakit tersebut, tanyakan juga tentang
riwayat cidera (terjatuh, keracunan , tersedak , atau terbakar ) yang
memerlukan intevensi medis, pembedahan dan alasan lain untuk
hospitalisasi.
f. Alergi
Adakah gangguan hay fever , asma dan reaksi yang tidak biasa
tehadap obat-obatan , makanan , atau produk-produk latek (karet),
ataupun kontak dengan agen yang lain seperti tumbuhan beracun ,
hewan, produk-produk rumah atau pabrik.
Dokumentasi tentang pedoman riwayat alergi, pertanyaan yang bisa
diajukan pada keluarga :
a. obat-obat an apa yang menyebabkan alergi, apakah anda dapat
mengingat nama obat tersebut ?
b. bagaimana reaksinya ?
c. apakah digunakan per oral atau disuntikan ?
d. berapa lama setelah menggunakan obat itu reaksi berlangsung ?
e. pernahkah mengunakan obat yang sama , dan bagaimana reaksi
nya , apakah sama ?
f. apakah ada yang mengatakan tentang reaksi alergi, apa yang
anda lakukan
g. Riwayat pengobatan
Catat semua pengobatan, nama, dosis, jadwal, durasi dan alasan
pemberian. Pengkajian yang teliti harus memasukan semua obat atau
pengobatan alternatif.
h. Riwayat imunisasi
Catatan tentang semua imunisasi meliputi : nama imunisasi ,
jadwal pemberian imunisasi , tempat akses pemberian imunisasi ,
reaksi setelah imunisasi.
i. Pertumbuhan dan perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkambangan meliputi :
a. Perkiraan BB pada usia 6 bulan , 1 tahun , 2 tahun , 5
tahun.
b. Perkiraan Tinggi badan pada usia 1 dan 4 tahun.
c. Pertumbuhan gigi : usia mulai tumbuh gigi , jumlah gigi
dan gejala selama tumbuh gigi
d. Perkembangan menahan kepala secara stabil
e. Usia duduk tampa bantuan
f. Bisa berjalan tanpa bantuan
g. Mulai dapat berkata yang bermakna
h. Kelas di sekolah saat ini
i. Peringkat di kelas
j. Interaksi dengan anak lain
j. Kebiasaan
Pengkajian tentang kebiasaan anak, meliputi :
k. Pola perilaku anak (misalnya menggigit kuku, mengisap jempol, dan
pergerakan tidak lazim, masturbasi secara terang-terangan dan
berjalan jinjit)
l. Aktivitas kehidupan sehari-hari (seperti : jam tidur dan bangun,
lamanya waktu tidur malam dan tidur siang, jenis dan lamanya
olahraga, keteraturan buang air besar dan urinasi, urinasi untuk
pelatihan toilet trainning,dan mengompol pada tidur siang atau tidur
malam.
m. Respons terhadap frustasi
n. Penggunaan atau penyalahgunaan alkohol, obat-obatan, kopi atau
tembakau.
o. Pemeriksaan Fisik
1. Kondisi umum
2. Integumen
Perubahan pigmen/ kemerahan, kecenderungan memar,
petekie, kekeringan kulit yang berlebihan
3. Kepala
4. Mata
5. Hidung
6. Telinga
7. Mulut
8. Tenggorokan
9. Dada meliputi : respirasi dan kardiovaskuler
10. Gastrointestinal
11. Genitourinaria
12. Ginekologi
13. Muskuloskeletal
14. Neurologi
15. Endokrin
p. Riwayat Pengobatan Keluarga
a. Digunakan untuk mengungkapakan kemungkinan adanya
penyakit keturunan
b. Informasi yang dapat digali, seperti : usia, status
pernikahan, kondisi kesehatan jika masih hidup, penyebab
kematian jika sudah meninggal.
c. Konfirmasi keakuratan gangguan –gangguan yang
dilaporkan dengan menanyakan gejala, rangkaian kejadian,
terapi dan urutan setiap diagnosis
d. lokasi geografis menentukan indikasi kemungkinan terpajan
penyakit endemis.
q. Riwayat Psikososial
Meliputi pengkajian pada konsep diri, meliputi : Citra diri,
Identitas diri, Peran diri, Ideal Diri, dan Harga Diri. riwayat
pengobatan tradisional, meliputi bagian personal dan sosial
anak, seperti penyesuaian di sekolah, atau kebiasaan lain yang
tidak biasa. observasi hubungan orangtua dan anak, perlakuan
orangtua pada anak juga dikaji dalam riwayat ini.
r. Riwayat Seksual
Merupakan riwayat penting pada kejadian remaja,
mengungkapkan area persoalan yang berhubungan dengan
aktifitas seksual , kondisi yang dapat digunakan sebagai
skrining untuk penyakit menular seksual atau pemeriksaan
kehamilan, informasi konseling seksual.
s. Pengkajian Keluarga
a. Pengkajian struktur keluarga
Struktur keluarga merujuk pada komposisi keluarga
yang tinggal dalam rumah, dan memiliki karekterisktik
sosial, budaya , agama dan ekonomi yang mempengaruhi
kesehatan psikobiologis anak dan keluarga. Area
perhatiannya pada komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas , pekerjaan dan pendidikan anggota keluarga
, tradisi budaya dan agama.
b. pengkajian fungsi keluarga
Berkaitan dengan cara keluarga berprilaku satu sama
lain dan dengan kualitas hubungan. Bisa dilakukan dengan
tekhnik skrining (family APGAR. FAPGAR)
t. Pemerikasaan klinis diagnostic
a. Pemeriksaan antropometri
b. Pemeriksaan penunjang seperti tes biokimia, darah lengkap faal
darah dan pemeriksaan penunjang lainnya
3. Intervensi
Diagnosa Intervensi
No Keperawatan NOC NIC
1 Hipertermi Setelah dilakukan tindajan
1. Monitor suhu sesering
berhubungan dengan keperawatan diharapkan
mungkin
proses infeksi Thermoregulasi pasien
2. Monitor warna dan
menunjukkan :
suhu kulit
Suhu tubuh dalam batas normal
3. Monitor tekanan darah,
dengan kreiteria hasil:
nadi dan RR
1. Suhu 36 – 37C
4. Monitor penurunan
2. Nadi dan RR dalam
tingkat kesadaran
rentang normal
5. Monitor WBC, Hb, dan
3. Tidak ada perubahan
Hct
warna kulit dan tidak 6. Monitor intake dan
ada pusing, merasa output
nyaman. 7. Kolaborasi dengan tim
Dokter dalam
pemberian antipiretik
8. Kolaborasi dengan tim
Dokter dalam
pemberian antibiotik
9. Selimuti pasien
10. Berikan cairan
intravena
11. Kompres hangat pasien
pada lipat paha dan
aksila
12. Tingkatkan sirkulasi
udara
13. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
14. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
15. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
16. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa)
2 Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan makanan
berhubungan dengan diharapakan nutrisi 2. Kolaborasi dengan
sulit menelan teratasi dengan indikator: ahli gizi untuk
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan yang
telah diberikan dengan menggunakan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan
perencanaan).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan
virus polio. Poliomyelitis disebabkan oleh Enterovirus. Enterovirus adalah
virus RNA yang termasuk family pikornaviridae. Virus ditularkan melalui
rute oro/fecal. Penularan melalui secret faring terjadi apabila keadaan
agent sanitasinya baik sehingga dapat memutuskan rantai penularan.
Poliomielitis dibagi atas empat macam, yaitu Poliomielitis
Asimtomatis, Poliomielitis Abortif, Poliomielitis Non Paralitik, dan
Poliomielitis Paralitik.
Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun
kemudian akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan otot,
penurunan kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot. Gejala ini
didefinisikan sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut. Manifestasi lain
dari post-polio sindrom termasuk nyeri otot, deformitas tulang, kelelahan
dankram. Perkembangan kemunduran otot pada post-polio sindrom
umumnya lambat dan pada beberapa kasus tidak bisa dilihat hanya dalam
1-2 tahun. Beberapa komplikasi lain yang mungkin terjadi, diantaranya
deformitas tulang, abnormalitas neurologis saraf, komplikasi respiratory
skoliosis dan atropi otot.
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan
adalah: peningkatan hygiene, dan imunisasi polio. Sedangkan
penatalaksanaan polio untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan
menggunakan analgetik. Untuk meningkatkan status pernafasan artifisial
ventilasi mungkin dibutuhkan dan untuk mendukung status nutrisi
digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM aktif dan pasif mungkin
dibutuhkan untuk mencegah kontraktur dan deformitas.
Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya kurang pengetahuan
tentang penyakit polio berhubungan dengan infomasi yang tidak adekuat,
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sulit menelan,
hypertermi berhubungan dengan proses infeksi, nyeri akut berhubungan
dengan proses infeksi yang menyerang syaraf, gangguan kecemasan pada
anak dan keluarga berhubungan dengan kondisi penyakit, dan gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis otot.
B. SARAN
Penulis menyarankan agar mahasiswa benar-benar mempelajari system
persarafan ini, dan mempelajari gangguan system persarafan ini, sehingga
mahasiswa perawat bisa memberikan asuhan keperawatan yang kompherensif
pada pasien gangguan system persarafan.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, RE, dkk. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Cetakan 2010. Jakarta: EGC
Carpenito & Juall, L. 2007, Handbook of Nursing Diagnosis Ed.10, Alih
Bahasa, Yasmin Asih, EGC, Jakarta.
Nurarif, Amin Hudan & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction Publishing
Penyakit Polio. Diakses dari http://medicastore.com tanggal 15 September 2014