TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
(Sinurya & dkk, 2020) cedera kepala adalah suatu cedera pada jaringan
scalp, tulang tengkorak, atau jaringan otak. Trauma kepala dapat dibagi
2. Etiologi
a. Trauma Tajam
b. Trauma Tumpul
6
7
otak yang meluas,cedera akson dan hemoragi kecil multiple pada otak
koma terjadi akibat cedera meluas pada hemisfer serebral, batang otak
atau keduanya
3. Patofisiologi
Trauma yang diakibatkan oleh benda tajam dan benda tumpul atau
merupakan cedera otak yang terjadi cepat setelah trauma. Cedera kepala
primer dapat mengakibatkan kontusio dan laserasi. Cedera kepala ini dapat
vaskuler sistematik.
pasien akan mengeluh pusing dan nyeri hebat pada daerah kepala. (Padila.,
2012)
8
Pathway
Trauma kepala
Terputusnya
Terputusnya Jaringan otak
kontunitas
kontunitas jaringan rusak, kontatio
jaringan tulang
otot kulit laserasi
Perubahan
Perdarahan dan
pada Gangguan Resiko proteregulasi
hematoma suplai darah infeksi
kejang
4. Manifestasi Klinis
Pada (Sinurya & dkk, 2020) cedera kepala dapat mengakibatkan gejala
edema.
3) Perdarahan di hidung.
4) Periobital ekhimiosis.
2) Retrograde amnesia.
1) Peningkatan TIK.
5. Pemeriksaan Laboratorium
b. Serum glukosa.
f. Analisa urin
6. Pemeriksaan Penunjang
2020) :
a. CT Scan
Kelainan yang tidak terlihat pada CT Scan dapat dilihat dengan MRI.
11
c. Electroencephalogram (EEG)
EEG adalah peran yang paling berguna pada cedera kepala untuk
7. Penatalaksanaa Medis
2021) meliputi :
a. Non pembedahan
Penatalaksanaan medis non pembedahan meliputi glukortikoid
(dexamethazone) untuk mengurangi edema, diuretic osmotic (manitol)
diberikan melalui jarum dengan filter untuk mengeluarkan kristal-
kristal mikroskopis, diuretic loop (misalnya furosimide) untuk
mengatasi peningkatan tekanan intracranial, obat paralitik (pancuonium)
digunakan jika klien dengan ventilasi mekanik untuk mengontrol
kegelisahan atau agitasi peningkatan tekanan intracranial.
b. Pembedahan
Penatalaksnaan medis pembedahan kraniotomi diindikasikan untuk
mengatasi subdural atau epidural hematoma, mengatasi peningkatan
tekanan intracranial yang tidak terkontrol, mengobati hidrosefalus.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien cedera kepala yaitu, cedera
TIK, herniasi jaringan otak, infeksi, hidrosefalus. (Sinurya & dkk, 2020)
kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri, kebutuhan
aktualisasi diri.
3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki terdiri dari kebutuhan memberi
5. Kebutuhan aktualisasi diri terdiri dari kebutuhan mengenal diri dengan baik,
punya dedikasi tinggi,percaya diri, kreatif dan tidak emosional. (Hidayat &
Uliyah, 2015)
terjadi pada pasien dengan gangguan kesadaran antara lain pada pemenuhan
Dalam penelitian (Ristanto, 2017) semakin tinggi nilai respirasi rate (RR)
Cedera otak yang diikuti adanya kenaikan penggunaan energi dan metabolisme
basal akan memicu kebtuhan oksigen yang lebih tinggi dari keadaan normal (
Maka secara reflek tubuh akan berusaha untuk memenuhi oksigen dan
Dari hasil penelitian ini diperoleh fakta bahwa adanya kesamaan berupa
penurunan GCS ( Glasglow Coma Scale ) pasien yang diikuti oleh penurunan
dari saturasi oksigen pasien. Keadaan hipoksia yang terjadi pada pasien adalah
dampak dari beratnya kerusakan otak pasca cedera kepala yang tergambar pada
fisioterapi dada, dan dengan penghisapan lendir (Alimul Hidayat & Uliyah,
2005)
15
Maka perawat memiliki peran penting dalam merawat pasien cedera kepala
C. Proses Keperawatan
keperawatan yang terorganisir dan sistematis, berfokus pada respon yang unik
pada individu terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial. (Suarni &
Apriyani, 2017)
1. Pengkajian
dan akurat, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting untuk
benda asing, darah, muntahan, permen karet gigi ,gigi palsu ,lidah yang
fraktur spinal cervical dan jangan lakukan hiperekstensi leher sampai spinal
16
dipastikan tidak ada kerusakan, gunakan Chin lift atau jawthrust secara
memeriksa denyut nadi, catat irama dan ritmenya serta warna kulit.kaji nadi
karotis,kaji tekanan darah, periksa pengisian kapiler, warna kulit dan suhu
tubuh serta adanya diforesis, periksa gangguan irama jantung dengan dan
tanpa EKG.
adalah Unresponsive (pasien tidak sadar, perlu bantuan dan bukan jalan
nafas). Cek pupil, ukuran, dan reaksi terhadap cahaya (AVPU). (V.B.Aty,
a. Identitas
tanggal masuk rumah sakit, dan alamat. Selain identitas pasien, identitas
dkk, 2021)
17
b. Keluhan Utama
f. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (BREATHING)
Perubahan pada sistem pernapasan tergantung pada gradasi blok
saraf parasimpatis pasien mengalami kelumpuhan otot otot
pernapasan dan perubahan karena adanya kerusakan jalur simpatetik
desending akibat trauma pada tulang belakang sehingga mengalami
terputus jaringan saraf di medula spinalis, pemeriksaan fisik dari
sistem ini akan diperoleh hasil sebagai berikut inspeksi umum
diperoleh klien batuk peningkatan produksi sputum, sesak napas.
2) B2 (BLOOD)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler diperoleh renjatan syok
hipovolemik yang sering terjadi pada klien CKB. Dari hasil
pemeriksaan diperoleh tekanan darah menurun nadi bradikardi dan
jantung berdebar-debar. Pada keadaan lainnya dapat meningkatkan
hormon antidiuretik yang berakibat pada kompensasi tubuh.
3) B3 (BRAIN)
Pengkajian ini terdiri dari tingkat kesadaran, pengkajian fungsi
serebral dan pengkajian saraf kranial. Pengkajian tingkat kesadaran
tingkat keterjagaan pasien dan respon terhadap lingkungan adalah
indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persyarafan.
Pengkajian fungsi serebral status mental observasi penampilan,
tingkah laku nilai gaya bicara dan aktivitas motorik pasien
Pengkajian sistem motorik inspeksi umum diperoleh kelumpuhan
pada ekstermitas bawah, baik bersifat paralis, dan paraplegia.
Pengkajian sistem sensori ganguan sensibilitas pada klien CKB
sesuai dengan segmen yang mengalami gangguan.
4) B4 (BLADDER)
Kaji kondisi urine meliputi warna ,jumlah,dan karakteristik
urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan
peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi
pada ginjal.
19
5) B5 (BOWEL)
Pada keadaan syok spinal, neuropraksia sering diperoleh adanya
ileus paralitik, dimana klinis diperoleh hilangnya bising usus,
kembung,dan defekasi, tidak ada. Hal ini merupakan gejala awal dari
tahap syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari hingga
beberapa minggu.
6) B6 (BONE)
Paralisis motorik dan paralisis organ internal bergantung pada
ketinggian lesi saraf yang terkena trauma. Gejala gangguan motorik
sesuai dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena.disfungsi
motorik paling umum merupakan kelemahan dan kelumpuhan.pada
saluran ekstermitas bawah. Lakukan pengkajian warna kulit, suhu,
kelembapan, dan turgor kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
Tahapan dalam perencanaan keperawatan merupakan perawat
merumuskan rencana keperawatan, serta perawat menggunakan
pengetahuan dan alasan dalam mengembangkan hasil yang diharapkan
untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan (Suarni &
Apriyani, 2017)
Table 2.2
1 2 3 4
5. Lakukan penghisapan
lendir.
6. Berikan oksigen
sesuai kebutuhan.
4. Implementasi
a. Implementasi dependent
b. Implementasi interdependent
Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, dan
lain-lain.
c. Implementasi independent
dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang telah
5. Evaluasi