Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, nikmat, taufiq, serta hidayahnya, sehingga kami dapat
menyusun makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pemeriksaan
Diagnostik Dan Gangguan Pencernaan”. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kita harapkan
syafa’atnya di hari kiamat kelak. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Dewasa, dengan dosen pengampu bapak Ricky Akbaril,
S.Kep., Ns, M.Kep. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada seluruh pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
3.1 Kesimpulan..............................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
laboratorium. Penanganan spesimen sangat penting agar hasil pemeriksaan
terjamin ketepatan dan ketelitiannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pemeriksaan Kerongkongan
a. Pemeriksaan barium
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati
kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen
berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau
difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan
kelainan anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan
atau ulkus). Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan
yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi
3
penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi
secara normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang
dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti:
a) Selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan
tersumbat oleh jaringan fibrosa)
b) Divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
c) Erosi dan ulkus kerongkongan
d) Varises kerongkongan
e) Tumor
b. Manometri
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung
dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam
kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter
bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong
makanan secara normal atau tidak.
c. Pengukuran pH kerongkongan
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat
manometri. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah
terjadi refluks asam atau tidak.
d. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan)
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam
kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada
disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan
cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan
kerongkongan (esofagitis).
2. Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang
lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun
4
pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak
menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang digunakan bervariasi,
tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk
diagnosik atau pengobatan).
a. Intubasi Nasogastrik
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui
hidung menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk
mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah
lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman,
enzim dan karakteristik lainnya. Intubasi nasogastrik juga bisa
digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
a) Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
b) Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon
aktif
c) Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami
kesulitan menelan
b. Intubasi Nasoenterik
5
b) Lambung (gastroskopi)
c) Usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk
memeriksa:
6
halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan
adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
6. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan
mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar
saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan
bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu,
seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau
pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh
cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang
berlebihan.
7. USG Perut
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan
tidak memiliki resiko. Pemeriksaan menekan sebuah alat kecil di
dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian
perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam
bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam
film video.
7
bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau
mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena). Jumlah darah yang
terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja,
bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari
adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
1. Pemeriksaan Makroskopik
a. Bau
a) Bau normal: beraroma khas, bukan bau busuk. Indol, skatol
dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.
b) Bau tidak normal: baunya sangat busuk. Dicurigai, ada
pembusukan yang tidak normal oleh bakteri di usus.
b. Jumlah: Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100
sampai
200 gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan.
8
banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis
makanan.
d. Darah: Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,
coklat atau
hitam.
e. Parasit: Diperiksa pula adanya cacing ascaris, ancylostoma dan
lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.
2. Pemeriksaan Mikroskopik
1. Apendisitis
Merupakan peradangan pada apendiks yang berbahaya dan jika tidak
ditangani dengan segera akan terjadi infeksi berat yang menyebabkan
pecahnya lumen usus. (Sulistyoningtyas and Khusnul Dwihestie 2022)
A. Pemeriksaan Diagnostik:
9
Pemeriksaan diagnostik yang digunakan dalam gangguan
apendisitis ialah menggunakan metode Ultrasonografi. Adapun prosedur
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Persiapan
Sebelum menjalankan USG abdomen, petugas kesehatan meminta
informed consend dari pasien. Pasien dapat diminta meminum air untuk
mengisi kandung kemih. Kandung kemih yang terisi dapat
memudahkan analisis organ-organ di regio abdomen yang lebih rendah,
seperti appendics. Peralatan yang digunakan:
10
i) Pemeriksaan USG dapat merupakan sebuah tantangan apabila apendiks
tidak dapat tervisualisasi dengan baik.
j) Temuan berupa volume cairan yang meningkat, phlegmon dan
perubahan lemak pericecal dapat mengarahkan diagnosis ke apendisitis
akut.
c. Pasca Pemeriksaan
Sebaikanya melakukan konsultasi pada dokter spesialis
bedah terlebih dahulu mengenai kondisi yang dialami saat ini dengan
membawa hasil USG. Selain itu, untuk mencegah batu ginjal yang dapat
dilakukan yaitu mencukupi kebutuhan cairan serta tidak menahan kencing
dan menjaga pola makan.
B. Pemeriksaan Laboratorium
a. Persiapan
Menjelaskan jenis pemeriksaan: pemeriksaan appendisitis dan
menjelaskan alasan pemeriksaan bahwa kecurigaan adanya apendisitis
dari hasil amnanesis pemeriksaan fisis umum,untuk menegakan diagnosis
untuk penentuan langkah selanjutnya. Peralatan yang digunakan:
a) Spuit.
b) Alkohol swab.
c) Tabung vacutainer.
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Meminta pasien berbaring dan membuka pakaian bagian
abdomen.
b) Menekan perut bagian kanan.
c) Menghangatkan suhu telapak tangan pasien.
11
d) Memberikan penekanan dengan ujung jari sambil melihat
ekspresi pasien dan meminta pasien memberitahu jika terasa
nyeri, lakukan dengan sangat hari hati, jika positif apendisitis
pasien akan merasa sangat nyeri.
e) Melakukan memfleksikan paha kanan sambil melakukan rotasi dan
melihat ekspresi pasien jika terasa nyeri.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah dilakukan pemeriksaan darah pasien disarankan untuk
melakukan pemeriksaan yang lainnya karena dalam mendiagnosa dan
menentukan penanganan, tidak bisa berdasarkan hasil darah saja.
2. Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh di usus besar
(kolon) atau di bagian paling bawah usus besar yang terhubung ke naus
(rektum). Kanker kolorektal dapat dinamai kanker kolon atau kanker
rektum, tergantung pada lokasi tumbuhnya kanker.(richard oliver ( dalam
Zeithml. 2021)
A. Pemeriksaan Diagnostik:
a. Persiapan
12
e) Atur posisi klien berbaring di tempat tidur dalam posisi miring
dengan lutut ditekuk kearah dada.
Klien diberi obat sedatif yang dikombinasikan dengan pereda nyeri
supaya tubuh terasa nyaman selama prosedur berlangsung. Peralatan yang
digunakan:
b. Prosedur Penatalaksanaan
B. Pemeriksaan Laboratorium
a. Persiapan
13
Dokter akan merekomendasikan pasien untuk melakukan
diet khusus sebelum melakukan tes darah samar feses. Dan
diskusikan dengan dokter untuk persiapan ini.
14
memastikan lebih lanjut dilakukan pemeriksaan tambahan seperti
kolonoskopi.
15
3. Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari infeksi virus, kebiasaan
mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu. Penyakit autoimun,
dan infeksi cacing hati. Jika disebakan oleh infeksi virus, hepatitis bisa
menular ke orang lain.(Pratama 2022)
A. Pemeriksaan Diagnostik:
a. Persiapan
Pasien dianjurkan untuk berhenti mengonsumsi obat-obatan.
Pasien dianjurkan puasa selama 10-12 jam sebelum menjalani tes
fungsi hati karena beberapa makanan dapat mempengaruhi hasil tes.
Pasien dianjurkan mengenakan pakaian lengan pendek atau pakaian
bagian lengannya mudah digulung, agar tidak menyulitkan proses
pengambilan sampel darah.
a) Kapas beralkohol.
b) Jarum suntik.
c) Tourniquet.
d) Tabung penyimpanan darah.
e) Perban.
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Membersihkan area kulit yang menjadi lokasi pengambilan
darah dengan kapas beralkohol.
16
b) Mengikatkan tali elastis ke lengan agar pembuluh darah vena
pasien dapat terlihat dengan jelas.
c) Menusukkan jarum suntik ke pembuluh darah vena, kemudian
mengambil darah dengan jumlah yang dibutuhkan.
d) Melepaskan tali di lengan dan penutup luka bekas
suntikan dengan perban untuk menghentikan perdarahan.
e) Membawa sampel darah yang telah diambil untuk diperiksa di
laboratorium.
c. Pasca Pemeriksaan
Hasil tes fungsi hati pasien akan dibandingkan dengan
patokan nilai fungsi hati yang normal. Hasil tes fungsi hati pasien
menunjukkan adanya kerusakan pada hati, dokter akan mencari tau
penyebabnya dengan mengevaluasi gejala dan riwayat penyakit
pasien.
B. Pemeriksaan Laboratorium
a. Persiapan
Menjelaskan tentang tes darah yang akan dilakukan, yang
hasilnya nanti dapat mengkonfirmasi jenis virus hepatitis, tingkat
keparahan infeksi, apakah infeksi aktif atau tidak, apakah pengidap
menularkannya pada orang lain. Dan juga dapat memastikan
apakah virus itu akut (jangka pendek) atau kronis (jangka panjang).
a) Spuit.
b) Alkohol swab.
c) Tabung penyimpan darah.
17
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Meminta pasien untuk menaikkan baju bagian lengan.
b) Petugas medis membersihkan area yang akan di ambil
darahnya dengan alkohol.
c) Memasukkan jarum kedalam vena, ketika volume darah dirasa
sudah cukup jarum di angkat.
d) Memasukkan darah ke tabung penyimpan darah.
e) Barulah sampel darah dibawa ke laboratorium untuk dianalis.
c. Pasca Pelaksanaan
Setelah dilakukan tes darah pasien diberitahu hasilnya. Jika
hepatitis posistif maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan
yang lainnya untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
4. Sirosis Hepatis
Sirosis hepatis merupakan penyakit pada hepar yan merupakan
bentuk lanjutan dari fibrosis hepar berupa konversi jaringan hepar
normal menjadi nodul abnormal. Sirosis yang tidak tertangani dengan baik
akan menyebabkan pemyakit hepar stadium akhir (end stage liver disease).
(Natasya, Bahri, and Kasih 2022)
A. Pemeriksaan Diagnostik:
Pemeriksaan diagnostik yang digunakan dalam gangguan sirosis
hepatis ialah menggunakan metode USG Abdomen.
a. Persiapan
Pemeriksaan USG abdomen pada sirosis hati. Sebelum
menjalankan USG abdomen, dokter perlu meminta informed consent
dari pasien. Pasien perlu berpuasa selama 4-6 jam karena adanya
makanan didalam saluran pencernaan dapat menggangu visualisasi
organ – organ dirongga abdomen. Sebagai persiapan USG abdomen,
pasien dapat diminta meminum air untuk mengisi kandung kemih.
18
Kandung kemih yang terisi dapat memudahkan analisis organ – organ
di regio abdomen yang lebih rendah seperti apendiks. Peralatan yang
digunakan:
a) Mesin USG.
b) Gel ultrasound.
b. Penatalaksanaan
a) Pasien diminta melepas pakaian maupun aksesoris yang digunakan,
seperti ikat pinggang, perhiasan, serta benda lainnya yang beresiko
mengganggu proses pemindaian.
b) Pasien wajib melepaskan pakaian dari bagian pinggang kebawah
dan menggunakan pakaian khusus yang disediakan oleh rumah
sakit.
c) Pasien diminta untuk berbaring diatas meja scanner dengan
kondisi perut yang terbuka.
d) Dokter akan mengoleskan gel konduktif ke seluruh area permukaan
area kulit perut yang akan diperiksa.
e) Kemudian, dokter akan menggerak kan stik bernama transduser
dengan gerakan maju mundur secara perlahan ke area
permukaan kulit perut tertentu guna menangkap gambar organ –
organ di dalamnya.
f) Transduser akan menggambarkan kondisi organ dalam perut
pasien secara jelas melalui monitor.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah dilakukan pemeriksaan dokter akan memeriksa hasil tes
dan menginterpretasikan hasil USG kepada pasien dan memberikan
informasi mengenai penyakit dan merencanakan pengobatan
selanjutnya.
B. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam gangguan
sirosis hepatis ialah menggunakan metode Tes Darah.
19
Adapun prosedur pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Persiapan
Dokter akan meminta pasien untuk tidak mengkonsumsi
makanan dam minum obat sebelum darah diambil. Peralatan yang
digunakan:
a) Spuit.
b) Handscoon.
c) Tabung darah.
d) Alkohol.
e) Plester.
f) Torniquet.
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Petugas menyiapkan suntikan dan botol yang digunakan untuk
menampung sempel darah yang diambil.
b) Petugas medis mengikat tangan dengan torniquet .
c) Petugas medis akan memeriksa pembuluh vena yang menjadi
tempat pengambilan sempel darah.
d) Bersihkan area tersebut menggunakan kapas yang telah dibasahi
dengan alkohol.
e) Suntikan yang telah disiapkan tadi kemudian digunakan untuk
mengambil darah dari vena tersebut.
f) Darah yang telah diambil lalu ditampung dalam botol berukuran
kecil.
g) Darah yang telah diambil harus segera dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan pengujian lebih lanjut.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah dilakukan pemeriksaan petugas kesehatan akan
membacakan hasil tes tersebut dan jika ditemukan masalah penyakit
maka pasien akan dianjurkan untuk melaksanakan pengobatan.
20
5. Gastritis
Gastritis merupakan peradangan pada dinding yang ditandai
dengan nyeri di ulu hati atau lambung. Jika dibiarkan, gastritis bisa
berlangsung hingga bertahun-tahun dan menyebabkan komplikasi serius,
seperti tukak lambung. Gastritis terbagi menjadi dua, yaitu gastritis akut
(terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan nyeri ulu hati hebat yang
bersifat sementara) dan kronis (peradangan di lapisan lambung terjadit
lebih sering dan lebih lama). Jika gastritis akut tidak segera ditangani akan
menjadi gastritis kronis.(Kendari 2022)
A. Pemeriksaan Diagnostik:
Permeriksaan diagnostik yang digunakan dalam gangguan
gastritis ialah menggunakan metode Endoskopi. Adapun prosedur
pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Persiapan
a) Petugas kesehatan menanyakan atau memeriksa riwayat
kesehatan secara lengkap.
b) Petugas kesehatan menanyakan adakah alergi pada obat
tertentu.
c) Pasien dianjurkan untuk berpuasa sekitar 6 – 12 jam sebelum
melakukan tindakan endoskopi. Tujuannya untuk memastikan
lambung dalam keadaan kosong sehingga dokter akan
memberikan obat pencahar pada malam sebelumnya. Peralatan
yang digunakan:
a) Alat berbentuk selang yang dilengkapi dengan kamera dan
senter pada bagian ujungnya.
b) Monitor yang akan menunjukkan gambar atau yang ditangkap
oleh kamera tersebut.
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Pasien diberi obat penenang atau obat bius dalam bentuk
suntikan atau cairan yang disemprot kedalam tenggorokan
21
melalui mulut. Tujuannya ketika alat endoskopi dimasukan
melalui mulut ke lambung, pasien tidak merasakan sakit.
b) Petugas kesehatan memeriksa dengan detail mengenai ada
tidaknya gangguan dalam lambung pasien.
c) Hasil endoskopi lambung akan menunjang hasil pemeriksaan,
untuk menentukan diagnosis dan penyebab dari penyakit
lambung dan petugas kesehatan memberikan penanganan yang
sesuai.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah dilakukan pemeriksaan endoskopi pasien
mengalami kram, kembung dan infeksi ringan di tenggorokan,
pasien juga akan mengalami mati rasa akibat obat bius dan
akan membaik dalam waktu 1 jam. Setelah obat bius hilang
pemeriksaan ulang kembali dilakukan untuk memastikan pasien
tidak mengalami keluhan pasca prosedur endoskopi.
B. Pemeriksaan Laboratorium:
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan dalam
gangguan gastritis ialah menggunakan metode UBT (Urea Breath
Test). Adapun prosedur pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Persiapan
Pasien dianjurkan untuk jangan mengonsumsi obat-obatan
kecuali mendapatkan persetujuan dokter &dianjurkan untuk
menghindari makanan & minuman 1 jam sebelum test termasuk air
putih. Peralatan yang digunakan:
22
b. Prosedur Penatalaksanaan
a) Pasien akan diberikan kapsul yang mengandung urea & air
putih.
b) Jika sudah tiga menit, dokter akan memberikan segelas air
kecil.
c) Setelah tujuh menit pasien akan diminta untuk meniup balon.
d) Saat selesai meniup balon dokter akan mengidentifikasi ada
atau tidaknya bakteri H. Pylori pada lambung pasien yang
keluar lewat udara pada balon.
c. Pasca Pemeriksaan
Setelah tes dilakukan sampel akan diperiksa di
laboratorium. Sementara itu pasien bisa melanjutkan aktivitas
sehari-hari secara normal.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik
dari tulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu, dibutuhkan
saran dari pembaca agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi. Dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan
kita dalam memahami tentang Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
Gangguan Pencernaan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Medicastore.com. 2018. “Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan”.
https://medicastore.com/penyakit/20/pemeriksaan-diagnostik-untuk-
saluran-pencernaan. Diakses pada 6 April 2023.
Kendari, Kota. 2022. “Asuhan Keperawatan Pada Ny.f Dengan Diagnosa Medis
Gastritis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Rawat Rsu Aliyah
1 Kota Kendari.”
Natasya, Nuning, Teuku Samsul Bahri, and Laras Cyntia Kasih. 2022. “Asuhan
Keperawatan Pada Psmba Dengan Sirosis Hepatis: Suatu Studi Kasus.” JIM
FKep 1(2): 52–60.
25