Di susun oleh :
NADIA MEI ARDIANTIKA
A3R22056
Di susun oleh :
NADIA MEI ARDIANTIKA
A3R22056
( ) ( )
2. ETIOLOGI
a) Trauma langsung: trauma yang menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
trauma. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patahan
melintang atau miring.
b) Trauma tidak langsung: trauma yang menyebabkan patah tulang yang jauh dari
tempat terjadinya trauma. Biasanya bagian patah adalah bagian yang paling lemah
dalam jalur hantaran vector trauma.
c) Trauma akibat tarikan otot : pada trauma ini sering terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan dan penekanan.
(Mutia,2021)
3. KOMPLIKASI
a. Kerusakan arteri : pecahnya arteri karean trauma dapat ditandai dengan tidak
adanyab nadi, CRT (capillary refill time) menurun, sianosis pada bagian
distal, hematom melebar dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh
tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada bagian yang sakit, tindakan
reduksi dan pembedahan.
b. Infeksi : terjadi pada fraktur terbuka tetapi dapat terjadi juga pada penggunaan
bahan lain pembedahan, seperti pin (ORIF dan OREF) dan plat yang
terpasang didalam tulang.
c. Nekrosis avaskuler : aliran darah ketulang rusak atau terganggu bsehingga
menyebabkan nekrosis tulang. (Ayu,2019).
4. KLARIFIKASI
a. Fraktur tertutup (simple fraktur) adalah fraktur dengan kulit yang tidak tembus
oleh fragme tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
b. Fraktur terbuka (compound fraktur) adalah fraktur dengan kulit ekstremitas yang
terlibat telah ditembus, dan terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, karena adanya perlukaan kulit (Ayu,2019).
5. MANIFESTASI
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitasi, pembengkakan lokal dan perubahan warna (Wim de Jong, 2011).
1) Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi.
2) Pergeseran fragmen tulang menyebabkan deformitas tulang yang bisa diketahui
dengan membandingkan dengan bagian yang normal.
3) Pemendekan tulang yang disebabkan karena kontraksi otot yang melekat diatas
maupun dibawah tempat fraktur.
4) Pada pemeriksaan palpasi ditemukan adanya krepitasi akibat gesekan antara
fragmen satu dengan yang lainnya.
5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.
6. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi fraktur menurut Bulechek, G. M., & et al. (2013). Fraktur biasanya
disebabkan karena cedera/trauma/ruda paksa dimana penyebab utamanya adalah trauma
langsung yang mengenai tulang seperti kecelakaan mobil, olah raga, jatuh/latihan berat.
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang
fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja bukan
patah. Selain itu fraktur juga bisa akibat stress fatique (kecelakaan akibat tekanan
berulang) dan proses penyakit patologis. Perubahan fragmen tulang yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan dan pembuluh darah mengakibatkan pendarahan yang biasanya
terjadi disekitar.
tempat patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, maka dapat
terjadi penurunan volume darah dan jika COP menurun maka terjadilah perubahan
perfusi jaringan.Selain itu perubahan perfusi perifer dapat terjadi akibat dari edema di
sekitar tempat patahan sehingga pembuluh darah di sekitar mengalami penekanan dan
berdampak pada penurunan perfusi jaringan ke perifer. Akibat terjadinya hematoma
maka pembuluh darah vena akan mengalami pelebaran sehingga terjadi penumpukan
cairan dan kehilangan leukosit yang berakibat terjadinya perpindahan, menimbulkan
inflamasi atau peradangan yang menyebabkan pembengkakan di daerah fraktur yang
menyebabkan terhambatnya dan berkurangnya aliran darah ke daerah distl yang berisiko
mengalami disfungsi neuromuskuler perifer yanng ditandai dengan warna jaringan pucat,
nadi lemah, sianosis, kesemutan di daerah distal. Nyeri pada fraktur juga dapat
diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tertutup yang mengenai serabut saraf sehingga
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat
terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu.
7. PATWAY
Mekanisme nyeri
Gangguan Mobilitas fisik
Nyeri Akut
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan radiologis:
- Setiap penderita trauma panggul harus dilakukan pemeriksaan radiologis
dengan prioritas pemeriksaan rongent posisi AP.
- Pemeriksaan rongent posisi lain yaitu oblik, rotasi interna dan eksterna
bila keadaan umum memungkinkan
1. Reduksi fraktur
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran
dan rotasi anatomis. Reduksi bisa dilakukan secara tertutup, terbuka dan
traksi tergantung pada sifat fraktur namun prinsip yang mendasarinya
tetap sama.
Reduksi tertutup
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang
kembali keposisinya dengan manipulasi dan traksi manual
Reduksi terbuka
Reduksi terbuka dilakukan pada fraktur yang memerlukan
pendekatan bedah dengan menggunakan alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, plat sekrew digunakan untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan solid terjadi.
Traksi
Traksi digunakan untuk reduksi dan imobilisasi. Traksi adalah
pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh untuk meminimalisasi
spasme otot, mereduksi, mensejajarkan, serta mengurangi
deformitas. Jenis – jenis traksi meliputi
Traksi kulit : Buck traction, Russel traction, Dunlop
traction
Traksi skelet: traksi skelet dipasang langsung pada tulang
dengan menggunakan pin metal atau kawat. Beban yang
digunakan pada traksi skeletal 7 kilogram sampai 12
kilogram untuk mencapai efek traksi.
2. Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna atau
eksterna. Fiksasi eksterna dapat menggunakan pembalutan, gips, bidai,
traksi kontinu pin dan teknik gips. Fiksator interna dengan implant logam.
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Latihan otot dilakukan untuk meminimalkan atrofi dan meningkatkan
peredaran darah. Partisipasi dalam aktifitas sehari-hari diusahakan untuk
memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri.
10. DIAGNOSA
1) Nyeri akud b/d agen pencedera fisik d/d nyeri pada tangan (D.0077)
2) Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan interitas struktur tulang d/d nyeri pada
tangan
11. INTERVENSI
1) Nyeri akud b/d agen pencedera fisik (D.0077)
Gejala dan tanda mayor
Data Subjektif :
- mengeluh nyeri
Data Objektif :
- Tampak meringgis
- Bersikap protektif
Data Objektif :
- Tekanan darah meningkat
Data objektif :
Data Objektif :
- Gerakan terbatas
Bulechek, G. M., & et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Edition.
Philadelphia: Elsevier
Fatmasari, Ayu. 2019. Laporan Asuhan Keperawatan Close Freaktur Radius Di Recovery Room
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi .Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jurusan
Keperawatan
Oeyi,Mutia Satifa.2021.Profil Kejadian Fraktur Radius Ulna Pada Anak Ynag Di Rawat Di
RSUP Dr.M.Djamil Padang Pada Tahun 2017-2020. Diploma Thesis. Universitas
Andalas
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2013. Keperawatan Medikal Medah. Jakarta: EGC.
Wim de Jong, Syamsuhidajat, R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi dua. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.