Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

IMPAKSI GIGI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
RSUD SULTAN SURIANSYAH BANJARMASIN

PEMBIMBING CT :
Ibu Yurida Olviani, Ns., M.Kep
PEMBIMBING CI :
Ibu Gusti Herita, S.Kep., Ns

DI SUSUN OLEH
SYAMSODINOR 1914201110063

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS B SEMESTER VII

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2023-2024
DEFINISI
Posisi gigi tidak teratur, Diagnosa Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI)
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya
rahang sempit (gigi besar),
terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan 1. SDKI : Nyeri Akut b.d syaraf gusi terjepit
Penyakit SLKI : Kontrol Nyeri, setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 jam maka
patologik, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna dan
Gigi tidak dapat erupsi kontrol nyeri meningkat dengan kriteria hasil :
tidak mencapai oklusi normal di dalam deretan susunan gigi-geligi
seluruhnya/sebagian karena  Kemampuan mengenali penyebab nyeri.
lain yang sudah erupsi. (Siagian, 2013)
tertutup tulang/jaringan  Melaporkan nyeri terkontrol
 Kemampuan menggunakan Teknik non farmakologis
ETIOLOGI
SIKI : Manajemen Nyeri
Gigi tidak dapat tumbuh /
Penyebab lokal: 2. SDKI : Gangguan Rasa Nyaman b.d Gangguan Komunikasi Verbal
tidak ada tempat untuk
SLKI : Tingkat Nyeri, setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 jam maka
 Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung tumbuh tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :
 Keluhan nyeri meringis
rahang.
Gigi tertanam/tumbuh di  Gelisah
 Densitas (kepadatan) tulang di atas dan sekitarnya. dalam  Kesulitan tidur
 Keradangan yang menahun dan terus menerus sehingga dapat SIKI : Terapi Relaksasi
Gigi menekan syaraf
menyebabkan bertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya.
dibawahnya dan syaraf
 Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan gigi di sampingnya
hilang atau berkurangnya tempat untuk gigi permanen KOMPLIKASI

penggantinya. Syaraf gusi terjepit Kerusakan syaraf pada gigi. Kista pada gigi yang menyebabkan wajah
tidak simetris. Perikonoritis atau infeksi dan peradangan gusi yang
Nyeri Akut b.d Aktivasi nociceptor nyeri
syaraf gusi terjepit
disebabkan oleh sisa-sisa makanan yang terjebak di dalam gusi
karena gigi yang tidak dapat tumbuh sempurna.
Pembengkakan/infamasi
MANIFESTASI KLINIS pada gusi KLASIFIKASI

 Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna Kesulitan ketika berbicara Menurut PELL & GREGORY Berdasarkan hubungan
Kesulitan dalam mengunyah atau mengatupkan mulut
kemerahan pada gusi disekitar gigi yang diduga impaksi. letak gigi molar ketiga bawah terhadap ramus mandibula
 Resorpsi gigi tetangga karena letak benih gigi yang abnormal. dan distal molar kedua bawah :
Klien tidak nafsu makan atau
 Kista (folikuler). Gangguan Rasa
klien malas makan 1. Posisi A : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga
 Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala Nyaman b.d Gangguan
terletak di atas atau pada batas garis oklusal gigi
yang lama (neuralgia). Risiko Defisit Nutrisi b.d Komunikasi Verbal
rahang bawah.
 Fraktur rahang (patah tulang rahang). tidak nafsu makan
2. Posisi B : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga
(Siagian, 2013) terletak di bawah garis oklusal, tetapi masih di atas
garis servikal dari gigi molar kedua.
3. Posisi C : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga
terletak di bawah garis servikal dari molar kedua.
PEMERIKSAAN PENUNJANG :

NO JENIS PEMERIKSAAN NILAI NORMAL MANFAAT

1. Medium X-Ray panoramic. - Melalui X-Ray, dokter bisa


melihat jika ada kerusakan yang
terjadi pada gigi. Jika ada,
seberapa parah kerusakan tersebut
akan menentukan apakah pasien
harus menjalani operasi gigi atau
tidak.

Diagnosa Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI)

1. SDKI : Nyeri Akut b.d syaraf gusi terjepit


SLKI : Kontrol Nyeri, setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 jam maka kontrol nyeri meningkat dengan
kriteria hasil :
 Kemampuan mengenali penyebab nyeri.
 Melaporkan nyeri terkontrol
 Kemampuan menggunakan Teknik non farmakologis
SIKI : Manajemen Nyeri
2. SDKI : Gangguan Rasa Nyaman b.d Gangguan Komunikasi Verbal
SLKI : Tingkat Nyeri, setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 jam maka tingkat nyeri menurun dengan
kriteria hasil :
 Keluhan nyeri meringis
 Gelisah
 Kesulitan tidur

SIKI : Terapi Relaksasi

3. SDKI : Risiko Defisit Nutrisi b.d tidak nafsu makan


SLKI : Status Nutrisi, setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 jam maka status nutrisi membaik dengan
kriteria hasil :
 Kekuatan otot mengunyah
 Kekuatan otot menelan
 Porsi makanan yang dihabiskan

SIKI : Manajemen gangguan makan

PENATALAKSAAN

Ada 7 tahap untuk pencabutan gigi molar ketiga rahang bawah impaksi :

1. Sedasi, persyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi adalah pasien yang rileks dan anastesi
lokal yang efektif atau pasien yang teranastesi dengan baik.
2. Desain flap, ada pendapat bahwa persyaratan kedua untuk pembedahan impaksi adalah flap yang didisain dengan
baik dan ukurannya cukup.
3. Pengambilan tulang, pengambilan tulang mandibula terutama dilakukan dengan bur dan dibantu dengan irigasi
saluran saline.
4. Pemotongan yang terencana, gigi yang impaksi biasanya dipotong-potong. Kepadatan dan sifat tulang mandibula
menjadikan pemotongan terencana pada kebanyakan gigi impaksi menjadi sangat penting apabila ingin diperoleh
arah pengeluaran yang tidak terhalang.
5. Tindakan sesudah pencabutan gigi, sesudah gigi impaksi berhasil dikeluarkan dengan baik, sisa-sisa folikel
dibersihkan seluruhnya.
6. Intruksi pasca bedah, tekankan perlunya meminum obat analgesik sebelum rasa sakit timbul, seperti juga aplikasi
dingin untuk mengontrol pembengkakan.
7. Tindak lanjut, kontrol dilakukan pada saat melepas jahitan.
DAFTAR PUSTAKA

Siagian, K. V. (2013). Penatalaksanaan Impaksi Gigi Molar Tiga Bawah (Wisdom Teeth) Dengan Komplikasinya Pada
Pasien Dewasa Muda. Jurnal Biomedik (Jbm), 3(3), 186–194. https://doi.org/10.35790/jbm.3.3.2011.878
Anonim. Impacted Wisdom Teeth. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/wisdom-teeth/symptoms-causes/syc-
20373808 (Diakses pada 27 Juli 2020)
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP
PPNI

Banjarmasin, 21 Januari 2023

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Yurida Olviani, Ns., M.Kep) (Gusti Herita, S.Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai