Oleh :
Siska Nurul Aslamiah
NPM. 214120058
D. Patofisiologi
Menurut Wijaya dan Putri (2013) trauma langsung adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik gangguan
metabolik,patologik menyebabkan ketidakmampuan tulang menahan
beban serta kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka maupun tertutup. Sehingga apabila tulang mendapat
tekanan berat,menyebabkan terjadinya fraktur tertutup. Jika
patahan tidak menembus kulit atau fraktur terbuka jika
patahan tulang menembus kulit. Terputusnya tulang dapat
mengakibat kanketidak mampuan dalam melakukan pergerakan
kaki sehingga menyebakan hambatan mobilitas.
E. Pathway
Etiologi
Perdarahan lokal
Pemasangan screw Kontinuitas jaringan
terputus
Hematoma pada daerah
fraktur Insisi jaringan
Gangguan integritas
Aliran darah ke daerah distal
jaringan/kulit
berkurang atau terhambat Mengenai syaraf
perifer
Fraktur sangat bervariasi dari segi klinis, namun untuk alasan praktis,
fraktur dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit
yang memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari
luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah.
Derajat patah tulang terbuka :
1) Derajat I
Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.
2) Derajat II
Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
3) Derajat III
Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.
c. Fraktur Complete
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergesaran (bergeser dari posisi normal).
d. Fraktur Incomplete
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mubarak (2015) pemeriksaan penunjang pada klien dengan
hambatan mobilitas fisik diantaranya:
H. Pentalaksanaan Medik
Menurut Wijaya dan Putri (2013), penatalaksaan keperawatan
fraktur,yaitu:
a. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan
penurunan kesadaran, baru pemeriksa patah tulang.
b. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman,
mencegah komplikasi.
c. Pemantauan neurocirculatory yang dilaksanakan setiap jam
secara dini, dan pemantauan sirkulatory pada daerah yang cidera
adalah:
1) Meraba lokasi apakah masih hangat.
2) Observasi warna.
3) Menekan pada akar kuku dan perhatian kembali
pengisian kapiler.
4) Tanyakan kepada pasien terhadap rasa nyeri atau hilang
sensasi pada lokasi cidera.
5) Meraba lokasi cidera apakah pasien bisa membedakan
rasa sensasi nyeri.
6) Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakkan
d. Pertahankan kekuatan dan pergerakan
e. Mempertahankan kekuatan kulit
f. .Meningkatkan gizi, makanan-makanan yang tinggi serat.
g. Memperlihatan immobilisasi fraktur yang telah diredukasi
dengan tujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah
dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh,
2. Konsep Dasar Operasi ORIF
A. Definisi
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah tindakan invasif
bedah fiksasi internal dengan dengan tujuan untuk mempertemukan
serta memfiksasi kedua ujung fregmen tulang yang patah dengan
menggunakan pin, sekrup, kawat, batang atau lempeng untuk
mempertahankan reduksi (Mutaqin, 2013)
B. Keluhan pada pasien post operasi ORIF
biasanya meliputi, kesadaran yang belum optimal akibat efek dari
anastesi, penurunan kontrol kesadaran dan kemampuan dalam
orientasi lingkungan, pasien cenderung mengalami hipotermi,
penurunan peristaltik usus dan penurunan kontrol otot.
a. Deleyed union
Deleyed union merupakan kegagalan fraktur bergabung sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang (Rosyidi,
2013).
b. Nonunion
Patah tulang yang tidak menyambung kembali (Putri, 2013).
c. Malunion
Suatu keaadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
(Putri, 2013)
d. Infeksi
Sistem pertahan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit dan masuk kedalam.
Ini biasanya terjadi pada fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat
(Rosyidi, 2013).
e. Avaskuler Nekrosis (AVN)
AVN terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau terganggu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang (Rosyidi, 2013)
3. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas berisi nama, usia, alamat, jenis kelamin, pendidikan,
agama,suku bangsa,tanggal masuk dirawat, tanggal dikaji,
diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab.
b. Keluhan Kesehatan
1) Keluhan utama : Nyeri pada ekstremitas bawah
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
c. Pemeriksaan Fisik
A. Analisa Data
Staraf perifer
Alami nyari
Nyeri akut
DS: Fraktur Perfusi perifer tidak
DO: terbuka/tertutup efektif
- Pengisian
Perubahan fragmen
kapiler >3 detik tulang kerusakan
- Akral teraba jaringan dan
pembuluh darah
dingin
- Warna kulit Perdarahan lokal
pucat
Hematoma pada
- Turgor kulit
daerah fraktur
menurun
Aliran darah ke
daerah distal
berkurang atau
terhambat
(warna jaringan
pucat, nadi lemah,
cianosis, kesemutan)
Gangguan integritas
jaringan/kulit
DS: Fraktur Gangguan
-Klien mengeluh sulit (terbuka/tertutup) Mobilitas fisik
menggerakan kakinya
Perubahan fragmen
DO : tulang kerusakan
-Rentang gerak (ROM) pada jaringan dan
pembuluh darah
menurun
-Gerakan terbatas Perdarahan lokal
Hematoma pada
daerah fraktur
Aliran darah ke
daerah distal
berkurang atau
terhambat
Kerusakan
neuromoskular
Gangguan Mobilitas
Fisik
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post op
ORIF)
Dibuktikan dengan klien mengeluh nyeri kaki pada ektremitas
bawah, klien tampak meringis, terpasang balutan post op ORIF
ekstremitas bawah,gelisah
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran
arteri dan/vena
Dibuktikan dengan Pengisian kapiler >3 detik, Akral teraba
dingin, Warna kulit pucat, Turgor kulit menurun
3. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan faktor
mekanis (mis. Gesekan/luka)
Dibuktikan dengan Kerusakan jaringan/ lapisan kulit, Kemerahan
Hematoma Nyeri
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
integritas struktur tulang
Dibuktikan dengan klien mengeluh sulit menggerakan kakinya,
rentang gerak (ROM) menurun, gerakan terbatas
D. Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer , S. C., & Brenda. (2013). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : EGC.
Suharjo, F., & Handoyo. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
ORIF Fraktur Tibia Dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruangan Seruni
Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwekerto. Politeknik
Kesehatan Kemenekes Semarang.