DISUSUN OLEH :
DWI OCTAVIANY SAPUTRI : 201440110
A. Definisi
Gigi bungsu atau gigi molar ketiga merupakan gigi yang paling terakhir
tumbuh di antara gigi-gigi yang lainnya sehingga seringkali disebut sebagai
wisdom teeth, biasanya akan erupsi pada seseorang yang mulai memasuki
masa remaja di antara usia 17-21 tahun (Ningsih, 2019).
Impaksi Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi seutuhnya karena
terhalang oleh posisi yang abnormal atau terhalang oleh gigi tetangganya.
Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar tiga rahang
bawah diikuti oleh gigi molar tiga rahang atas dan gigi kaninus rahang atas.
Gigi impaksi yang dibiarkan terusmenerus dapat mengakibatkan beberapa
komplikasi seperti perikoronitis, penyakit periodontal, karies gigi, resorpsi
akar, tumor, dan kista odontogenik. Persoalan yang dapat timbul akibat
adanya impaksi gigi dapat ditangani dengan melakukan tindakan pencabutan
gigi (Fatma, 2016).
B. Etiologi
Penyebab utama impaksi gigi bungsu adalah karena tidak adanya
cukup ruang untuk gigi bungsu tumbuh (erupsi) atau berkembang secara
normal. Beberapa orang mungkin memiliki gigi bungsu yang muncul tanpa
menyebabkan masalah dan tumbuh sejajar dengan gigi lain di belakang
geraham. Namun, sebagian lainnya memiliki mulut dan rahang yang terlalu
sempit untuk gigi bungsu tumbuh dan berkembang secara normal.
Terdapat dua jenis impaksi gigi bungsu, yaitu: Impaksi gigi bungsu
sebagian, ketika gigi bungsu muncul sebagian sehingga sebagian mahkota
terlihat Impaksi gigi bungsu penuh, ketika gigi tidak pernah menembus gusi
Gigi bungsu yang tidak sejajar dengan garis gigi lainnya menyebabkan gusi
meradang, bengkak, bahkan terinfeksi yang memicu rasa sakit yang intens.
(Mayo Clinic, 2021)
C. Patofisiologi
Umumnya hal ini berkaitan dengan molar ketiga bawah sedang bererupsi
dalam alignmen baik, tetapi dibatasi erupsinya oleh ruang tidak cukup. Radiograf
dari daerah tersebut menggambarkan radiolusensi menghilang atau sangat
menebal karena deposisi dari tulang reaktif.
Faktor penyebab utama dari perikoronitis adalah karena gigi molar 3 tidak
dapat erupsi dengan baik dikarenakan tidak cukup ruang untuk pertumbuhannya,
sehingga sulit untuk erupsi dinamakan impaksi.
Ada sejumlah faktor menyebabkan gigi mengalami impaksi. Karena jaringan
sekitarnya terlalu padat, adanya retensi gigi susu berlebihan, tanggalnya gigi susu
terlalu awal. Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk erupsi. Rahang
“kesempitan” dikarenakan pertumbuhan tulang rahang kurang sempurna.
Ada 3 sumber utama infeksi gigi, yaitu :
1) Dari periapikal ( ujung akar gigi ) sebagai akibat kerusakan pulpa dan masuknya
kuman ke jaringan periapikal
2) Dari jaringan periodontal ( jaringan pengikat akar gigi ) sebagai akibat saku gusi
semakin dalam karena penumpukan karang gigi sehingga penetrasi kuman
semakin mudah.
3) Dari Perikoroner akibat akumulasi kuman di sekeliling mahkota gigi saat erupsi /
tumbuh.
Impaksi gigi molar kadang – kadang tampak pada waktu dilakukan
pemeriksaan rontgen seputar daerah tidak bergigi pada rahang bawah. Penekanan
selaput lendir antara mahkota molar 3 dan prothesa menyebabkan rasa sakit.
Tekanan pada gusi menutupi menyebabkan kematian sel dan dapat menimbulkan
penyebaran infeksi. (Mulyawati, 2017).
D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen. Foto rontgent juga diperlukan
untuk mengevaluasi dan mengetahui kepadatan dari tulang yang mengelilingi gigi.
Pemeriksaan ini sebaiknya didasarkan dengan pertimbangan usia, hubungan antara
gigi impaksi dan kanalis mandibularis , morfologi gigi impaksi, serta keadaan jaringan
yang menutupi gigi impaksi, apakah terletak pada jaringan lunak saja atau juga
terpendam didalam tulang. (Erlagista, 2015).
E. Penatalaksanaan
Operasi bedah minor mulut (odontektomi)
a. Indikasinya adalah :
- Adanya infeksi
- Pertumbuhan gigi molar (wisdom teeth) yang abnormal atau terhalang oleh
gigi didepannya
b. Kontraindikasi adalah :
b) Gigi sekunder, terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 2 premolar dan 3 geraham untuk
total keseluruhan 32 gigi.
Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Mengunyah ialah
menggigit dan menggiling makanan diantara gigi atas dan bawah. Gerakan lidah
dan pipi membantu dengan memindah-mindahkan makanan lunak ke bagian gigi
yang lain. Makanan yang masuk kedalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian
kecil dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat
ditelan.
G. Pathway
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu tindakan peninjauan situasi manusia
untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan situasi
penyakit. Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data.
(Siti Nur Kholifah, 2016).
a. Identitas pasien
1) Jenis kelamin
2) Riwayat Kesehatan
3) Keluhan utama : keluhan utama yang paling sering muncul pada
pasien adanya nyeri.
4) Riwayat Penyakit sekarang Berkaitan dengan perjalanan penyakit
pasien yang sekarang.
5) Riwayat penyakit terdahulu
6) Riwayat penyakit keluarga
b. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi: Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya
benjolan, awasi tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, berubah
bentuk)
2) Palpasi: Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan atau bengkak
biasanya terdapat nyeri.
3) Auskultasi: Bising usus jumlahnya tidak melebihi batas normal >12,
bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor.
4) Perkusi: tidak kembung dan tidak ada distensi abdomen
Sistem Pernapasan Pernapasan perlahan sepontan, biasanya terjadi penyumbatan
jalan nafas dengan secret atau lendir
Sistem Kardiovaskuler Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi bisa terjadi
karena proses pembedahan (nyeri). Observasi vital sign setiap 15 menit di ruang
pemulihan.
Sistem Persarafan Pada pasca operasi pasien perlahan disadarkan oleh petugas
anestesi hingga sadar penuh.Pada mulanya timbul demam ringan, yang semakin
lama cenderung meninggi.
Sistem Perkemihan Buang air kecil tidak ada masalah.
Sistem Pencernaan Biasanya terjadi mual, muntah.
Tulang – otot – integumen Kekuatan otot perlahan akan kembali normal
B. Diagnosa Keperawatan
2. Defisit Nutrisi b.d faktor fisiologis (mis. Keengganan untuk makan (D.0019)
3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
D. Intervensi
F. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan kontak
dengan klien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subyektif dan
obyektif dari klien, keluarga dan anggotatim kesehatan lain. Selain itu, evaluasi juga
dapat meninjau ulangpengetahuan tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber
daya pemulihan, dan hasil yang diharapkan. (Muttakin, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
https://health.kompas.com/penyakit/read/2021/10/13/120000368/impaksi-gigi-bungsu
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart. Edisi
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.