Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Ny.S DENGAN PENYAKIT CF DISTAL RADIUS ULNA SINISTRA


DI RUANG DAHLIA RSUD MARDI WALUYO BLITAR

Di susun oleh :
NADIA MEI ARDIANTIKA
A3R22056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny.S DENGAN PENYAKIT CF DISTAL RADIUS ULNA SINISTRA
DI RUANG DAHLIA RSUD MARDI WALUYO BLITAR

Di susun oleh :
NADIA MEI ARDIANTIKA
A3R22056

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING CE

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG
2022/2023
1. DEFINISI
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan lunak disekitar tulang akan
menetukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Mutia,2021).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Ayu,2019).
Fraktur radius adalah diskontinuitas atau hilangya struktur dari tulang radius
(Mutia,2021).
Fraktur radius adalah fraktur pada tulang radius yang disebabkab oleh benturan
atau trauma langsung maupun tidak langsung (Sjamsuhidayat & jong 2017).

2. ETIOLOGI
a) Trauma langsung: trauma yang menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
trauma. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patahan
melintang atau miring.
b) Trauma tidak langsung: trauma yang menyebabkan patah tulang yang jauh dari
tempat terjadinya trauma. Biasanya bagian patah adalah bagian yang paling lemah
dalam jalur hantaran vector trauma.
c) Trauma akibat tarikan otot : pada trauma ini sering terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan dan penekanan.
(Mutia,2021)

3. KOMPLIKASI

a. Kerusakan arteri : pecahnya arteri karean trauma dapat ditandai dengan tidak
adanyab nadi, CRT (capillary refill time) menurun, sianosis pada bagian
distal, hematom melebar dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh
tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada bagian yang sakit, tindakan
reduksi dan pembedahan.
b. Infeksi : terjadi pada fraktur terbuka tetapi dapat terjadi juga pada penggunaan
bahan lain pembedahan, seperti pin (ORIF dan OREF) dan plat yang
terpasang didalam tulang.
c. Nekrosis avaskuler : aliran darah ketulang rusak atau terganggu bsehingga
menyebabkan nekrosis tulang. (Ayu,2019).

4. KLARIFIKASI

a. Fraktur tertutup (simple fraktur) adalah fraktur dengan kulit yang tidak tembus
oleh fragme tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
b. Fraktur terbuka (compound fraktur) adalah fraktur dengan kulit ekstremitas yang
terlibat telah ditembus, dan terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, karena adanya perlukaan kulit (Ayu,2019).

5. MANIFESTASI
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitasi, pembengkakan lokal dan perubahan warna (Wim de Jong, 2011).

1) Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi.
2) Pergeseran fragmen tulang menyebabkan deformitas tulang yang bisa diketahui
dengan membandingkan dengan bagian yang normal.
3) Pemendekan tulang yang disebabkan karena kontraksi otot yang melekat diatas
maupun dibawah tempat fraktur.
4) Pada pemeriksaan palpasi ditemukan adanya krepitasi akibat gesekan antara
fragmen satu dengan yang lainnya.
5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.

6. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi fraktur menurut Bulechek, G. M., & et al. (2013). Fraktur biasanya
disebabkan karena cedera/trauma/ruda paksa dimana penyebab utamanya adalah trauma
langsung yang mengenai tulang seperti kecelakaan mobil, olah raga, jatuh/latihan berat.
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang
fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja bukan
patah. Selain itu fraktur juga bisa akibat stress fatique (kecelakaan akibat tekanan
berulang) dan proses penyakit patologis. Perubahan fragmen tulang yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan dan pembuluh darah mengakibatkan pendarahan yang biasanya
terjadi disekitar.
tempat patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, maka dapat
terjadi penurunan volume darah dan jika COP menurun maka terjadilah perubahan
perfusi jaringan.Selain itu perubahan perfusi perifer dapat terjadi akibat dari edema di
sekitar tempat patahan sehingga pembuluh darah di sekitar mengalami penekanan dan
berdampak pada penurunan perfusi jaringan ke perifer. Akibat terjadinya hematoma
maka pembuluh darah vena akan mengalami pelebaran sehingga terjadi penumpukan
cairan dan kehilangan leukosit yang berakibat terjadinya perpindahan, menimbulkan
inflamasi atau peradangan yang menyebabkan pembengkakan di daerah fraktur yang
menyebabkan terhambatnya dan berkurangnya aliran darah ke daerah distl yang berisiko
mengalami disfungsi neuromuskuler perifer yanng ditandai dengan warna jaringan pucat,
nadi lemah, sianosis, kesemutan di daerah distal. Nyeri pada fraktur juga dapat
diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tertutup yang mengenai serabut saraf sehingga
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat
terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu.
7. PATWAY

Trauma langsung Trauma Patologik


(Hantaman,kecelakaan,jatuh dll) (osteoporosis,osteomietitis,dll.)

Trauma tidak langsung Tulang Rapuh

Kegagalan tulang menahan


beban/benturan

Cidera pada struktur tulang &


jaringan lunak
(FRAKTUR)

Pergeseran fragmen tulang

Merusak jaringan sekitar

Mengaktivasi respon peradangan


Defomitas
(pelepasan mediator kimia o/ sel :
bradikiin , histamine, prostaglandin)

Gangguan Fungsi tubuh

Mekanisme nyeri
Gangguan Mobilitas fisik

Nyeri Akut
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan radiologis:
- Setiap penderita trauma panggul harus dilakukan pemeriksaan radiologis
dengan prioritas pemeriksaan rongent posisi AP.
- Pemeriksaan rongent posisi lain yaitu oblik, rotasi interna dan eksterna
bila keadaan umum memungkinkan

b) Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan pada pasien fraktur yaitu HB Hematokrit


rendah akibat pendarahan, Lanju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas.
c) Pemeriksaan artroskopi : memperlihatkan kelainan pada sendi
d) Pwmwriksaan elektrodiagnosis : berguna untuk mengetahui fungsi saraf dan otot
dengan menggunakan metode elektrik (Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2013)
9. PENATALAKSANAAN TERAPI
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi
serta kekuatan normal dengan rehabilitasi (Wim de Jong, 2011).

1. Reduksi fraktur
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran
dan rotasi anatomis. Reduksi bisa dilakukan secara tertutup, terbuka dan
traksi tergantung pada sifat fraktur namun prinsip yang mendasarinya
tetap sama.
 Reduksi tertutup
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang
kembali keposisinya dengan manipulasi dan traksi manual
 Reduksi terbuka
Reduksi terbuka dilakukan pada fraktur yang memerlukan
pendekatan bedah dengan menggunakan alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, plat sekrew digunakan untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan solid terjadi.
 Traksi
Traksi digunakan untuk reduksi dan imobilisasi. Traksi adalah
pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh untuk meminimalisasi
spasme otot, mereduksi, mensejajarkan, serta mengurangi
deformitas. Jenis – jenis traksi meliputi
 Traksi kulit : Buck traction, Russel traction, Dunlop
traction
 Traksi skelet: traksi skelet dipasang langsung pada tulang
dengan menggunakan pin metal atau kawat. Beban yang
digunakan pada traksi skeletal 7 kilogram sampai 12
kilogram untuk mencapai efek traksi.
2. Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna atau
eksterna. Fiksasi eksterna dapat menggunakan pembalutan, gips, bidai,
traksi kontinu pin dan teknik gips. Fiksator interna dengan implant logam.
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Latihan otot dilakukan untuk meminimalkan atrofi dan meningkatkan
peredaran darah. Partisipasi dalam aktifitas sehari-hari diusahakan untuk
memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri.

10. DIAGNOSA
1) Nyeri akud b/d agen pencedera fisik d/d nyeri pada tangan (D.0077)
2) Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan interitas struktur tulang d/d nyeri pada
tangan

11. INTERVENSI
1) Nyeri akud b/d agen pencedera fisik (D.0077)
 Gejala dan tanda mayor
Data Subjektif :
- mengeluh nyeri

Data Objektif :
- Tampak meringgis
- Bersikap protektif

 Gejala dan tanda minor


Data subjektif :
- (tidak tersedia )

Data Objektif :
- Tekanan darah meningkat

 Intervensi utama : Manajemen nyeri


Observasi :
- Identifikasi lokasi nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik

2) Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang

 Gejala dan tanda mayor


Data subjektif :
- Mengeluh sulit menggerakkan ektermitas

Data objektif :

- Kekuatan otot menurun


- Rentang gerak (ROM) menurun
 Gejala dan tanda minor
Data subjektif :
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan pergerakan
- Merasa cemas saat bergerak

Data Objektif :
- Gerakan terbatas

 Intervensi utama : Dukungan mobilisasi


Observasi :
- Identifikasi adanya nyeri atau fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik :
- Fasilitasi aktivitas mobilisassi dengan alat bantu
Edukasi
- Ajarkan mobilisasi sederhana
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., & et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Edition.
Philadelphia: Elsevier

Fatmasari, Ayu. 2019. Laporan Asuhan Keperawatan Close Freaktur Radius Di Recovery Room
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi .Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jurusan
Keperawatan
Oeyi,Mutia Satifa.2021.Profil Kejadian Fraktur Radius Ulna Pada Anak Ynag Di Rawat Di
RSUP Dr.M.Djamil Padang Pada Tahun 2017-2020. Diploma Thesis. Universitas
Andalas

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2013. Keperawatan Medikal Medah. Jakarta: EGC.

Wim de Jong, Syamsuhidajat, R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi dua. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai