Menurut Conread dan Kern, disease adalah merupakan gejala fiisiologi yang
mempengaruhi tubuh. Sedangkan illness adalah gejala sosial yang menyertai atau
budaya. Contohnya adalah perempuan sebagai mahluk lemah dan tidak rasional
terapi khusus.
satu dengan lainnya, karena tergantung dari kebudayaan yang ada di masyarakat
tersebut. Hal ini dapat turun dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Contoh
persepsi masyarakat tentang penyakit Malaria. Masyarakat Papua; makanan
pokoknya adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa dan tidak jauh dari situ
ada hutam lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuan.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian dan
lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi,
menggigil dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuuh dengan cara meminta
ampun kepada penguasa hutan, kkemudian memetik daun daripohon tertentu yang
dapat dibuat ramuan untuk diminum dan dioleskan keseluruh tubuh penderita.
Pendapat lain bahwa penyakitadalah kutukan Allah, mahluk gaib, roh-roh jahat,
Pandangan orang tentang criteria tubuh sehat atau sakit tidak selalu bersifat
menerappkan criteria medis secara obyektif berdasarkan gejala yang tampak guuna
Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu
kemanapun dalam setiap kejadian kehidupan, bahkan tingkah laku dan peranan
Demikian pula kejadian sakit dan penyakit telah memicu respons tingkah laku dan
seorang individu yang mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari
Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa peranan sakit dan peranan pasien.
Seorang dewasa yang bangun tidur dengan leher sakit menjalankan peranan sakit,
Namun demikian ini bukanlah tingkah laku sakit, hanya apabila penyakit itu
tidak dapat melakukan sebagaian atau seluruh peranana normalnya yang berarti
mengurangi dan memberikan tuntutan tambahan atas tingkah laku peranan orang-
peranan sakit.
Tingkah laku sakit, peranana sakit dan peranana pasien sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor Seperti Kelas sosial, suku bangsa, dan budaya yang berlaku di suatu
tempat.
Dalam mempelajari tingkah laku sakit, penting bagi kita untuk mengingat
pesan Von Mering, bahwa”studi yang mengenai makhluk manusia yang sakit
penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, aspek budaya dan aspek sosialnya.
pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik yang spesifik
Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa peranan sakit dan peranan pasien.
Seseorang dewasa yang baru bangun tidur dengan leher sakit menjalankan peranan
sakit, maka ia harus memutuskan apakah ia akan minum obat dan mengharapkan
kesembuhan atau memanggil dokter. Namun demikian, ini bukanlah tingkah laku
sakit hanya apabila penyakit itu telah didefinisikan secara cukup serius sehingga
peranan normalnya yang berarti mengurangi dan memberikan tuntutan atas tingkah
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti kelas sosial, suku bangsa, dan budaya yang berlaku disuatu
tempat.
Negara Jepang. Tampak pasien segera berespon dengan perubahan sakit yang
terjadi pada dirinya. Sesuai dengan disiplin waktu yang sudah menjadi
perubahan suhu yang sering naik, turun, pada pasien DHF ), pasien akan
memberitahu hal-hal atau tindakan yang mendadak misalnya, visite dokter tiba-
mendapatkan tanggapan dari para dokter dan perawat. Apabila dia sudah di
Dari observasi diatas, pasien Jepang merupakan tipe Public Pain dimana rasa
sakit yang mereka rasakan ingin segera ditangani dan memerlukan penjelasan
2) Masyarakat Manado
Pasien yang dirawat dengan keluhan sakit pada area perut kanan di IGD RS
pemerintah yang sarananya serba terbatas, maka sulit untuk memenuhi semua
keinginan pasien. Dari segi penampilan pasien dan keluarga nampak bagus dan
dari dokter. Setelah diberi penjelasan dari dokter, pasien malahan lebih sering
mengeluh dan menuntut penatalaksanaan secepatnya tanpa memperdulikan
menyatakan complain pada pelayanan yang diberikan dan pasien dengan suara
Dari observasi diatas, nampak bahwa pasien Manado merupakan tipe Public
Pain dimana mereka meminta perhatian yang berlebih dari perawat maupun
3) Masyarakat Bali
terhadap dirinya jarang meminta perhatian lebih dari perawat atau dokter teteapi
Kehidupan beragama yang begitu kental membuat setiap pasien selalu meminta
tempat untuk menghanturkan sesajen di samping tempat tidurnya. Jika lupa atau
terlambat, mereka biasanya merasa tidak enak. Sesajen biasanya dihaturkan oleh
oleh sanak saudara dan anggota banjar (sejenis RW dengan ikatan yang kuat)
dari pasien yang bersangkutan. Kehadiran sanak saudara bagi pasien merupakan
malahan pasien akan sangat bersedih. Dan itu tentui akan menghambat proses
kesembuhan si pasien.
Dari observasi diatas, nampak bahwa pasien Bali merupakan tipe Private Pain
pasien merasa puas akan pelayanan yang diberikan kepadanya, tidak jarang
pasien memberikan oleh-oleh atau hadiah kepada perawat atau dokter yang
hubungan yang lebih akrab dengan perawat atau dokter yang merawatnya
Saat seseorang mengalami nyeri, banyak faktor yang dapat mempengaruhi nyeri
yang dirasakan dan cara mereka bereaksi terhadapnya. Faktor-faktor ini dapat
meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri pasien, toleransi terhadap nyeri dan
Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri meliputi perubahan neurologis yang spesifik
dan sering dapat diperkirakan. Kenyataannya, setiap orang mempunyai jaras nyeri
yang sama, atau dengan kata lain setiap orang menerima stimulus nyeri pada
intensitas yang sama. Reaksi pasien terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai faktor
pengalaman nyeri masa lalu, sumber dan anti dari nyeri dan dasar pengetahuan
sesuatu ini merujuk kepada toleransi nyeri seseorang dimana seseorang dapat
marah, cemas dan gangguan tidur. Toleransi nyeri dapat ditingkatkan dengan obat-
obatan, alkohol, hipnotis, kehangatan, distraksi dan praktek spiritual (Le Mone &
Burke).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reaksi nyeri tersebut antara lain:
nyeri tersebut. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri;
akibatnya, ia ingin nyerinya segera reda dan sebelum nyeri tersebut menjadi
lebih parah Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mencrima
peredaan nyeri yang tidak adekuat di masa lalu. Individu dengan pengalaman
Beberapa pasien yang tidak pernah mengalami nyeri hebat, tidak menyadari
seberapa hebatnya nyeri yang akan dirasakan nanti. Umumnya, orang yang
2) Kecemasan
Toleransi nyeri, titik di mana nyeri tidak dapat ditoleransi lagi, beragam diantara
peran, kehilangan kemandirian dan pengalarnan masa lalu (Smeltzer & Bare).
Kecemasan hampir selalu ada ketika nyeri diantisipasi atau dialami secara
kecemasan daripada ancaman dari sesuatu yang telah dipersiapkan. Studi telah
mengindikasikan bahwa pasien yang diberi pendidikan pra operasi tentang hasil
yang akan dirasakan pasca operasi tidak mencrima banyak obat-obatan untuk
nyeri dibandingkan orang yang mengalami prosedur operasi yang sama tetapi
tidak diberi pendidikan pra operasi. Nyeri menjadi lebih buruk ketika
seluruhnya benar dalam semua keadaan. Namun, kecemasan yang relevan atau
Ditinjau dari aspek fisiologis, kecemasan yang berhubungan dengan nyeri dapat
saraf pusat. Hal inilah yang mengakibatkan peningkatan sensasi nyeri (Le Mone
& Burke).
rafe magnus dan lokus seruleus. Ia berperan dalam sistem analgetik otak.
dan postsinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe C dan A sistem analgetika ini
(Guyton).
bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri yang berbeda dari
stimuli yang sama. Kadar endorfin beragam di antara individu, seperti halnya
dengan endorfin yang banyak akan lebih sedikit merasakan nyeri. Sama halnya
a ktivitas fisik yang berat diduga dapat meningkatkan pembentukan endorfin
3) Umur
Umur dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah waktu hidup atau ada sejak
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
penuaan dan dapat diabaikan atau tidak ditangani oleh petugas kesehatan. Di
lain pihak, normalnya kondisi nycri hebat pada dewasa muda dapat dirasakan
sebagai keluhan ringan pada dewasa tua. Orang dewasa tua mengalami
stimulus serta peningkatan ambang nyeri. Selain itu, proses penyakit kronis
yang lebih umum terjadi pada dewasa tua seperti penyakit gangguan,
Menurut Giuffre, dkk. (1991), cara lansia bereaksi terhadap nyeri dapat berbeda
dengan cara bereaksi orang yang lebih muda. Karena individu lansia
mempunyai metabolisme yang lebih lambat dan rasio lemak tubuh terhadap
massa otot lebih besar dibanding individu berusia lebih muda, oleh karenanya
analgesik dosis kecil mungkin cukup untuk menghilangkan nyeri pada lansia.
Persepsi nyeri pada lansia mungkin berkurang sebagai akibat dari perubahan
pada individu lansia yang sehat persepsi nyeri mungkin tidak berubah (Smeltzer
& Bare).
Diperkirakan lebih dari 85% dewasa tua mempunyai sedikitnya satu masalah
karena sebagian dari mereka menganggap nyeri menjadi bagian dari penuaan
mereka takut nyeri tersebut menandakan penyakit yang serius. Penilaian tentang
nyeri dan ketepatan pengobatan harus didasarkan pada laporan nyeri pasien dan
4. Jenis Kelamin
Menurut Oakley (1972) jenis kelarnin (sex) merupakan perbedaan yang telah
dikodratkan Tuhan, oleh sebab itu, bersifat permanen. Perbedaan antara laki-laki
dan perempuan tidak sekadar bersifat biologis, akan tetapi juga dalam aspek
sosial kultural. Perbedaan secara sosial kultural antara laki-laki dan perempuan
merupakan dampak dari sebuah proses yang membentuk berbagai karakter sifat
sosial kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara (Ahyar & Anshari).
ternyata erat hubungannya dengan jenis kelatnin, dengan berbagai sifat tertentu.
Penyakit yang hanya dijumpai pada jenis kelamin tertentu, terutama yang
berhubungan erat dengan alat reproduksi atau yang secara genetik berperan
Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang berbeda dapat belajar dengan
5. Sosial Budaya
Karena norma budaya mempengaruhi sebagian besar sikap, perilaku, dan nilai
terhadap nyeri. Bentuk ekspresi nyeri yang dihindari oleh satu budaya mungkin
budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri (Smeltzer & Bare).
dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan
mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih
akurat dalam rnengkaji nyeri dan reaksi perilaku terhadap nyeri juga efektif
6. Nilai Agama
Pada beberapa agama, individu menganggap nyeri dan penderitaan sebagai cara
nyeri dan menjadikan sebagai sumber kekuatan. Pasien dengan kepercayaan ini
Pada beberapa pasien, kehadiran keluarga yang dicintai atau teman bisa
mengurangi rasa nyeri mereka, namun ada juga yang lebih suka menyendiri
Mone).
Daftar Pustaka
Nova Maulana, (2014), Buku Ajar Sosiologi dan Antropologi Kesehatan, Cetakan
Medika