PERKEMIHAN
OLEH :
Kelompok 12
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Komprehensif Gangguan Sistem Perkemihan” tepat pada
waktunya. Makalah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis
sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ns. IGA Ari Rasdini, S.Pd., S.Kep., M.Pd selaku dosen Penanggung
Jawab Mata Kuliah (PJMK) Matrikulasi Keperawatan Kritis.
2. Ibu Ns. IGA Ari Rasdini, S.Pd., S.Kep., M.Pd selaku dosen pembimbing
pada Mata Kuliah Matrikulasi Keperawatan Kritis.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu. Kami menyadari makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif sehingga kami dapat
menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A.Latar Belakang.....................................................................................................1
B.Rumusan Masalah................................................................................................1
C.Tujuan Penulisan..................................................................................................1
D.Manfaat Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
B. Sistem Perkemihan.........................................................................................7
A. Simpulan............................................................................................................43
B. Saran.................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan komprehensif
gangguan system perkemihan, sehingga dapat menjadi bekal dan pedoman
dalam melakukan praktik keperawatan.
2. Bagi institusi
Makalah ini dapat dijadikan masukan atau pedoman dalam mata
kuliah matrikulasi Keperawatan Kritis untuk profesi ners dan dalam
pembuatan makalah selanjutnya sehingga dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Kritis adalah keadaan krisis, gawat, genting (tentang suatu keadaan), keadaan
yang paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu usaha. Kritis juga
didefinisikan sebagai penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati - hati terhadap
kritis berfokus pada penyakit yang kritis atau psikologis yang tidak stabil. Untuk
pasien kritis, pernyataan paling penting yang harus dipahami adalah “waktu
dalam ilmu perawatan yang dihadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan
bertanggung jawab atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah
perawat profesional yang resmi dan bertanggung jawab untuk memastikan pasien
aktual atau potensial yang mengancam kehidupan. Lingkup praktik askep kritis
didefinisikan dengan interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan
perawat pasien adalah 1:2 (tergantung kebutuhan pasien), satu perawat dapat
menjaga 3 pasien dan terkadang seorang pasien membutuhkan bantuan >1
Perawat harus mengaktualisasi diri secara fisik, emosional, dan spiritual untuk
askep kritis harus berkualitas tinggi dan komprehensif. Askep kritis juga
dan ketepatan dalam pengambilan keputusan dan bertindak, dimana kondisi tidak
dibutuhkan pada situasi keperawatan lain. Esensi asuhan keperawatan kritis tdk
berdasarkan pada lingkungan khusus atau alat khusus, tetapi proses pengambilan
psikologis.
a. The Critically Ill Patient masalah yang aktual dan potensial mengancam
sakit kritis pasien, semakin besar kemungkinan dia menjadi rentan, tidak
dan komplikasi.
adalah menghormati dan mendukung nilai - nilai dasar, hak, keyakinan pasien
kritis. Perawat perawatan kritis memiliki keahlian (skill) yaitu skill kognitif
kritis. Selain stres fisik akibat penyakit, nyeri, obat penenang, intervensi, dan
pasien. Salah satu faktor tambahan adalah lingkungan ICU yg juga diduga
Paru
Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat dan
terdiri dari: unit gawat darurat (UGD), dimana pasien diatasi prtama kali; unit
pbuluh darah koroner disebut dengan unit perawatan intensif koroner (ICCU).
Baik UGD, ICU, dan ICCU adalah unit perawatan kritis dimana perburukan
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin
(Purnomo,2008).
Ginjal adalah organ yang berbentuk dua buncis yang terletak di bagian
posterior abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis, di belakang
peritonium. Ginjal berada pada ketinggian vertebra torakal ke-12 sampai vertebra
lumbal ketiga. Ginjal kanan biasanya lebih rendah dari ginjal kiri karena adanya
hati. Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 11 cm, lebar enam cm, dan tebal tiga
cm dan terbenam dalam dasar lemak, yang disebut lemak perirenal (Purnomo,
2008).
tubuh, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein, ureum, kreatinin
Ureter merupakan dua saluran yang berfungsi membawa urine dari ginjal ke
kandung kemih. Setiap ureter memiliki panjang sekitar 25-30 cm, memiliki
dinding yang tebal dan saluran yang sempit, yang berlanjut dengan pelvis ginjal dan
terbuka ke dasar kandung kemih. Sebagian dari ureter ini terletak dalam rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak dalam rongga panggul (Purnomo, 2008).
simfisis pubis di dalam rongga panggul dan dapat menahan lebih dari 500 ml urin,
tetapi akan timbul nyeri. Terisinya kandung kemih ini oleh urin dengan jumlah ±
250 ml akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada kandung kemih
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal dari kandung kemih yang
sfingter internal dan eksternal pada uretra. Sfingter internal bersifat involunter dan
sfingter eksternal berada dibawah kontrol volunter. Pada pria, panjang uretranya
18-20 cm dan berfungsi sebagai saluran untuk sistem reproduksi dan sistem
perkemihan. Panjang uretra pada wanita ± 3-4 cm dan ia hanya berfungsi sebagai
sistem perkemihan. Uretra pada wanita berpangkal dari orifisium uretra internal
tertanam di dalam dinding anterior vagina. Muara uretra terletak di sebelah atas
vagina yaitu antara klitoris dan vagina. Kondisi ini menyebabkan wanita lebih
sering terkena infeksi saluran kemih, bakteri akan lebih mudah masuk ke kandung
kemih karena urethra lebih dekat ke sumber bakteri seperti daerah anus ataupun
Pengkajian pada klien gagal ginjal kronis sebenarnya hampir sama dengan
klien gagal ginjal akut, namun disini pengkajian lebih penekanan pada support
system untuk mempertahankan kondisi keseimbangan dalam tubuh. Dengan tidak
optimalnya/gagalnya fungsi ginjal, maka tubuh akan melakukan upaya
kompensasi selagi dalam batas ambang kewajaran. Tetapi jika kondisi ini
berlanjut (kronis), maka akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis yang
menandakan gangguan sistem tersebut. Berikut ini adalah pengkajian keperawatan
pada klien dengan gagal ginjal kronis.
a. Identitas
Tidak ada spesifikasi khusus untuk penyakit gagal ginjal kronis, namun laki-
laki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup
sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari penyakit gagal ginjal
akut, sehingga tidak berdiri sendiri.
1) Keluhan Utama
Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria) sampai pada
anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi,
anoreksia, mual dan muntah, diaphoresis, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus.
Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolisme
toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi.
Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola napas karena komplikasi dari gangguan
sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain
itu karena berdampak pada proses metabolisme (sekunder karena intoksikasi),
maka akan terjadi anoreksia, nausea dan vomit sehingga berisiko untuk terjadinya
gangguan nutrisi.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit ginjal kronis dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan
berbagai penyebab. Oleh karena itu, informasi penyakit terdahulu akan
menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji riwayat penyakit ISK, payah jantung,
penggunaan obat berlebihan (overdosis) khususnya obat yang bersifat nefrotoksik,
BPH dan lain sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu ada
beberapa penyakit yang langsung menyebabkan penyakit ginjal kronis yaitu
diabetes mellitus, hipertensi, batu saluran kemih (urolithiasis).
Penyakit ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga silsilah
keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun, pencetus sekunder
seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit ginjal
kronis, karena penyakit tersebut bersifat herediter. Kaji pola kesehatan keluarga
yang diterapkan jika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu sakit.
5) Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif yang
baik. Pada klien dengan penyakit ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial
terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan
menjalani proses dialisa.
Klien akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu,
kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan,
sehingga klien mengalami kecemasan.
Kondisi klien dengan penyakit ginjal kronis biasanya lemah (fatigue), tingkat
kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan TTV sering
didapatkan RR meningkat, hipertensi/hipotensi sesuai dengan kondisi fluktuatif.
7) Sistem Pernapasan
8) Sistem Hematologi
Ditemukan adanya friction rub pada kondisi uremia berat. Selain itu, biasanya
terjadi tekanan darah meningkat, akral dingin, CRT > 2 detik, palpitasi jantung,
chest pain, dyspneu, gangguan irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya.
Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa metabolisme semakin tinggi dalam
tubuh karena tidak efektif dalam ekskresinya. Selain itu, pada fisiologis darah
sendiri sering ada gangguan anemia karena penurunan eritropoetin.
9) Sistem Neuromuskuler
Dengan adanya kegagalan fungsi sekresi pada ginjal, maka berdampak pada
proses demineralisasi tulang, sehingga resiko terjadinya osteoporosis tinggi.
2. Diagnosis Keperawatan
Adapun diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan gagal
ginjal kronis adalah:
a. Hipervolemia
b. Risiko perfusi renal tidak efektif
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
d. Intoleran aktivitas
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana keperawatan (Manurung, 2011). Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan kebutuhan tetap mengacu pada
hirarki dasar Maslow dengan tidak meninggalkan prinsip holistik. Proses evaluasi
terdiri atas 3 jenis:
a. Evaluasi progres: dilakukan terus menerus, untuk menilai keberhasilan suatu
tindakan. Perbaikan masalah langsung dilakukan saat itu juga.
b. Evaluasi intermitten: memiliki batas waktu dan indikator, pelaporan dilakukan
di akhir shift merupakan kesimpulan dari evaluasi progres.
c. Evaluasi terminal: dilakukan pada saat pasien hendak dipindahkan ke ruang,
dirujuk, atau dipulangkan.
D. Contoh Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Keluhan utama saat pengkajian : Pasien mengatakan sudah merasa sesak sejak lima hari yang lalu
Riwayat penyakit saat ini : klien mengatakan sudah merasa sesak sejak lima hari yang lalu tepatnya
tanggal 11 Juli 2013, klien mengatakan sudah memeriksakan diri ke RS
dekat rumah tetapi sesaknya kambuh lagi dan dirasakan semakin parah,
klien mengatakan langsung diantar anaknya ke RUMKITAL Dr.Ramelan
Surabaya. Dilakukan tindakan pasang monitor dan masker dengan O2: 10
lpm, infus NS, pasang kateter foley, observasi dispneu, injeksi ranitidin 1
amp/iv, aspilet 2 tablet per oral + CPG 4 tablet per oral, thorax “Cito
Bed”, chalage left 200 cc, Injeksi D40% I fls + Injeksi Ca Glukonas 100
mg/iv. Dari hasil laboratorium dan EKG didapatkan diagnosa medis CKD
dengan asidosis metabolik.
Riwayat Allergi : Klien tidak ada riwayat alergi terhadap obat, makanan maupun pada
debu terbukti saat menjalani ceftriaxone skin test tidak ada kemerahan
atau ruam pada kulit daerah skin test.
Riwayat Pengobatan : Keluarga pasien mengatakan pasien belum pernah mengalami penyakit
seperti ini sebelumnya dan belum pernah diopname sebelumnya
Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga:
Klien mengatakan tidak mengetahui jika menderita DM, klien tidak pernah mengecek gula darahnya, klien
juga tidak pernah dirawat di RS sebelumnya.
Lain-lain:
Masalah Keperawatan:
Lain-lain: … …
Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab
Masalah Keperawatan:
Deformitas : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Contusio : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Abrasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Penetrasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Laserasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Edema : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Luka Bakar : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Grade : ... Luas....%
2. Data Penunjang
a. Terapi medis (tanggal 17 Juli 2013 )
1) Injeksi :
- Ceftriaxone 2x1gr
- Extra lasix 1amp/IV
2) Infus
- NS 100 cc + Nabic 100 mEq 10-12 tpm
- D5 + Insulin 10 IU 10 tpm
2 17-07-13 BGA:
pH 7,097 7,35-7,45
PCO2 19,6 35-45
PO2 194 80-100
TCO2 6,7
HCO3- 6,1 22-26
Beb -22,0 -3-3
Beecf -23,0
% SO2 99,3 90-100%
Inj.
Ceftriaxon 1
gr/iv
02 140/69 27 80 36,5 4-5-6 100 -
03 132/64 27 86 36,5 4-5-6 98
04 117/74 26 85 36 4-5-6 99
05 116/70 26 83 36 4-5-6 100
06 125/66 26 98 36 4-5-6 98 lasix 1 amp/
iv, kalitake
07 127/72 26 92 36 4-5-6 99
B. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
Fokus
DO :
Pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan sebagai penurunan fungsi nefron
berikut: di glomerulus
- TD: 150/69 mmHg
- HR: 89, pulsasi teraba lemah, irama reguler
- RR: 30x/menit, suara napas vesikuler, Kerusakan pada nefron di
- T: 36,3oC glomerulus
Pola napas Kussmaul
Pemeriksaan BGA didapatkan sebagai berikut:
- pH 6,986 Destruksi struktur ginjal
- PO2 196
- PCO2 12,7
- HCO - 3,1 Penurunan GFR
- BE -22
Kegagalan
ginjal
dalam
mempertahankan
metabolisme
Peningkatan toksik
uremik dalam darah
Sindrom Uremik
Respon
Asidosis
Metabolik
Sesak napas
Napas cepat dan
dalam
(Kussmaul)
2. DS : Faktor yang menghambat Ketidakefekt
Klien mengatakan susah BAK, jika bisa BAK fungsi nefron ifan Perfusi
keluarnya hanya sedikit. Jaringan
Renal
DO : penurunan fungsi nefron
Oliguria: Up kateter ± 290 cc/24 jam di glomerulus
Asidosis Metabolik dengan peningkatan
kalium,
penurunan pH dan Kerusakan pada nefron di
bicarbonat, Anemia, Peningkatan: glomerulus
BUN, serum kreatinin
Pemeriksaan BGA didapatkan sebagai berikut:
- Hb 7,4 Destruksi struktur ginjal
- pH 6,986
- PO2 196
- PCO2 12,7 Penurunan GFR
- HCO - 3,1
- BE -22
Kegagalan
Kimia Klinik:
- BUN 137,24 ginjal dalam
- Kreatinin Serum 16,60 keseimbangan cairan dan
- Na 132,8 elektrolit
- K 8,00
- Cl 104
Peningkatan toksik
uremik dalam darah
Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
Kerusakan nefron
Ginjal gagal
mengeluarkan sisa
metabolisme
oliguri
3 DS : Faktor yang menghambat Risiko
Klien mengatakan tidak ada keluhan. fungsi nefron Ketidakstab
DO : (DM yang tidak ilan glukosa
Pemeriksaan tanda tanda vital. didapatkan terkontrol) darah
sebagai berikut:
TD: 150/69 mmHg
HR: 89, pulsasi teraba lemah, irama reguler penurunan fungsi nefron
RR: 30x/menit, suara napas vesikuler, di glomerulus
T: 36,3oC
Keadaan umum klien lemah.
Kerusakan pada nefron di
GDA : 129 mg/dl (Hiperglikemia) glomerulus
Cek ulang:
GDA : 34 mg/dl (hipoglikemi)
Destruksi struktur ginjal
Penurunan GFR
Kegagalan
ginjal
dalam
mempertahankan
metabolisme
Peningkatan toksik
uremik dalam darah
Sindrom
Uremik
Respon
endokrin
Gangguan metabolisme
glukosa dan lemak
Cek ulang:
GDA : 34 mg/dl
(hipoglikemi)
Ketidakstabilan glukosa
darah
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan respon asidosis metabolik.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan renal berhubungan dengan kerusakan nefron sehingga
tidak mampu mengeluarkan sisa metabolisme.
3. Risiko ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan pemantauan glukosa darah
yang tidak adekuat dan kurangnya rencana penatalaksanaan.
D. Intervensi Keperawatan
N SDKI SLKI SIKI
O
1 Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Efektif intervensi Observasi :
Definisi : selama ... x... Monitor pola napas
Inspirasi dan/atau menit, maka pola (frekuensi, kedalaman,
ekspirasi yang tidak napas membaik usaha napas)
memberikan ventilasi dengan kriteria Monitor bunyi napas
adekuat. hasil : tambahan (mis. gurgling,
Penyebab : Ventilasi mengi, wheezing, ronkhi
Depresi pusat semenit (5) kering)
pernapasan Monitor sputum (jumlah,
Kapasitas vital
warna, aroma)
Hambatan upaya (5)
Terapeutik :
napas (mis. nyeri saat
Diameter Pertahankan kepatenan
bernapas, kelemahan
thoraks anterior jalan napas dengan head-
otot pernapasan)
posterior (5) tilt dan chin-lift (jaw-thrust
Deformitas dinding jika curiga trauma cervical)
Tekanan
dada Posisikan semi-Fowler atau
ekspirasi (5)
Deformitas tulang Fowler
Tekanan
dada Berikan minum hangat
inspirasi (5)
Lakukan fisioterapi dada,
Gangguan
Dispnea (5) jika perlu
neuromuscular
Lakukan penghisapan
Penggunaan
Gangguan neurologis lendir kurang dari 15 detik
otot bantu
(mis. Lakukan hiperoksigenasi
napas (5)
elektroensefalogram sebelum penghisapan
[EEG] positif, cedera Pemanjangan
endotrakeal
kepala, gangguan fase ekspirasi
Keluarkan sumbatan benda
kejang) (5) padat dengan forsep
McGill
Imaturitas neurologis Ortopnea (5)
Berikan oksigen, jika perlu
Penurunan energy Pernapasan Edukasi :
pursed-tip (5) Anjurkan asupan cairan
Obesitas
Pernapasan 2000ml/hari, jika tidak
Posisi tubuh yang
cuping hidung kontraindikasi
menghambat ekspansi
(5) Ajarkan teknik batuk
paru
efektif
Frekuensi
Sindrom hipoventilasi Kolaborasi :
napas (5)
Kolaborasi pemberian
Kerusakan inervasi
Kedalaman bronkodilator, ekspektoran,
diafragma (kerusakan
napas (5) mukolitik, jika perlu
saraf C5 ke atas)
Ekskursi dada
Cedera pada medulla Pemantauan Respirasi
(5)
spinalis Observasi :
Monitor frekuensi, irama,
Efek agen
kedalaman dan upaya
farmakologis
napas
Kecemasan Monitor pola napas (seperti
Dispnea ataksik)
Monitor kemampuan batuk
Objektif :
efektif
Penggunaan otot
Monitor adanya produksi
bantu pernapasan
sputum
Fase ekspirasi Monitor adanya sumbatan
jalan napas
memanjang Paplasi kesimetrisan
ekspansi paru
Pola napas abnormal
Auskultasi bunyi napas
(mis. takipnea,
Monitor saturasi oksigen
bradipnea,
Monitor nilai AGD
hiperventilasi,
Monitor hasil X-ray
kusmaul, cneyne-
thoraks
stokes)
Terapeutik :
Gejalan dan Tanda Atur interval pemantauan
Minor respirasi sesuai kondisi
Subjektif : pasien
Ortopnea Dokumentasikan hasil
Objektif : pemantauan
Ventilasi semenit
menurun
Kapasitas vital
menurun
Tekanan ekspirasi
menurun
Tekanan inspirasi
menurun
Ekskursi dada
berubah
Cedera kepala
Trauma thoraks
Gullian barre
syndrome
Multiple sclerosis
Myastenial gravis
Stroke
Kuadriplegia
Intoksikasi alcohol
2 Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan SIKI : Ketidakstabilan
glukosa darah tindakan kadar glukosa darah
Penyebab : keperawatan Intervensi utama
Hiperglikemia ...x...... jam Label : Manajemen
3. Disfungsi diharapkan nyeri Hiperglikemia
pancreas akut dapatObservasi
berkurang dengan Identifikasi
4. Resistensi
criteria : kemungkinan
insulin
SLKI : penyebab
5. Gangguan
toleransi Ketidakstabilan hiperglikemia
glukosa darah kadar glukosa
Identifikasi situasi
darah
6. Gangguan yang menyebabkan
Luaran utama
glukosa darah kebutuhan insulin
Label :
puasa meningkat
Kestabilan
hipoglikemia kadar glukosa Monitor kadar
7. Penggunaan darah glukosa darah ,jika
insulin atau obat perlu
Lelah
glikemik oral
Monitor tanda dan
/lesu
8. Hiperinsulinemi gejala hiperglikemia
menurun
a (mis.
Monitor intake dan
Keluhan
insulinoma)
outpun cairan
lapar
9. Endokriopati
menurun Monitor keton
(mis.
urine,kadar analisa
kerusakanadrena Mulut
gas
l atau pituitari) kering
darah,elektrolit,tekan
menurun
10. Disfungsi hati an darah ortostatik
Rasa haus dan frekuensi nadi
11. Disfungsi ginjal
menurun
kronis Terapeutik
Perilaku Berikan asupan
12. Efek agen
aneh cairan oral
farmakologis
menurun
Konsultasi dengan
13. Tidakan
Kesulitan medis jika tanda dan
pembedahan
bicara gejala hiperglikemia
neoplasma
menurun tetap ada atau
14. Gangguan memburuk
Kadar
metabolic
glukosa Edukasi
bawaan (mis. dalam Anjurkan monitor
gangguan darah kadar glukosa darah
penyimpanan membaik secara mandiri
lisosomal,
Kadar Ajarkan indikasi dan
galaktosemia,
glukosa pentingnya pengujian
gangguan
dalam keton urine, jika perlu
penyimpanan
urine
glikogen) Ajarkan mengelola
membaik
diabetes
Gejala dan Tanda
Jumlah
Mayor : Kolaborasi
urine
Subjektif : Kolaborasi
membaik
Hipoglikemia pemberian insulin,
19. Kadar
glukosadalam
darah/uin redah
Hiperglikemia
20. Kadar glukosa
dalam
darah/urin tinggi
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
Hipoglikemia
21. Palpitasi
Hiperglikemia
23. Mulut kering
Objektif :
Hipoglikemia
25. Gemetar
26. Kesadaran
menurun
29. Berkeringat
Hiperglikemia
30. Jumlah urin
meningkat
33. Hipoglikemia
34. Hiperglikemia
35. Diabetes
gestasional
36. Penggunaan
kortikosteroid
Sepsis perlu
Syok Anjurkan
memperbanyak
Keganasan
asupan cairan oral
Luka bakar
Anjurkan
Pembedahan menghindari allergen
jantung
Kolaborasi
Penyakit Kolaborasi
ginjal(mis, ginjal pemberian IV , jika
polikistik , stenosis perlu
artesi ginjal, gagal
Kolaborasi
ginjal ,
pemberian transfuse
glumerulonefritis,
darah , jika perlu
nfritis intersisial,
nekrosis kortikal Kolaborasi
bilateral) pemberian
antiinflamasi , jika
Trauma perlu
E. Implementasi Keperawatan
Hari/Tgl No. Implementasi Evaluasi
Dx
18 Juli 2013 1, 2, 3 Monitor TTV DS: -
01.00 DO:
TD: 150/ 69 mmHg
Nadi: 89x/menit
RR: 30x/menit
Suhu : 36,3 C
SpO2 : 99%
2, 3 Monitor hasil DS: -
laboratorium DO:
GDA: 129mg/dL
Pemeriksaan
BGA
didapatkan
sebagai
berikut:
- Hb 7,4
- pH 6,986
- PO2 196
- PCO2 12,7
- HCO - 3,1
- BE -22
Kimia Klinik:
- BUN
137,24
- Kreatinin Serum 16,60
- Na
132,8
- K 8,00
- Cl 104
1, 2, 3 Kolaboratif pemberian: DS: -
Nabic 50 mEq 10-12 tpm DO:
Insulin 10 I.U 10 tpm Obat masuk melalui per IV,
Inj. Ceftriaxon 1 gr/IV alergi (-)
02.00 1, 2, 3 Monitor TTV DS: -
DO:
TD: 140/ 69 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 27x/menit
Suhu : 36,5 C
SpO2 : 100%
1 Monitor RR dan status DS: -
O2 DO:
RR: 27x/menit
SpO2: 100%
2 Monitor warna urin DS: -
DO: warna
urine
kuning
keruh
F. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl No. Dx Evaluasi TTD
18 Juli 2013 1 S: pasien mengatakan sesak
berkurang
O:
KU: pasien nampak lemah,
kesadaran compos mentis.
TD: 140/ 69 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 27x/menit
Suhu : 36,5 C
SpO2 : 100%
Terpasang O2 3lpm
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2 S: -
O:
KU: pasien nampak lemah,
kesadaran compos mentis.
TD: 140/ 69 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 27x/menit
Suhu : 36,5 C
SpO2 : 100%
Terpasang O2 3lpm
GDA: 34 mg/dL
Pemeriksaan BGA
didapatkan
sebagai berikut:
- Hb 7,4
- pH 6,986
- PO2 196
- PCO2 12,7
- HCO - 3,1
- BE -22
Kimia Klinik:
- BUN 137,24
- Kreatinin Serum 16,60
- Na 132,8
- K 8,00
- Cl 104
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3 S: -
O:
KU: pasien nampak lemah,
kesadaran compos mentis.
TD: 140/ 69 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 27x/menit
Suhu : 36,5 C
SpO2 : 100%
Terpasang O2 3lpm
GDA: 34 mg/dL
Pemeriksaan BGA
didapatkan
sebagai berikut:
- Hb 7,4
- pH 6,986
- PO2 196
- PCO2 12,7
- HCO - 3,1
- BE -22
Kimia Klinik:
- BUN 137,24
- Kreatinin Serum 16,60
- Na 132,8
- K 8,00
- Cl 104
Warna urine kuning keruh,
Oliguria: ± 290 cc/24 jam
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Kritis adalah keadaan krisis, gawat, genting (tentang suatu keadaan), keadaan
yang paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu usaha. Kritis juga
didefinisikan sebagai penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati - hati
terhadap suatu kondisi dalam rangka mencari penyelesaian. Secara keilmuan,
keperawatan kritis berfokus pada penyakit yang kritis atau psikologis yang
tidak stabil. Untuk pasien kritis, pernyataan paling penting yang harus
dipahami adalah “waktu adalah vital”.
2. Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Organ
system perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra
B. Saran
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan hendaknya selalu
memperhatikan aspek-aspek terkait kondisi pasien itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA