Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN GANGGUAN PENCERNAAN

DOSEN PENGAMPU : RICKY AKBARIL, S.Kep., Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. Rismawati Puji Lestari (213210046)


2. Adinda Sekar Angraeni (213210058)
3. Barep Ananta Putri (213210067)
4. Cahyani Reri Afika (213210068)
5. DivaAprilia (213210070)
6. Lilis Eka Purnamasari (213210080)
7. Ristiana (213210093)
8. Siti Hafifah Nur Alisah (213210096)
9. Siti Sulamdari (213210097)
10. Virda Adimia Virnanda (213210100)
11. Afifah (213210104)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, nikmat, taufiq, serta hidayahnya, sehingga kami dapat
menyusun makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pemeriksaan
Diagnostik Dan Gangguan Pencernaan”. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kita harapkan
syafa’atnya di hari kiamat kelak. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Dewasa, dengan dosen pengampu bapak Ricky Akbaril,
S.Kep., Ns, M.Kep. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada seluruh pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan karena keterbatasan kami sebagai manusia biasa, untuk itu
kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan kami dalam
menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang. Akhir kata dengan
mengucapkan syukur Alhamdulillah atas terselesainya tugas makalah ini dan
semoga bermanfaat dan bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua,
Aamiin.

Jombang, 06 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3

2.1 Definisi Gangguan Penernaan..................................................................3

2.2 Pemeriksaan Diagnostik Gangguan Pencernaan......................................3

2.3 Pemeriksaan Laboratorium Gangguan Pencernaan..................................8

2.4 Prosedur Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium Pada Masalah


Gangguan Pencernaan..........................................................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................23

3.1 Kesimpulan..............................................................................................23

3.2 Saran........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus.
Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan,
mencerna makanan, serta penyerapan zat gizi yang penting bagi tubuh kita
untuk hidup dan tumbuh. Saluran pencernaan berawal dari mulut, dan
berlanjut ke esofagus dan lambung. Makanan disimpan sementara di lambung
sampai disalurkan ke usus halus. Usus halus di bagi menjadi tiga bagian yaitu
duodenum, yeyunum dan ileum. Pencernaan dan penyerapan makan
berlangsung terutama di usus halus. Dari usus halus, makanan kemudian
masuk ke usus besar yang terdiri dari kolon dan rektum.

Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkanoleh pola makan


yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan yang memberikan
gejala seperti gastroenteritis, konstipasi, obstipasi maupun ulkus. Gangguan
pencernaan ini banyak disebabkan oleh sebagian besar enterobacteriaceace,
namun tidak semua enterobacteriaceace dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, seperti proteus mirabilis yang merupakan flora normal usus
manusia dapat menjadi patogen bila berada di luar usus manusia dan mengenai
saluran kemih.

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang


dapat membantu dalam menentukan keputusan mengenai suatu diagnosis
penyakit. Pemeriksaan laboratorium dengan hasil yang bermutu sangat
diperlukan. Kegiatan laboratorium sehari-hari meliputi kegiatan pra analitik,
analitik dan paska analitik. Kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan sehingga satu sama lain saling mempengaruhi hasil
pelayanan laboratorium. Laboratorium harus mempertimbangangkan
bagaimana cara menangani contoh spesimen melalui berbagai tahapan proses,
mulai dari pengiriman, penerimaan, dan penanganan spesimen di

1
laboratorium. Penanganan spesimen sangat penting agar hasil pemeriksaan
terjamin ketepatan dan ketelitiannya.

Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis


yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu.
Pemeriksaan ini umumnya dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan
penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit pada pasien. Pemeriksaan
penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan yang dilakukan
dokter untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat
keparahannya. Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan saat pasien
berkonsultasi ke dokter karena adanya keluhan atau gejala tertentu, atau saat
pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin (medical check-up).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan gangguan pada sistem pencernaan ?
2. Bagaimana pemeriksaan diagnosis pada gangguan pencernaan ?
3. Bagaimana pemeriksaan laboratorium pada gangguan pencernaan ?
4. Bagaimana Prosedur Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium Pada
Masalah Gangguan Pencernaan ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari gangguan sistem pencernaan.
2. Mengetahui pemeriksaan diagnosis dan laboratorium yang digunakan
dalam menangani masalah pada gangguan sistem pencernaan.
3. Mengetahui prosedur pemeriksaan diagnostik dan laboratorium pada
masalah gangguan pencernaan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gangguan Penernaan

Gangguan pencernaan merupakan salah satu gangguan penyakit


yang terjadi pada bagian pencernaan manusia. Gangguan pencernaan ini
sendiri menyebabkan gangguan pada aktivitas yang sedang dijalankan oleh
penderitanya. Hal ini disebabkan oleh rasa mual, mulas, tak bertenaga dan
sebagainya. Penyebab penyakit gangguan pencernaan yang paling utama
ini adalah pola makan yang mungkin tidak sehat. Pada manusia sangat
banyak hal yang menyangkut berbagai organ yang terkait dengan sistem
pencernaan. Penyebabnya bermacam-macam, dapat terjadi karena luka di
bagian dalam yang terinfeksi oleh virus atau bakteri, hingga kelainan kerja
fisiologis tubuh.

2.2 Pemeriksaan Diagnostik Gangguan Pencernaan

Pemeriksaan diagnostik merupakan suatu pemeriksaan penunjang


yang dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat dalam menegakkan
diagnosa keperawatan. Macam-macam pemeriksaan diagnostik pada
gangguan pencernaan, antara lain :

1. Pemeriksaan Kerongkongan
a. Pemeriksaan barium
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati
kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen
berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau
difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan
kelainan anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan
atau ulkus). Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan
yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi

3
penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi
secara normal. 
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang
dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti: 
a) Selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan
tersumbat oleh jaringan fibrosa) 
b) Divertikulum Zenker (kantong kerongkongan) 
c) Erosi dan ulkus kerongkongan
d) Varises kerongkongan 
e) Tumor
b. Manometri
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung
dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam
kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter
bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong
makanan secara normal atau tidak.
c. Pengukuran pH kerongkongan
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat
manometri. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah
terjadi refluks asam atau tidak. 
d. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan)
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam
kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. 
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada
disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan
cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan
kerongkongan (esofagitis).
2. Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang
lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun

4
pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak
menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang digunakan bervariasi,
tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk
diagnosik atau pengobatan).

a. Intubasi Nasogastrik
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui
hidung menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk
mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah
lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman,
enzim dan karakteristik lainnya. Intubasi nasogastrik juga bisa
digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu: 
a) Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin 
b) Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon
aktif
c) Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami
kesulitan menelan
b. Intubasi Nasoenterik

Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung


lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus
halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk: 

a) Mendapatkan contoh isi usus 


b) Mengeluarkan cairan 
c) Memberikan makanan
3. Endoskopi 
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan
menggunakan selang/tabung serat optik yang
disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa
digunakan untuk memeriksa: 
a) Kerongkongan (esofagoskopi) 

5
b) Lambung (gastroskopi) 
c) Usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas). 
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk
memeriksa: 

a) Rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi) 


b) Keseluruhan usus besar (kolonoskopi)
4. Laparoskopi 
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan
menggunakan endoskop. Laparoskopi biasanya dilakukan dalam
keadaan penderita terbius total. Setelah kulit dibersihkan
dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar.
Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam
rongga perut. Dengan laparoskopi dokter dapat: 

a. Mencari tumor atau kelainan lainnya 


b. Mengamati organ-organ di dalam rongga perut 
c. Memperoleh contoh jaringan
d.  Melakukan pembedahan perbaikan
5. Rontgen
a. Foto polos perut
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut,
yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita. 
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan: 
1) Suatu penyumbatan 
2) Kelumpuhan saluran pencernaan 
3) Pola udara abnormal di dalam rongga perut
4) Pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa)
b. Pemeriksaan barium
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak
putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan,
menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus

6
halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan
adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan. 
6. Parasentesis 
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan
mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar
saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan
bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu,
seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau
pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh
cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang
berlebihan. 

7. USG Perut 
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan
tidak memiliki resiko. Pemeriksaan menekan sebuah alat kecil di
dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian
perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam
bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam
film video. 

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan


gambaran dari organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan
bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa
menunjukkan daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat
menunjukkan adanya cairan, tetapi USG bukan alat yang baik untuk
menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan
untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus
atau usus besar.

8. Pemeriksaan darah Samar 


Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik
oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius. Bila perdarahannya banyak,

7
bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau
mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena). Jumlah darah yang
terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja,
bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari
adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya. 

Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil


tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung
zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan
berubah bila terdapat darah. 

2.3 Pemeriksaan Laboratorium Gangguan Pencernaan

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu prosedur pelaksanaan


pemeriksaan yang bertujuan untuk deteksi dini, diagnosis, dan
pengobatan penyakit pada pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah
jenis pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan sample darah, urine
atau jaringan tubuh. Adapun macam-macam pemeriksaan laboratorium
dalam sistem pencernaan antara lain:

1. Pemeriksaan Makroskopik

a. Bau
a) Bau normal: beraroma khas, bukan bau busuk. Indol, skatol
dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.
b) Bau tidak normal: baunya sangat busuk. Dicurigai, ada
pembusukan yang tidak normal oleh bakteri di usus.
b. Jumlah: Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100
sampai
200 gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan.

c. Warna: Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat


berubah menjadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih

8
banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis
makanan.
d. Darah: Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,
coklat atau
hitam.
e. Parasit: Diperiksa pula adanya cacing ascaris, ancylostoma dan
lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.
2. Pemeriksaan Mikroskopik

a. Protozoa: Biasanya didapati dalam bentuk kista bila konsistensi


tinja cair baru didapatkan bentuk trofazoid.
b. Leukosit: Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit
dalam seluruh sediaan.
c. Eritrosit: Hanya terlihat apabila ada lesi dalam kolon, rektum atau
anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah
hancur.
d. Kristal: Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja
Normal mungkin terlihat kristal triple fosfat, kalsium oksalat dan
asam lemak.
e. Sisa Makanan: Hampir selalu dapat ditemukan juga pada
keadaan normal tetapi dalam keadaan tertentu jumlahnya
meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal.

2.4 Prosedur Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium Pada Masalah


Gangguan Pencernaan

1. Apendisitis
Merupakan peradangan pada apendiks yang berbahaya dan jika tidak
ditangani dengan segera akan terjadi infeksi berat yang menyebabkan
pecahnya lumen usus. (Sulistyoningtyas and Khusnul Dwihestie 2022)

A. Pemeriksaan Diagnostik:

9
Pemeriksaan diagnostik yang digunakan dalam gangguan
apendisitis ialah menggunakan metode Ultrasonografi. Adapun prosedur
pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Persiapan
Sebelum menjalankan USG abdomen, petugas kesehatan meminta
informed consend dari pasien. Pasien dapat diminta meminum air untuk
mengisi kandung kemih. Kandung kemih yang terisi dapat
memudahkan analisis organ-organ di regio abdomen yang lebih rendah,
seperti appendics. Peralatan yang digunakan:

a) Mesin USG (terdiri dari transducer probe, central processing unit,


monitor, keyboard dengan tombol control, disk storage devices dan
printer).
b) Gel ultrasound.
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Pasien berbaring sesuai posisi yang diharapkan.
b) Petugas kesehatan mengoleskan gel ultrasound ke abdomen pasien
dan menempelkan transducer.
c) Petugas kesehatan menginstruksikan kapan pasien perlu menarik napas
atau membuang napas serta kapan pasien perlu mengubah posisi untuk
memudahkan viasualisasi organ.
d) Transducer akan mengeluarkan gelombang ultrasonik yang kemudian
dipantulkan kembali oleh organ-organ abdomen dan tampak di monitor
sebagai gambaran yang bisa diinterprestasikan.
e) Petugas kesehatan dapat menilai kondisi sistem gastrointestinal.
f) Kelainan yang diperiksa ditemukannya fekalit non-klasifikasi,
apendiks nonperforasi, abses apendiks.
g) Perforasi saluran cerna akan menunjukan gambaran udara bebas
intraperitonial yang dapat di temukan di kuadran tangan atas abdomen.
h) Perforasi akan di sebabkan oleh tukak lambung trauma tumpul atau
pernetrasi,faktor iatrogenik,benda asing maupun neo plasma.

10
i) Pemeriksaan USG dapat merupakan sebuah tantangan apabila apendiks
tidak dapat tervisualisasi dengan baik.
j) Temuan berupa volume cairan yang meningkat, phlegmon dan
perubahan lemak pericecal dapat mengarahkan diagnosis ke apendisitis
akut.
c. Pasca Pemeriksaan
Sebaikanya melakukan konsultasi pada dokter spesialis
bedah terlebih dahulu mengenai kondisi yang dialami saat ini dengan
membawa hasil USG. Selain itu, untuk mencegah batu ginjal yang dapat
dilakukan yaitu mencukupi kebutuhan cairan serta tidak menahan kencing
dan menjaga pola makan.

B. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan labortorium yang digunakan dalam gangguan


apendisitis ialah menggunakan metode Pemeriksaan Darah. Adapun
prosedur pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Persiapan
Menjelaskan jenis pemeriksaan: pemeriksaan appendisitis dan
menjelaskan alasan pemeriksaan bahwa kecurigaan adanya apendisitis
dari hasil amnanesis pemeriksaan fisis umum,untuk menegakan diagnosis
untuk penentuan langkah selanjutnya. Peralatan yang digunakan:

a) Spuit.
b) Alkohol swab.
c) Tabung vacutainer.
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Meminta pasien berbaring dan membuka pakaian bagian
abdomen.
b) Menekan perut bagian kanan.
c) Menghangatkan suhu telapak tangan pasien.

11
d) Memberikan penekanan dengan ujung jari sambil melihat
ekspresi pasien dan meminta pasien memberitahu jika terasa
nyeri, lakukan dengan sangat hari hati, jika positif apendisitis
pasien akan merasa sangat nyeri.
e) Melakukan memfleksikan paha kanan sambil melakukan rotasi dan
melihat ekspresi pasien jika terasa nyeri.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah dilakukan pemeriksaan darah pasien disarankan untuk
melakukan pemeriksaan yang lainnya karena dalam mendiagnosa dan
menentukan penanganan, tidak bisa berdasarkan hasil darah saja.

2. Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh di usus besar
(kolon) atau di bagian paling bawah usus besar yang terhubung ke naus
(rektum). Kanker kolorektal dapat dinamai kanker kolon atau kanker
rektum, tergantung pada lokasi tumbuhnya kanker.(richard oliver ( dalam
Zeithml. 2021)

A. Pemeriksaan Diagnostik:

Pemeriksaan diagnostik yang digunakan dalam gangguan


kanker kolorektal ialah menggunakanmetode Kolonoskopi. Adapun
prosedur pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Persiapan

a) Dokter spesialis gastroentrologi menanyakan riwayat kesehatan,


riwayat mengonsumsi obat-obatan sebelumnya, alergi klien.
b) Klien dianjurkan mengosongkan usus besar agar dinding usus
terlihat lebih jelas (dengan diet 1-3 hari sebelum pemeriksaan).
c) Jelaskan prosedur dan tujuan kolonoskopi dilakukan.
d) Anjurkan klien mengganti pakaian dengan baju khusus yang
digunakan untuk pemeriksaan.

12
e) Atur posisi klien berbaring di tempat tidur dalam posisi miring
dengan lutut ditekuk kearah dada.
Klien diberi obat sedatif yang dikombinasikan dengan pereda nyeri
supaya tubuh terasa nyaman selama prosedur berlangsung. Peralatan yang
digunakan:

Alat kolonoskop yang berbentuk seperti selang lentur berdiameter


kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi kamera diujungnya.

b. Prosedur Penatalaksanaan

a) Setelah obat bius bekerja, dokter memasukkan kolonoskop


kedalam anus sekaligus memompa udara kedalam usus besar untuk
mengembangkannya, sehingga dinding usus nampak terlihat jelas.
b) Dokter mengambil beberapa gambar yang diperlukan saat
pemeriksaan.
c) Jika ditemukan polip atau pertumbuhan jaringan yang tidak
normal, dilakukan pemotongan polip dan dilanjutkan tindakan
biopsi (pengambilan sampel jaringan) di area tersebut.
c. Pasca Pemeriksaan

Setelah selesai dilakukan prosedur kolonoskopi , pasien harus tetap


berada di ruang perawatan hinggapegaruh obat bius berkurang. Rasa
kembung dan kram perut mungkin timbul sesuai tindakan. Keluhan
tersebut akan mereda secara perlahan dan hilang dengan sendirinya.

B. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam gangguan


kanker kolorektal ialah menggunakan metode Tes Darah Samar Feses.
Adapun prosedur pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Persiapan

13
Dokter akan merekomendasikan pasien untuk melakukan
diet khusus sebelum melakukan tes darah samar feses. Dan
diskusikan dengan dokter untuk persiapan ini.

Peralatan yang digunakan:

a) Wadah penampung sampel feses (pot feses).


b) Tabung reaksi dan rak tabung.
c) Alat pemanas (hot plate).
d) Sampel feses yang akan diperiksa.
e) Kristal benzidin basah.
f) Hidrogen peroksida (H2O2) 3%. g. NaCl 0,9%.
g) Asam cuka glasial.
b. Prosedur Pelaksanaan
a) Buat emulsi tinja dengan air atau NaCl 0,9% (10 ml) panasi
sampai mendidih.
b) Saring emulsi tinja yang masih panas, biarkan filtratnya sampai
dingin.
c) Di dalam sebuah reaksi tabung lainnya, masukkan kristal
benzidin basah seujung pisau (1 gram).
d) Tambahkan 3 ml asam cuka glasial, kocok sampai kristal
benzidin larut dengan meninggalkan sedikit kristal.
e) Tambahkan 2 ml filtrat tinja, campur.
f) Tambahkan 1 ml H2O2 3% segar, campur.
g) Hasil di baca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama).
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah dilakukan pemeriksaan tes samar feses, pasien akan
mendapatkan hasil pemeriksaan dalam waktu 1-3 hari. Jika hasil
tes pemeriksaan samar feses negatif berarti tidak ada darah pada
sampel tinja pasien. Dan jika hasil tes pemeriksan positif maka
menandakan adanya darah pada sampel tinja pasien. Maka untuk

14
memastikan lebih lanjut dilakukan pemeriksaan tambahan seperti
kolonoskopi.

15
3. Hepatitis

Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari infeksi virus, kebiasaan
mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu. Penyakit autoimun,
dan infeksi cacing hati. Jika disebakan oleh infeksi virus, hepatitis bisa
menular ke orang lain.(Pratama 2022)

A. Pemeriksaan Diagnostik:

Pemeriksaan diganostik yang digunakan dalam gangguan hepatitis


ialah menggunakan metodeTes Fungsi Hati. Adapun prosedur
pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Persiapan
Pasien dianjurkan untuk berhenti mengonsumsi obat-obatan.
Pasien dianjurkan puasa selama 10-12 jam sebelum menjalani tes
fungsi hati karena beberapa makanan dapat mempengaruhi hasil tes.
Pasien dianjurkan mengenakan pakaian lengan pendek atau pakaian
bagian lengannya mudah digulung, agar tidak menyulitkan proses
pengambilan sampel darah.

Peralatan yang digunakan:

a) Kapas beralkohol.
b) Jarum suntik.
c) Tourniquet.
d) Tabung penyimpanan darah.
e) Perban.
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Membersihkan area kulit yang menjadi lokasi pengambilan
darah dengan kapas beralkohol.

16
b) Mengikatkan tali elastis ke lengan agar pembuluh darah vena
pasien dapat terlihat dengan jelas.
c) Menusukkan jarum suntik ke pembuluh darah vena, kemudian
mengambil darah dengan jumlah yang dibutuhkan.
d) Melepaskan tali di lengan dan penutup luka bekas
suntikan dengan perban untuk menghentikan perdarahan.
e) Membawa sampel darah yang telah diambil untuk diperiksa di
laboratorium.
c. Pasca Pemeriksaan
Hasil tes fungsi hati pasien akan dibandingkan dengan
patokan nilai fungsi hati yang normal. Hasil tes fungsi hati pasien
menunjukkan adanya kerusakan pada hati, dokter akan mencari tau
penyebabnya dengan mengevaluasi gejala dan riwayat penyakit
pasien.

B. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam gangguan


hepatitis ialah menggunakan metode Tes Darah. Adapun prosedur
pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Persiapan
Menjelaskan tentang tes darah yang akan dilakukan, yang
hasilnya nanti dapat mengkonfirmasi jenis virus hepatitis, tingkat
keparahan infeksi, apakah infeksi aktif atau tidak, apakah pengidap
menularkannya pada orang lain. Dan juga dapat memastikan
apakah virus itu akut (jangka pendek) atau kronis (jangka panjang).

Peralatan yang digunakan:

a) Spuit.
b) Alkohol swab.
c) Tabung penyimpan darah.

17
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Meminta pasien untuk menaikkan baju bagian lengan.
b) Petugas medis membersihkan area yang akan di ambil
darahnya dengan alkohol.
c) Memasukkan jarum kedalam vena, ketika volume darah dirasa
sudah cukup jarum di angkat.
d) Memasukkan darah ke tabung penyimpan darah.
e) Barulah sampel darah dibawa ke laboratorium untuk dianalis.
c. Pasca Pelaksanaan
Setelah dilakukan tes darah pasien diberitahu hasilnya. Jika
hepatitis posistif maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan
yang lainnya untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

4. Sirosis Hepatis
Sirosis hepatis merupakan penyakit pada hepar yan merupakan
bentuk lanjutan dari fibrosis hepar berupa konversi jaringan hepar
normal menjadi nodul abnormal. Sirosis yang tidak tertangani dengan baik
akan menyebabkan pemyakit hepar stadium akhir (end stage liver disease).
(Natasya, Bahri, and Kasih 2022)
A. Pemeriksaan Diagnostik:
Pemeriksaan diagnostik yang digunakan dalam gangguan sirosis
hepatis ialah menggunakan metode USG Abdomen.

Adapun prosedur pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Persiapan
Pemeriksaan USG abdomen pada sirosis hati. Sebelum
menjalankan USG abdomen, dokter perlu meminta informed consent
dari pasien. Pasien perlu berpuasa selama 4-6 jam karena adanya
makanan didalam saluran pencernaan dapat menggangu visualisasi
organ – organ dirongga abdomen. Sebagai persiapan USG abdomen,
pasien dapat diminta meminum air untuk mengisi kandung kemih.

18
Kandung kemih yang terisi dapat memudahkan analisis organ – organ
di regio abdomen yang lebih rendah seperti apendiks. Peralatan yang
digunakan:

a) Mesin USG.
b) Gel ultrasound.
b. Penatalaksanaan
a) Pasien diminta melepas pakaian maupun aksesoris yang digunakan,
seperti ikat pinggang, perhiasan, serta benda lainnya yang beresiko
mengganggu proses pemindaian.
b) Pasien wajib melepaskan pakaian dari bagian pinggang kebawah
dan menggunakan pakaian khusus yang disediakan oleh rumah
sakit.
c) Pasien diminta untuk berbaring diatas meja scanner dengan
kondisi perut yang terbuka.
d) Dokter akan mengoleskan gel konduktif ke seluruh area permukaan
area kulit perut yang akan diperiksa.
e) Kemudian, dokter akan menggerak kan stik bernama transduser
dengan gerakan maju mundur secara perlahan ke area
permukaan kulit perut tertentu guna menangkap gambar organ –
organ di dalamnya.
f) Transduser akan menggambarkan kondisi organ dalam perut
pasien secara jelas melalui monitor.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah dilakukan pemeriksaan dokter akan memeriksa hasil tes
dan menginterpretasikan hasil USG kepada pasien dan memberikan
informasi mengenai penyakit dan merencanakan pengobatan
selanjutnya.

B. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam gangguan
sirosis hepatis ialah menggunakan metode Tes Darah.

19
Adapun prosedur pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Persiapan
Dokter akan meminta pasien untuk tidak mengkonsumsi
makanan dam minum obat sebelum darah diambil. Peralatan yang
digunakan:

a) Spuit.
b) Handscoon.
c) Tabung darah.
d) Alkohol.
e) Plester.
f) Torniquet.
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Petugas menyiapkan suntikan dan botol yang digunakan untuk
menampung sempel darah yang diambil.
b) Petugas medis mengikat tangan dengan torniquet .
c) Petugas medis akan memeriksa pembuluh vena yang menjadi
tempat pengambilan sempel darah.
d) Bersihkan area tersebut menggunakan kapas yang telah dibasahi
dengan alkohol.
e) Suntikan yang telah disiapkan tadi kemudian digunakan untuk
mengambil darah dari vena tersebut.
f) Darah yang telah diambil lalu ditampung dalam botol berukuran
kecil.
g) Darah yang telah diambil harus segera dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan pengujian lebih lanjut.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah dilakukan pemeriksaan petugas kesehatan akan
membacakan hasil tes tersebut dan jika ditemukan masalah penyakit
maka pasien akan dianjurkan untuk melaksanakan pengobatan.

20
5. Gastritis
Gastritis merupakan peradangan pada dinding yang ditandai
dengan nyeri di ulu hati atau lambung. Jika dibiarkan, gastritis bisa
berlangsung hingga bertahun-tahun dan menyebabkan komplikasi serius,
seperti tukak lambung. Gastritis terbagi menjadi dua, yaitu gastritis akut
(terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan nyeri ulu hati hebat yang
bersifat sementara) dan kronis (peradangan di lapisan lambung terjadit
lebih sering dan lebih lama). Jika gastritis akut tidak segera ditangani akan
menjadi gastritis kronis.(Kendari 2022)
A. Pemeriksaan Diagnostik:
Permeriksaan diagnostik yang digunakan dalam gangguan
gastritis ialah menggunakan metode Endoskopi. Adapun prosedur
pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Persiapan
a) Petugas kesehatan menanyakan atau memeriksa riwayat
kesehatan secara lengkap.
b) Petugas kesehatan menanyakan adakah alergi pada obat
tertentu.
c) Pasien dianjurkan untuk berpuasa sekitar 6 – 12 jam sebelum
melakukan tindakan endoskopi. Tujuannya untuk memastikan
lambung dalam keadaan kosong sehingga dokter akan
memberikan obat pencahar pada malam sebelumnya. Peralatan
yang digunakan:
a) Alat berbentuk selang yang dilengkapi dengan kamera dan
senter pada bagian ujungnya.
b) Monitor yang akan menunjukkan gambar atau yang ditangkap
oleh kamera tersebut.
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Pasien diberi obat penenang atau obat bius dalam bentuk
suntikan atau cairan yang disemprot kedalam tenggorokan

21
melalui mulut. Tujuannya ketika alat endoskopi dimasukan
melalui mulut ke lambung, pasien tidak merasakan sakit.
b) Petugas kesehatan memeriksa dengan detail mengenai ada
tidaknya gangguan dalam lambung pasien.
c) Hasil endoskopi lambung akan menunjang hasil pemeriksaan,
untuk menentukan diagnosis dan penyebab dari penyakit
lambung dan petugas kesehatan memberikan penanganan yang
sesuai.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah dilakukan pemeriksaan endoskopi pasien
mengalami kram, kembung dan infeksi ringan di tenggorokan,
pasien juga akan mengalami mati rasa akibat obat bius dan
akan membaik dalam waktu 1 jam. Setelah obat bius hilang
pemeriksaan ulang kembali dilakukan untuk memastikan pasien
tidak mengalami keluhan pasca prosedur endoskopi.

B. Pemeriksaan Laboratorium:
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam
gangguan gastritis ialah menggunakan metode UBT (Urea Breath
Test). Adapun prosedur pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Persiapan
Pasien dianjurkan untuk jangan mengonsumsi obat-obatan
kecuali mendapatkan persetujuan dokter &dianjurkan untuk
menghindari makanan & minuman 1 jam sebelum test termasuk air
putih. Peralatan yang digunakan:

a) Urea yang diberi label isotop karbon -13.


b) Tabung vakum berisi natrium hidroksida (NaOH).
c) Alat penghiusap udara atau straw.
d) Larutan asam hidroklorida hcl 0,1 m.
e) Alat pengukur isotop seperti sprektometer masa.

22
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Pasien akan diberikan kapsul yang mengandung urea & air
putih.
b) Jika sudah tiga menit, dokter akan memberikan segelas air
kecil.
c) Setelah tujuh menit pasien akan diminta untuk meniup balon.
d) Saat selesai meniup balon dokter akan mengidentifikasi ada
atau tidaknya bakteri H. Pylori pada lambung pasien yang
keluar lewat udara pada balon.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah tes dilakukan sampel akan diperiksa di
laboratorium. Sementara itu pasien bisa melanjutkan aktivitas
sehari-hari secara normal.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan pencernaan merupakan salah satu gangguan penyakit yang


terjadi pada bagian pencernaan manusia. Gangguan pencernaan ini sendiri
menyebabkan gangguan pada aktivitas yang sedang dijalankan oleh
penderitanya. Hal ini disebabkan oleh rasa mual, mulas, tak bertenaga dan
sebagainya.
Pemeriksaan diagnostik merupakan suatu pemeriksaan suatu penunjang
yang dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat dalam menegakkan
diagnosa keperawatan. Pemeriksaan diagnostik pada sistem pencernaan terdiri
dari pemeriksaan kerongkongan, intubasi, endoskopi, laparoskopi, rontgen,
parasentesis, USG perut, pemeriksaan analisis lambung, pemeriksaan
darah samar. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu prosedur pelaksanaan
pemeriksaan yang bertujuan untuk deteksi dini, diagnosis, dan pengobatan
penyakit pada pasien. Pemeriksaan laboratorium pada sistem pencernaan
terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan pemeriksaan mikroskopik.

3.2 Saran

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik
dari tulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu, dibutuhkan
saran dari pembaca agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi. Dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan
kita dalam memahami tentang Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
Gangguan Pencernaan.

24
DAFTAR PUSTAKA
Medicastore.com. 2018. “Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan”.
https://medicastore.com/penyakit/20/pemeriksaan-diagnostik-untuk-
saluran-pencernaan. Diakses pada 6 April 2023.

Salimah, Nabilatuz Zulfa, 2023. “Pemeriksaan Lab Sistem Pencernaan”.


https://id.scribd.com/presentation/350295951/Pemeriksaan-Lab-Sistem
Pencernaan. Diakses pada 6 April 2023.

Kendari, Kota. 2022. “Asuhan Keperawatan Pada Ny.f Dengan Diagnosa Medis
Gastritis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Rawat Rsu Aliyah
1 Kota Kendari.”

Natasya, Nuning, Teuku Samsul Bahri, and Laras Cyntia Kasih. 2022. “Asuhan
Keperawatan Pada Psmba Dengan Sirosis Hepatis: Suatu Studi Kasus.” JIM
FKep 1(2): 52–60.

Pratama, Bangkit Ary. 2022. “Literature Review : Identifikasi Penyebab Hepatitis


Literature Review : Causes Identification ’ S Acute.” Jurnal Ilmu Kesehatan
10(2): 63–75.

richard oliver ( dalam Zeithml., dkk 2018 ). 2021. “ 済 無 No Title No Title No


Title.” Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.: 2013–15.

Sulistyoningtyas, Sholaikhah, and Luluk Khusnul Dwihestie. 2022. “Jurnal Ilmiah


Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal.” Peran Mikronutrisi Sebagai Upaya
Pencegahan Covid-19 12(Januari): 75–82.

25

Anda mungkin juga menyukai