A.Definisi
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post craniotomy yaitu suatu
keadaan individu yang terjadi setelah proses pembedahan untuk mengetahui dan/atau
memperbaiki abnormalitas di dalam kranium untuk mengetahui kerusakan otak.
B.Etiologi
C. Indikasi
D. Manifestasi klinis
Menurut Brunner dan Suddarth (2010) gejala-gejala yang ditimbulkan pada klien dengan
craniotomy antara lain :
E. Patofisiologi
Trauma kepala (trauma eraniocerebral) dapat terjadi karena cedera kulit kepala, tulang
kepala, jaringan otak, baik terpisah maupun seluruhnya. Beberapa variabel yang mempengaruhi
luasnya cedera kepala adalah sebagai berikut:.
Kondisi kepala ketika mendapat penyebab benturan Cedera bervariasi dari luka kulit yang
sederhana sampai geger otak. Luka terbuka dari tengkorak ditandai kerusakan otak. Luasnya luka
bukan merupakan indikasi berat ringannya gangguan. Pengaruh umum cedera kepala dari tingkat
ringan sampai tingkat berat adalah edema otak, defisit sensori dan motorik,
peningkatan intra kranial. Kerusakan selanjutnya timbul herniasi otak, isoheni otak dan
hipoxia. Cedera pada otak bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung pada kepala.
Trauma tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau keluaran yang merobek
terkena pada kepala akibat menarik leher. Trauma langsung bila kepala langsung terluka. Semua
ini berakibat terjadinya akselerasi-deselerasi dan pembentukan pembentukan rongga
(dilepasnya (dilepasnya gas, dari cairan lumbal, lumbal, darah, dan jaringan jaringan otak).
Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan isinya, rusaknya otak oleh
kompresi, goresan atau tekanan. Cedera akselerasi terjadi bila kepala kena benturan dari objek
yang bergerak dari objek yang bergerak dan menimbulkan gerakan. Akibat dari kekuatan
akselerasi, kikiran atau kontusi pada lobus oksipital dan frontal, batang, otak dan cerebelum
dapat terjadi. Perdarahan akibat trauma cranio cerebral dapat terjadi pada lokasi-lokasi tersebut:
kulit kepala, epidural, subdural, intracerebral, intraventricular. Hematom subdural dapat
diklasifikasi sebagai berikut:
Perdarahan intracerebral biasanya timbul pada daerah frontal atau temporal. Kebanyakan
kematian cedera kepala akibat edema yang disebabkan oleh kerusakan dan disertai destruksi
primer pusat vital. Edema otak merupakan penyebab utama peningkatan TIC. Klasifikasi cedera
kepala:
Pembedahan “craniotomy”
Penekanan pada
Kerusakan
susunan saraf pusat
Luka insisi Trauma jaringan neuromuskuler
buruk
Penekanan pusat
paralisis pernafasan
Penurunan
Mengaktivasi
kelembaban luka
reseptor nyeri
Kelemahan Penurunan kerja
pergerakan organ pernapasan
sendi
Infeksi bakteri
Melalui sistem
saraf ascenden Penurunan
ekspansi paru
kontraktur
Resiko infeksi
Merangsang
Ketidakkuatan
thalamus & koteks
Gangguan suplai o2
serebri
mobilitas fisik
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
E.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada klien dengan post craniotomy meliputi hal-hal
dibawah ini :
a. Pemeriksaan tengkorak dengan sinar X, CT scan atau MRI dapat dengan cermat mengidentifikasi
luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk
mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilakukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
b. Angiografi Serebral, menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak
sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
c. EEG Berkala, electroencephalogram (EEG) adalah suatu test untuk mendeteksi kelainan aktivitas
elektrik otak.
d. Foto rotgen, mendeteksi perdarahan struktur tulang (fraktur) perubahan struktur garis
(perarahan/edema), fragmen tulang.
e. PET (Possitron Emission Tomography), mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
f. Kadar elektrolit, untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan intra
kranial
g. Skrining toksikologi untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan
kesadaran.
h. Analisis Gas Darah (AGD) adalah salah satu tes diagnostik untuk menentukan status respirasi.
Status respirasi dapat digambarkan melalui pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi dan
status asam basa.
F. Komplikasi
a. Edema cerebral
b. Perdarahan epidural Yaitu penimbunan darah di bawah dura meter. Terjadi secara akut dan
biasanya karena perdarahan arteri yang mengancam jiwa.
c. Perdarahan subdural Perdarahan subdural dapat terjadi akibat perdarahan lambat yang disebut
perdarahan perdarahan subdural subdural sub akut, secara cepat (subdural (subdural akut) dan
sangat besar (subdural kronik).
d. Perdarahan intracranial Yaitu perdarahan di dalam otak itu sendiri. Dapat terjadi pada cedera
kepala tertutup yang berat, atau yang lebih sering, cedera kepala terbuka. Dapat timbul akibat
pecahnya suatu ancorisma atau stroke hemoragik. Perdarahan di otak menyebabkan
peningkatan TIC, sehingga sel-sel dan vaskuler tertekan.
e. Hypovolemik syok
f. Hydrocephalus
g. Kejang
h. Kerusakan syaraf kranial.
i. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Diabetes Insipidus)
G. Penatalaksanaan